Anda di halaman 1dari 51

A kilogram-force centimeter (kgf·cm) is a metric unit of torque (also called “moment” or “moment of

force”). One kilogram-force centimeter is equal to the torque resulting from a force of one kilogram-
force applied perpendicularly to a one centimeter long moment arm.A newton meter (N·m) is a derived
SI unit of torque (also called “moment” or “moment of force”). One newton meter is equal to the torque
resulting from a force of one newton applied perpendicularly to a one meter long moment arm.1
kilogram-force centimeter [kgf·cm] = 9.80664999999998E-02 newton meter [N·m]
1 kilogram-force centimeter [kgf·cm] = 0.0980664999999998 newton meter [N·m]

High-Strength Bolts installation –


calibrated wrench
12 Februari 201121 Maret 2011 wir baja, steel

12 Votes

Dari judul di atas dapat diketahui bahwa materi tulisan saya kali ini adalah tentang pemasangan
baut mutu tinggi pada struktur baja. Maklum salah satu kegiatan kesehariannya khan menjadi
dosen struktur baja, jadi tulisan ini dapat digunakan untuk melihat bagaimana usahanya
menekuni profesi tersebut.

Jika ceritanya adalah tentang pemasangan baut mutu tinggi, apa ya yang kira-kira dapat
dibayangkan. Bagi awam yang tahu itu baut maka tentunya dapat membayangkan bahwa cara
pemasangannya pasti tidak akan berbeda jauh. Mula-mula kepala baut dipasangkan pada
komponen yang akan disambung, yang tentunya pasti sudah dilobangi. Selanjutnya dipasang
washer dan mur, lalu diputar kencang-kencang dengan kunci pas atau kunci inggris atau spud
wrench (ini istilah di AISC), sekuat tenaga. Jika tenaga kita kurang kuat dapat juga memakai
Impact Wrench, itu lho wrench yang digerakan secara pneumatik atau listrik. Simple, selesai
bukan.

Jika hanya seperti itu, maka tulisan ini sudah selesai dong. He, he, apa bener hanya seperti itu.

Nah inilah bedanya jika penulisnya mempunyai latar belakang engineer, bekerja sebagai guru
dan penganut ngelmu “titen”. Tentu akan berbeda meskipun topik yang ditulisnya hanya tentang
pemasangan baut yang bagi orang awam terlihat “kecil”. Jadi jika masih tetap tertarik silahkan
saja dilanjut.

O ya sebagai catatan bahwa tulisan ini tidak sekedar hasil copy and paste, tetapi betul-betul
original. Penulis sebagai seorang pembaca juga di bidang tersebut bahkan belum pernah
menemukan tulisan serupa yang berbahasa Indonesia.

Mari kita buktikan.

Berbicara tentang sistem sambungan pada struktur baja adalah sangat menarik, bagaimana tidak,
elemen profil baja kebanyakan buatan pabrik yang sudah tertentu bentuk dan ukurannya. Jadi
baru bisa terbentuk menjadi bangunan struktur seperti yang kita harapkan jika telah
disambungkan satu dengan yang lainnya. Padahal sambungannya tidak dibuat oleh pabrik baja.
Jadi perencanaan struktur baja pada dasarnya hanya sekedar memilih ukuran dan bentuk profil
baja dan membuat detail cara penyambungannya.

Berbicara tentang cara penyambungan maka saat ini secara mainstream hanya dikenal dua, yaitu
sistem pengelasan dan sistem dengan baut mutu tinggi. Meskipun demikian ternyata tidak setiap
orang mempunyai pendapat yang sama tentang keduanya, ada yang prefer sistem pengelasan dan
ada yang memilih baut mutu tinggi. Kalau tidak percaya baca saja artikel saya yang ini,
termasuk komentar-komentar yang masuk, seru lho.

O ya, di jaman dahulu, di jaman pembuatan jembatan rel KA (jaman belanda) dikenal juga
sistem sambungan dengan paku keling panas (hot rivet), tetapi sekarang sudah nggak ada lagi.
Jadi nggak kita bahas alat sambung tersebut.

Setelah membaca threat artikel saya tersebut maka terkesan ada pendapat bahwa jika telah dapat
digunakan alat sambung baut di lapangan maka hasilnya pasti ok. Beres. Ternyata ada fakta yang
berbicara lain. Hari Jumat seminggu yang lalu, saya dan asisten baja di Jurusan Teknik Sipil
yaitu saudara Hendrik Wijaya mendapat undangan dari ibu Ir. Lanny Hidayat, MSi. (pakar
jembatan) untuk berkunjung ke workshop pabrik baja milik PT. Waagner Biro Indonesia di
daerah Balaraja Tangerang. Maklum ibu Lanny ini memaklumi banget kemampuanku dalam
menulis, tempo hari khan sudah membaca draft tulisan saya tentang jembatan yang saya tulis
dengan dukungan beliau, juga kalau ketemu beliau maka yang diomongkan khan hanya sekitar
dunia baja. Jadi dengan maksud agar terjadi link-and-match antara dunia baja di akademisi dan
praktek (industri) maka beliau mengajak kami. Trims ya bu, nggak setiap dosen baja mempunyai
kesempatan seperti ini.

