HASIL KONSELING
DISUSUN OLEH:
LENI AGUSTIN
16012147
Puji syukur penulis panjatkan selalu kehadirat Allah SWT.Berkat Rahmat dan Nikmat-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan laporan hasil praktikum ini dengan baik dan dalam keadaan
sehat walafiat. Salawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada Nabi besar Muhammad.
Semoga kita semua selalu ada dalam lindungannya.Aamiin.
Praktek konseling individual merupakan salah satu layanan konseling yang diberikan oleh
Konselor kepada klien nya.Dalam konseling individual.Klien yang ditangani tidak lebih dari satu
orang karena bersifat individu.Dalam hal ini penulis telah melakukan sebuah konseling
individual dengan mengambil sampel klien dari salah satu kepala rumah tanggal di lingkungan
sekitar tempat tinggal penulis.
Dalam laporan praktek ini, penulis menjelaskan apa yang didapat penulis selama terjun
dilapangan. Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
Akhir kata penulis memohon maaf apabila dalam laporan ini terdapat banyak kesalahan
baik dalam penyampaian materi maupun EYD yang kurang sempurna.Semoga laporan
praktikum konseling ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. ANALISA SITUASI
B. PERUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN DAN MANFAAT
A. PENGERTIAN KONSELING
B. TUJUAN KONSELING
C. PROSEDUR PELAKSANAAN KONSELING
D. FUNGSI KONSELINGG
A. PENDEKATAN
B. TEKNIK
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI KEGIATAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Konseling merupakan proses pemberian bantuan dari seorang ahli yang disebut konselor
kepada siapapun yang membutuhkan bantuan yang biasa disebut konseli. Proses konseling
bertujuan untuk memberikan jalan keluar dalam proses pemecahan masalah yang dimiliki
oleh konseli. Konselor berperan sebagai pemberi bantuan kepada konseli untuk dapat berfikir
jernih dan dapat menyelesaikan masalahnya
Dalam kenyataannya, konseling sering kita jumpai dalam tindakan medis hanya saja si
pasien ragu dalam menjelaskan apa yang terjadi pada dirinya dan tidak paham akan apa yang
telah disampaikan.
Hal ini lah yang menyebabkan kurangnya pengetahuan si pasien akan apa yang
dideritanya…
Disini terdapat salah satu pasien yang memiliki masalah yang membutuhkan bantuan
secara pribadi. Selanjutnya berdasarkan permasalahan tersebut makalah ini disusun untuk
mengetahui masalah apa yang di alami pasien disalah satu rumahbidan tersebut, serta
pendekatan yang akan diberikan kepada klien serta rencana bantuan seperti apa yang akan
diberikan untuk memecahkan masalah yang dialami klien
B. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah diantaranya adalah:
1. Apa permasalahan yang terjadi dalam diri konseli yang melakukan praktik konseling.
2. Apa teknik konseling yang terpat untuk dilakukan terhadap konseli.
3. Apa rencana pemberian bantuan yang akan dilakukan dalam proses konseling.
C. TUJUAN
Disusunnya laporan praktik konseling ini memiliki tujuansebagai berikut:
1. Untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dalam diri konselor yang melakukan
praktik konseling.
2. Untuk mengetahui teknik konseling apa yang tepat untuk dilakukan terhadap konseli.
3. Untuk mengetahui rencana pemberian bantuan yang akan dilakukan dalam proses
konseling.
D. MANFAAT
Disusunnya laporan praktik konseling ini memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Mendapatkan pemecahan masalah dari konselor.
2. Bisa menyesuaikan diri terhadap permasalahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Diabetes
adalah penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar gula dalam darah akibat
gangguan sekresi insulin. Diabetes mellitus di sebut juga penyakit kencing
manis. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, definisi kencing manis
adalah penyakit yang menyebabkan air kencing yang di produksi bercampur zat
gula. Adanya kadar gula yang tinggi dalam air kencing dapat menjadi tanda-
tanda gejala awal penyakit Diabetes mellitus.
2. Penyebab Diabetes
Berikut Ini adalah adanya penyebab yang menjadi pemicu
meningkatkan resiko diabetes melitus, diantaranya adalah:
a. Keturunan
Orang yang bertalian darah dengan orang yang mengidap diabetes
melitus lebih cenderung mengidap penyakit tersebut ketimbang
dengan mereka yang tidak memilikinya di dalam keluarga.Resikonya
tergantung pada jumlah anggota keluarga yang memiliki
diabetes.Semakin banyak jumlah sanak saudara yang mengidap
diabetes, semakin tinggi resikonya.Ada resiko 5% bagi Anda untuk
mengidap diabates jika orang tua atau sodara kandung Anda
mengidap diabetes.Resikonya bisa meningkat menjadi 50% jika
Anda kelebihan berat badan.
b. Pola makan tidak sehat
yang disebut pola makan yang tidak sehat banyak sekali macamnya.
