25
DOI: https://doi.org/10.24843/MATRIK:JMBK.2018.v12.i01.p03
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan analisis kompetensi inti pada bisnis ekowisata hutan bakau
di BeeJay Bakau Resort. Analisis VRIO (Valueable, Rare, unImitability, Organize) dipakai dalam penelitian ini
untuk mengetahui kompetensi inti yang dimiliki oleh perusahaan. Penelitian dilakukan selama kurang lebih 2
bulan dengan metode penelitian deskriptif dengan jenis studi kasus. Kompetensi inti diperlukan oleh suatu
perusahaan agar mempunyai daya saing dibandingkan dengan pesaingnya. Hasil dari penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa kompetensi inti dari BeeJay Bakau Resort adalah kemampuan mengelola wisata terintegrasi,
luas wisata pantai, penginapan pasang surut, bahan baku fresh, teknologi, kedekatan dengan pemasok, skill
membangun serta skill memasak dan show Hibachi.
Kata kunci : kompetensi inti, analisis VRIO, ekowisata, daya saing
ABSTRACT
The purpose of this research is to apply core competence analysis on mangrove ecotourism business at
BeeJay Bakau Resort. VRIO (Valueable, Rare, inImitability, Organize) analysis used in this research to know
core competence owned by company. The study was conducted for approximately 2 month with descriptive
research method case study type. Core competence is required by a company to have competitiveness compared
to its competitors. The results of the research show that the core competence of BeeJay Bakau Resort is the
ability to manage integrated tourism, wide coastal tourism, tidal lodging, fresh raw materials, technology,
proximity to suppliers, skill builds and cooking skills and show Hibachi.
Keywords : core competencies, VRIO analysis, ecotourism, competitiveness
pariwisata. Industri ini menarik untuk diteliti Bangladesh. Bentuk dari strategi ini seperti
mengingat sektor pariwisata menyumbang sekitar memastikan keamanan dan keamanan wisatawan,
4-5% dari total PDB Negara Indonesia setiap perencanaan efektif untuk manfaat ekonomi yang
tahunnya (Kemenpar 2014). Salah satu perusahaan berkelanjutan, penerapan peraturan lingkungan yang
yang bergerak di bidang industri ini adalah BeeJay ketat untuk keberlanjutan ekologis, memperingatkan
Bakau Resort (BJBR) yang terletak di Kota Probolinggo masyarakat tentang pentingnya pengembangan
Provinsi Jawa Timur. Perusahaan ini merupakan pariwisata yang berkelanjutan, dan pembangunan
perusahaan yang bergerak di bidang ekowisata infrastruktur.
yang terintegrasi dan cukup lengkap di Indonesia. Berbeda dengan penelitian sebelumnya,
BJBR mengintegrasikan produk wisata alam penelitian ini lebih memfokuskan pada kompetensi
berupa wisata bakau dengan wisata buatan dan inti yang dimiliki perusahaan. Hal ini dilakukan karena
wisata konvensi. Perusahaan sengaja menambahkan dengan mengetahui kompetensi inti yang mereka
fasilitas tersebut demi memuaskan kebutuhan miliki, perusahaan dapat terus meningkatkan
konsumen dalam mengeskplorasi tempat wisata kinerjanya ke depan. Menurut Proff (2005)
tersebut. Hal ini juga yang menjadi daya tarik yang pengembangan kompetensi bisa dilakukan dengan
dimiliki perusahaan dibandingkan dengan tempat cara meningkatkan kompetensi yang ada dan
wisata lainnya. memperbarui kompetensi.
Terdapat beberapa penelitian yang telah Berdasarkan pemaparan diatas, penelitian ini
dilakukan sebelumnya tentang pariwisata. Beberapa ditujukan untuk dapat menjawab pertanyaan utama
penelitian tersebut diantaranya dilakukan oleh apakah kompetensi inti yang dimiliki oleh BeeJay
Maulana (2014) mengenai strategi pengembangan Bakau Resort yang menjadi keunggulan kompetitif
wisata, Umam K et al. (2015) tentang strategi yang merupakan dasar penentuan daya saing bagi
pengembangan ekowisata mangrove dan Mondal perusahaan. Tulisan ini dibagi menjadi lima bagian.