Workshop yang dimaksud terletak di jl. Raya Serang Km 28, Desa Sukamurni, Balaraja,
Tangerang. Karena kampus UPH terletak di Tangerang juga, maka perjalanan kita relatif lancar,
masuk tol Karawaci dan keluar ke Balaraja Barat. Lebih gampang lagi karena di pintu tol sudah
menunggu pak Demson (bridge engineer dari Waagner Biro) yang sehari-harinya ada di kantor
pusat, yaitu di jalan T.B. Simatupang. Trim ya pak Demson atas budi baiknya. Selanjutnya di
workshop kami juga ketemu dengan bapak Peter Szigetkozi (manager produksi), orang Hongaria
yang pinter berbahasa Indonesia, dan bapak Arif Yulianto (welding engineer dan manager QA).
Setelah bertemu ketiga orang inilah maka ketahuan, kalau memasang baut itu tidak sekedar
mengencangkan kuat-kuat, ada faktor-faktor yang perlu diketahui sebelumnya. Bahkan diketahui
pula, jika memasangnya tidak baik maka resiko terjadinya relaksasi pada sambungan baut mutu
tinggi pada jembatan akan sangat besar. Jika itu terjadi maka resiko terjadinya kegagalan fatiq
akan terjadi. Tahu khan fatiq, yaitu kerusakan di bawah tegangan leleh akibat beban dinamik
kendaraan.

diskusi tentang
baut , nampak Peter Szigetkozi, saya dan ibu Lanny Hidayat

Sambungan baut pada konstruksi jembatan berbeda dibanding konstruksi gedung. Untuk
jembatan maka mekanisme slip kritis yang digunakan untuk perencanaan sambungan baut, dan
bukan mekanisme tumpu. Sampai disini anda paham tidak dengan apa yang saya tulis, jika anda
masih bingung tentang apa itu mekanisme slip kritis dan apa itu mekanisme tumpu, maka baca
dulu tulisan saya tentang hal itu, di sini.

Mekanisme slip kritis yang memungkinkan sistem sambungan baut tidak mengalami slip ketika
dibebani adalah sangat penting sekali untuk menghindari terjadinya kegagalan akibat fatiq.
Resiko untuk terjadinya kegagalan fatiq pada jembatan adalah sangat besar karena adanya beban
bergerak yang relatif besar dibanding berat sendirinya. Maklum, jembatan khan memang
ditujukan untuk beban bergerak tersebut, yaitu kendaraan yang berlalu-lalang di atasnya.
Meskipun secara teori statik, suatu sambungan baut yang direncanakan terhadap mekanisme slip
kritis juga harus direncanakan terhadap mekanisme tumpu, sehingga secara teori dapat diketahui
bahwa ketika mekanisme slip kritis gagal, yaitu terjadi slip, maka sistem sambungan tidak
langsung rusak karena kemudian dapat bekerja baut tersebut dalam mekanisme tumpu, tetapi jika
kemudian tidak diberikan gaya pretensioned lagi pada baut tersebut maka dalam perjalanan
waktu, jembatan tersebut akhirnya dapat rusak karena fatiq tersebut.

Jadi proses pemasangan baut agar menghasilkan gaya pretensioned baut adalah sesuatu yang
sangat penting, bahkan vital bagi kelangsungan hidup jembatan tersebut. Metode apa saja yang
dapat digunakan untuk pemasangan baut tersebut. Mari kita baca petunjuk dari AISC tentang itu
:
Jadi ada [1] turn-of-nut method; [2] direct tension indicator; [3] calibrated wrench; dan [4]
alternative design bolt.

Cara [1] adalah yang paling sederhana dan tidak perlu alat-alat khusus, tetapi agar dapat
menghasilkan seperti yang diharapkan maka diperlukan verifikasi terlebih dahulu misalnya
dengan cara [3] calibrated wrench. Adapun cara [2] perlu washer khusus dan cara [4] perlu baut
dan kunci pas yang khusus pula bahkan para praktisi tersebut berbagi pengalaman bahwa ditemui
meskipun katanya produk tersebut memenuhi standar ASTM yang sama tetapi di lapangan
hasilnya berbicara lain.

Cara [1] saya sudah pernah memakainya, yaitu ketika penelitian disertasi yang dibantu anak-
anak mahasiswa UPH. Yang jelas, tidak semua baut yang dikencangkan dengan cara pasti
hasilnya memuaskan. Maklum tidak dilakukan pengukuran gaya pretensioned pada bautnya.
Selanjutnya saya akan menceritakan tentang cara [3] yaitu calibrated wrench.