Dan berkenaan dengan diabetes melitus hal ini sangat menjadi
penyebab dari diabetes.Makan-makanan yang terlalu banyak
mengandung gula dan juga makanan dengan indeks glikemik tinggi
dapat memicu Anda terkena diabetes nantinya.Makan-makanan
mengandung lemak tinggi dan kolesterol tinggi juga memicu
diabetes.Karena makanan jenis ini dapat memicu kegemukan atau
obesitas terjadi pada diri Anda.
c. Kegemukan
Hampir 80% orang yang terjangkit diabetes pada usia lanjut
biasanya kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan
meningkatkan kebutuhan insulin pada tubuh.Orang dewasa yang
kegemukan memiliki sel-sel lemak yang lebih besar pada tubuh
mereka.Diyakini bahwa sel-sel lemak yang lebih besar tidak
merespons insulin dengan baik.Gejala-gejala diabetes mungkin bisa
menghilang seiring menurunnya berat badan.
d. Usia
Resiko diabetes meningkat sejalan dengan bertambahnya usia,
terutama setelah usia 40 tahun, karena jumlah sel-sel beta di dalam
pankreas yang memproduksi insulin menurun seiring bertambahnya
umur.
e. Jenis kelamin
Baik pria maupun wanita memiliki resiko yang sama besar untuk
mengidap diabetes sampai usia dewasa awal. Setelah usia 30 tahun,
wanita memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan pria. Wanita
yang terkena diabets selama kehamilan memiliki resiko lebih tinggi
untuk terjangkit diabetes Tipe II pada usia lanjut.
f. Infeksi pada kelenjar pankreas
Hormon insulin untuk mengatur kadar gula dalam darah dihasilkan
oleh kelenjar pankreas. Apabila sampai terjadi infeksi dalam tubuh
dan kebetulan menyerang pankreas Anda sehingga pankreas tidak
bisa memproduksi hormon insulin dengan baik, maka tanda-tanda
diabetes akan muncul. Jaga kesehatan Anda agar tidak terkena
infeksi oleh kuman atau bakteri. Kecelakaan atau cedera yang
merusak pankreas juga bisa merusak sel-sel beta, dan karenanya
menyebabkan diabetes
g. Kurang aktifitas fisik seperti olahraga
Kebanyakan orang di zaman medern ini tidak sempat sama sekali
melakukan olahraga. Padahal demi tubuh yang sehat seseorang
dianjurkan untuk melakukan olah raga setiap harinya. Bila tidak
olahraga akan mengakibatkan efek lanjutan berupa obesitas. Sudah
dijelaskan diatas, bahwa obesitas itu sendiri menjadi penyebab dari
diabetes melitus.
KONSELING
1. Pengertian Konseling
Konseling adalah suatu bentuk wawancara untuk menolong (membantu) orang lain
memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai dirinya (keinginannya, sikapnya,
kekhawatiran, dan sebagainya) dalam usahanya untuk memehami dan
mengatasipermasalahan yang sedang dihadapinya (Trismiati, 2004.hlm.9).
Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara
sistematik dengan paduan ketrampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan
penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali
kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar/upaya
untuk mengatasi masalah tersebut (McLeod, 2006.hlm.10).
2. Tujuan Konseling
Adanya pemahaman terhadap akar dan perkembangan kesulitan emosional, mengarah
pada kapasitas untuk lebih memilih kontrol rasional daripada perasaan dan tindakan.
Menjadi lebih mampu membentuk dan mempertahankan hubungan yang bermakna dan
memuaskan dengan orang lain. Menjadi lebih peka terhadap pemikiran dan perasaan
yang selama ini ditahan atau ditolak, atau mengembangkan perasaan yang lebih akurat
berkenaan dengan bagaimana penerimaan orang lain terhadap diri.
Pengembangan sikap positif terhadap diri, yang ditandai oleh kemampuan
menjelaskan pengalaman yang selalu menjadi subjek kritik diri dan
penolakan.Pergerakan ke arah pemenuhan potensi atau penerimaan integrasi bagian diri
yang sebelumnya saling bertentangan.Membantu klien mencapai kondisi kesadaran
spiritual yang lebih tinggi.Menemukan pemecahan masalah tertentu yang tak bisa
dipecahkan oleh klien seorang diri.
Membuat klien mampu menangkap ide dan teknik untuk memahami dan mengontrol
tingkah laku.Mempelajari dan menguasai ketrampilan soaial dan interpersonal.Modifikasi
atau mengganti kepercayaan yang tak rasional atau pola pemikiran yang tidak dapat
diadaptasi, yang diasosiasikan dengan tingkah laku penghancuran diri (McLEOD,
2006.hlm.13).
3. Prosedur Pelaksanaan Konseling
Secara umum, proses konseling terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1) tahap awal (tahap
mendefinisikan masalah); (2) tahap inti (tahap kerja); dan (3) tahap akhir (tahap
perubahan dan tindakan).
a. Tahap Awal
Tahap ini terjadi dimulai sejak klien menemui konselor hingga berjalan sampai
konselor dan klien menemukan masalah klien. Pada tahap ini beberapa hal yang perlu
dilakukan, diantaranya:
1) Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien (rapport). Kunci
keberhasilan membangun hubungan terletak pada terpenuhinya asas-asas
bimbingan dan konseling terutama azas kesukarelaan, keterbukaan, kerahasiaan
dan kegiatan.
2) Memperjelas dan mendefinisikan masalah. Jika hubungan konseling sudah terjalin
dengan baik dan klien telah melibatkan diri, maka konselor harus dapat membantu
memperjelas masalah klien.
3) Membuat penaksiran dan perjajagan. Konselor berusaha menjajagi atau menaksir
kemungkinan masalah dan merancang bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu
dengan membangkitkan semua potensi klien, dan menentukan berbagai alternatif
yang sesuai bagi antisipasi masalah.
