Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN

HASIL KONSELING

DISUSUN OLEH:

LENI AGUSTIN
16012147

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


HANGTUAH PEKANBARU
Jl. Mustafa Sari No. 5 Tangkerang Selatan Pekanbaru
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan selalu kehadirat Allah SWT.Berkat Rahmat dan Nikmat-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan laporan hasil praktikum ini dengan baik dan dalam keadaan
sehat walafiat. Salawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada Nabi besar Muhammad.
Semoga kita semua selalu ada dalam lindungannya.Aamiin.

Praktek konseling individual merupakan salah satu layanan konseling yang diberikan oleh
Konselor kepada klien nya.Dalam konseling individual.Klien yang ditangani tidak lebih dari satu
orang karena bersifat individu.Dalam hal ini penulis telah melakukan sebuah konseling
individual dengan mengambil sampel klien dari salah satu kepala rumah tanggal di lingkungan
sekitar tempat tinggal penulis.

Dalam laporan praktek ini, penulis menjelaskan apa yang didapat penulis selama terjun
dilapangan. Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan tugas ini.

Akhir kata penulis memohon maaf apabila dalam laporan ini terdapat banyak kesalahan
baik dalam penyampaian materi maupun EYD yang kurang sempurna.Semoga laporan
praktikum konseling ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun pembaca.

Pekanbaru, 11 Desember 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. ANALISA SITUASI
B. PERUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN DAN MANFAAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN KONSELING
B. TUJUAN KONSELING
C. PROSEDUR PELAKSANAAN KONSELING
D. FUNGSI KONSELINGG

BAB III PENDEKATAN DAN TEKNIK

A. PENDEKATAN
B. TEKNIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

DOKUMENTASI KEGIATAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Konseling merupakan proses pemberian bantuan dari seorang ahli yang disebut konselor
kepada siapapun yang membutuhkan bantuan yang biasa disebut konseli. Proses konseling
bertujuan untuk memberikan jalan keluar dalam proses pemecahan masalah yang dimiliki
oleh konseli. Konselor berperan sebagai pemberi bantuan kepada konseli untuk dapat berfikir
jernih dan dapat menyelesaikan masalahnya
Dalam kenyataannya, konseling sering kita jumpai dalam tindakan medis hanya saja si
pasien ragu dalam menjelaskan apa yang terjadi pada dirinya dan tidak paham akan apa yang
telah disampaikan.
Hal ini lah yang menyebabkan kurangnya pengetahuan si pasien akan apa yang
dideritanya…
Disini terdapat salah satu pasien yang memiliki masalah yang membutuhkan bantuan
secara pribadi. Selanjutnya berdasarkan permasalahan tersebut makalah ini disusun untuk
mengetahui masalah apa yang di alami pasien disalah satu rumahbidan tersebut, serta
pendekatan yang akan diberikan kepada klien serta rencana bantuan seperti apa yang akan
diberikan untuk memecahkan masalah yang dialami klien

B. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah diantaranya adalah:
1. Apa permasalahan yang terjadi dalam diri konseli yang melakukan praktik konseling.
2. Apa teknik konseling yang terpat untuk dilakukan terhadap konseli.
3. Apa rencana pemberian bantuan yang akan dilakukan dalam proses konseling.
C. TUJUAN
Disusunnya laporan praktik konseling ini memiliki tujuansebagai berikut:
1. Untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dalam diri konselor yang melakukan
praktik konseling.
2. Untuk mengetahui teknik konseling apa yang tepat untuk dilakukan terhadap konseli.
3. Untuk mengetahui rencana pemberian bantuan yang akan dilakukan dalam proses
konseling.
D. MANFAAT
Disusunnya laporan praktik konseling ini memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Mendapatkan pemecahan masalah dari konselor.
2. Bisa menyesuaikan diri terhadap permasalahan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Diabetes
adalah penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar gula dalam darah akibat
gangguan sekresi insulin. Diabetes mellitus di sebut juga penyakit kencing
manis. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, definisi kencing manis
adalah penyakit yang menyebabkan air kencing yang di produksi bercampur zat
gula. Adanya kadar gula yang tinggi dalam air kencing dapat menjadi tanda-
tanda gejala awal penyakit Diabetes mellitus.

2. Penyebab Diabetes
Berikut Ini adalah adanya penyebab yang menjadi pemicu
meningkatkan resiko diabetes melitus, diantaranya adalah:
a. Keturunan
Orang yang bertalian darah dengan orang yang mengidap diabetes
melitus lebih cenderung mengidap penyakit tersebut ketimbang
dengan mereka yang tidak memilikinya di dalam keluarga.Resikonya
tergantung pada jumlah anggota keluarga yang memiliki
diabetes.Semakin banyak jumlah sanak saudara yang mengidap
diabetes, semakin tinggi resikonya.Ada resiko 5% bagi Anda untuk
mengidap diabates jika orang tua atau sodara kandung Anda
mengidap diabetes.Resikonya bisa meningkat menjadi 50% jika
Anda kelebihan berat badan.
b. Pola makan tidak sehat
yang disebut pola makan yang tidak sehat banyak sekali macamnya.
Dan berkenaan dengan diabetes melitus hal ini sangat menjadi
penyebab dari diabetes.Makan-makanan yang terlalu banyak
mengandung gula dan juga makanan dengan indeks glikemik tinggi
dapat memicu Anda terkena diabetes nantinya.Makan-makanan
mengandung lemak tinggi dan kolesterol tinggi juga memicu
diabetes.Karena makanan jenis ini dapat memicu kegemukan atau
obesitas terjadi pada diri Anda.
c. Kegemukan
Hampir 80% orang yang terjangkit diabetes pada usia lanjut
biasanya kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan
meningkatkan kebutuhan insulin pada tubuh.Orang dewasa yang
kegemukan memiliki sel-sel lemak yang lebih besar pada tubuh
mereka.Diyakini bahwa sel-sel lemak yang lebih besar tidak
merespons insulin dengan baik.Gejala-gejala diabetes mungkin bisa
menghilang seiring menurunnya berat badan.
d. Usia
Resiko diabetes meningkat sejalan dengan bertambahnya usia,
terutama setelah usia 40 tahun, karena jumlah sel-sel beta di dalam
pankreas yang memproduksi insulin menurun seiring bertambahnya
umur.
e. Jenis kelamin
Baik pria maupun wanita memiliki resiko yang sama besar untuk
mengidap diabetes sampai usia dewasa awal. Setelah usia 30 tahun,
wanita memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan pria. Wanita
yang terkena diabets selama kehamilan memiliki resiko lebih tinggi
untuk terjangkit diabetes Tipe II pada usia lanjut.
f. Infeksi pada kelenjar pankreas
Hormon insulin untuk mengatur kadar gula dalam darah dihasilkan
oleh kelenjar pankreas. Apabila sampai terjadi infeksi dalam tubuh
dan kebetulan menyerang pankreas Anda sehingga pankreas tidak
bisa memproduksi hormon insulin dengan baik, maka tanda-tanda
diabetes akan muncul. Jaga kesehatan Anda agar tidak terkena
infeksi oleh kuman atau bakteri. Kecelakaan atau cedera yang
merusak pankreas juga bisa merusak sel-sel beta, dan karenanya
menyebabkan diabetes
g. Kurang aktifitas fisik seperti olahraga
Kebanyakan orang di zaman medern ini tidak sempat sama sekali
melakukan olahraga. Padahal demi tubuh yang sehat seseorang
dianjurkan untuk melakukan olah raga setiap harinya. Bila tidak
olahraga akan mengakibatkan efek lanjutan berupa obesitas. Sudah
dijelaskan diatas, bahwa obesitas itu sendiri menjadi penyebab dari
diabetes melitus.

3. Berikut beberapa gejala Diabetes mellitus


Kelelahan yang berlebihan
Peningkatan buang air kecil
Haus dan mulut terasa kering
 Penurunan berat badan
 Sering lapar
 Penglihatan kabur
 Perasaan kebingungan
 Kerentanan terhadat infeksi tertentu

4. Cara pencegahan Diabetes mellitus


Cara Mencegah Penyakit kencing manis yaitu dengan menghindari
berbagai jenis makanan yang terlalu banyak mengandung glukosa, dan
berbagai jenis makanan olahan yang tinggi glukosa, serta rajin berolah
raga dan melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit perhari. terutama
untuk anda yang beresiko tinggi terkena DM. terlebih apabila orang
anda menderita Kencing manis berarti resiko untuk terkena Dm dua kali
lebih besar dibandingkan mereka yang tidak memiliki status kesehatan
keluarga yang menderita dm.
Selain itu mengontrol berat badan juga penting dalam rangka
mencegah terjadinya penyakit dm ini, lakukan pengecekan kadar gula
darah untuk mengetahui berapa tinggi glukosa dalam darah dan bisa
melakukan pencegahan. sedangkan untuk mereka yang sudah terkena
penyakit DM. lakukan pola hidup sehat, jaga asupan kalori, batasi
jumlah porsi makanan