Meskipun jelas-jelas tertulis calibrated wrench, tetapi saya yakin tidak semua memahami apa
yang dimaksud dengan istilah tersebut. Bagi yang hanya mengenal baut secara teoritis maka
istilah di atas akan dikaitkan dengan penggunaan alat yaitu wrench yang telah dikalibrasi. Betul
bukan.

Pertanyaannya adalah, siapa yang mengkalibrasi alat tersebut.

Ya jelas dong pak, pasti di Laboratorium Kalibrasi yang sudah diakreditasi oleh Lembaga
Akreditasi Nasional yaitu Komite Akreditasi Nasional ( KAN ). Betul khan pak.

Saya yakin banyak yang akan menjawab seperti itu. Jika demikian maka yang bersangkutan
adalah belum mengetahui dunia per-bautan, termasuk saya ketika itu. :)

Ternyata untuk mendapatkan jawaban yang benar, kita harus tahu teori dan juga praktisnya.
Prinsip dasar dari pemasangan baut mutu tinggi yang akan dikerjakan dengan mekanisme slip-
kritis, yaitu pada baut harus terjadi gaya pretensioned seperti yang tercantum pada AISC, lihat
tabel berikut.
Jadi jika mau pakai baut diameter 20, yaitu M20 maka pemasangan yang baik adalah jika setelah
pemasangan pada baut tersebut terdapat gaya pretensioned sebesar 142 kN, itu kalau baut mutu
ASTM A-325. Ingat itu adalah gaya minimum, jadi boleh saja lebih tinggi, resikonya paling-
paling bautnya putus. :)
Mekanisme standar pengencangan baut dan gaya-gaya yang terjadi

Masalahnya adalah bahwa gaya yang tercantum pada tabel J3.1 adalah gaya pada baut (Tension
in bolt pada gambar di atas), yaitu kN atau Kips, padahal kalau mengencangkan pakai wrench
yang dilengkapi dengan torque meter yang dapat dibaca adalah gaya torsinya. Ini contoh dial
pembacaan yang dapat dilihat pada wrench yang dilengkapi torque meter.
pembacaan pada
wrench yang dilengkapi torque-meter

Jadi intinya, kalau hanya mengandalkan wrench terkalibrasi saja maka jelas adalah sangat sulit
atau dapat dikatakan tidak bisa memenuhi ketentuan yang ada pada tabel J3.1 tersebut. Jadi ?

Yah seru khan. Inilah perlunya saya menulis ini. Masih mau lanjut.

Baik, tapi kita lihat dulu ya bahwa materi ini kelihatannya kecil tetapi ternyata dapat menjadi
industri besar, industri untuk menyediakan alat-alat pengencang baut yang dilengkapi dengan
torsi-meter, lihat saja ada banyak macamnya lho.
COMPUTORQ3
Electronic Torque Wrench (BlueTools.com)

Dial Type Wrenches (Consolidated Devices


Inc.)
Memory Needle Dial (CDI)

Dial Measuring Torque Wrenches


(Norbar Torque Tools Pty Ltd)

Yah masih banyak lagi, jika penasaran Google aja. Ok.

Jadi dari data-data di atas dapat diketahui ada alat atau prosedur lain yang diperlukan untuk
mengkonversi antara besarnya gaya torsi pengencangan (torsi yaitu misalnya kN-m) dengan gaya
internal baut yang dihasilkan (kN). Di workshop Waagner Biro itu mendapat jawabannya, yaitu
diperlukan alat yang namanya Skidmore-Wilhem. Ini bentuknya :
Skidmore-Wilhem
alat pengukur gaya pretensioned pada baut

Kelihatannya kecil, tetapi menurut bapak Peter Szigetkozi ini harganya cukup mahal, katanya 90
jutaan. He, he, dapat dipastikan di universitas kita tidak ada yang punya. Kalau punya, maka
dapat dipastikan juga bahwa riset tentang baut-nya pasti hebat. Betul nggak.

Dari penjelasan bapak Peter, pakar baja asal Hongaria yang fasih berbahasa Indonesia tersebut
diperoleh penjelasan bahwa peralihan antara torsi (akibat pengencangan) menjadi gaya internal
baut (pretensioned baut) itu dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti misalnya:

 Mutu baut itu sendiri, seperti misalnya pembuatan ulir atau threat dari baut itu sendiri,
mutu washer. Oleh karena itu disimpulkan bahwa baut hanya boleh dipasang jika baut,
mur dan washer dihasilkan oleh pabrik yang sama.
 Cara pemberian lapisan hot-dip galvanish. Seperti diketahui bahwa baut untuk jembatan
harus dilindungi karat dengan hot-dip galvanish. Cara tersebut memberikan tambahan
lapisan pada baut, yang mana itu berpengaruh pada permukaan ulis dan mur-nya, jadi
bisa membuat “seret” pada waktu pengencangannnya. Jadi bisa-bisa gaya torsinya besar
tetapi tidak berubah menjadi gaya internal baut. Bahkan jika dipaksa maka lapisan
galvanish baut bisa lecet –> suatu saat nanti bisa menjadi pemicu korosi. Umur jembatan
turun.
 Cara pemberian lubricant. Wah betul, baut itu dipasang dengan diberikan lubricant. Bagi
kita yang mungkin awam, pemberian lubricant atau semacam pelumas pada baut tentu
memberi rasa kuatir, bagaimana nanti bisa copot. Saya dulu juga berpikir demikian.
Tetapi ternyata pemberian pelumas / lubricant ini sangat berpengaruh pada pengalihan
gaya toris ke gaya tarik baut, bahkan bisa melindungi lapisan galvanish ketika
dikencangkan mur-nya tidak rusak. Macam lubricant-nya ternyata juga tertentu. Kemarin
diuji-cobakan di bengkel Wagner Biro ketika digunakan oli biasa, maka ketika dilihat
bautnya terlihat secara visual bahwa lapisan hot-dip-galvanishnya lecet. Adapun lubricant
yang disarankan adalah lubricant yang berbasis Molybdenum.

Adanya parameter-parameter tersebut menyebabkan besarnya torsi yang diberikan pada wrench
tidak bisa konstan untuk setiap proyek. Jadi pada suatu proyek, ketika sudah ditetapkan pasokan
baut mutu tingginya, maka sebelum proses pemasangannya perlu dilakukan proses kalibrasi
dengan alat tersebut. Dicocokkan besarnya gaya torsi yang diperlukan dan besarnya gaya
pretensionied baut yang dihasilkan, tentunya memakai beberapa sample baut yang akan
digunakan. Ini prosesnya:

proses kalibrasi
wrench, terlihat pak Demson (engineer Waagner Biro)

Pada gambar terlihat proses pencatatan besarnya gaya torsi yang diperlukan untuk menghasilkan
gaya pretensioned sesuai tabel J3.1 yang terlihat dari mesin Skidmore-Wilhem. Dari situ
selanjutnya dapat diketahui berapa gaya torsi yang akan digunakan untuk pengencangan baut
agar dihasilkan baut dengan mekanisme slip-kritis.

Yah, ternyata ngelmu pemasangan baut itu tidak gampang, tidak bisa diperoleh sekedar
membaca dari buku. Itulah perlunya link-and-match antara perguruan tinggi dan industri.
Untunglah konsep link-and-match tersebut mudah aku usahakan karena adanya blog ini.
Kenang-kenangan dalam rangka link-and-match.

Penulis di
Workshop Waagner Biro di Balaraja (4 Februari 2011)

<< up-dated>>

Ada data tambahan berkaitan pengencangan baut mutu tinggi dari bapak Sanny Khow, bridge
engineer di California. Foto diambil dari Facebook beliau.
Computerized
Skidmore Wilhelm – for bolt testing, mesin ini akan mengeluarkan semua data data seperti
inspection torque, bolt tension.
Hydraulic wrench
for bolt installation and testing for areas not accesible by other type of wrenches.
A pneumatic torque wrench is an air driven tool designed to apply a specific, pre-set amount of
torque or tension to a fastener. The gun is so small that it can be used for areas that are not
accesible by general wrenches both installation and testing.

Tentang iklan-iklan ini

Bagikan ini:

 Reddit
 Facebook
 Surat elektronik
 Google
 Twitter3

Navigasi pos
← Studi Banding Jurusan Teknik Sipil UPH – 2010
perlukah kuliah di teknik sipil →
38 thoughts on “High-Strength Bolts installation –
calibrated wrench”

1. Dedhi berkata:

12 Februari 2011 pada 11:38

Hmm, tapi kalau pakai baut, nanti seperti Jembatan Suramadi. Ndak berapa lama jalan,
bautnya sudah di tangan penadah besi tua :(

Balas

2. Sanny Khow berkata:

12 Februari 2011 pada 15:46

1. kompatibilitas HS bolts, nuts, washers


bolts dan nuts di buat oleh fabricator dan di kategorikan dalam Rotational Capacity (RC)
sets.
Setiap RC set harus di simpan dan tdk boleh di mixed dgn komponen dari RC yang
berbeda.

2. Menyambung slip-critical joints


joint ini gagal jika terjadi slip. ketika bolt di tension terjadi clamping force antara perm

Transcript of "Bab 08 screws, fasteners and connection syarif "

1. 1. BAB VIII PERANCANGAN ULIR DAYA DAN SAMBUNGAN BAUT8.1.