4) Menegosiasikan kontrak. Membangun perjanjian antara konselor dengan klien,
berisi:
a) Kontrak waktu, yaitu berapa lama waktu pertemuan yang diinginkan oleh
klien dan konselor tidak berkebaratan.
b) Kontrak tugas, yaitu berbagi tugas antara konselor dan klien.
c) Kontrak kerjasama dalam proses konseling, yaitu terbinanya peran dan
tanggung jawab bersama antara konselor dan konseling dalam seluruh
rangkaian kegiatan konseling.
b. Inti (Tahap Kerja)
Setelah tahap Awal dilaksanakan dengan baik, proses konseling selanjutnya
adalah memasuki tahap inti atau tahap kerja. Pada tahap ini terdapat beberapa hal
yang harus dilakukan, diantaranya:
1) Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah klien lebih dalam. Penjelajahan masalah
dimaksudkan agar klien mempunyai perspektif dan alternatif baru terhadap
masalah yang sedang dialaminya.
2) Konselor melakukan reassessment (penilaian kembali), bersama-sama klien
meninjau kembali permasalahan yang dihadapi klien.
3) Konselor melakukan reassessment (penilaian kembali), bersama-sama klien
meninjau kembali permasalahan yang dihadapi klien.
a) Klien merasa senang terlibat dalam pembicaraan atau waancara konseling,
serta menampakkan kebutuhan untuk mengembangkan diri dan memecahkan
masalah yang dihadapinya.
b) Konselor berupaya kreatif mengembangkan teknik-teknik konseling yang
bervariasi dan dapat menunjukkan pribadi yang jujur, ikhlas dan benar-benar
peduli terhadap klien.
c) Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak. Kesepakatan yang telah
dibangun pada saat kontrak tetap dijaga, baik oleh pihak konselor maupun
klien.
c. Akhir (Tahap Tindakan)
Pada tahap akhir ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu:
1) Konselor bersama klien membuat kesimpulan mengenai hasil proses konseling.
2) Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan kesepakatan yang
telah terbangun dari proses konseling sebelumnya.
3) Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaian segera).
4) Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.
Pada tahap akhir ditandai beberapa hal, yaitu:
1) Menurunnya kecemasan klien.
2) Perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamis.
3) Pemahaman baru dari klien tentang masalah yang dihadapinya.
4) Adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang jelas.
5) Skenario Studi Kasus Konseling Individu. FUNGSI KONSELING
1. Konseling dengan fungsi pencegahan merupakan upaya mencegah timbulnya masalah
kesehatan.
2. Konseling dengan fungsi penyesuaian dalam hal ini merupakan upaya untuk membantu
klien mengalami perubahan biologis, psikologis, sosial, kultural, dan lingkungan yang
berkaitan dengan kesehatan.
3. Konseling dengan fungsi perbaikan dilaksanakan ketika terjadi penyimpangan perilaku
klien atau pelayanan kesehatan dan lingkungan yang menyebabkan terjadi masalah
kesehatan sehingga diperlukan upaya perbaikan dengan konseling.
4. Konseling dengan fungsi pengembangan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan upaya peningkatan
peran serta masyarakat.
A. PENDEKATAN KONSELING
1. Pendekatan Behavioral
Pendekatan behavioral atau perilaku adalah penerapan aneka ragam teknik dan
prosedur yang berakar pada berbagai teori belajar.Konseling model ini menyertakan
penerapan yang sistematis prinsip – prinsip belajar pada pengubahan perilaku kearah cita
– cita yang adaptif.Pendekatan behavioral tidak menguraikan asumsi – asumsi filosofis
tertentu tentang manusia secara langsung. Setiap orang dipandang memiliki
kecenderungan – kecenderungan positif dan negative yang sama. Manusia pada dasarnya
dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya.
Dalam kegiatan konseling behavioral tidak ada suatu teknik konseling pun yang
selalau harus digunakan, akan tetapi teknik yang dirasa kurang baik dieliminasi dan
diganti dengan teknik yang baru.
Berikut ini adalah beberapa teknik konseling behavioral :
a. Desensitisasi sistematik (systematic desensitization).
Teknik desensitisasi sistematik bermaksud mengajar klien untuk memberikan
respon yang tidak knsisten dengan kecemasan yang dialami klien.Teknik ini tak dapat
berjalan tanpa teknik relaksasi.
Di dalam konseling itu klien diajar untuk santai dan menghubungkan keadaan
santai itu dengan membayangkan pengalaman – pengalaman yang mencemaskan,
menggusarkan atau mengecewakan.
Situasi yang diberikan disusun secara sistematik dari yang kurang mencemaskan
hingga yang paling mencemaskan.
b. Assertive Training
Dalam assertive training konselor berusaha meberikan keberanian kepada klien
dalam mengatasi kesulitan tehadap orang lain. Pelaksanaan teknik ini adalah ialah
dengan role playing.
c. Aversion Therapy
Teknik ini bertujuan untuk menghukum perilaku yang negative dan memperkuat
perilaku psitif.
d. Home Work
Yaitu suatu latihan rumah bagi klien yang kurang mampu menyesuaikan diri
terhadap situasi tertentu.
2. Pendekatan Psikoanalitik
Menurut pandangan psikoanalitik, struktur kepribadian terdiri dan tiga system id, eg,
dan superego.Id adalah system kepribadian yang orisinil; kepribadian setiap orang hanya
terdiri dari id ketika dilahirkan.Id kurang terorganisasi, buta, menuntut, dan mendesak. Id
bersifat tidak logis, amoral, dan di dorong oleh satu kepentingan : memuaskan kebutuhan
– kebutuhan naluriah sesuai dengan asas kesenangan. Ego adalah tempat bersemayam
intelegensi dan rasionalitas yang mengawasi dan mengendalikan implus–implus buta dari
id. Superego adalah kode moral individu yang urusan utamanya adalah apakah suatu
tindakan baik atau buruk , benar atau salah.