KONSELING
1. Pengertian Konseling
Konseling adalah suatu bentuk wawancara untuk menolong (membantu) orang lain
memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai dirinya (keinginannya, sikapnya,
kekhawatiran, dan sebagainya) dalam usahanya untuk memehami dan
mengatasipermasalahan yang sedang dihadapinya (Trismiati, 2004.hlm.9).
Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara
sistematik dengan paduan ketrampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan
penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali
kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar/upaya
untuk mengatasi masalah tersebut (McLeod, 2006.hlm.10).
2. Tujuan Konseling
Adanya pemahaman terhadap akar dan perkembangan kesulitan emosional, mengarah
pada kapasitas untuk lebih memilih kontrol rasional daripada perasaan dan tindakan.
Menjadi lebih mampu membentuk dan mempertahankan hubungan yang bermakna dan
memuaskan dengan orang lain. Menjadi lebih peka terhadap pemikiran dan perasaan
yang selama ini ditahan atau ditolak, atau mengembangkan perasaan yang lebih akurat
berkenaan dengan bagaimana penerimaan orang lain terhadap diri.
Pengembangan sikap positif terhadap diri, yang ditandai oleh kemampuan
menjelaskan pengalaman yang selalu menjadi subjek kritik diri dan
penolakan.Pergerakan ke arah pemenuhan potensi atau penerimaan integrasi bagian diri
yang sebelumnya saling bertentangan.Membantu klien mencapai kondisi kesadaran
spiritual yang lebih tinggi.Menemukan pemecahan masalah tertentu yang tak bisa
dipecahkan oleh klien seorang diri.
Membuat klien mampu menangkap ide dan teknik untuk memahami dan mengontrol
tingkah laku.Mempelajari dan menguasai ketrampilan soaial dan interpersonal.Modifikasi
atau mengganti kepercayaan yang tak rasional atau pola pemikiran yang tidak dapat
diadaptasi, yang diasosiasikan dengan tingkah laku penghancuran diri (McLEOD,
2006.hlm.13).
3. Prosedur Pelaksanaan Konseling
Secara umum, proses konseling terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1) tahap awal (tahap
mendefinisikan masalah); (2) tahap inti (tahap kerja); dan (3) tahap akhir (tahap
perubahan dan tindakan).
a. Tahap Awal
Tahap ini terjadi dimulai sejak klien menemui konselor hingga berjalan sampai
konselor dan klien menemukan masalah klien. Pada tahap ini beberapa hal yang perlu
dilakukan, diantaranya:
1) Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien (rapport). Kunci
keberhasilan membangun hubungan terletak pada terpenuhinya asas-asas
bimbingan dan konseling terutama azas kesukarelaan, keterbukaan, kerahasiaan
dan kegiatan.
2) Memperjelas dan mendefinisikan masalah. Jika hubungan konseling sudah terjalin
dengan baik dan klien telah melibatkan diri, maka konselor harus dapat membantu
memperjelas masalah klien.
3) Membuat penaksiran dan perjajagan. Konselor berusaha menjajagi atau menaksir
kemungkinan masalah dan merancang bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu
dengan membangkitkan semua potensi klien, dan menentukan berbagai alternatif
yang sesuai bagi antisipasi masalah.
4) Menegosiasikan kontrak. Membangun perjanjian antara konselor dengan klien,
berisi:
a) Kontrak waktu, yaitu berapa lama waktu pertemuan yang diinginkan oleh
klien dan konselor tidak berkebaratan.
b) Kontrak tugas, yaitu berbagi tugas antara konselor dan klien.
c) Kontrak kerjasama dalam proses konseling, yaitu terbinanya peran dan
tanggung jawab bersama antara konselor dan konseling dalam seluruh
rangkaian kegiatan konseling.
b. Inti (Tahap Kerja)
Setelah tahap Awal dilaksanakan dengan baik, proses konseling selanjutnya
adalah memasuki tahap inti atau tahap kerja. Pada tahap ini terdapat beberapa hal
yang harus dilakukan, diantaranya:
1) Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah klien lebih dalam. Penjelajahan masalah
dimaksudkan agar klien mempunyai perspektif dan alternatif baru terhadap
masalah yang sedang dialaminya.
2) Konselor melakukan reassessment (penilaian kembali), bersama-sama klien
meninjau kembali permasalahan yang dihadapi klien.
3) Konselor melakukan reassessment (penilaian kembali), bersama-sama klien
meninjau kembali permasalahan yang dihadapi klien.
a) Klien merasa senang terlibat dalam pembicaraan atau waancara konseling,
serta menampakkan kebutuhan untuk mengembangkan diri dan memecahkan
masalah yang dihadapinya.
b) Konselor berupaya kreatif mengembangkan teknik-teknik konseling yang
bervariasi dan dapat menunjukkan pribadi yang jujur, ikhlas dan benar-benar
peduli terhadap klien.
c) Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak. Kesepakatan yang telah
dibangun pada saat kontrak tetap dijaga, baik oleh pihak konselor maupun
klien.
c. Akhir (Tahap Tindakan)
Pada tahap akhir ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu:
1) Konselor bersama klien membuat kesimpulan mengenai hasil proses konseling.
2) Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan kesepakatan yang
telah terbangun dari proses konseling sebelumnya.
3) Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaian segera).
4) Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.
Pada tahap akhir ditandai beberapa hal, yaitu:
1) Menurunnya kecemasan klien.
2) Perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamis.
3) Pemahaman baru dari klien tentang masalah yang dihadapinya.
4) Adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang jelas.
5) Skenario Studi Kasus Konseling Individu. FUNGSI KONSELING
1. Konseling dengan fungsi pencegahan merupakan upaya mencegah timbulnya masalah
kesehatan.
2. Konseling dengan fungsi penyesuaian dalam hal ini merupakan upaya untuk membantu
klien mengalami perubahan biologis, psikologis, sosial, kultural, dan lingkungan yang
berkaitan dengan kesehatan.
3. Konseling dengan fungsi perbaikan dilaksanakan ketika terjadi penyimpangan perilaku
klien atau pelayanan kesehatan dan lingkungan yang menyebabkan terjadi masalah
kesehatan sehingga diperlukan upaya perbaikan dengan konseling.
4. Konseling dengan fungsi pengembangan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan upaya peningkatan
peran serta masyarakat.
A. PENDEKATAN KONSELING
1. Pendekatan Behavioral
Pendekatan behavioral atau perilaku adalah penerapan aneka ragam teknik dan
prosedur yang berakar pada berbagai teori belajar.Konseling model ini menyertakan
penerapan yang sistematis prinsip – prinsip belajar pada pengubahan perilaku kearah cita
– cita yang adaptif.Pendekatan behavioral tidak menguraikan asumsi – asumsi filosofis
tertentu tentang manusia secara langsung. Setiap orang dipandang memiliki
kecenderungan – kecenderungan positif dan negative yang sama. Manusia pada dasarnya
dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya.
Dalam kegiatan konseling behavioral tidak ada suatu teknik konseling pun yang
selalau harus digunakan, akan tetapi teknik yang dirasa kurang baik dieliminasi dan
diganti dengan teknik yang baru.
Berikut ini adalah beberapa teknik konseling behavioral :
a. Desensitisasi sistematik (systematic desensitization).
Teknik desensitisasi sistematik bermaksud mengajar klien untuk memberikan
respon yang tidak knsisten dengan kecemasan yang dialami klien.Teknik ini tak dapat
berjalan tanpa teknik relaksasi.
Di dalam konseling itu klien diajar untuk santai dan menghubungkan keadaan
santai itu dengan membayangkan pengalaman – pengalaman yang mencemaskan,
menggusarkan atau mengecewakan.
Situasi yang diberikan disusun secara sistematik dari yang kurang mencemaskan
hingga yang paling mencemaskan.
b. Assertive Training
Dalam assertive training konselor berusaha meberikan keberanian kepada klien
dalam mengatasi kesulitan tehadap orang lain. Pelaksanaan teknik ini adalah ialah
dengan role playing.
c. Aversion Therapy
Teknik ini bertujuan untuk menghukum perilaku yang negative dan memperkuat
perilaku psitif.
d. Home Work
Yaitu suatu latihan rumah bagi klien yang kurang mampu menyesuaikan diri
terhadap situasi tertentu.
2. Pendekatan Psikoanalitik
Menurut pandangan psikoanalitik, struktur kepribadian terdiri dan tiga system id, eg,
dan superego.Id adalah system kepribadian yang orisinil; kepribadian setiap orang hanya
terdiri dari id ketika dilahirkan.Id kurang terorganisasi, buta, menuntut, dan mendesak. Id
bersifat tidak logis, amoral, dan di dorong oleh satu kepentingan : memuaskan kebutuhan
– kebutuhan naluriah sesuai dengan asas kesenangan. Ego adalah tempat bersemayam
intelegensi dan rasionalitas yang mengawasi dan mengendalikan implus–implus buta dari
id. Superego adalah kode moral individu yang urusan utamanya adalah apakah suatu
tindakan baik atau buruk , benar atau salah.
Ada lima teknik dasar dari konseling psikoanalisis yaitu :
a. Asosiasi Bebas
Yaitu klien diupayakan untuk menjernihkan atau menikis alam pikirannya dari
alam pengalaman dan pemikiran sehari – hari sekarang ini, sehingga klien mudah
mengungkapkan pengalaman masa lalunya.
b. Interpretasi
Adalah teknik yang digunakan oleh konselor untuk menganalisis asosiasi bebas,
mimpi, resistensi, dan transferensi klien. Konselor menetapkan, menjelaskan, dan
bahkan mengaajar klien tentang makna perilaku yang termanifestasi dalam mimpi ,
asosiasi bebas, resistensi, dan transferensi klien.
c. Analisis Mimpi
Yaitu suatu teknik untuk membuka hal –hal yang tak disadari dan member
kesempatan klien untuk menilik masalah – masalah yang belum terpecahkan. Proses
terjadinya mimpi adalah karena diwaktu tidur pertahanan ego menjadi lemah dan
kompleks yang terdesakpun muncul ke permukaan.
d. Analisis Resistensi
Analis resistensi ditunjukan untuk menyadarkan klien terhadap alasan – alasan
terjadinya resistensinya.Konselor meminta perhatian klien untuk menafsirkan
resistensi.Penafsiran analisis atas resistensi ditujukan untuk membantu klien agar
menyadari alasan – alasan yang ada di balik resistensi sehingga dia bisa
menanganinya.
e. Analisis Tansferensi
Analisis tranferensi adalah teknik yang utama dalam psikoanalisis sebab
mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi.Ia
memungkinkan klien mampu memperoleh pemahaman atas sifat dari fiksasi – fiksasi
dan deprivasi – deprivasinya, dan menyajikan pemahaman tentang pegaruh masa
lampau terhadap kehidupannya sekarang.

