Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AKHLAK KEPADA GURU

AKHLAK

Dosen Pengampu : Syamsul Ma’arif, S.H.I, M.S.I

DI SUSUN OLEH :

Kelompok 12

Dhimas Anthony Firmansyah 171240000608

Sahal Mahfudz 171240000677

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NAHDATUL ULAMA JEPARA

Tahun Akademik 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa saya panjatkan kepada Allah swt yang mana atas berkat dan
pertolongan-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam senantiasa
saya haturkan kepada suri tauladan kami Nabi Muhammad saw yang selalu kita harapkan
syafaatnya di hari kiamat nanti.

Makalah ini saya buat dalam rangka untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman
mengenai AKHLAK KEPADA GURU dengan harapan agar para mahasiswa bisa lebih
memperdalam pengetahuan tentang AKHLAK KEPADA GURU. Makalah ini juga dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Akhlak. Dengan segala keterbatasan yang ada penulis telah
berusaha dengan segala daya dan upaya guna menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari
bahwasannya makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. Atas kritik
dan sarannya kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya.

Jepara, 14 Maret 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 1

1.3 Tujuan................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................... 2

2.1 Pengertian Akhlak.............................................................................................. 2

2.2 Akhlak Kepada Guru Menurut Agama............................................................... 2

2.3 Akhlak Kepada Guru Menurut Etika................................................................... 4

BAB III PENUTUP............................................................................................................ 9

3.1 Simpulan.............................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akhlak merupakan sesuatu yang sangat penting bagi umat Islam, karena diutusnya
Rasulullah saw di muka bumi ini tidak lain adalah untuk menyempurnakan umatnya, dan salah
satu akhlak yang terbaik adalah akhlak Rasulullah, karena Al Qur’an adalah salah satu cerminan
akhlak Rasulullah saw. Jadi kita sebagai umat Islam sangat dianjurkan untuk berakhlak sesuai
apa yang di contohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat serta generasi penerusnya,
berdasarkan pemahaman yang lurus/ benar. Baik di lingkungna masyarakat, keluarga, dan
kampus. Mengingat dewasa ini telah terjadi degradasi/menurunnya moral umat manusia yang
sepertinya tidak enggan lagi melakukan perbuatan/ perilaku dan penampilan yang tidak
mencerminkan akhlak terpuji, khususnya akhlak di kampus. Oleh sebab itu, diperlukan
pemahaman-pemahaman akhlak di kampus menurut agama, etika, dan budaya yang bertujuan
untuk membentengi atau langkah pencegahan mahasiswa/ mahasiswi Islam agar tidak melakukan
perbuatan-perbuatan atau penampilan yang tidak mencerminkan akhlakul karimah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana akhlak kepada guru atau dosen menurut Agama ?


2. Bagaimana akhlak kepada guru atau dosen menurut etika ?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah, untuk memenuhi tugas Aqidah Akhlak, selain itu
juga untuk menambah wawasan penulis serta pembaca lebih mendalam lagi tentang bagaimana
akhlak kepada guru atau dosen menurut agama dan etika.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akhlak

Secara etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab Akhlaq(ْ‫ )اَ ْخلَ ْق‬atau Khuluq (‫) ُخلُق‬.
Kata Khuluq mempunyai bermacam-macam arti, tergantung pada mashdar yang digunakan.
Dalam bahasan kali ini diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi’at. Oleh
karena itu, Al khuluq itu sifatnya diciptakan oleh si pelaku itu sendiri, dan ini bisa bernilai baik
(ahsan) dan buruk (qabih) tergantung pada sifat perbuatan itu. Kemudian Al Khuluq itu bisa
dianggap baik dengan syarat memenuhi aturan-aturan agama. Sifat Al Khuluq itu tidak hanya
mengacu pada pola hubungan kepada Allah, namun juga mengacu pada pola hubungan dengan
sesama manusia serta makhluk lainnya.

Sedangkan pengertian akhlak secara terminologi (istilah) adalah suatu sifat yag tertanam
dalam jiwa yang dari padanya tergantung perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Ahlak merupakan manifestasi iman, Islam, dan
Ihsan yag merupakan refleksi sifat dan jiwa secara spontan yang terpola pada diri seseorang
sehingga dapat melahirkan perilaku secara konsisten dan tidak tergantung pada pertimbangan
berdasar interes tertentu.

2.2 Akhlak Kepada Guru Menurut Agama


Guru adalah orang tua kedua, yaitu orang yang mendidik murid-muridnya untuk menjadi
lebih baik sebagaimana yang diridhoi Alloh ‘azza wa jalla. Sebagaimana wajib hukumnya
mematuhi kedua orang tua, maka wajib pula mematuhi perintah para guru selama perintah
tersebut tidak bertentangan dengan syari’at agama.