Pendahuluan Perancangan suatu peralatan atau mekanisme yang menggunakan “baut-
mur”sepertinya adalah salah satu aspek perancangan elemen mesin yang paling
sederhana.Tetapi dalam aplikasi di dunia nyata, keberhasilan dan kegagalan suatu
peralatan seringsekali ditentukan oleh kesempurnaan pemilihan dan penggunaan sistem
sambunganbaut-mur. Penggunaan sambungan (baut-mur, rivet, dll) sangat banyak
digunakan dalamdunia mechanical, sehingga bisnis desain dan manufaktur “baut-mur” ini
sangat dominan,baik dari kuantitas maupun perputaran uang didalamnya. Sebagai contoh,
sebuah htpesawat Boeing 747 menggunakan 2,5 juta sambungan (fastener). Tipe dan
jenis tpsambungan dalam dunia komersial sangat banyak variasinya. Dalam diktat ini,
://pembahasan akan dibatasi dalam design dan pemilihan sambungan
konvensionalmenggunakan ulir, baut, mur dll. ru Ulir dapat digunakan untuk (1)
memegang/mengencangkan dua komponen atau mlebih, dan (2) memindahkan
beban/benda. Fungsi yang pertama sering disebut ahpengencang (fastener) dan yang
kedua dikenal dengan nama ulir daya (power screw atau -blead screw). Sebagai fastener,
konstruksi ulir dapat menerima beban tensile, shear,maupun keduanya. el aj8.2.
Terminologi, klasifikasi dan Standard ar Karena variasi jenis ulir (screw & thread) sangat
banyak, maka perludistandardkan untuk menjamin sifat “interchangeabity”. Ada dua
standard yang banyak .odiadopsi yaitu UNS (Unified National Standard) yang digunakan
di Inggris, Canada dan rgAmerika serikat; dan Standard Internasional ISO yang
digunakan kebanyakan negaraEropa dan Asia. Secara umum terminologi geometri ulir
ditunjukkan pada gambar 8.1. Gambar 8.1 Terminologi geometri ulir 7-1
2. 2. Parameter-parameter utama ulir antara lain adalah : pitch, p – jarak antar ulir yang
diukur paralel terhadap sumbu ulir. diameter, d - major diameter, minor diameter, dan
pitch diameter. lead, L - adalah jarak yang ditempuh baut dalam arah paralel sumbu, jika
baut diputar satu putaran. Untuk ulir single thread, lead akan sama dengan pitch. Ulir
juga dapat dibuat multiple thread. Untuk tipe double thread, maka lead akan sama dengan
2 kali pitch; triple thread akan memiliki lead sama dengan 3 kali pitch dan seterusnya.
Thread per inch, n – menyatakan jumlah ulir per inchi, sering digunakan pada standard
UNS ht tp :// ru m Gambar 8.2 (a) Single, (b) double dan (c) triple thread ah -b
Berdasarkan ukuran dan kualitas, UNS mengklasifikasikan thread menjadi tiga tipe
elyaitu : coarse pitch (UNC), fine pitch (UNF), dan extra-fine pitch (UNEF). Sedangkan
ISO ajmengklasifikasikan dua seri yaitu coarse dan fine thread. Tipe coarse adalah yang
paling arumum dan disarankan digunakan untuk keperluan “ordinary” dimana
sambungan sering .odilepas-pasang, atau dipasangkan dengan material yang lebih lunak.
Tipe fine thread rgmemiliki kualitas yang lebih tinggi dan lebih tahan terhadap
“loosening” dari efek getaran.Sedangkan extra-fine thread digunakan untuk keperluan
khusus seperti sambungan yangsangat tipis dimana diperlukan baut yang sangat kecil/
sangat pendek. Berdasarkan toleransi ulir yang berpasangan, UNS mendefinisikan tiga
“fit” kelas,yang diberi label kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Kelas 1 adalah ulir dengan
toleransi yangpaling rendah, dan digunakan untuk keperluan-keperluan biasa,
pertukangan, rumahtangga, dll. Kelas dua memiliki kualitas yang lebih tinggi dan
toleransi yang lebih ketatyang cocok digunakan pada mesin-mesin dan peralatan industri.
Kelas 3 memilikitoleransi yang paling tinggi untuk keperluan-keperluan khusus. Semakin
tinggi kelas,maka harganya juga semakin mahal. Kode A digunakan untuk ulir eksternal
dan kode Buntuk ulir internal. 7-2
3. 3. Profil geometri ulir sangat banyak variasinya. Gambar 8.3 menunjukkan contohprofil