(2017) yang meneliti tentang strategi pengembangan Bagian pertama, pendahuluan yang menguraikan
pariwisata yang berkelanjutan. Penelitan tersebut latar belakang dan rumusan masalah. Bagian kedua,
mengeksporasi kemungkinan untuk meningkatkan kajian pustaka yang berisi uraian praktik – praktik
kinerja di industri pariwisata. industri pariwisata dan konsep kompetensi inti.
Maulana (2014) melakukan penelitian strategi Bagian ketiga, memaparkan tentang metodologi
pengembangan wisata dengan menggunakan data penelitian. Bagian keempat adalah hasil dan
sekunder yang berasal dari internet, buku dan sumber pembahasan. Bagian terakhir yaitu penutup yang
informasi lainnya. Hasil dari penelitian tersebut berisi simpulan, saran penelitian selanjutnya serta
adalah strategi yang dilakukan dengan cara implikasi manajerial.
memeperkuat kelembagaan yang ada, meningkatkan Menurut Vasiliadis et al. (2015) pariwisata
kualitas SDM, melaksanakan promosi yang baik dan adalah fenomena sosio-ekonomi dengan efek penting
bersinergi dengan masyarakat. pada kehidupan manusia dan ekonomi nasional dari
Penelitian Umam K et al. (2015) dilakukan negara-negara. Elemen kunci dari pariwisata adalah
dengan menggunakan data primer dan sekunder. perjalanan, yaitu pergerakan manusia dari tempat
Data primer dipilih berdasarkan purposive dengan tinggal permanen ke tempat lain. Terdapat lima
menggunakan metode judgement sampling tahap kegiatan yang terpisahkan dalam setiap
terhadap orang yang dapat memberikan informasi perjalanan wisata (Avenzora 2008), yaitu : tahap
terkait. Hasil dari penelitian ini adalah strategi yang perencanaan, tahap perjalanan, tahap kegiatan di
harus dilakukan oleh Ekowisata Mangrove Wonorejo destinasi, tahap perjalanan pulang dari destinasi dan
Surabaya adalah strategi agresif, yaitu strategi yang tahap rekoleksi.
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan Di masa lalu, pariwisata lebih dilihat dari segi
peluang yang ada. keuntungan ekonomi yang ditandai dengan
Mondal (2017) melakukan penelitiannya dengan peningkatan pendapatan negara dan memperluas
mewawancarai akademisi yang mengajar mata lapangan kerja. Akan tetapi, sumber daya dari tujuan
kuliah kepariwisataan di tingkat universitas . wisata juga secara luas dieksploitasi, dan ini
Tanggapan atas pertanyaan yang ada diberi skala menyebabkan banyak perkembangan tidak terkontrol
linkert dengan skala paling tinggi lima. Studi ini (Theuma et al 2015). Oleh karena itu, muncullah
menunjukkan strategi WT (kelemahan-ancaman) konsep pariwisata yang berkelanjutan.
sebagai strategi yang harus dilakukan untuk Salah satu bentuk dari pariwisata yang
mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan di berkelanjutan adalah ekowisata. Pengertian
Tofan Tri Nugroho, Penetuan Daya Saing ... 27
ekowisata menurut Wang dan Min (2012) adalah mereka mengelolanya. Sumber daya adalah pondasi
pariwisata berkelanjutan yang didasarkan pada dalam menentukan strategi, dan kumpulan sumber
prinsip ekologi dan teori pembangunan berkelanjutan. daya unik dapat menghasilkan keunggulan kompetitif
Tujuannya adalah untuk melestarikan sumber daya, yang mengarah pada penciptaan kekayaan. Oleh
terutama keanekaragaman hayati, dan mempertahankan karena itu, analisis lingkungan internal diperlukan
pemanfaatan berkelanjutan sumber daya, yang dapat oleh perusahaan untuk mengetahui keunggulan dan
membawa pengalaman ekologi untuk wisatawan, kelemahan mereka serta dapat menindaklanjuti
melestarikan lingkungan ekologi, dan mendapatkan kondisi tersebut agar dapat memberi nilai tambah
manfaat ekonomi. Ekowisata menetapkan hubungan bagi perusahaan.