Di antara akhlaq kepada guru yaitu :

 Memuliakan, tidak menghina atau mencaci-maki guru, sebagaimana sabda Rosululloh


saw :

‫يرنَا‬
َ ‫ص ِغ‬
َ ْ‫َاْوْ َي ْر َح ْم‬
َ ‫يرن‬َ ِ‫ْمنَّاْ َم ْنْلَ ْمْي َُوقِِّ ْرْ َكب‬ َ ‫ْْْْلَي‬
ِ ‫ْس‬

2
3
“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan tidak
menyayangi orang yang lebih muda.” ( HSR. Ahmad dan At-Tirmidzi )

 Datang ke tempat belajar dengan ikhlas dan penuh semangat, sebagaimana sabda
Rosululloh saw :

ْ َ‫ط ِريقًاْإِل‬
ْ‫ىْال َج َّن ِة‬ َ ْ‫ََّْللاُْلَهُْبِ ِه‬ َ ْ‫سْفِي ِهْ ِع ْل ًما‬
َّ ‫س َّهل‬ ُ ‫ط ِريقًاْيَ ْلت َِم‬
َ ْ َ‫سلَك‬
َ ْ‫ْْْ َم ْن‬

“Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu padanya, Alloh mudahkan
baginya dengannya jalan menuju syurga.” ( HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-
Tirmidzi dan Ibnu Majah )
 Datang ke tempat belajar dengan penampilan yang rapi, sebagaimana sabda Rosululloh
saw :

ْ ُّ‫َّْللاَْ َج ِميلٌْي ُِحب‬


ْ‫ْال َج َما َل‬ َّ ‫ْْْْ ِإ َّن‬

“Sesungguhnya Alloh itu indah dan suka kepada keindahan.”( HR. Ahmad, Muslim dan
Al-Hakim )
 Diam memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan
 Bertanya kepada guru bila ada sesuatu yang belum dia mengerti dengan cara baik.
 Dan menghindari pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada faedahnya, sekedar mengolok-
olok atau yang dilatarbelakangi oleh niat yang buruk
 Ketika bertanya mestinya dilakukan dengan cara dan bahasa yang bagus.
 Menegur guru bila melakukan kesalahan dengan cara yang penuh hormat
 Ingatlah,bahwasannya guru ketika mendidik kamu sangat sulit diantaranya : Mendidik
akhlak kalian, mengajarkan ilmu yang bermanfaat dan memberikan nasihat yang baik,
kesemuanya itu agar kamu bahagia seperti orang tua membahagiakan anaknya dan
mengharapkan masa depan kalian berpendidikan.
4
Kemudian apabila kamu ingin menyenangkan guru kamu maka tetapkanlah kewajibanmu
diantaranya :
1. Untuk hadir setiap hari dan jangan sampai terlambat kecuali ada alasan yang
membenarkan
2. Dahulukan masuk ke kelas.
3. Faham dalam segala pelajaran.
4. Menghafalkan dan menela’ah atau mempelajari kembali pelajaran.
5. Menjaga kebersihan di buku kalian dan diperalatan sekolah kalian.
6. Patuh terhadap perintah guru.
7. Jangan sampai marah ketika gurumu mendidik kalian karena mendidik kamu suatu
kewajiban dan hendaklah bersyukur dan tidak sombong.
8. Mendo’akannya.

2.3 Akhlak Kepada Guru Menurut Etika

Murid adalah orang yang sedang belajar dan menuntut ilmu kepada seorang guru. Demi
untuk keberkahan dan kemudahan dalam meraih dan mengamalkan ilmu atau pengetahuan yang
telah diperoleh dari seorang guru, maka seorang murid haruslah memiliki akhlak atau etika yang
benar terhadap gurunya.

Beberapa contoh etika murid terhadap guru (Mu’allim), diantaranya adalah sebagai berikut
:

1. Seorang murid hendaklah hormat kepada guru, mengikuti pendapat dan petunjuknya.
2. Seorang murid hendaklah memberi salam terlebih dahulu kepada guru apabila
menghadap atau berjumpa dengan beliau.
3. Seorang murid hendaklah memandang gurunya dengan keagungan dan meyakini bahwa
gurunya itu memiliki derajat kesempurnaan, sebab hal itu lebih memudahkan untuk
mengambil manfaat dari beliau.
4. Seorang murid hendaklah mengetahui dan memahami hak-hak yang harus diberikan
gurunya dan tidak melupakan jasanya.
5