ulir ISO yang paling banyak digunakan untuk baut-mur, yaitu tipe M. Tipe yang
jugabanyak digunakan adalah tipe MJ dimana geometrinya mirip dengan tipe M, tetapi
diberifillet pada root-nya. Disamping itu, juga memiliki diameter minor yang relatif
besar.Khusus untuk ulir daya (power screw), profil yang umum digunakan adalah tipe
square,tipe Acme dan tipe buttress seperti ditunjukkan pada gambar 8.4 ht tp :// ru m
Gambar 8.3 Profil dasar ulir ISO tipe M ah -b el aj ar .o rg Gambar 8.4 Profil ulir daya
UNS dan ISO menggunakan metoda yang berbeda untuk penulisan spesifikasiulir.
Spesifikasi UNS : diameter, pitch, dan kelas. Contoh spesifikasi UNS : ¼ - 20 UNC-
2Amenyatakan diameter 0.25”, jumlah ulir per inchi adalah 20 buah, tipe coarse, kelas 2
fit,dan external thread. Sedangkan contoh spesifikasi ISO : M8x1.25menyatakan ulir
dengan diameter 8 mm dan pitch 1.25 mm, tipe coarse. Perlu dicatatbahwa semua
standard, baik UNS maupun ISO menganut “kaidah tangan kanan” (righthand rule)
kecuali diberikan spesifikasi secara khusus. 7-3
4. 4. Tensile stress area Jika ulir mendapat beban tarik maka luas penampang yang paling
kritis adalahpada diameter minor (dr). Tetapi hasil pengujian menunjukkan bahwa
kekuatan tarikbatang berulir lebih tepat diwakili oleh diameter rata-rata antara diameter
pitch dandiameter minor. Jadi luas penampang untuk perhitungan tegangan adalah : 2 π ⎛
dp + dr ⎞ At = ⎜ ⎟ 4⎜ 2 ⎝ ⎟ ⎠dimana diameter pitch adalah dp = d – 0.649519/N dr =
d – 1.299038/N ; untuk ulir UNS dp = d – 0.649519p dr = d – 1.226869p ; untuk ulir
ISOdengan d = diameter luar (major), N = jumlah ulir per inchi, dan p = picth dalam mm.
htStandard dimensi-dimensi utama ulir, diberikan dalam bentuk tabel. Tabel 8.1 dan 8.2
tpmenunjukkan contoh dimensi-dimensi standard UNS dan ISO. :// ru Tabel 8.1 Dimensi
utama ulir berdasarkan ISO m ah -b el aj ar .o rg 7-4
5. 5. Tabel 8.2 Dimensi utama ulir berdasarkan UNS ht tp :// ru m ah -b el aj ar .o rg8.3.
Mekanika Ulir Daya Ulir daya (power screw) adalah perlatan yang berfungsi untuk
mengubah gerakanangular menjadi gerakan linear dan biasanya juga mentransmisikan
daya. Secara khusus,ulir daya digunakan untuk : untuk mendapatkan kelebihan
mengangkat/menurunkan beban, seperti misalnya pada dongkrak mobil untuk
memberikan gaya tekan/tarik yang besar seperti misalnya pada kompaktor atau mesin
press 7-5
6. 6. untuk positioning yang akurat seperti pada mikrometer atau pada lead screw mesin
bubut. Mengingat fungsi ulir daya, maka profil yang paling tepat dan banyak
digunakanadalah profil square, Acme, dan buttress. Profil square memberikan efisiensi
yang palingtinggi dan mampu mengeliminasi gaya dalam arah radial. Tetapi profil ini
paling sulitdalam proses pembuatannya. Acme thread walaupun efisiensinya lebih
rendah, namunlebih mudah dalam pembuatan, dan juga memiliki kekuatan yang lebih
tinggi, sehinggaprofil ini paling banyak digunakan untuk ulir daya. Untuk aplikasi
dimana arah bebanadalah satu arah dan sangat besar, maka profil buttress lebih cocok
digunakan karenamemiliki kekuatan paling tinggi pada akar ulir. ht8.3.1. Analisis Gaya
dan Torsi ulir daya tp Gambar 8.5 (a) menunjukkan sebuah mekanisme ulir daya yang
berfungsi untuk ://menaikkan dan menurunkan beban P. Beban dapat dinaikkan dan
diturunkan denganmemutar nut (mur), jadi lama hal ini gerakan angular mur diubah
menjadi gerakan linier ruscrew. Diagram benda bebas pasangan baut-mur ditunjukkan
pada gambar (b). mParameter inklinasi bidang ulir (λ) juga disebut lead angle dapat
dihitung dengan ahpersamaan : -b L tan λ = πd p el aj ar .o rg Gambar 8.5 (a) mekanisme
ulir daya , (b) diagram benda bebas 7-6
7. 7. Jika kita buka satu lilitan ulir dan dibuat menjadi garis lurus, maka hasilnya
akanberbentuk seperti gambar 8.6 (a). Kotak menunjukkan potongan ulir dan gaya-gaya