Ada lima teknik dasar dari konseling psikoanalisis yaitu :
a. Asosiasi Bebas
Yaitu klien diupayakan untuk menjernihkan atau menikis alam pikirannya dari
alam pengalaman dan pemikiran sehari – hari sekarang ini, sehingga klien mudah
mengungkapkan pengalaman masa lalunya.
b. Interpretasi
Adalah teknik yang digunakan oleh konselor untuk menganalisis asosiasi bebas,
mimpi, resistensi, dan transferensi klien. Konselor menetapkan, menjelaskan, dan
bahkan mengaajar klien tentang makna perilaku yang termanifestasi dalam mimpi ,
asosiasi bebas, resistensi, dan transferensi klien.
c. Analisis Mimpi
Yaitu suatu teknik untuk membuka hal –hal yang tak disadari dan member
kesempatan klien untuk menilik masalah – masalah yang belum terpecahkan. Proses
terjadinya mimpi adalah karena diwaktu tidur pertahanan ego menjadi lemah dan
kompleks yang terdesakpun muncul ke permukaan.
d. Analisis Resistensi
Analis resistensi ditunjukan untuk menyadarkan klien terhadap alasan – alasan
terjadinya resistensinya.Konselor meminta perhatian klien untuk menafsirkan
resistensi.Penafsiran analisis atas resistensi ditujukan untuk membantu klien agar
menyadari alasan – alasan yang ada di balik resistensi sehingga dia bisa
menanganinya.
e. Analisis Tansferensi
Analisis tranferensi adalah teknik yang utama dalam psikoanalisis sebab
mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi.Ia
memungkinkan klien mampu memperoleh pemahaman atas sifat dari fiksasi – fiksasi
dan deprivasi – deprivasinya, dan menyajikan pemahaman tentang pegaruh masa
lampau terhadap kehidupannya sekarang.
5. Pendekatan Gestalt
Terapi ini dikembangkan oleh Fredrick S. Pearl (1894-1970) yang didasari oleh
empat aliran yakni psikoanalisis, fenomenologis, dan eksistensialisme serta psikologi
gestalt.Menurut Pearls individu itu aktif secara keseluruhan.Individu bukanlah jumlah
dari bagian – bagian atau organ – organ semata.
Tujuan terapi Gestalt bukanlah penyesuaian terhadap masyarakan. Pearls
mengingatkan bahwa kepribadian dasar pada zaman kita adalah neurotic sebab, menurut
keyakinannya, kita hidup dimasyarakat yang tidak sehat. Kita bisa memilih menjadi
bagian dari ketidaksehatan kolektif dan atau menghadapi resiko menjadi sehat.Tujuan
terapi selanjutnya adalah membantu klien agar menemukan pusat dirinya.
Sasaran utama terapi gestalt adalah pencapaian kesadaran.Dengan kesadaran, klien
memiliki kesanggupan untuk menghadapi dan menerima bagian – bagian keberadaan
yang diingkarinya serta untuk berhubungan dengan pengalaman – pengalaman subjektif
dengan kenyataan.Klien bisa menjadi suatu kesatuan dan menyeluruh. Apabila klien
menjadi sadar, maka urusannya yang tidak selesai akan selalu muncul sehingga bisa
ditangani dalam terapi.
Terapi Gestalt adalah lebih dari sekedar sekumpulan teknik atau permaina –
permainan. Teknik – teknik dalam terapi Gestalt digunakan sesuai dengan gaya pribadi
terapis.
Levitsky dan Pearls( 1970, hlm.144-149) menyajikan suatu uraian ringkasan tentang
sejumlah permainan yang biasa digunakan dalam terapi Gestalt yang mencakup :
a. Permainan Dialog
Terapis Gestalt menaruh pehatian yang besar pada pemisahan dalam fungsi
kepribadian. Yang paling utama adalah pemisah antara “top dg” dengan “under dog”.
Top dog itu adil, otoriter, moralistic, menuntut, berlaku sebagai majikan,dan
manipulative. Sedangkan underdog memanipulasi dengan memainkan peran sebagai
korban, defensive, membela diri, tak berdaya, lemah dan ingin dimaklumi.dialvg
antara dua kecenderungan yang berlawanan memiliki sasaran meningkatkan taraf
integrasi polaritas – polaritas dan konflik – konflik yang ada pada diri seseorang ke
taraf yang lebih tinggi.Dengan sasaran itu terapis tidak bermaksud memisahkan klien
dari sifat – sifat tertentu, tetapi mendorong klien agar belajar menerima.
b. Bermain Proyeksi
Dalam bermain proyeksi terapis meminta kepada klien yang mengatakan “saya
tidak bisa mempercayaimu” untuk memainkan peran sebagai orang yang tidak bisa
menaruh kepercayaan guna menyikapi sejauh mana ketidakpercayaan itu menjadi
konflik dalam dirinya. Dengan kata lain, terapis meminta klien untuk “mencobakan”
pertanyaan – pertanyaan tertentu yang ditujukn kepada orang lain dalam kelompok.