5. Seorang murid hendaklah bersikap sabar jika menghadapi seorang guru yang memiliki
perangai kasar dan keras.
6. Seorang murid hendaklah duduk dengan sopan di hadapan gurunya, tenang, merendahkan
diri, hormat sambil mendengarkan, memperhatikan, dan menerima apa yang disampaikan
oleh gurunya. Jangan duduk sambil menengok kanan kiri kecuali untuk suatu
kepentingan.
7. Seorang murid hendaklah ketika mengadap gurunya dalam keadaan sempurna dengan
badan dan pakaian yang bersih.
8. Seorang murid hendaklah jangan banyak bicara di depan guru ataupun membicarakan
hal-hal yang tidak berguna.
9. Seorang murid hendaklah jangan bertanya dengan tujuan untuk mengujinya dan
menampakkan kepandaian kepada guru.
10. Seorang murid hendaklah jangan bersenda gurau di hadapan guru

Rahasia-rahasia yang terkandung dalam tindakannya tersebut. Jika murid atau mahasiswa
mengetahui hal yang seperti itu, lebih baik mengingatkannya dengan jalan seperti yang telah
ditempuh oleh Nabi Musa a.s. sewaktu mengingatkan Nabi Khidhr, yaitu sebagaimana yang
tersebut dalam Q.S. Al-Kahfi : 71, yang berbunyi:
Artinya: “Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr
melobanginya. Musa berkata: ‘Mengapa kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu
menenggelamkan penumpangnya?’ Sesungguhnya kamu Telah berbuat sesuatu kesalahan yang
besar.”
Bagaimanapun juga guru merupakan orang tua kedua kita setelah orang tua kita yang di
rumah. Mereka adalah orang tua kita saat kita berada di luar rumah. Jadi sebagaimana kita
menghormati orang tua kandung kita, maka kitapun juga harus menghormati guru kita.

Sebagaimana disyiratkan dalam sabda Rasulullah SAW :

“Tidak termasuk umatku orang yang tidak menghormati orang yang lebih tua dari kami,
tidak mengasihi orang yang lebih kecil dari kami dan tidak mengetahui hak orang alim dari
kami.” (HR.Ahmad, Thabrani, dan Hakim dari Ubadah bin Shamit Ra.)
6

“Pelajarilah oleh kalian ilmu, pelajarilah oleh kalian ilmu(yang dapat menumbuhkan)
ketenangan, kehormatan, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang yang kalian menuntut ilmu
darinya.” (HR. Thabrani dari Abu Hurairah. Ra)

A. Kedudukan Guru
“Bapak Guru lebih mulia dari bapak kandung“. Sebab, Ibu Bapak itu mendewasakan dari
segi jasmani yang bersifat material, sedangkan Bapak/Ibu Guru mendewasakan dari segi rohani
yang bersifat spiritual dan universal.

Para Guru, Ustadz, Ustadzah, atau Mua’lim, Mursyid, selain mengantarkan kita menjadi
orang yang beramal sholih, mereka termasuk pewaris Nabi-Nabi, justru merekalah penyalur
pusaka dalam menjalankansyari’at, akhlak, aqidah, dan mereka pula contoh yang terdekat
dengan kita. Berkaitan dengan hal tersebut, Nabi bersabda :

Ulama adalah penerima pusaka Nabi-Nabi. (HR. al-Tirmizi dan Abu Daud).

Sehubungan dengan hadist tersebut, maka kita diperintahkan untuk menghormati para
Ulama, meski bukan Guru kita. Begitupula dengan para Da’I dan Muballigh selaku penyalur
risalah kenabian, yang kini disebut Da’wah atau Kulyah Agama. Adapun Ulama yang
sebenarnya adalah yang berilmu, dan beramal dengan ilmunya itu, serta ilmudan amalanya
tersebut sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist.

B. Kedudukan Murid

Sabda Nabi Muhammad SAW :

Perhatikanlah perkataan orang yang wajib ditaati antara Ulil Amri kamu dan taatilah perintah
mereka meski yang menjadi Ulil Amri itu seorang budak sahaya asal Habsyi. (HR. Bukhori)

Ulil Amri itu adalah kepala pimpinan urusan, termasuk Guru, suami, Pemerintah.

Guru termasuk ulil amri karena mereka adalah pengganti ibu bapak yang mengasuh kita
dalam pengajaran dan pendidikan yang sangat menentukan garis-garis kehidupan kita yang akan
datang. Nabi SAW. bersabda, yang artinya:
7

“barangsiapa menghormati guru berarti ia menghormati Tuhannya.” (HR. Abu al-Hasan al-
Mawardi).

Sebab, Tuhan menyampaikan ilmu kepada manusia lewat Nabi dan Rasul yang kemudian
digantikan oleh ulama; dan guru. Dalam kitab Ta’lim al-Muta’alim disebutkan sebagai berikut:
“para pelajar tidak akan mendapat ilmu yang bermanfaat, bila tidak menghormati ilmu dan
memuliakan gurunya.”