3. Pendekatan Eksistensial Humanistik


Psikologi eksistensial humanistik berfokus pada kondisi manusia.Pendekatan ini
terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih –alih
suatu system teknik – teknik yang digunakan untuk mempengaruhi klien.Oleh karena itu,
pendekatan eksistensial – humanistic bukan suatu aliran terapi, bukan pula suatu teori
tunggal yang sistematik.
Tidak seperti kebanyakan pendekatan terapi, pendekatan eksistensial humanistic tidak
memiliki teknik – teknik yang ditentukan secara ketat.Teknik konseling yang
dikembangkan oleh konselor eksistensial humanistic hanya sedikit. Konselor eksistensial
– humanistic bisa meminjam teknik – teknik dari model – model lain. Dalam konseling
ini, diagnosis, pengetesan, dan pengukuran – pengukuran eksternal tidak dipandang
penting. Dengan demikian , konseling model ini bisa menjadi sangat konfrontatif.
Untuk contoh mengenai bagaimana seorang terapis yang berorientasi eksistensial
bekerja dalam pertemuan terapi, bisa ditunjuk surat klien yang telah diungkapkan di
muka.
Berikut ini adalah dalil-dalil yang mendasari praktek terapi eksistensial-humanistik
yang dikembangkan dari suatu survei atas karya-karya para penulis psikologi eksistensial,
berasal dari Frankl (1959, 1963), May (1953, 1958, 1961), Maslow (1968), Jourard
(1971), dan Bugental (1965), mempresentasikan sejumlah tema penting yang merinci
praktek-praktek terapi.
a. Dalil 1 : Kesadaran Diri
Pada hakikatnya, semakin tinggi kesadaran diri seseorang maka ia semakin hidup
sebagai pribadi. Meningkatkan kesadaran berarti meningkatkan kesanggupan
seseorang untuk mengalami hidup secara penuh sebagai manusia.
b. Dalil 2 : Kebebasan dan Tanggung Jawab
Manusia adalah makhluk yang menentukan diri, dalam arti bahwa dia memiliki
kebebasan untuk memilih diantara alternatif-alternatif.Karena manusia pada dasarnya
bebas, maka dia harus bertanggung jawab atas pengarahan hidup dan penentuan
nasibnya.
c. Dalil 3 : Keterpusatan dan Kebutuhan Akan Orang Lain
Setiap individu memiliki kebutuhan untuk memelihara keunikan dan
keterpusatanny, tapi pada saat yang sama ia memiliki kebutuhan untuk keluar dari
dirinya sendiri dan untuk berhubungan dengan orang lain serta dengan alam.
1) Keberanian untuk ada.
2) Pengalaman kesendirian.
3) Pengalaman keberhubungan.
d. Dalil 4 : Pencarian Makna
Salah satu karakteristik yang khas pada manusia adalah perjuangannya untuk
merasakan arti dan maksud hidup.
1) Masalah penyisihan nilai-nilai lama.
2) Belajar untuk menemukan makna dalam hidup
3) Pandangan eksistensial tentang psikopatologi
e. Dalil 5 : Kecemasan Sebagai Syarat Hidup
Kecemasan adalah suatu karakteristik dasar manusia. Kecemasan tidak perlu
merupakan suatu patologis, sebab ia bisa menjadi suatu tenaga motivasional yang
kuat untuk pertumbuhan. Kecemasan adalah akibat dari kesadaran atas tanggung
jawab untuk memlilih.
1) Kecemasan sebagai sumber pertumbuhan
2) Pelarian dari kecemasan
3) Implikasi-implikasi konseling bagi kecemasan
f. Dalil 6 : Kesadaran Atas Kematian dan Non-Ada
Kesadaran atas kematian adalah kondisi manusia yang mendasar yang
memberikan makna kepada hidup.Para eksistensialis mengungkapkan bahwa hidup
memiliki makna karena memiliki pembatasan waktu.
g. Dalil 7 : Perjuangan Untuk Aktualisasi Diri
Kecenderungan untuk menjadi apa saja yang mereka mampu, memiliki
kecenderunagan ke arah pengembangan keunikan dan ketunggalan, penemuan
identitas pribadi, dan perjuangan demi aktualisasi potensi-potensinya secara penuh.
4. Pendekatan Client–Centered
Terapi model ini dikembangkan pertama kali oleh Carel Rogers dengan sebutan
Client Centered Therapy (Meador dan Rogers, 1973) yaitu suatu metode perawatan psikis
yang dilakukan dengan cara berdialog antara dengan konseli agar tercapai gambaran yang
serasi antara ideal self (diri konseli yang ideal) dengan actual self (diri konseli sesuai
dengan kenyataan yang sebenarnya.
Pendekatan client centered difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan klien
untuk menemukan cara–cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh. Klien, sebagai
orang yang paling mengetahui dirinya adalah orang yang harus menemukan tingkah laku
yang lebih pantas bagi dirinya.
Konselor yang memilih terapi model ini memang menggunakan teknik – teknik,
tetapi menitikberatkan pada sikap – sikap konselor.Teknik – teknik dasar mencakup
mendengarkan aktif, merefleksikan perasaan – perasaan; menjelaskan, dan “hadir” bagi
konseli.Dukungan dan pemberian keyakinan bisa digunakan jika layak.Pendekatan ini
tidak memasukan pengetesan diagnostic, penafsiran, kasus sejarah, dan bertanya.
Implementasi teknik konseling tersebut didasari atas paham filsafat serta sikap
konselor yang melatarbelakangi penggunaan model terapi ini.Karena itu penggunaan
teknik seperti petranyaan, dorongan, interpretasi, dan sugesti dipakai dalam frekuensi
yang rendah.
Adapun beberapa tahap dalam konseling terapi client centered antara lain :
a. Klien datang kepada konselor atas kemauan sendiri. Apabila klien dating atas suruhan
orang lain, maka konselor harus mampu menciptakan situasi yang sangat bebas dan
permisif dengan tujuan agar klien memilih apakah ia akan terus meminta bantuan atau
akan membatalkannya.
b. Situasi konseling sejak awal harus menjadi tanggung jawab klien, unuk itu konselor
menyadarkan klien.
c. Konselor memberanikan klien agar ia mampu mengemukakan perasaannya. Konselor
harus bersikap ramah, bersahabat, dan menerima klien sebagaimana adanya.
d. Konselor menerima perasaan klien serta memahaminya.
e. Konselor berusaha agar klien dapat memahami dan menerima keadaan dirinya.
f. Klien menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil.
g. Klien merealisasikan pilihannya itu