c. Teknik Pembalikan
Ilustrasi dari teknik pembalikan ini adalah kasus seorang wanita yang diminta
untuk menjadi seorang yang jahat.Terapis meminta kepada klien untuk berkeliling
untuk mendatangi semua orang dalam kelompoknya dan memberikan kutukan,
menunjukan niat jahat, dan mengatakan sesuatu yang ditakuti mereka.Dia menimbun
kebencian dan dendam sebagai hasil dari sampingan represinya. Ketika ia didorong
untuk mengungkapkan sisi buruknya yang belum pernah dilakukannya,hasilnya
cukup dramatis. Klien secara intens merasakan sisi yang diingkarinya dan lambat laun
dapat mengintegrasikan sisi tersebut ke dalam kepribadiannya.
d. Permainan Ulangan
Para anggota kelompok terapi melakukan permainan berbagi pengulangan satu
sama lain dalam upaya meningkatkan kesadaran atas pengulangan yang dilakukan
oleh mereka dalam memenuhi tuntutan memainkan peran – peran sosial. Mereka
menjadi lebih sadar betapa mereka selalu mencoba memenuhi pengharapan –
pengharapan orang lain, sadar seberapa besar derajat keinginan mereka untuk
disetujui, diterima, dan disukai , serta sejauh mana mereka berusaha memperoleh
penerimaan.
e. Permainan melebih – lebihkan
Permainan ini berhubungan dengan konsep peningkatan kesadaran atas tanda –
tanda dan isyarat – isyarat halus yang dikirimkan oleh seseorang melalui bahasa
tubuh, gerakan –gerakan, sikap badan , mimic muka bisa mengkmunikasikan makna –
makna yang penting, begitu pula isyarat – isyarat yang tidak lengkap. Klien diminta
untuk melebih – lebihkan gerakan – gerakan atau mimic muka secara berulang –
ulang yang biasanya mengintensifkan perasaan yang berpaut pada tingkah laku dan
membuat makna bagian dalam menjadi lebih jelas.
f. Tetap Dengan Perasaan
Teknik ini bisa digunakan pada saat klien menunjuk pada perasaan atau suasana
hati yang tidak menyenangkan yang sangat ingin dia menghindarinya. Terapis
mendesak klien untuk tetap dengan atau menahan perasaannya yang ia ingin hindari
itu. Kebanyakan klien melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari
perasaan – perasaan yang tidak menyenagkn.Terapis bisa meminta klien untuk
bertahan dengan ketakutan atau kesakitan apapun yang dialaminya sekarang dan
mendorong klien untuk menyelam lebih dalam perasaan dan tingkah laku yang ingin
dihindarinya.
6. Pendekatan Ratoinal Emotif Therapy (RET)
RET dikembangkan oleh seorang eksistensialis Albert Ellis pada tahun 1962.
Sebagaimana diketahui aliran ini dilatarbelakangi oleh filsafat eksistensialisme yang
berusaha memahami manusia sebagimana adanya.
RET menolak pandangan aliran psikoanalisis berpandangan bahwa peristiwa dan
pengalaman individu menyebabkan terjadinya gangguan emosional. Meurut Ellis
bukanlah pengalaman atau peristiwa eksternal yang menimbulkan emosiomnal, akan
tetapi tergantung kepada pengertian yang diberikan terhadap peristiwa atau pengalaman
itu. Gangguan emosi terjadi disebabkan pikiran – pikiran seseorang yang
bersifatirrasional tehadap peristiwa dan pengalaman yang dilaluinya.
RET bertujuan untuk memperbaiki dan mengubah sikap , persepsi, cara berpikir,
keyakinan, serta pandangan klien yang irrasional menjadi rasional sehingga ia dapat
mengembangkan diri dan mencapai realisasi diri yang optimal. Menghilangkan gangguan
emosional yang dapat merusak diri seperti : benci, takut, rasa bersalah, cemas, was – was,
marah, sebagai akibat bepikir yang irrasional, dan melatih serta mendidik klien agar dapat
menghadapi kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan kepercayaan diri, nilai
– nilai, dan kemampuan diri.
Berikut ini adalah beberapa teknik konseling RET dapat diikuti, antara lain adalah
teknik yang berusaha menghilangkan gangguan emosional yang merusak diri yang terdiri
atas :
a. Assertive training. Yaitu melatih dan membiasakan klien terus menerus
menyesuaikan diri dengan perilaku tertentu yang diinginkan.
b. Sosiodrama. Yaitu semacam sandiwara pendek tentang masalah kehidupan sosial.
c. Self modeling. Yaitu teknik yang bertujuan menghilangkan perilaku tertentu, dimana
konselor menjadi model, dank lien berjanji akan mengikuti.
d. Social modeling. Yaitu membentuk perilaku baru melalui model sosial dengan cara
imitasi, observasi.
e. Teknik reinforcement. Yaitu memberi reward terhadap perilaku rasional atau
memperkuatnya.
f. Desensitisasi sistematik.
g. Relaxation.
h. Self control. Yaitu dengan mengontrol diri.
i. Diskusi.
j. Simulasi, dengan bermain peran atara konselor dengan klien.
k. Homework assignment.
l. Bibliografi.
7. Pendekatan Realitas
Pendiri terapi Realitas adalah William Glaser.Terapi Realitas adalah bentuk
pengubahan perilaku karena dalam penerapan institusionalnya, merupakan tipe
pengondisisan operan yang tidak ketat.