simbiosis yang harmonis antara kunjungan wisata Kompetensi inti adalah kemampuan yang
dan perlindungan lingkungan, yang dapat membuat berfungsi sebagai sumber keunggulan kompetitif
pengaruh negatif perjalanan ke lingkungan ekologi untuk perusahaan atas rivalnya. Kompetensi inti
dikurangi sampai batas minimum oleh manajemen membedakan sebuah perusahaan kompetitif dan
yang ketat, sehingga untuk memastikan pemanfaatan mencerminkan kepribadiannya. Kompetensi inti
kekal sumber daya. Ekowisata sangat populer untuk muncul dari waktu ke waktu melalui proses
wisatawan untuk pangkalan yang menekankan pada organisasi mengumpulkan dan belajar bagaimana
lingkungan ekologi alam dan memperhatikan untuk menggunakan sumber daya dan kemampuan
perlindungan lingkungan ekologi. yang berbeda. Sebagai kapasitas untuk mengambil
Menurut Wood (2002) prinsip ekowisata adalah tindakan, kompetensi inti adalah “mahkota permata
meminimalkan dampak negatif pada alam dan dari sebuah perusahaan,” kegiatan perusahaan yang
budaya yang dapat merusak tujuan; mendidik mempunyai kinerja baik terutama jika dibandingkan
wisatawan tentang pentingnya konservasi; dengan pesaing dan melalui kompetensi intinya suatu
menekankan pentingnya bisnis yang bertanggung perusahaan menambah nilai unik untuk barang atau
jawab, yang bekerja sama dengan pemerintah jasa selama jangka waktu yang panjang (Hitt et al.
daerah dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan 2011).
lokal dan memberikan manfaat konservasi; Perusahaan seperti layaknya sebuah pohon
pendapatan langsung untuk konservasi dan yang tumbuh dari akarnya (gambar 1). Produk inti
pengelolaan kawasan lindung dan alam; tekankan dipelihara oleh kompetensi dan menimbulkan unit
kebutuhan akan zonasi pariwisata daerah dan bisnis, yang buahnya adalah produk akhir (Prahalad
rencana pengelolaan pengunjung yang dirancang and Hamel 2003). Oleh karena itu, perusahaan perlu
untuk wilayah atau daerah alami yang dijadwalkan untuk mengetahui apa saja kompetensi yang dimiliki
untuk dijadikan tujuan ekonomi; tekankan sekarang dan terus meningkatkan kompetensi yang
penggunaan studi garis dasar lingkungan dan sosial, dimilikinya agar bisa terus tumbuh dan berkembang.
serta program pemantauan jangka panjang, untuk Apabila mereka ingin mengembangkan usahanya
menilai dan meminimalkan dampak; berusaha maka mereka juga perlu mengetahui kompetensi apa
memaksimalkan keuntungan ekonomi bagi negara saja yang diperlukan agar bisnis barunya dapat
asal, bisnis lokal dan masyarakat, terutama berhasil di masa depan.
masyarakat yang tinggal dan dekat dengan kawasan Menurut D’aveni et al. (2001) perusahaan -
alami dan kawasan lindung; berusaha memastikan perusahaan dalam industri yang dinamis, model
bahwa pengembangan pariwisata tidak melebihi portofolio tradisional yang berfokus terutama pada
batas sosial dan lingkungan dari perubahan yang kompetensi inti dan sinergi (fit) dapat berbahaya
dapat diterima sebagaimana ditentukan oleh peneliti dalam jangka pendek. Kekuatan besar sepanjang
bekerjasama dengan penduduk setempat serta sejarah politik dan bisnis telah menunjukkan bahwa
bergantung pada infr astruktur yang telah cara yang jauh lebih efektif untuk mencapai
dikembangkan selaras dengan lingkungan, pertumbuhan, kekayaan, dan kekuasaan adalah
minimalkan penggunaan bahan bakar fosil, dengan membingkai organisasi sebagai lingkup
pelestarian tanaman dan satwa liar setempat, dan pengaruh (sphere of influence) yang terpadu.
pencampuran dengan lingkungan alam dan budaya. Lingkup pengaruh yang kuat terdiri dari 5 zona
Menurut Hitt et al.(2011) keunggulan kompetitif (gambar 6) yaitu zona inti (core atau center of
dan perbedaan yang mereka ciptakan dalam kinerja interest), zona vital (vital interests), zona penyangga
perusahaan seringkali sangat terkait dengan sumber (buffer zones), zona poros (pivotal zones), dan
daya yang dimiliki perusahaan dan bagaimana posisi ke depan (forward positions).