5. Pendekatan Gestalt
Terapi ini dikembangkan oleh Fredrick S. Pearl (1894-1970) yang didasari oleh
empat aliran yakni psikoanalisis, fenomenologis, dan eksistensialisme serta psikologi
gestalt.Menurut Pearls individu itu aktif secara keseluruhan.Individu bukanlah jumlah
dari bagian – bagian atau organ – organ semata.
Tujuan terapi Gestalt bukanlah penyesuaian terhadap masyarakan. Pearls
mengingatkan bahwa kepribadian dasar pada zaman kita adalah neurotic sebab, menurut
keyakinannya, kita hidup dimasyarakat yang tidak sehat. Kita bisa memilih menjadi
bagian dari ketidaksehatan kolektif dan atau menghadapi resiko menjadi sehat.Tujuan
terapi selanjutnya adalah membantu klien agar menemukan pusat dirinya.
Sasaran utama terapi gestalt adalah pencapaian kesadaran.Dengan kesadaran, klien
memiliki kesanggupan untuk menghadapi dan menerima bagian – bagian keberadaan
yang diingkarinya serta untuk berhubungan dengan pengalaman – pengalaman subjektif
dengan kenyataan.Klien bisa menjadi suatu kesatuan dan menyeluruh. Apabila klien
menjadi sadar, maka urusannya yang tidak selesai akan selalu muncul sehingga bisa
ditangani dalam terapi.
Terapi Gestalt adalah lebih dari sekedar sekumpulan teknik atau permaina –
permainan. Teknik – teknik dalam terapi Gestalt digunakan sesuai dengan gaya pribadi
terapis.
Levitsky dan Pearls( 1970, hlm.144-149) menyajikan suatu uraian ringkasan tentang
sejumlah permainan yang biasa digunakan dalam terapi Gestalt yang mencakup :
a. Permainan Dialog
Terapis Gestalt menaruh pehatian yang besar pada pemisahan dalam fungsi
kepribadian. Yang paling utama adalah pemisah antara “top dg” dengan “under dog”.
Top dog itu adil, otoriter, moralistic, menuntut, berlaku sebagai majikan,dan
manipulative. Sedangkan underdog memanipulasi dengan memainkan peran sebagai
korban, defensive, membela diri, tak berdaya, lemah dan ingin dimaklumi.dialvg
antara dua kecenderungan yang berlawanan memiliki sasaran meningkatkan taraf
integrasi polaritas – polaritas dan konflik – konflik yang ada pada diri seseorang ke
taraf yang lebih tinggi.Dengan sasaran itu terapis tidak bermaksud memisahkan klien
dari sifat – sifat tertentu, tetapi mendorong klien agar belajar menerima.
b. Bermain Proyeksi
Dalam bermain proyeksi terapis meminta kepada klien yang mengatakan “saya
tidak bisa mempercayaimu” untuk memainkan peran sebagai orang yang tidak bisa
menaruh kepercayaan guna menyikapi sejauh mana ketidakpercayaan itu menjadi
konflik dalam dirinya. Dengan kata lain, terapis meminta klien untuk “mencobakan”
pertanyaan – pertanyaan tertentu yang ditujukn kepada orang lain dalam kelompok.
c. Teknik Pembalikan
Ilustrasi dari teknik pembalikan ini adalah kasus seorang wanita yang diminta
untuk menjadi seorang yang jahat.Terapis meminta kepada klien untuk berkeliling
untuk mendatangi semua orang dalam kelompoknya dan memberikan kutukan,
menunjukan niat jahat, dan mengatakan sesuatu yang ditakuti mereka.Dia menimbun
kebencian dan dendam sebagai hasil dari sampingan represinya. Ketika ia didorong
untuk mengungkapkan sisi buruknya yang belum pernah dilakukannya,hasilnya
cukup dramatis. Klien secara intens merasakan sisi yang diingkarinya dan lambat laun
dapat mengintegrasikan sisi tersebut ke dalam kepribadiannya.
d. Permainan Ulangan
Para anggota kelompok terapi melakukan permainan berbagi pengulangan satu
sama lain dalam upaya meningkatkan kesadaran atas pengulangan yang dilakukan
oleh mereka dalam memenuhi tuntutan memainkan peran – peran sosial. Mereka
menjadi lebih sadar betapa mereka selalu mencoba memenuhi pengharapan –
pengharapan orang lain, sadar seberapa besar derajat keinginan mereka untuk
disetujui, diterima, dan disukai , serta sejauh mana mereka berusaha memperoleh
penerimaan.
e. Permainan melebih – lebihkan
Permainan ini berhubungan dengan konsep peningkatan kesadaran atas tanda –
tanda dan isyarat – isyarat halus yang dikirimkan oleh seseorang melalui bahasa
tubuh, gerakan –gerakan, sikap badan , mimic muka bisa mengkmunikasikan makna –
makna yang penting, begitu pula isyarat – isyarat yang tidak lengkap. Klien diminta
untuk melebih – lebihkan gerakan – gerakan atau mimic muka secara berulang –
ulang yang biasanya mengintensifkan perasaan yang berpaut pada tingkah laku dan
membuat makna bagian dalam menjadi lebih jelas.
f. Tetap Dengan Perasaan
Teknik ini bisa digunakan pada saat klien menunjuk pada perasaan atau suasana
hati yang tidak menyenangkan yang sangat ingin dia menghindarinya. Terapis
mendesak klien untuk tetap dengan atau menahan perasaannya yang ia ingin hindari
itu. Kebanyakan klien melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari
perasaan – perasaan yang tidak menyenagkn.Terapis bisa meminta klien untuk
bertahan dengan ketakutan atau kesakitan apapun yang dialaminya sekarang dan
mendorong klien untuk menyelam lebih dalam perasaan dan tingkah laku yang ingin
dihindarinya.
6. Pendekatan Ratoinal Emotif Therapy (RET)
RET dikembangkan oleh seorang eksistensialis Albert Ellis pada tahun 1962.
Sebagaimana diketahui aliran ini dilatarbelakangi oleh filsafat eksistensialisme yang
berusaha memahami manusia sebagimana adanya.
RET menolak pandangan aliran psikoanalisis berpandangan bahwa peristiwa dan
pengalaman individu menyebabkan terjadinya gangguan emosional. Meurut Ellis
bukanlah pengalaman atau peristiwa eksternal yang menimbulkan emosiomnal, akan
tetapi tergantung kepada pengertian yang diberikan terhadap peristiwa atau pengalaman
itu. Gangguan emosi terjadi disebabkan pikiran – pikiran seseorang yang
bersifatirrasional tehadap peristiwa dan pengalaman yang dilaluinya.
RET bertujuan untuk memperbaiki dan mengubah sikap , persepsi, cara berpikir,
keyakinan, serta pandangan klien yang irrasional menjadi rasional sehingga ia dapat
mengembangkan diri dan mencapai realisasi diri yang optimal. Menghilangkan gangguan
emosional yang dapat merusak diri seperti : benci, takut, rasa bersalah, cemas, was – was,
marah, sebagai akibat bepikir yang irrasional, dan melatih serta mendidik klien agar dapat
menghadapi kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan kepercayaan diri, nilai
– nilai, dan kemampuan diri.
Berikut ini adalah beberapa teknik konseling RET dapat diikuti, antara lain adalah
teknik yang berusaha menghilangkan gangguan emosional yang merusak diri yang terdiri
atas :
a. Assertive training. Yaitu melatih dan membiasakan klien terus menerus
menyesuaikan diri dengan perilaku tertentu yang diinginkan.
b. Sosiodrama. Yaitu semacam sandiwara pendek tentang masalah kehidupan sosial.
c. Self modeling. Yaitu teknik yang bertujuan menghilangkan perilaku tertentu, dimana
konselor menjadi model, dank lien berjanji akan mengikuti.
d. Social modeling. Yaitu membentuk perilaku baru melalui model sosial dengan cara
imitasi, observasi.
e. Teknik reinforcement. Yaitu memberi reward terhadap perilaku rasional atau
memperkuatnya.
f. Desensitisasi sistematik.
g. Relaxation.
h. Self control. Yaitu dengan mengontrol diri.
i. Diskusi.
j. Simulasi, dengan bermain peran atara konselor dengan klien.
k. Homework assignment.
l. Bibliografi.
7. Pendekatan Realitas
Pendiri terapi Realitas adalah William Glaser.Terapi Realitas adalah bentuk
pengubahan perilaku karena dalam penerapan institusionalnya, merupakan tipe
pengondisisan operan yang tidak ketat.
Menurut terapi ini, akan sangat berguna bila menganggap identitas dalam pengertian
“identitas keberhasilan” lawan “identitas kegagalan”. Dengan kata lain orang
membutuhkan identitas dan mampu mengembangkan “identitas keberhasilan” maupun
“identitas kegagalan”. Terapi realitas berlandaskan motivasi pertumbuhan dan
antideterministik.
Tujuan umum konseling realitas adalah membimbing konseli kearah mempelajari
perilaku yang realities dan bertanggung jawab serta mengembangkan “identitas
keberhasilan”.Konselor berkewajiban membantu konseli dalam membuat pertimbangan –
pertimbangan nilai tentang perilakunya sendiri dan dalam merencanakan tindakan bagi
perubahan.
Tugas utama konselor dalam konseling ini adalah melibatkan diri dengan konseli dan
mendorong konseli untuk menghadapi kenyataan dan untuk membuat pertimbangan nilai
mengenai perilakunya sekarang.Setelah konseli menetapkan prubahan – perubahan
spesifik yang dinginkannya, rencana – rencana dibuat, dan hasilnya dievaluasi.
Dalam membantu klien untuk menciptakan identitas keberhasilan, terapis bisa
menggunakan beberapa teknik sebagai berikut :
a. Terlibat dalam permaina peran dengan klien.
b. Menggunakan humor.
c. Mengonfrontasikan klien dan menolak dalih apapun.
d. Membantu klien dalam merumuskan rencana – rencana yang spesifik bagi tindakan.
e. Bertindak sebagai model dan guru,
f. Memasang batas – batas dan menyusun situasi terapi.
g. Melibatkan diri dengan klien dalam upaya mencari kehidupan yang lebih efektif.
Terapi realitas tidak memasukan sejumlah teknik yang secara umum diterima oleh
pendekatan – pendekatan terapi lain. Teknik – teknik diagnostic tidak menjadi bagian
dari terapi realitas sebab diagnostic dianggap membuang waktu, merusak klien dengan
menyematkan label pada klien yang cenderung mengekalkan tingkah laku yang tidak
bertanggung jawab dan gagal. Teknik lain yang tidak digunakan adalah penafsiran,
pemahaman, wawancara nondirektif, asosiasi bebas,analisis transferensi dan resistensi,
dan analisis mimpi.
8. Pendekatan Analisis Transaksional
Pendekatan ini dikembangkan Oleh Eric Berne, berlandaskan suatu teori kepribadian
yang berkenaan dengan analisis structural dan transaksional. Teori ini menyajikan suatu
kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu : orang tua,
orang dewasa, dan anak.
Analisis Transaksional adalah psikoterapu transaksional yang dapat digunakan dalam
konseling individual, tetapi lebih cocok untuk digunakan dalam konseling kelompok.
AT memekankan aspek –aspek kognitif rasional behavioral dan berorientasi kepada
peningkatan kesadaran sehingga konseli akan mampu membuat putusan – putusan baru
dan mengubah cara hidupnya.
Tujuan dasar AT adalah membantu klien dalam membuat putusan – putusan baru
yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya. Sasarannya adalah
mendorong klien agar menyadari bahwa kebebasan dirinya dalam memilih telah dibatasi
oleh putusan –putusan dini mengenai posisi hidupnya dan oleh permainan yang
manipulative dan oleh scenario – scenario hidup yang mengalahkan diri, dengan gaya
hidup otonom yang ditandai dengan kesadaran, spontanitas, dan keakraban.
Sebagian besar metode dan proses – proses, prosedur – prosedur, dan teknik – teknik
yang umum digunakan dalam praktek Analisis Transaksional. Sebagian besar metode dan
proses terapeutik AT bisa diterapkan ada terapi individual maupun pada terapi kelompok.
a. Analisis Struktural
Analisis structural adalah alat yang bisa membantu klien agar menjadi sadar atas
isi dan fungsi ego orang tua, ego orang dewasa, dan ego anaknya.Para klien AT
belajar bagaimana mengenali ketiga perwakilan egonya itu.Analisis structural
membantu klien dalam megubah pola – pola yang dirasakan menghambat dan
membantu klien agar menemukan perwakilan ego yang mana yang menjadi landasan
tingkah yang mana menjadi landasan tingkah lakunya. Dengan penemuannya, klien
bisa memperhitungkan pilihan-pilihannya.dua tipe masalah yang berkaitan dengan
struktur kepribadian bisa diselidiki melalui analisis structural : pencemaran dan
penyisihan. Pencemaran terjadi apabila isis perwakilan ego yang satu bercampur
dengan isi perwakilan ego yang lainnya.
Penyisihan terdapat ketika ego anak yang tersisih bisa merintangi ego orang tua
atau apabila ego orang tua yang tersisih merintangi ego anak, yakni apabila garis –
garis batas ego yang kaku tidak memungkinkan gerakan bebas.Ego orang tua yang
konstan menyisihkan ego orang dewasa dewasa, dan ego anak. Orang semacam ini
bisa bersifat menghakimi, moralis, dan menuntut terhadap orang lain,bertindak
dengan cara mendominasi dan otoriter. Ego anak yang konstan menyisihkan ego
orang dewasa dan ego orang tua.Orang ini terusmenerus bersifat kekanak –
kanakan.Ego orang dewasa yang konstan menyisihkan ego orang tua dan ego anak
menjadikan individu ini kurang menunjukan perasaan dan kurang spontan.
b. Permainan Peran
Dalam terapi kelompok, situasi-situasi permainan peran bisa melibatkan para
anggta lain. Seorang anggota kelompok memainkan peran sebagai perwakilan ego
yang menjadi sumber masalahbbagi anggota lainnya. Bentuk permainan lainnya
adalah permainan yang menonjolkan gaya-gaya khas dari ego orang tua yang konstan,
ego orang dewasa yang konstan, dan ego anak yang konstan, atau permainan-
permainan tertentu agar memungkinkan klien memperoleh umpan balik tentang
tingkah laku sekarang dalam kelompok.
c. Percontohan Keluarga
Klien diminta untuk membayangkan suatu adegan yang melibatkan sebanyak
mungkin orang yang berpengaruh dimasa lampau, termasuk dirinya sendiri.Dia
menetapkan situasi dan menggunakan para anggota kelompok sebagai pemeran para
anggota keluarga yang dibayangkannya.Diskusi, tindakan, dan evaluasi selanjutnya
bisa mempertinggi kesadran tentang suatu situasi yang spesifik dan makna-makna
pribadi yang berlaku pada klien.
d. Analisis Scenario
Pembuatan scenario mula-mula terjadi secara nonverbal pada masa kanak-kanak
melalui pesan-pesan dari orang tua.Selama tahun-tahun pertama perkembangannya,
seseorang belajar tentang nilai dirinya sebagai pribadi dan tempat dirinya dalam
kehidupan.Selanjutnya, pembentukan skenario berjalan melalui cara-cara langsung
maupun tidak langsung.
Analisis skenario bisa dilaksanakan dengan menggunakan suatu daftar scenario
berisi item-item yang berkaitan dengan posisi-posisi hidup, penipuan-penipuan,
permainan-permainan yang semuanya merupakan komponen-komponen fungsional
utama pada scenario kehidupan individu.
B. TEKNIK KONSELING
1. Teknik Umum Konseling I
Teknik umum merupakan teknik konseling yang lazim digunakan dalam tahap-tahap
konseling dan merupakan teknik dasar konseling yang harus dikuasai oleh konselor.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan disampaikan beberapa jenis teknik umum.
a. Perilaku Attending
Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien. Hal ini mencangkup
komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik
dapat menimbulkan hal positif, seperti meningkatkan harga diri klien, menciptakan
suasana yang aman, dan mempermudah eksperesi perasaan klien dengan bebas.