Menurut terapi ini, akan sangat berguna bila menganggap identitas dalam pengertian
“identitas keberhasilan” lawan “identitas kegagalan”. Dengan kata lain orang
membutuhkan identitas dan mampu mengembangkan “identitas keberhasilan” maupun
“identitas kegagalan”. Terapi realitas berlandaskan motivasi pertumbuhan dan
antideterministik.
Tujuan umum konseling realitas adalah membimbing konseli kearah mempelajari
perilaku yang realities dan bertanggung jawab serta mengembangkan “identitas
keberhasilan”.Konselor berkewajiban membantu konseli dalam membuat pertimbangan –
pertimbangan nilai tentang perilakunya sendiri dan dalam merencanakan tindakan bagi
perubahan.
Tugas utama konselor dalam konseling ini adalah melibatkan diri dengan konseli dan
mendorong konseli untuk menghadapi kenyataan dan untuk membuat pertimbangan nilai
mengenai perilakunya sekarang.Setelah konseli menetapkan prubahan – perubahan
spesifik yang dinginkannya, rencana – rencana dibuat, dan hasilnya dievaluasi.
Dalam membantu klien untuk menciptakan identitas keberhasilan, terapis bisa
menggunakan beberapa teknik sebagai berikut :
a. Terlibat dalam permaina peran dengan klien.
b. Menggunakan humor.
c. Mengonfrontasikan klien dan menolak dalih apapun.
d. Membantu klien dalam merumuskan rencana – rencana yang spesifik bagi tindakan.
e. Bertindak sebagai model dan guru,
f. Memasang batas – batas dan menyusun situasi terapi.
g. Melibatkan diri dengan klien dalam upaya mencari kehidupan yang lebih efektif.
Terapi realitas tidak memasukan sejumlah teknik yang secara umum diterima oleh
pendekatan – pendekatan terapi lain. Teknik – teknik diagnostic tidak menjadi bagian
dari terapi realitas sebab diagnostic dianggap membuang waktu, merusak klien dengan
menyematkan label pada klien yang cenderung mengekalkan tingkah laku yang tidak
bertanggung jawab dan gagal. Teknik lain yang tidak digunakan adalah penafsiran,
pemahaman, wawancara nondirektif, asosiasi bebas,analisis transferensi dan resistensi,
dan analisis mimpi.
8. Pendekatan Analisis Transaksional
Pendekatan ini dikembangkan Oleh Eric Berne, berlandaskan suatu teori kepribadian
yang berkenaan dengan analisis structural dan transaksional. Teori ini menyajikan suatu
kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu : orang tua,
orang dewasa, dan anak.
Analisis Transaksional adalah psikoterapu transaksional yang dapat digunakan dalam
konseling individual, tetapi lebih cocok untuk digunakan dalam konseling kelompok.
AT memekankan aspek –aspek kognitif rasional behavioral dan berorientasi kepada
peningkatan kesadaran sehingga konseli akan mampu membuat putusan – putusan baru
dan mengubah cara hidupnya.
Tujuan dasar AT adalah membantu klien dalam membuat putusan – putusan baru
yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya. Sasarannya adalah
mendorong klien agar menyadari bahwa kebebasan dirinya dalam memilih telah dibatasi
oleh putusan –putusan dini mengenai posisi hidupnya dan oleh permainan yang
manipulative dan oleh scenario – scenario hidup yang mengalahkan diri, dengan gaya
hidup otonom yang ditandai dengan kesadaran, spontanitas, dan keakraban.
Sebagian besar metode dan proses – proses, prosedur – prosedur, dan teknik – teknik
yang umum digunakan dalam praktek Analisis Transaksional. Sebagian besar metode dan
proses terapeutik AT bisa diterapkan ada terapi individual maupun pada terapi kelompok.
a. Analisis Struktural
Analisis structural adalah alat yang bisa membantu klien agar menjadi sadar atas
isi dan fungsi ego orang tua, ego orang dewasa, dan ego anaknya.Para klien AT
belajar bagaimana mengenali ketiga perwakilan egonya itu.Analisis structural
membantu klien dalam megubah pola – pola yang dirasakan menghambat dan
membantu klien agar menemukan perwakilan ego yang mana yang menjadi landasan
tingkah yang mana menjadi landasan tingkah lakunya. Dengan penemuannya, klien
bisa memperhitungkan pilihan-pilihannya.dua tipe masalah yang berkaitan dengan
struktur kepribadian bisa diselidiki melalui analisis structural : pencemaran dan
penyisihan. Pencemaran terjadi apabila isis perwakilan ego yang satu bercampur
dengan isi perwakilan ego yang lainnya.
Penyisihan terdapat ketika ego anak yang tersisih bisa merintangi ego orang tua
atau apabila ego orang tua yang tersisih merintangi ego anak, yakni apabila garis –
garis batas ego yang kaku tidak memungkinkan gerakan bebas.Ego orang tua yang
konstan menyisihkan ego orang dewasa dewasa, dan ego anak. Orang semacam ini
bisa bersifat menghakimi, moralis, dan menuntut terhadap orang lain,bertindak
dengan cara mendominasi dan otoriter. Ego anak yang konstan menyisihkan ego
orang dewasa dan ego orang tua.Orang ini terusmenerus bersifat kekanak –
kanakan.Ego orang dewasa yang konstan menyisihkan ego orang tua dan ego anak
menjadikan individu ini kurang menunjukan perasaan dan kurang spontan.