yangbekerja padanya pada saat menaikkan beban. Sedangkan gambar (b)
menunjukkandiagram benda bebas pada saat menurunkan beban. ht tp Gambar 8.6
Diagram benda bebas : (a) mengangkat beban, (b) menurunkan beban :// ruDengan
menggunakan prinsip kesetimbangan gaya-gaya dalam arah x dan y makadidapatkan m
ΣFx = 0 = F − f cos λ − N sin λ = F − µN cos λ − N sin λ ah F = N(µ cos λ + sin λ ) -b
ΣFy = 0 = N cos λ − f sin λ − P = N cos λ − µN sin λ − P el P aj N= (cos λ − µ sin λ )
ardimana µ adalah koefisien gesekan antara screw dengan mur. Dengan menggabungkan
.okedua persamaan di atas, maka besarnya gaya F yang diperlukan untuk mengangkat
rgbeban adalah (µ cos λ + sin λ ) F=P (cos λ − µ sin λ )Sehingga torsi Ts yang diperlukan
untuk mengangkat beban adalah dp Pd p (µ cos λ + sin λ ) Tsu = F = 2 2 (cos λ − µ sin λ
)atau dalam parameter lead L, Pd p (µπd p + L) Tsu = 2 ( πd p − µL )Gesekan pada collar
juga memberikan kontribusi yang signifikan, maka perluditambahkan. Torsi yang
diperlukan untuk melawan gesekan pada collar adalah 7-7
8. 8. dc Tc = µ c P 2dimana dc adalah diameter rata-rata collar dan µc adalah koefisien
gesekan pada collar.Jadi torsi total yang diperlukan untuk menaikkan beban adalah Pd p
(µπd p + L) dc Tu = Tsu + Tc = + µcP 2 ( πd p − µL) 2Dengan metoda yang sama, torsi
yang diperlukan untuk menurunkan beban dapatditurunkan menjadi Pd p (µπd p − L) dc
Td = Tsd + Tc = + µcP 2 ( πd p + µL) 2 Untuk profil Acme, maka ada komponen gaya
tambahan yang harus htdiperhitungkan karena adanya sudut α. Diagram benda bebas
untuk profil Acme tpditunjukkan pada gambar 8.7. :// ru m ah -b el aj ar Gambar 8.7
Diagram benda bebas ulir daya Acme .o rgDengan menggunakan metoda penurunan yang
sama dengan sebelumnya, maka torsiyang dibutuhkan untuk menaikkan dan menurunkan
beban adalah : Pd p (µπd p + L cos α ) dc Tu = Tsu + Tc = + µcP 2 ( πd p cos α − µL) 2
Pd p (µπd p − L cos α ) dc Td = Tsd + Tc = + µcP 2 ( πd p cos α + µL) 2 7-8
9. 9. 8.3.2. Self LockingPada kondisi khusus, mekanisme ulir daya dapat mengunci sendiri
tanpa harus diberikantorsi untuk menahan beban. Kondisi ini sering disebut dengan “self
locking”. Hal ini sangatberguna dalam aplikasi, misalnya untuk dongkrak mobil. Torsi
diberikan pada saatmengangkat beban, dan begitu posisi yang diinginkan tercapai, torsi
dapat dilepaskan dandongkrak akan mengunci sendiri. Untuk mendapatkan mekanisme
“self locking” maka adahubungan tertentu yang harus dipenuhi antara koefisien gesekan
dan geometri ulir.Dengan men-set torsi sama dengan nol atau negatif untuk penurunan
beban, makakondisi self locking akan terjadi jika : L µ≥ cos α atau µ ≥ tan λ cos α πd p ht
tp8.3.3. Efisiensi ulir daya ://Efisiensi suatu sistem didefinisikan sebagai usaha yang
dihasilkan dibagi dengan usaha ruyang dimasukkan. Kerja masukan ulir daya adalah hasil
pekalian antara torsi dan mperpindahan angular (radian). Untuk satu putaran, maka kerja
masukkan adalah ah Win = ( 2π)T -bSedangkan kerja yang dihasilkan untuk satu putaran
adalah perkalian beban dengan elperpindahan 1 lead : aj Wout = PL arJadi effisiensi
adalah .o Wout PL η= = rg Win 2πTdengan mensubstitusikan persamaan untuk torsi
maka efisiensi ulir daya profil Acmeadalah : PL πd p cos α − µL 1 − µ tan λ η= atau
dalam lead angle η = , πd p πµd p + L cos α 1 + µ cot λsedangkan untuk profil square
dapat disederhanakan, dimana α = 0. Dari persamaan diatas terlihat bahwa efisiensi
tergantung pada koefisien gesek dan lead angle. Gambar 8.7menunjukkan grafik
karakteristik efisiensi ulir daya dengan profil Acme. 7-9
10. 10. Gambar 8.8 Karkateristik efisiensi ulir daya profil Acmeht Tabel 8.3 Dimensi utama
ulir ACMEtp :// ru m ah -b el aj ar .o rg 7-10
11. 11. Contoh Soal 1 :Mekanisme ulir daya digunakan untuk menaikkan danmenurunkan