Contoh perilaku attending yang baik, misalnya :


1) Kepala : melakukan anggukan jika setuju
2) Ekspresi wajah : tenang, cerita, senyum
3) Posisi wajah : tenang, ceria, senyum
4) Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien
agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan
5) Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan
tangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan.
6) Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai,
diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.
Contoh perilaku attending yang tidak baik, misalnya :
1) Kepala : kaku
2) Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat
klien sedang bicara, mata melotot
3) Posisi tubuh : tegak, kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh,
duduk kurang akrab dan berpaling
4) Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk member
kesempatan klien berpikir dan berbicara
5) Perhatian : terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar
Catatan :
Attending disebut juga perilaku menghapiri klien.Hal ini cukup kompeten kontak
mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Attending yang baik dapat menimbulkan
beberapa hal positif, seperti meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana
yang aman, dan mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
b. Empati
Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien;
merasa dan berpikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati
dilakukan sejalan dengan perilaku attending. Tanpa perilaku attending, mustahil
terbentuk empati. Terdapat dua macam empati, yaitu :
1) Empati Primer, yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan,
pikiran, dan keinginan klien dengan tujuan agar klien dapat terihat dan terbuka.
Contoh ungkapan empati primer : “Saya dapat merasakan bagaimana perasaan
Anda” ; “Saya mengerti keinginan Anda”.
2) Empati tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap
perasaan, pikiran, keinginan, serta pengalaman klien lebih mendalam dan
menyentuh klien, karena konselor ikut dengan perasaan tersebut. Keterlibatan
konselor tersebut membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi
hati yang terdalam, berupa perasaan, pikiran, pengalaman, dan termasuk
penderitaannya. Contoh ungkapan empati tingkat tinggi : “Saya dapat merasakan
apa yang Anda rasakan, dan saya ikut terluka dengan pengalaman Anda itu”.
c. Refleksi
Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang
perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal
dan non verbalnya. Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu:
1) Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan
perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal
klien. Contoh : “Tampaknya yang Anda kaatakan adalah ……”
2) Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat klien
sebagi hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh :
“Tampaknya yang Anda Katakan…..”.
3) Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman
klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien.
Contoh : “Tampaknya yang Anda katakana sesuatu …..”.
d. Eksplorasi
Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengamatan
klien.Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin,
menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya.Teknik ini
memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tetekan, dan terancam.
Seperti halnya pada teknik refleksi, dalam teknik eksplorasi ini pun terdapat tiga
macam teknik yaitu :
1) Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan klien yang
tersimpan. Contoh : “Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan bingung yang
dimaksud ….”.
2) Eksplorasi pikiran, yaitu telknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien.
Contoh : “Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide Anda tentang
sekolah sambil bekerja.
3) Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali
pengalaman-pengalaman klien. Contoh : ‘Saya terkesan dengan pengalaman yang
Anda lalui. Namun, saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut
dan pengaruhnya terhadap pendidikan Anda.”
Catatan ;
Eksplorasi adalah ternik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman
klien.Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia bathin,
menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya.
e. Menangkap Pesan (Paraphrasing)
Menangkap pesan (Paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan kembali
esensi atau innti ungkapan klien, dengan teliti mendengarkan pesan utama klien,
mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana. Biasanya, ini ditandai dengan
kalimat awal : “adakah “ atau “tampaknya” dan mengamati respon klien terhadap
konselor.
Tujuan Paraphrasing adalah :
1) Untuk mengatakan kembali kepada klien bahwa konselor bersama dia dan
berusaha untuk memahami apa yang dikatakan klien;
2) Mengedepankan apa yang dikemukakan klien dalam bentuk ringkasan;
3) Memberi arah wawancara konseling; dan
4) Pengecekan kembali persepsi konselor tentang apa yang dikemukakan klien.
Berikut contoh dialognya :
- Klien : “Itu suatu pekerjaan yang baik, akan tetapi saya tidak mengambilnya.
Saya tidak tahu mengapa demikian?”
- Konselor : “Tampaknya Anda masih ragu.”
f. Pertanyaan Terbuka (Opened Question)
Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing siswa agar mau berbicfara
mengungkapkan perasaan, pengalaman, dan pemikirannya. Pertanyaan yang diajukan
sebaliknya tidak menggunakan kata Tanya mengapa atau apa sebabnya. Pertanyaan
semacam ini akan menyulitkan klien jika ia tidak tahu alasan atau sebab-sebabnya.
Oleh karenanya, lebih baik gunakan kata Tanya apakah, bagaimana, adakah, atau
dapatkah.Contoh : “Apakah Anda merasa ada sesuatu yang ingin kita bicarakan?”
g. Pertanyaan Tertutup (Closed Question)
Dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka.Dalam
hal-hal tertentu, dapat pula digunakan pertanyaan tertutup yang harus dijawab dengan
kata “ya” atau “tidak”, atau dengan kata-kata singkat. Tujuan pertanyaan tertutup
adalah untuk :
1) Mengumpulkan informasi;
2) Menjernihkan atau memperjelas sesuatu; dan
3) Menghentikan pembicaraan klien yang melantur atau menyimpang jauh. Contoh
dialog :
- Klien : “Saya berusaha meningkatkan prestasi dengan mengikuti belajar
kelompok yang selama ini belum pernah saya lakukan.’
- Konselor : “Biasanya Anda menempati peringkat berapa?”
- Klien:”Empat.”
- Konselor:”Sekarang berapa?”
- Klien:”Sebelas.”
h. Dorongan Minimal (Minimal Encouragement)
Dorongan minimal adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung
yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan klien. Misalnya dengan
menggunakan ungkapan oh ….., ya…., lalu…., terus,…. atau dan…
Tujuan dorongan minimal agar klien terus berbicara dan dapat mengarah agar
pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan ini diberikan pada saat klien akan
mengurangi atau menghentikan pembicaraannya, dan pada saat klien kurang
memusatkan pikirannya pada pembicaraan, atau pada saat konselor ragu atas
pembicaraan klien. Contoh dialog :
- Klien : “Saya putuskan asa …. dan saya nyaris …. “(klien menghentikan
pembicaraan)
- Konselor : “Ya ….”
- Klien : “Nekat bunuh diri.”
- Konselor : “Lalu ….”
i. Interprestasi
Teknik ini yaitu untuk mengulas pemikiran, perasaan, dan pengalaman klien
dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subjek konselor. Hal ini bertujuan
untuk memberikan rujukan pandangan agar klien mengerti dan berubah melalui
pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut. Contoh dialog :
- Klien : “Saya pikir dengan berhenti sekolah dan memutuskan perhatian membantu
orang tua merupakan bakti saya pada keluarga, karena adik-adik saya banyak dan
amat membutuhkan biaya.”
- Konselor : “Pendidikan tingkat SMA pada masa sekarang adalah mutlak bagi
semua warga negara. Terutama hidup di kota besar seperti Anda. Karena
tantangan masa depan makin banyak, maka dibutuhkan manusia Indonesia yang
berkualitas. Membantu orang tua memang harus, namun mungkin disayangkan
jika orang seperti Anda yang tergolong cerdas akan meninggalkan SMA.”
j. Mengarahkan (Directing)
Teknik mengarahkan ini yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien
melakukan sesuatu.Misalnya, menyuruh klien untuk bermain peran dengan konselor
atau mengkhayalkan sesuatu.Misalnya :
- Klien : “Ayah saya sering marah-marah tanpa sebab. Saya tak dapat lagi menahan
diri. Akhirnya, terjadi pertengkaran sengit.”
- Konselor : “Bisakah Anda mencoba memperlihatkan di depan saya bagaimana
sikap dan kata-kata ayah Anda jika memarahi Anda.”
Catatan :
Dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka.Dalam hal-
hal tertentu dapat pula digunakan pertanyaan tertutup yang harus dijawab dengan kata
“ya” atau “tidak”, atau dengan kata-kata singkat.
k. Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Teknik ini yaitu teknik untuk menyimpulkan sementara pembicaraan, sehingga
arah pembicaraan semakin jelas. Tujuan menyimpulkan sementara adalah untuk :
1) Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik dari hal-hal
yang telah dibicarakan;
2) Menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap; (3) Meningkatkan
kualitas diskusi;
3) Mempertajam fokus pada wawancara konseling. Contoh :
Konselor: “Setelah kita berdiskusi beberapa waktu, alangkah baiknya jika
disimpulkan dulu agar semakin jelas hasil pembicaaan kita. Dari materi-materi
pembicaraan yang kita diskusikan, kita sudah sampai pada dua hal.Pertama, tekad
Anda untuk bekerja sambil kuliah makin jelas.Kedua, namun masih ada hambatan
yang akan dihadapi, yaitu sikap orang tua Anda yang menginginkan Anda segera
menyelesaikan studi dan waktu bekerja yang penuh sebagaimana tuntutan dari
perusahaan yang akan Anda masuki.”
2. Teknik Umum Konseling II
a. Memimpin (Leading)
Leading yaitu teknik untuk mengarahkan pembicaraan dalan wawancara
konseling sehingga tujuan konseling tercapai. Contoh dialog :
- Klien : “Saya mengkin berpikir juga tentang masalah hubungan dengan pacar.
Tapi, bagaimana, ya?”
- Konselor : “Sampai sini, kepedulian Anda tertuju pada kuliah sambil bekerja.
Mungkin Anda tinggal merinci kepedulian itu. Mengenai pacaran apakah
termasuk dalam kerangka kepedulian Anda juga?”
b. Fokus
Fokus yaitu teknik untuk membantu klien memusatkan perhatian pada
pokok pembicaraan. Pada umumnya, dalam wawancara konseling, klien akan
mengungkapan sejumlah permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu,
konselor seyogiyanya dapat membantu klien agar dapat menentukan apa yang fokus
dari masalah tersebut. Miasalnya, dengan mengatakan :
“Apakah tidak sebaiknya jika pokok peembicaraan kita berkisar dulu soal
hubungan Anda dengan orang tua yang kurang harmonis.”
Ada beberapa yang dapat dilakukan dalam teknik fokus ini, diantaranya :
1) Fokus pada diri klien. Contoh : “Tanti, Anda tidak yakin apa yang akan Anda
lakukan.”
2) Fokus pada orang lain. Contoh : “Roni telah membuat kamu menderita,
terangkanlah tentang dia dan apa yang telah dilakukannya?”
3) Fokus pada topic. Contoh : “Pengguguran kandungan? Kamu membiarkan aborsi?
Pikirkanlah masak-masak dengan berbagai pertimbangan.”
4) Fokus mengenai budaya. Contoh : “Mungkin budaya menyerah dan mengalah
pada laki-laki harus diatasi sendiri oleh kaum wanita. Wanita tak boleh menjadi
objek laki-laki.”
c. Konfrontasi
Konfrontasi yaitu teknik yang menantang klien untuk melihat adanya
inkonsistensi antara perkataan dengan perbuatan atau bahasa badan, ide awal dengan
ide berikutnya, senyuman dengan kepedihan, dan sebagainya. Tujuannya adalah :
1) Mendorong klien mengadakan penelitian diri secara jujur;
2) Meningkatkan potensi klien;
3) Membawa klien kepada kesadaran adanya discrepancy;konflik, atau kontradiksi
dalam dirinya.