28 Matrik : Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis dan Kewirausahaan Vol. 12, No. 1, Februari 2018
yaitu metode penelitian deskriptif dengan jenis Studi dokumentasi dilakukan dengan
penelitian studi kasus. Metode penelitian deskriptif mempelajari kinerja BeeJay Bakau Resort dan data
digunakan untuk memperoleh gambaran informasi, internal perusahaan. Studi dokumentasi digunakan
penjelasan, dan kondisi yang berkaitan dengan obyek untuk memperoleh data-data sekunder yang
penelitian secara faktual akurat dan sistematis. digunakan untuk melengkapi data hasil wawancara.
Wawancara dilakukan secara terstruktur serta Data sekunder tersebut berupa profil perusahaan
dengan alat bantu kuesioner, dilakukan untuk yang berisi sejarah dan kondisi fisik yang ada di
memperoleh data dan informasi dari pihak wahana wisata tersebut. Data ini digunakan untuk
manajemen BeeJay Bakau Resort. Wawancara ini mengetahui sumberdaya yang tangible dan produk
bertujuan agar mendapat gambaran secara akhir yang ada di wahana wisata tersebut. Selain
menyeluruh mengenai industri pariwisata dan itu, data tersebut dijadikan pembanding untuk
kegiatan di BeeJay Bakau Resort. Responden yang mengetahui kelebihan wahana wisata ini
diambil dengan cara purposive sampling dimana dibandingkan dengan produk pesaing yang sejenis.
respondennya terdiri dari 6 orang pihak internal
BeeJay Bakau Resort yaitu direktur dan manajer. HASIL DAN PEMBAHASAN
Responden tersebut dipilih dengan pertimbangan Kompetensi inti berasal dari sumberdaya dan
bahwa semua responden mampu memberikan kapabilitas yang dimiliki oleh perusahaan.
masukan terhadap analisis kompetensi inti di BeeJay Sumberdaya tersebut terbagi menjadi 2 yaitu
Bakau Resort. sumberdaya yang tangible dan intangible.
Penelitian ini dilakukan untuk dapat menjawab Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di
pertanyaan kompetensi inti apa yang dimiliki yang BJBR didapatkan beberapa kompetensi inti yang
menjadi daya saing bagi BeeJay Bakau Resort dimiliki oleh perusahaan. Sumberdaya dan kapabilitas
dibandingkan pesaingnya. Langkah pertama yang ada di BJBR.
perusahaan harus dapat mengetahui sumberdaya Dari sumberdaya dan kapabilitas yang dipunyai
dan kapabilitas apa saja yang menjadi kompetensi kemudian dianalisis dengan menggunakan VRIO
intinya dengan menggunakan analisis VRIO. (Valueable, Rare, unImitability, Organize) untuk
Adapun pertanyaan untuk dapat mengetahui VRIO mengetahui kompetensi inti yang dimiliki oleh BJBR.
(bernilai, jarang ada, tidak mudah ditiru dan Hasil dari analisis tersebut terlihat pada Tabel 2.
terorganisasi) yang terdapat di perusahaan ini Kompetensi inti yang berasal dari sumberdaya
adalah: Pertanyaan nilai, apakah sumber daya tangible adalah luas wisata pantai yang sangat luas
memungkinkan perusahaan untuk mengeksploitasi sebesar 89 hektar, penginapan pasang surut yang
peluang dan/atau menetralisir ancaman dari dikelilingi kaca sehingga dapat melihat pemandangan
lingkungan?, pertanyaan tentang Rarity (jarang pantai pasang surut serta sunrise di pagi hari karena
ada). Apakah sumber daya yang saat ini dikendalikan bungalow menghadap ke timur serta bahan baku
oleh sejumlah kecil perusahaan pesaing?, pertanyaan untuk makanan yang disajikan sifatnya sangat fresh
tentang Imitabilitas (tidak mudah ditiru). Apakah karena lokasi dari tempat wisata ini menjadi satu
perusahaan tanpa sumber daya menghadapi kerugian dengan tempat pelelangan ikan di pantai mayangan
biaya dalam memperoleh atau mengembangkannya?, kota Probolinggo sehingga hasil tangkapan ikan yang
pertanyaan Organisasi. Apakah kebijakan dan diperoleh masih dalam keadaan segar. Selain itu,
prosedur perusahaan lain diatur untuk mendukung penggunaan teknologi pada operasional perusahaan
eksploitasi sumber daya berharga, langka, dan mahal menjadi salah satu nilai lebih lain yang dimiliki oleh
untuk ditiru?. BJBR yang tidak dipunyai oleh perusahaan lainnya.