b. Permainan Peran
Dalam terapi kelompok, situasi-situasi permainan peran bisa melibatkan para
anggta lain. Seorang anggota kelompok memainkan peran sebagai perwakilan ego
yang menjadi sumber masalahbbagi anggota lainnya. Bentuk permainan lainnya
adalah permainan yang menonjolkan gaya-gaya khas dari ego orang tua yang konstan,
ego orang dewasa yang konstan, dan ego anak yang konstan, atau permainan-
permainan tertentu agar memungkinkan klien memperoleh umpan balik tentang
tingkah laku sekarang dalam kelompok.
c. Percontohan Keluarga
Klien diminta untuk membayangkan suatu adegan yang melibatkan sebanyak
mungkin orang yang berpengaruh dimasa lampau, termasuk dirinya sendiri.Dia
menetapkan situasi dan menggunakan para anggota kelompok sebagai pemeran para
anggota keluarga yang dibayangkannya.Diskusi, tindakan, dan evaluasi selanjutnya
bisa mempertinggi kesadran tentang suatu situasi yang spesifik dan makna-makna
pribadi yang berlaku pada klien.
d. Analisis Scenario
Pembuatan scenario mula-mula terjadi secara nonverbal pada masa kanak-kanak
melalui pesan-pesan dari orang tua.Selama tahun-tahun pertama perkembangannya,
seseorang belajar tentang nilai dirinya sebagai pribadi dan tempat dirinya dalam
kehidupan.Selanjutnya, pembentukan skenario berjalan melalui cara-cara langsung
maupun tidak langsung.
Analisis skenario bisa dilaksanakan dengan menggunakan suatu daftar scenario
berisi item-item yang berkaitan dengan posisi-posisi hidup, penipuan-penipuan,
permainan-permainan yang semuanya merupakan komponen-komponen fungsional
utama pada scenario kehidupan individu.
B. TEKNIK KONSELING
1. Teknik Umum Konseling I
Teknik umum merupakan teknik konseling yang lazim digunakan dalam tahap-tahap
konseling dan merupakan teknik dasar konseling yang harus dikuasai oleh konselor.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan disampaikan beberapa jenis teknik umum.
a. Perilaku Attending
Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien. Hal ini mencangkup
komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik
dapat menimbulkan hal positif, seperti meningkatkan harga diri klien, menciptakan
suasana yang aman, dan mempermudah eksperesi perasaan klien dengan bebas.
l. Bermain Peran
Teknik ini digunakan untuk mengekpresikan berbagai jenis perasaan yang
menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan
sedemikian rupa, sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri
melalui peran tertentu.
Catatan :
Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang
lebih baru tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan
yang ingin dihindari, tetapi membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk bertahan
dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindari itu.
m. Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus-menerus suatu model perilaku tertentu
dengan maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang
negatif.Khususnya dalam teknik wawancara, menurut Nurhadi, ada beberapa teknik
yang bisa digunakan. Berikut penjelasannya :
1) Pendekatan Directive (Counselor Centered)
Konselor yang mempergunakan metode ini membantu memecahkan masalah
konseli dengan secara sadar mempergunakan sumber-sumber
intelektualnya.Tujuan utama dari metode ini adalah membantu konseli mengganti
tingkah laku emosional dan implusif dengan tingkah laku yang rasional.Lepasnya
tegangan-tegangan dan didapatnya “insight” dipandang sebagai suatu hal yang
penting.
Di dalam membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi konseli
denganrasional, konselor tidak boleh bersikap otoriter dan menuduh, walaupun
dikatakan direktif.Larangan-larangan yang langsung, petuah dan didaktis, dan
petuah yang sifatnya mengatur sebaiknya dihindari.
Konsep direktif meliputi bahwa konseli membutuhkan bantuan dan konselor
membantu menemukan apa yang menjadi masalahnya dan apa yang mesti
kerjakan. Teknik-teknik yang bisa digunakan antara lain :
a) Informasi tentang dirinya, hal ini digunakan untukmengkonfrontasikan antara
infoemasi yang diberikan dengan kenyataan yang ada. Dari sini, konseli
iharapkan mampu mengevaluasi kembali sikapnya;
b) Case history digunakan sebagai alat diagnosis dan therapeuticdengan tujuan
membantu dalam “rapport”, mengembangkan kartatis, memberikan
keyakinan kembali, dan kembali mengembangkan “insight”; dan
c) Konflik yang digunakan sebagai alattherapeutic. Situasi konflik sengaja
ditimbulkan, konseli dihadapkan pada situasi yang memancing sikapnya
dalam menghadapi realitas dan konseli dimotivasi untuk memecahkannya.
2) Pendekatan Nondirective (Client Centered)
Pada teknik ini,konseli diberi kesempatan untuk memimpin wawancara dan
memikul sebagian besar dari tanggung jawab atas pemecahan masalahnya.
Beberapa ciri-cirinya, antara lain :
a) Konseli bebas untuk mengekspresikan dirinya;
b) Konseli menerima, mengetahui, menjelaskan, mengulang lebih secara objektif
pertanyaan-pertanyaan dari konseli;
c) Konseli ditolong untuk makin mengenal diri sendiri; dan
d) Konseli membuat asal-usul yang berhubungan dengan pemecahan
masalahnya.
Salah satu keuntungan terbesar dari metode ini adalah mengurangi
ketergantungan konseli.Bahkan, memberikan pelepasan emosi yang dalam dan
member lebih banyak kesempatan untuk pertumbuhan “self sufficiency”.