Penggunaan teknik ini hendaknya dilakukan secara hati-hati, yaitu dengan :
1) Memberi komentar khusus terhadap klien yang tidak konsisten dengan cara dan
waktu yang tepat;
2) Tidak menilai apalagi menyalahkan; serta
3) Dilakukan dengan perilaku attending dan empati.
Contoh dialog :
- Klien : “Saya baik-baik saja.” (suara rendah, wajah murung, posisi tubuh
gelisah)
- Konselor : “Anda mengatakan baik-baik saja, tetapi kelihatannya ada yang
tidak beres. Saya melihat ada perbedaan antara ucapan dengan kenyataan
diri.”
d. Menjernihkan (Clarifying)
Clarifying yaitu teknik untuk menjernihkan ucapan-ucapaan klien yang samar-
samar, kurang jelas, dan agak meragukan. Tujuannya adalah :
1) Mengundang klien untuk menyatakan pesannya dengan jelas, dengan
ungkapan kata-kata yang tegas, dan dengan alasan-alasan yang logis;
2) Agar klien menjelaskan, mengulang, dan mengilustrasikan perasaannya.
Contoh dialog :
- Klien : “Perubahan yang terjadi di keluarga saya membuat saya bingung. Saya
tidak mengerti siapa yang menjadi pemimpin di rumah itu.”
- Konselor : “Bisakah Anda menjelaskan persoalan pokoknya? Misalnya pran
ayah, ibu, atau saudara-saudara Anda.”
Catatan :
Pada umunya, dalam wawancara konseling, klien akan mengungkapkan
sejumlah permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu konselor
seyogyanya dapat membantu klien agar dia dapat menentukan apa yang fokus dari
masalah tersebut.
e. Memudahkan (Facilitating)
Facilitating yaitu teknik untuk membuka komunikasi agar klien dengan mudah
berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, serta pengalaman
secara bebas. Contohnya dengan perkataan: “Saya yakin Anda akan berbicara apa
adanya, karena saya akan mendengarkan dengan sebaik-baiknya.”
f. Diam
Teknik diam dilakukan dengan cara attending, paling lama 5-10 detik.
Komunikasi yang terjadi dalam bentuk perilaku non verbal. Tujuannya adalah:
1) Mananti klien sedang berpikir;
2) Sebagai protes jika klien ngomong berbelit-belit; serta
3) Menunjang perilaku attending dan empati, sehingga klien bebas bicara.
Contoh dialog ;
- Klien : “Saya tidak senang dengan perilaku guru itu.”
- Konselor : “….” (diam)
- Klien :”Saya …. Harus bagaimana …, Saya … tidak tahu …”
- Konselor ; “….” (diam)
g. Mengambil Inisiatif
Teknik ini dilakukan manakalah klien kurang bersemangat untuk berbicara, sering
diam, dan kurang partisipatif.Konselor mengajak klien untuk berinisiatif dalam
menuntaskan diskusi. Teknik ini bertujuan untuk :
1) Mengambil inisiatif jika klien kurang bersemangat;
2) Untuk mengambil keputusan jika klien lambat berpikir;
3) Untuk meluruskan jika klien kehilangan arah pembicaraan.
Misalnya, dengan mengatakan : “Baiklah, saya pikir Anda mempunyai satu
keputusan namun masih belum keluar. Contoh Anda renungkan kembali.”
h. Memberi Nasihat
Pemberian nasihat sebaiknya dilakukan jika klien memintanya.Walaupun
demikian, konselor tetap harus mempertimbangkannya apakah pantas untuk member
nasihat atau tidak.Sebab, dalam member nasihat, tetap dijaga agar tujuan konseling,
yakni kemandirian klien, tetap harus tercapai. Contoh respons konselor terhadap
permintaan klien : “Apakah dalam hal seperti ini saya pantas untukl member nasihat
pada Anda ? Sebab, dalam hal seperti ini, saya yakin Anda lebih mengetahuinya
daripada saya.”
i. Pemberian Informasi
Sama halnya dengan nasihat, jika konselor tidak memiliki informasi, sebaiknya
dengan jujur katakana bahwa dia mengetahui hal itu.Kalaupun konselor
mengetahuinya, sebaiknya tetap diupayakan agar klien mengusahakannya. Misalnya,
dengan mengatakan : “Mengenai berapa biaya masuk ke Universitas Negeri Jakarta,
saya sarankan Anda bisa langsung bertanya ke pihak UNJ atau Anda berkunjung ke
situs www.unj.com di internet.”
Catatan :
Pemberian nasihat sebaiknya dilakukan jika klien memintanya.Walaupun
demikian, konselor tetap harus mempertimbangkan apakah pantas untuk member
nasihat atau tidak. Sebab, dalam member nasihat, tetap dijaga agar tujuan konseling,
yakni kemandirian klien, harus tetap tercapai.
j. Merencanakan
Teknik ini digunakan menjelang akhir sesi konselinguntuk membantu agar klien
dapat membuat rencana tindakan (action), perbhuatan yang produktif untuk kemajuan
klien.Misalnya, dengan berkata, “Nah, apakah tidak lebih baik jika Anda mulai
menyusun rencana yang baik dengan berpedoman pada hasil pembicaraan kita sejak
tadi.”
k. Menyimpulkan
Teknik ini digunakan untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang menyangkut :
1) Bagaimana keadaan perasaan klien saat ini, terutama mengenai kecemasan;
2) Memantapkan rencana klien;
3) Pemahaman baru klien; dan
4) Pokok-pokok yang akan dibicarakan selanjutnya pada sesi berikutnya, jika
pandangan masih perlu dilakukan koseling lanjutan.
3. Teknik Khusus Konseling
Dalam konseling, disamping menggunakan teknik-teknik umu, dalam hal-hal tertentu
dapat menggunakan teknik-teknik khusus.Teknik-teknik khusus ini dikembangkan dari
berbagai pendekatan konseling, seperti pendekatan behaviorism, rational emotive
therapy, gestalt, dan sebagainya. Berikut ini akan disampaikan beberapa teknik-teknik
khusus konseling.
a. Latihan Asertif
Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk
menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak dan benar.Latihan ini terutama
berguna, di antaranya, untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan
perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi, dan
respons positif lainnya.
Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan
konselor.Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.
b. Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang
memfokuskan bantuan untuk menenangkan klien dari keterangan yang dialami
dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan
perilaku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respons yang berlawanan
dengan perilaku yang akan dihilangkan. Dengan pengondisian klasik, respons-respons
yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap.Jadi, desensitisasi
sistematis, hakikatnya, merupakan teknik relaksasi yang digunakan untuk menghapus
perilaku yang diperkuat secara negatif. Biasanya, ini merupakan kecemasan, dan ia
menyertakan respons yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan.
Catatan :
Desensitisasi sistematis, hakikatnya, merupakan teknik relaksasi yang digunakan
untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negative. Baiasanya, ini merupakan
kecemasan, dan ia menyertakan respons yang berlawanan dengan perilaku yang akan
dihilangkan.
c. Pengondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk.Teknik ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respons pada
stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.Stimulus yang tidak
menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan
munculnya perilaku yang tidak dikehendaki kemunculannya.Dari pengondisian ini
diharapkan terbentuknya asosiasi antara perilaku yang tidak dikehendaki dengan
stimulus yang tidak menyenangkan.
d. Pembentukan Perilaku Model
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk perilaku baru pada klien dan
memperkuat perilaku yang sudah terbentuk.Dalam hal ini, konselor menunjukkan
kepada klien tentang perilaku model.Teknik ini dapat dilakukan dengan
menggunakan model audio, model fisik, model hidup, atau lainnya yang teramati dan
dipahami jelas perilaku yang hendak dicontoh.Perilaku yang berhasil dicontoh
memperoleh ganjaran dari konselor.Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran
sosial.
e. Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogkan dua
kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan topdog dan
kacenderungan underdog. Contohnya :
1) Kecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak
2) Kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh
3) Kecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh”
4) Kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung
5) Kecenderungan kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah
Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt, pada akhirnya,
klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi dimana ia berani mengambil
resiko. Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakann dengan menggunakan
teknilk “kursi kosong”.
f. Latihan Saya Bertanggung Jawab
Teknik ini merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu klien agar
mengakui dan menerima perasaan-perasaannya daripada memperoyeksikan
perasaannya itu kepada orang lain. Dalam teknik ini, konselor meminta klien untuk
membuat suatu pernyataan dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu
dengan kalimat: “… dan saya bertanggung jawab atas hal itu.” Misalnya :
- “Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu.”
- “Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung
jawab atas ketidaktahuan itu.”
- “Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu.”
Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt, hal ini akan membantu
meningkatkan kesadaran klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini
diingkarinya.
g. Bermain Proyeksi
Proyeksi yaitu memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya
sendiri tidak mau melihat atau menerimanya; mengingkari perasaan-perasaan sendiri
dengan cara memantulkan kepada orang lain. Sering terjadi perasaan-perasaan yang
dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya. Dalam teknik
bemain proyeksi, konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau melakukan
hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.
h. Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan perilaku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan
dorongan-dorongan yang mendasarinya.Dalam teknik ini, konselor meminta klien
untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang
dikeluhkannya.Misalnya, konselor member kesempatan kepada klien untuk
memainkan peran “exhibitionist” bagi klien pemalu yang berlebihan.
i. Bertahan dengan Perasaan
Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana
hati yang tidak menyenagkan, atau ia sangat ingin menghindarinya. Konselor
mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan
menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan.
Dalam hal ini, konselor tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan
atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang, dan mendorong klien untuk
menyelam lebih dalam ke dalam tingkah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya
itu.Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan
yang lebih baru tidak cukup hanya mengkonfortasi dan menghadapi perasaan-
perasaan yang ingin dihindarinya, tetapi membuat keberanian dan pengalaman untuk
bertahan dalam kesaktian peerasaan yang ingin dihidainya itu.
j. Home Work Assignments
Teknik ini yaitu teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk
melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang
menuntut pola perilaku yang diharapkan.Dengan tugas rumah yang diberikan, klien
diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide perasaan-perasaan yang
tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan
untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, serta mengadakan latihan-
latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan.
Pelaksanaan home work assignment yang diberikan konselor dilaporkan oleh
klien dalam suatu pertemuan tatap muka denga konselor. Teknik ini dimaksudkan
untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada
diri sendiri, serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien, dan
mengurangi ketergantungan kepada konselor.
k. Adaptive
Teknik ini digunakan untuk melatih,mendorong, dan membiasakan klien untuk
terus –menerus menyesuaikan dirinya dengan perilaku yang diinginkan. Latihan-
latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.