Langkah selanjutnya setelah perusahaan Sedangkan kompetensi lain yang dimiliki yang
mengetahui kompetensi intinya adalah dengan berasal dari sumberdaya tangible namun tidak
membuat pohon kompetensi inti tersebut. Pohon menjadi kompetensi intinya adalah ketersediaan
kompetensi inti dibagi menjadi empat bagian yaitu modal, hutan bakau dan laut pasang surut.
kompetensi inti, produk inti, bisnis dan produk Kompetensi ini memberikan nilai tambah bagi
akhirnya. Pohon ini dapat memudahkan perusahaan perusahaan namun tidak terlalu berdaya saing jika
dalam mengidentifikasi kompetensi intinya serta dibandingkan dengan pesaingnya.
melakukan pengembangan berdasarkan kompetensi Kompetensi inti yang berasal dari sumberdaya
yang ada maupun mengembangkan kompetensi baru intangible kedekatan dengan pemasok. Hal ini
yang penting untuk dapat memperluas dan terjadi karena lokasi dari BJBR berdekatan dan
memperkokoh bisnisnya. menjadi satu dengan tempat pelelangan ikan di
30 Matrik : Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis dan Kewirausahaan Vol. 12, No. 1, Februari 2018
Intangible
8 Kedekatan dengan pemasok 1 1 1 1 4 Sustainable competitive parity Above Average Return
9 Kedekatan dengan pengunjung 1 1 0 1 3 Temporary competitive parity Average Return
10 Merk BJBR 1 1 1 0 3 Temporary competitive parity Average Return
Kapabilitas
11 Skill pemasaran 0 0 0 0 0 Competitive disadvantage Below Average Return
12 Skill membangun 1 1 1 1 4 Sustainable competitive parity Above Average Return
13 Skill memasak dan show Hibachi 1 1 1 1 4 Sustainable competitive parity Above Average Return
14 Skill menanam bakau 1 1 0 0 2 Temporary competitive parity Average Return
Berdasarkan uraian diatas maka dapat kita buat dijadikan acuan dalam mengembangkan bisnis
suatu diagram pohon kompetensi inti pada mereka kedepannya. Hal ini bisa dilakukan karena
perusahaan BJBR seperti pada Gambar 2. Pohon di dalam gambar pohon kompetensi inti perusahaan
kompetensi inti berguna untuk mempermudah telah membagi kompetensi inti yang dimiliki saat ini
perusahaan dalam mengidentifikasi kompetensi inti serta hasil dari kompetensi inti yaitu produk inti, bisnis
yang dimiliki oleh perusahaan saat ini dan dapat dan produk akhir yang ada saat ini.
membangun serta skill memasak dan show Hibachi. create growth, wealth, and power through
Kompetensi yang penting namun kurang bagus dan spheres of influence. New York : The Free Press.
perlu dikembangkan adalah skill pemasaran. Secara Hitt M.A., Ireland R. D., dan Hoskisson R. E..
keseluruhan dari kompetensi yang ada adalah (2011). Strategic Management: Competitiveness
kemampuan untuk mengelola paket wisata yang and Globalization: Concepts, Ninth Edition.
terintegrasi. Canada : South-Western Cengage Learning.
[Kemenpar] Kementrian Pariwisata. (2014). Neraca
Keterbatasan dan Saran Penelitian Lanjutan Satelit Pariwisata Nasional.