C. Hak Murid dan Guru

Dalam agama kita bukan hanya murid saja yang diperintahkan untuk menghormati Gurunya,
tetapi guru juga diharuskan menghargai sang murid, baik itu pendapatnya maupun pribadinya,
karena Nabi SAW bersabda yang artinya :

“Hargailah orang-orang yang kamu ajar. (HR. Abul Hasan al-Mawardi)

Maksud hadist ini adalah agar sang murid memperoleh perlakuan yang baik, wajar dari guru/
ustadz secara adil dan mengandung pendidikan tanpa pandang bulu, atau memendang siapa
orang tuanya, anak siapa dia, golongan apa orang tuanya, ada hubungan apa dengannya suku
atau bangsa mana dia.

Guru adalah teladan bagi murid-muridnya, sehingga apabila sekalipun bersifat acuh tak acuh,
bersikap angkuh, dan sinis atau cengis, sungguh itu akan melahirkan sifat dendam dan kebencian
yang terpendam dijiwa murid-muridnya.

Syarat pertama kesuksesan guru mendidik anak muridnya ialah menanamkan kepercayaan
dan rasa cinta serta simpatiknya, maka sekali-kali jangan mengharap remeh terhadap murid.
8

D. Murka Terhadap Guru

Dalam sebuah hadist riwayat al-Baihaqi Nabi SAW bersabda :

“Siapa yang merendahkan gurunya, akan ditimpakan Allah kepada-Nya tiga bala : 1. Sempit
rezekinya; 2. Hilang manfaat ilmunya; 3. Keluar dari dunia ini tanpa iman (wafat).

Dari hadist ini, kita dilarang meringan ringankan guru, apalagi menghina, mencela atau
menyakiti, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Walaupun guru sekarang
berputar jadi murid kita, sebab walau bagaimanapun ‘Alimnya atau pandainya kita sekarang,
namun Guru juga sebagai ayah dari sebagaian ‘Ilmu kita. Sebab, gurulah pada waktu silam yang
membekali dan menuntun kita saat kita masih buta dengan ilmu pengetahuan, mereka orang
pertama yang mengajari kita dalam mengatur cara berfikir, berpakaian dan lain-lain. Oleh karena
itu, celakahlah orang yang tidak menginsyafi budi baik gurunya dan lupa pada jasa-jasa mereka
dari kecil hingga kita dewasa. Bahkan dari dunia hingga keakhirat kelak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Guru adalah orang tua kedua, yaitu orang yang mendidik murid-muridnya untuk menjadi
lebih baik sebagaimana yang diridhoi Alloh ‘azza wa jalla. Sebagaimana wajib hukumnya
mematuhi kedua orang tua, maka wajib pula mematuhi perintah para guru selama perintah
tersebut tidak bertentangan dengan syari’at agama.

Di antara akhlaq kepada guru yaitu :

 Memuliakan, tidak menghina atau mencaci-maki guru.


 Datang ke tempat belajar dengan ikhlas dan penuh semangat.
 Datang ke tempat belajar dengan penampilan yang rapi
 Diam memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan.
 Bertanya kepada guru bila ada sesuatu yang belum dia mengerti dengan cara baik.
 Dan menghindari pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada faedahnya, sekedar
mengolok-olok atau yang dilatarbelakangi oleh niat yang buruk.

Beberapa contoh etika murid terhadap guru (Mu’allim), diantaranya adalah sebagai
berikut :

 Seorang murid hendaklah hormat kepada guru, mengikuti pendapat dan petunjuknya.
 Seorang murid hendaklah memberi salam terlebih dahulu kepada guru apabila
menghadap atau berjumpa dengan beliau.
 Seorang murid hendaklah memandang gurunya dengan keagungan dan meyakini
bahwa gurunya itu memiliki derajat kesempurnaan, sebab hal itu lebih memudahkan
untuk mengambil manfaat dari beliau.

Syarat pertama kesuksesan guru mendidik anak muridnya ialah menanamkan kepercayaan
dan rasa cinta serta simpatiknya, maka sekali-kali jangan mengharap remeh terhadap murid.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abarokah, Nazzahao. “Akhlak terhadap orang tua dan guru”, Blog Nazzahao Abaroka.
Nazzhao Abarokah http://abarokah51.blogspot.co.id/2012/11/ akhlak-terhadap-orang-tua-
dan-guru_439.html (13 Maret 2019).

“Adab Seorang Murid Terhadap Guru”. http://cahmanistenan.blogspot .co.id/2012/04/adab-


seorang-murid-terhadap-guru.html (13 Maret 2019 ).

10

Anda mungkin juga menyukai