l. Bermain Peran
Teknik ini digunakan untuk mengekpresikan berbagai jenis perasaan yang
menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan
sedemikian rupa, sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri
melalui peran tertentu.
Catatan :
Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang
lebih baru tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan
yang ingin dihindari, tetapi membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk bertahan
dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindari itu.
m. Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus-menerus suatu model perilaku tertentu
dengan maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang
negatif.Khususnya dalam teknik wawancara, menurut Nurhadi, ada beberapa teknik
yang bisa digunakan. Berikut penjelasannya :
1) Pendekatan Directive (Counselor Centered)
Konselor yang mempergunakan metode ini membantu memecahkan masalah
konseli dengan secara sadar mempergunakan sumber-sumber
intelektualnya.Tujuan utama dari metode ini adalah membantu konseli mengganti
tingkah laku emosional dan implusif dengan tingkah laku yang rasional.Lepasnya
tegangan-tegangan dan didapatnya “insight” dipandang sebagai suatu hal yang
penting.
Di dalam membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi konseli
denganrasional, konselor tidak boleh bersikap otoriter dan menuduh, walaupun
dikatakan direktif.Larangan-larangan yang langsung, petuah dan didaktis, dan
petuah yang sifatnya mengatur sebaiknya dihindari.
Konsep direktif meliputi bahwa konseli membutuhkan bantuan dan konselor
membantu menemukan apa yang menjadi masalahnya dan apa yang mesti
kerjakan. Teknik-teknik yang bisa digunakan antara lain :
a) Informasi tentang dirinya, hal ini digunakan untukmengkonfrontasikan antara
infoemasi yang diberikan dengan kenyataan yang ada. Dari sini, konseli
iharapkan mampu mengevaluasi kembali sikapnya;
b) Case history digunakan sebagai alat diagnosis dan therapeuticdengan tujuan
membantu dalam “rapport”, mengembangkan kartatis, memberikan
keyakinan kembali, dan kembali mengembangkan “insight”; dan
c) Konflik yang digunakan sebagai alattherapeutic. Situasi konflik sengaja
ditimbulkan, konseli dihadapkan pada situasi yang memancing sikapnya
dalam menghadapi realitas dan konseli dimotivasi untuk memecahkannya.
2) Pendekatan Nondirective (Client Centered)
Pada teknik ini,konseli diberi kesempatan untuk memimpin wawancara dan
memikul sebagian besar dari tanggung jawab atas pemecahan masalahnya.
Beberapa ciri-cirinya, antara lain :
a) Konseli bebas untuk mengekspresikan dirinya;
b) Konseli menerima, mengetahui, menjelaskan, mengulang lebih secara objektif
pertanyaan-pertanyaan dari konseli;
c) Konseli ditolong untuk makin mengenal diri sendiri; dan
d) Konseli membuat asal-usul yang berhubungan dengan pemecahan
masalahnya.
Salah satu keuntungan terbesar dari metode ini adalah mengurangi
ketergantungan konseli.Bahkan, memberikan pelepasan emosi yang dalam dan
member lebih banyak kesempatan untuk pertumbuhan “self sufficiency”.
Sebenarnya, masih ada satu lagi metode yang dikenal dengan pendekatan
yang eclectic. Dalam pendekatan ini, konselor mempergunakan cara-cara yang
dinggap baik atau tepat, yang disesuaikan dengan konseli dan masalahnya.Dengan
demikian, konselor dapat menggunakan kedua teknik tersebut di atas dalam
satu counseling session yang berarti konselor menggunakan teknik-teknik membei
saran, nasihat, dorongan, dan member konseli.
Teknik-teknik seperti telah dijelaskan tadi, dalam dunia pendidikan,
digunakan untuk mendiagnosis problem-problem kesiswaan yang terjadi.Seorang
konselor harus mampu mendiagnosis masalah-masalah siswa, misalnya dalam hal
kesulitan belajar.Konselor harus mengenali peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar, memahami sifat dan jenis kesulitan belajarnya, menetapkan
usaha-usaha bantuan, bagaimana tindak lanjutnya, dan lain-lain. Kemampuan ini
akan terus dikembangkan demi peningkatan profesionalitas konselor dan
peningkatan kualitas sekolah.
Teknik umum 1,2, dan teknik khusus di atas harus dipelajari secara serius oleh
konselor. Jangan sampai teknik yang banyak dan kaya di atas hanya sebagai
pajangan saja.Dibutuhkan keberanian untuk memperaktikkan, menilai, dan
mengembangkannya. Dari eksperimentasi terus-menerus itu, seorang konselor
akan mempunyai talenta konseling yang menyatu dalam jiwanya (inheren).
Sehingga, dalam keadaan apa pun, secara refleks, kemampuan tersebut
muncul dari dirinya.
Aspek pengasahan terus-menerus akan memunculkan kemampuan hebat yang
tidak disangka-sangka sebelumnya. Di sinilah hebatnya faktor konsistensi dalam
melakukan sesuatu. Prestasi yang dilahirkan dari konsistensi ini tidak
terbayangkan sebelumnya, bahkan oleh si pelakunya sendiri, apalagi orang lain.
Catatan :
Di dalam membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi konselidengan
rasional, konselor tidak boleh bersikap otoriter dan menuduh, walaupun dikatakan
direktif.Larangan-larangan yang langsung, petuah yang didaktis, dan petuah yang
sifatnya mengatur sebaliknya dihindari.
BAB III