Sebenarnya, masih ada satu lagi metode yang dikenal dengan pendekatan
yang eclectic. Dalam pendekatan ini, konselor mempergunakan cara-cara yang
dinggap baik atau tepat, yang disesuaikan dengan konseli dan masalahnya.Dengan
demikian, konselor dapat menggunakan kedua teknik tersebut di atas dalam
satu counseling session yang berarti konselor menggunakan teknik-teknik membei
saran, nasihat, dorongan, dan member konseli.
Teknik-teknik seperti telah dijelaskan tadi, dalam dunia pendidikan,
digunakan untuk mendiagnosis problem-problem kesiswaan yang terjadi.Seorang
konselor harus mampu mendiagnosis masalah-masalah siswa, misalnya dalam hal
kesulitan belajar.Konselor harus mengenali peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar, memahami sifat dan jenis kesulitan belajarnya, menetapkan
usaha-usaha bantuan, bagaimana tindak lanjutnya, dan lain-lain. Kemampuan ini
akan terus dikembangkan demi peningkatan profesionalitas konselor dan
peningkatan kualitas sekolah.
Teknik umum 1,2, dan teknik khusus di atas harus dipelajari secara serius oleh
konselor. Jangan sampai teknik yang banyak dan kaya di atas hanya sebagai
pajangan saja.Dibutuhkan keberanian untuk memperaktikkan, menilai, dan
mengembangkannya. Dari eksperimentasi terus-menerus itu, seorang konselor
akan mempunyai talenta konseling yang menyatu dalam jiwanya (inheren).
Sehingga, dalam keadaan apa pun, secara refleks, kemampuan tersebut
muncul dari dirinya.
Aspek pengasahan terus-menerus akan memunculkan kemampuan hebat yang
tidak disangka-sangka sebelumnya. Di sinilah hebatnya faktor konsistensi dalam
melakukan sesuatu. Prestasi yang dilahirkan dari konsistensi ini tidak
terbayangkan sebelumnya, bahkan oleh si pelakunya sendiri, apalagi orang lain.
Catatan :
Di dalam membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi konselidengan
rasional, konselor tidak boleh bersikap otoriter dan menuduh, walaupun dikatakan
direktif.Larangan-larangan yang langsung, petuah yang didaktis, dan petuah yang
sifatnya mengatur sebaliknya dihindari.
BAB III
A. PENDEKATAN KONSELING
Pendekatan yang konselor gunakan dalam melakukan konseling ini adalah dengan
menggunakan Pendekatan Client–Centered. Pendekatan Client Centered difokuskan pada
tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan cara–cara menghadapi kenyataan
secara lebih penuh
B. TEKNIK KONSELING
Teknik dalam konseling yang di gunakan konselor adalah Teknik Konseling
Umum.Teknik yang biasa digunakan konselor dalam mengkonseling konseli.
Berikut tahapan-tahapan dilakukan :
1. Tahap Awal (mendefinisikan masalah konseli)
Keterangan :
Konselor
Konseli
BAB IV
Setelah dilakukan konseling oleh konselor kepada konseli didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Konseli bersedia kontrak waktu kepada konselor.
2. Konseli bersedia mengisi format informed consent sebelum dilakukan konseling.
3. Konseli menceritakan permasalahan yang di hadapinya.
4. Konseli mengerti dengan permasalahan yang di hadapinya.
5. Konseli mengerti bagaimana cara mengatasi permasalahnnya.
6. Konseli bersedia menerima saran dan masukan dari konselor.
7. Konseli bersedia menutup sesei kontrak waktu dengan konselor.
BAB V
A. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari tahap-tahap konseling yang telah dilaksanakan maka untuk mencapai tujuan proses
konseling maka perlu dilaksanakan penilaian untuk melihat bagaimana perkembangan klien
penilaian hasil dari konseling tersebut dapat dilihat dari hsil analisis SWOT berikut ini,
diantaranya:
1. Konseli memperoleh pemahaman baru terkait tentang keadaan dirinya dan permasalahan
2. Konseli membutuhkan motivasi atau dorongan lain dari keluarganya agar selalu
3. Konseli mempunyai rencana dan komitmen untuk mulai mengikuti semua yang
Konseli memiliki lingkungan yang dapat menganggu proses konseli untuk melakukan hal
yang dianjurkan. (Threat/Ancaman bagi konseli dari lingkungan sekitar)
B. SARAN
Kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan oleh penulis untuk penyempurnaan
tugas ini.Karna penulis merasa masih banyak kekurangan dalam pembuatan tugas ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.alodokter.com/vertigo
http://aquuhlizha.blogspot.co.id/2014/03/teknik-teknik-bimbingan-konseling.html diakeses
tanggal 28 desember 2017
http://ekayanibk.blogspot.co.id/2016/01/contoh-dialog-konseling-individu.htmldiakeses tanggal
28 desember 2017
http://eshintanuriah.blogspot.co.id/2017/04/format-laporan-konseling-individual.htmldiakeses
tanggal 29 desember 2017
https://ictklmpk.wordpress.com/2013/04/28/pendekatan-pendekatan-dalam-konseling/diakeses
tanggal 29 desember 2017
https://mrarda.wordpress.com/2013/05/06/layanan-konseling-individu/diakeses tanggal 29
desember 2017
http://tholearies.blogspot.co.id/2014/02/bimbingan-konseling-pengertian-tujuan.htmldiakeses
tanggal 30 desember 2017
http://wartabk.blogspot.co.id/2016/09/teknik-teknik-pendekatan-dalam-konseling.htmldiakeses
tanggal 30 desember 2017