Setiap perusahaan memilliki karakteristik yang Ljungquist U. (2007). Core competency beyond
unik dibandingkan dengan yang lainnya. Penelitian identification: presentation of a model.
ini dilakukan dalam ruang lingkup perusahaan BeeJay Management Decision. 45(3), 393-402.
Bakau Resort di Kota Probolinggo Provinsi Jawa Ljungquist U. (2013). Adding dynamics to core
Timur.Oleh karena itu, hasil dalam penelitian ini bisa competence concept applications. European
berbeda apabila dilakukan dalam perusahaan yang Business Review. 25(5), 453-465.
lain meskipun dalam industri yang sama yaitu industri Maulana A. 2014. Strategi Pengembangan Wisata
pariwisata. Selain itu, penelitian ini hanya berfokus Spiritual di Kabupaten Badung, Provinsi Bali.
kepada kondisi internal perusahaan dengan Jurnal Kepariwisataan Indonesia. 9(2):119-143.
mengetahui kompetensi inti yang dimilikinya tanpa Mondal M. S. H. 2017. SWOT Analysis and
mempertimbangkan faktor eksternal yang juga dapat Strategies to Develop Sustainable Tourism in
mempengaruhi kinerja perusahaan. Bangladesh. UTMS Journal of Economics 8
Saran untuik penelitian ke depan bisa dilakukan (2): 159–167.
analisis faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja Prahalad C. K.. dan Hamel G. (2003). The Core
perusahaan BeeJay Bakau Resort di Kota Competence of the Corporation. Harvard
Probolinggo Provinsi Jawa Timur. Hal ini penting Business Review.
untuk dilakukan mengingat dalam merencanakan Proff H. (2005). Outline of a Theory of Competence
strategi perusahaan, mereka perlu mengetahui Development : Competence Perspective on
kondisi internal dan eksternal perusahaan untuk Managing Internal Process. Advance in
dapat merumuskan strategi yang tepat agar dapat Applied Business Strategy. 7,229-256.
mencapai visi dan misi perusahaan. Penelitian sejenis Penrose E. (1959). The Teory of The Growth of
juga bisa dilakukan dengan menggunakan metode The Firm. New York : John Willey.
yang sama pada perusahaan yang berbeda baik Porter M. E. (1994). Keunggulan Bersaing :
dalam industri pariwisata maupun yang lainnya. Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja
Unggul. Jakarta : Binarupa Aksara.
REFERENSI Theuma N, George C, Sarah F. A., dan Giuseppina
Avenzora R. (2008). Ekoturisme : Evaluasi tentang C. (2015). Cultural Tourism Revisited : The
konsep. Ekoturisme Teori dan Praktik. Banda Case of Thessaly. Tourism and Culture in the
Aceh : BRR NAD-Nias. Age of Innovation. Second International
Barney J. B. (1991). Firm Resource and Sustained Conference IACuDiT. 97-107.
Competitive Advantage. Journal of Umam K., Sudiyarto, Sri T. W. 2015. Strategi
Management. 17(1),99-120. Pengembangan Ekowisata Mangrove Wonorejo
Barney J. B. (1995). Looking Inside for Competitive Surabaya. Jurnal Agraris. 1(1):38-42.
Advantage. The Academy of Management Vasiliadis L, Panagiotis T, Dimitrios B, John M,
Executive. 9(4), 49-61. Dimitrios K dan Athanasios K. (2015). Cultural
Barney J. B. dan Clark D. N. (2007). Resource- Tourism Revisited : The Case of Thessaly.
Based Theory: Creating and Sustaining Tourism and Culture in the Age of Innovation.
Competitive Advantage. New York : Oxford Second International Conference IACuDiT. 69-78.
University Press. Wang H dan Min T. (2012). Community Participation
Barney J. dan William S. H. 2017. Strategic in Environmental Management of Ecotourism.
Management and Competitive Advantage : Ecotourism and Sustainable Tourism New
Concepts and Cases. Fifth Edition. USA : Perspective and Studies. 38-44.
Pearson Education. Wood M. E. 2002. Ecotourism : Principles,
D’aveni R.A., Gunther R., dan Cole J. (2001). Practices and Policies for Sustainability.
Strategic supremacy: how industry leaders France : United Nation Publication.