PENDEKATAN DAN TEKNIK

A. PENDEKATAN KONSELING
Pendekatan yang konselor gunakan dalam melakukan konseling ini adalah dengan
menggunakan Pendekatan Client–Centered. Pendekatan Client Centered difokuskan pada
tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan cara–cara menghadapi kenyataan
secara lebih penuh
B. TEKNIK KONSELING
Teknik dalam konseling yang di gunakan konselor adalah Teknik Konseling
Umum.Teknik yang biasa digunakan konselor dalam mengkonseling konseli.
Berikut tahapan-tahapan dilakukan :
1. Tahap Awal (mendefinisikan masalah konseli)
Keterangan :
Konselor
Konseli

Konselor :“Assalamu’alaikum” (sambil mengetok pintu)


konseli : “Waalaikumsalam” (sambil membukakan pintu)
Konselor : “Selamat sore buk”
Konseli : “Selamat sore Leni”, “silakan masuk Leni ”
Konselor : “Terimakasih buk, apa leni menganggu waktu istirahat ibuk ni?”
Konseli : “Tidak lah leni, masa tetangga datang ibuk merasa terganggu”
Konselor : “Bagaimana kabar ibuk hari ini?” (attending ramah, senyum, kontak
mata, dan badan agak membungkuk ke arah klien)
Konseli : “Kurang baik leni” (diam, melihat kebawah)
Konselor :“Kalau leni boleh tau kenapa kabarnya ibuk kurang baik?”
Konseli : “Entahlah leni, ibuk bingung”
Konselor : “Leni memahami apa yang ibuk rasakan (empati primer), Namun apakah
perasaan tidak enak atau yang mengganggu perasaan ibukitu bisa kita bicarakan
bersama?” (bertanya terbuka, perasaan)
Konseli : “Ya leni, ibuk pikir juga begitu” (sambil memandang konselor, kemudian
menunduk )
Konselor : Hhhmmm...“Bisakah ibuk jelaskan?”
Konseli : “Ya Leni , ibuk akan menceritakannya. Tapi mohon dirahasiakan kepada
siapapun karena ini adalah masalah pribadi ibuk”
Konselor : “Kalau begitu leni ingin mendengarkan sejauh mana perasaan kurang
baik yang mengganggu ibuk?” (Eksplorasi perasaan dan bertanya) “Disini ibuk bisa
bercerita tentang semua yang ibuk rasakan, karena semuanya akan di jaga
kerahasiaannya, jadi ibuk bisa bercerita dengan leluasa dan tenang.”
Konseli : “Begini Leni…..(bingung dan ragu) “Ibuk merasakan mual dan sering
BAK dan sakit kepala yang datang secara tiba-tiba”
Konselor : “Lalu bagaimana?” (eksplorasi perasaan, bertanya terbuka)
Konseli : “Setiap saya sakit kepala dan mual itu bisa menghambat saya untuk
bekerja”
Konselor : “Bisakah menjelaskan lebih jauh tentang sakit yang ibuk rasakan ini?”
(bertanaya,eksplorasi perasaan)
Konseli : “Sebenarnya rasa seperti mual,sakit kepala ini sudah hampir 2 tahun
ibuk alami. Kalau BAK, sudah hampir 5 bulan belakangan ini”.
Konselor : “Selanjutnya apa yang ibuk lakukan ketika sakit yang ibuk alami itu
datang?” (bertanya terbuka, eksplorasi perasaan)
Konseli : “Ibuk terdiam. ”.
Konselor : “Apakah dengan cara ibuk demikian ibuk nyaman bekerja?” (bertanaya
tertutup, stressing, leading-memimpin)
Konseli : “Tidak leni, (tertunduk diam) tetapi saya terus berpikir”.
Konselor : “Mungkin ibuk berpikir kalau permasalahan itu dengan di diamkan akan
hilang sendirinya nanti?”( menangkap pesan utama klien dan bertanya terbuka)
Konseli: “tidak leni” (tertunduk diam)
Konselor : “Kalau begitu apakah masalah ibuk bisa tertangani?” (mendefinisikan
masalah klien, bertanya terbuka)
Konsli : “Ya leni ibuk bingung harus bagaimana.”.
2. Tahap Pertengahan Konselig
Konselor : “Bagus buk, ibuk sudah memahami masalah yang ibuk alami”.
Konseli : “Ya leni, ibuk ingin sekali bisa mengilangkan rasa sakit ini”. (berharap
dan kebingungan)
Konselor : “Bagus sekali keinginan ibuk,leni senang sekali mendengarnya. Lalu
apakah ibuk sudah punya cara untuk mengatasi masalah ibuk tentang menghilangkan rasa
sakit yang ibuk alami?”
Konseli : “ibuk masih bingung leni”.
Konselor : “Apa yang membuat ibuk merasa bingung?”
Konseli : “Saya takut jika nanti saya tidaak menyembuhkan penyakit saya ini.”.
Konselor : “Apakah ibuk sudah melakukan pengobatan?”
Konseli : “ Belum leni”.
Konselor : “Jika belum, lalu kenapa ibuk bisa berpikiran negatif seperti itu?”
3. Tahap Akhir konseling (tahap mengambil tindakan)
Konseli : “Nah itu yang saya tidak mengerti leni (bingung dan berpikir). Baik saya
akan pergi untuk cek kesehatan saya agar saya tau apa permasalahan yang saya hadapi”.
Konselor : “Baiklah buk, apa kira-kira rencana ibuk sementara sebagai penaganan
untuk tindakan selanjutnya”
Konseli : “ibuk akan coba pergi ke puskesmas untuk mengecek kesehatan ibuk.”.
Konselor : “Bagus buk, ibuk sudah tahu apa yang harus ibuk lakukan. Sebelum
pembicaraan ini kita tutup, bagaimana perasaan ibuk setelah kita berdiskusi, atau apakah
kesimpulan ibuk?”
Konseli : “ibuk merasa lega dan lebih tenang selelah melakukan konseling.
Kecemasan dan ketakutan yang ibuk alami mulai menurun dan juga ibukk tahu langkah-
langkah apa yang harus ibuk lakukan untuk mengatasi rasa khawatir ibuk ini”.
Konselor : “Setelah melakukan konseling sekitar 20 menit, jadi kesimpulannya
adalah, ibuk akan pergi memeriksa kesehatan di puskesmas untk mengetahui penyakit
yang ibuk alami. Apakah ibuk yakin akan melakukan itu?”
Konseli : “Ya leni. Ibuk yakin”.
Konselor : “Apakah ada yang ingin ibuk sampaikan lagi?”
Konseli : “Tidak leni. Ibuk rasa sudah cukup”.
Konselor : “Bagaimana kalau kita tutup pembicaraan ini buk, dan saya
mengucapkan terima kasih atas kesediaan waktu ibuk”.
Konseli : “Iya leni”.
Konselor : “Terimakasih pak”.
Konseli : “Sama-sama leni.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan konseling oleh konselor kepada konseli didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Konseli bersedia kontrak waktu kepada konselor.
2. Konseli bersedia mengisi format informed consent sebelum dilakukan konseling.
3. Konseli menceritakan permasalahan yang di hadapinya.
4. Konseli mengerti dengan permasalahan yang di hadapinya.
5. Konseli mengerti bagaimana cara mengatasi permasalahnnya.
6. Konseli bersedia menerima saran dan masukan dari konselor.
7. Konseli bersedia menutup sesei kontrak waktu dengan konselor.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari tahap-tahap konseling yang telah dilaksanakan maka untuk mencapai tujuan proses

konseling maka perlu dilaksanakan penilaian untuk melihat bagaimana perkembangan klien

dalam melaksanakan konseling maupun setelah melaksanakan proses konseling, adapun

penilaian hasil dari konseling tersebut dapat dilihat dari hsil analisis SWOT berikut ini,

diantaranya:
1. Konseli memperoleh pemahaman baru terkait tentang keadaan dirinya dan permasalahan

yang dialaminya. (Strength/kekuatan konseli)

2. Konseli membutuhkan motivasi atau dorongan lain dari keluarganya agar selalu

mengingatkan konseli. (Weakness/ancaman lingkungan konseli)

3. Konseli mempunyai rencana dan komitmen untuk mulai mengikuti semua yang

disarankan. (opportunity/Peluang dalam diri konseli)

Konseli memiliki lingkungan yang dapat menganggu proses konseli untuk melakukan hal
yang dianjurkan. (Threat/Ancaman bagi konseli dari lingkungan sekitar)
B. SARAN
Kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan oleh penulis untuk penyempurnaan
tugas ini.Karna penulis merasa masih banyak kekurangan dalam pembuatan tugas ini.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.alodokter.com/vertigo

http://anggunds.blogspot.co.id/2016/01/contoh-konseling-individu.html diakeses tanggal 28


desember 2017

http://aquuhlizha.blogspot.co.id/2014/03/teknik-teknik-bimbingan-konseling.html diakeses
tanggal 28 desember 2017

http://ekayanibk.blogspot.co.id/2016/01/contoh-dialog-konseling-individu.htmldiakeses tanggal
28 desember 2017
http://eshintanuriah.blogspot.co.id/2017/04/format-laporan-konseling-individual.htmldiakeses
tanggal 29 desember 2017

https://ictklmpk.wordpress.com/2013/04/28/pendekatan-pendekatan-dalam-konseling/diakeses
tanggal 29 desember 2017

https://mrarda.wordpress.com/2013/05/06/layanan-konseling-individu/diakeses tanggal 29
desember 2017

https://siswady.wordpress.com/makalah/tehnik-dasar-konseling/diakeses tanggal 30 desember


2017

http://tholearies.blogspot.co.id/2014/02/bimbingan-konseling-pengertian-tujuan.htmldiakeses
tanggal 30 desember 2017

http://wartabk.blogspot.co.id/2016/09/teknik-teknik-pendekatan-dalam-konseling.htmldiakeses
tanggal 30 desember 2017

Anda mungkin juga menyukai