beban seperti ditunjukkan pada gambar. Ulir dayaadalah tipe square dengan diameter
mayor 32 mm, pitch 4mm, dan berulir ganda. Beban yang bekerja adalah 6,4 kN perulir.
Diameter rata-rata colar adalah 40 mm, dengan koefisiengesekan µ = µc = 0,08.
Tentukanlah : Kedalaman ulir, lebar ulir, diameter pitch dan rata-rata, diameter minor,
dan lead. Torsi yang dibutuhkan untuk mengangkat beban Torsi yang dibutuhkan untuk
menurunkan beban ht tp Efisiensi total Gambar 8.9 Contoh soal ulir daya ://Jawaban : ru
Dari gambar 8.4a diketahui bahwa lebar dan tinggi ulir jenis square adalah sama m
dengan setengah pitch-nya atau sebesar 2 mm. Jadi ah p dp = d − = 32 − 2 = 30 mm 2 -b
d r = d − p = 32 − 4 = 28 mm el l = np = 2 ( 4 ) = 8 mm aj Torsi yang dibutuhkan untuk
mengangkat beban ar Pd p ⎛ l + πµ d p ⎞ P µc d .o T = ⎜ ⎟+ 2 ⎜ π dp − µl ⎟ ⎝ ⎠ 2 rg
6,4 ( 30 ) ⎛ 8 + π ( 0,08 )( 30 ) ⎞ 6,4 ( 0,08 )( 40 ) = ⎜ + 2 ⎜ π ( 30 ) − 0,08 ( 8 ) ⎟ ⎟ 2
⎝ ⎠ = 15,94 + 10,24 = 26,18 Nm Torsi yang dibutuhkan untuk menurunkan beban Pd p
⎛ πµ d p − l ⎞ P µc d T = ⎜ ⎟+ 2 ⎜ π d p + µl ⎟ ⎝ ⎠ 2 6,4 ( 30 ) ⎛ π ( 0,08 )( 30 ) − 8
⎞ 6,4 ( 0,08 )( 40 ) = ⎜ ⎟+ ⎝ π ( 30 ) + 0,08 ( 8 ) ⎠ 2 ⎜ ⎟ 2 = −0,466 + 10,24 = 9,77
Nm 7-11
12. 12. Efisiensi total Pl 6,4 ( 8 ) e= = = 0,311 2πT 2π ( 26,18 )8.4. Threaded Fastener
(Sambungan baut) Fastener adalah alat yang digunakan untuk memegang,
mengencangkan ataumenyambung dua elemen atau lebih. Threaded fastener atau
sambungan bautmenggunakan alat yang ber-ulir untuk menyambungkan dua elemen atau
lebih. Kelebihanjenis sambungan ini adalah kemungkinan untuk melepas dan memasang
kembali.Sehingga sambungan jenis ini sangat cocok untuk peralatan yang sering dilepas
dan htdipasang untuk keperluan perawatan atau penggantian komponen yang aus.
Gambar8.10 menunjukkan tiga buah tipe sambungan baut yang umum digunakan yaitu
tpsambungan baut-mur, sambungan cap-screw, dan sambungan stud. Klasifikasi threaded
://fastener umumnya dilakukan berdasarkan konstruksi dan kegunaan, tipe ulir, dan jenis
rukepala baut. m ah -b el aj ar .o rg Gambar 8.10 Konstruksi sambungan baut (a) baut-
mur, (b) sambungan cap-screw, (c) sambungan stud.Variasi mur (nut) juga sangat banyak
variasinya untuk memenuhi berbagai fungsi khusus.Gambar 8.11 menunjukkan beberapa
tipe mur standar. Washer adalah ring datar yangbiasanya digunakan pada sambungan
baut mur. Fungsinya adalah untuk memperluasbidang kontak antara mur dengan elemen
yang disambung. Teknologi pembuatan ataumanufacturing baut-mur saat ini umumnya
dilakukan dengan proses machining, rolling,dan head forming. 7-12
13. 13. Gambar 8.11 Tipe-tipe mur standard8.4.1. Standar dan Kekuatan Baut Standar
geometri baut tipe kepala segi enam ditunjukkan pada gambar 8.12.Bagian yang akan
mengalami konsentrasi tegangan adalah pada fillet kepala baut dan htpada titik awal ulir.
Standard panjang bagian yang berulir berdasarkan UNS adalah tp ⎧2D + 0.25 in ; L ≤ 6
in LT = ⎨ ⎩2D + 0.5 in ; L > 6 in ://dan untuk metrik (ISO), dalam mm : ru ⎧2 D + 6 ; L
≤ 125 D ≤ 48 m ⎪ L T = ⎨2D + 12 ; 125 ≤ L ≤ 200 ah ⎪2D + 25 ; L > 200 ⎩ -b el aj ar .o
rg Gambar 8.12 Standard baut kepala hexagonal Penggunaan baut-mur untuk struktur dan
aplikasi beban yang besar, maka bautharus dipilih berdasarkan proof strength Sp seperti
yang dispesifikasikan di SAE, ASTM,dan ISO. Standar-standar ini mengklasifikasikan
grade baut berdasarkan material, heattreatment, dan proof strength minimum. Proof
strength adalah tegangan dimana bautakan mulai mengalami “permanent set”. Nilainya
sangat dekat dengan kekuatan yieldmaterial, tetapi lebih rendah. Grade atau kelas baut
dapat dilihat dari tanda pada kepalabautnya. Tabel 8.4 dan 8.5 menunjukkan standard
baut SAE dan ISO yang terbuat daribaja. 7-13
14. 14. Tabel 8.4 Spesifikasi baut baja menurut SAEhttp :// ru m ah -b Tabel 8.5 Spesifikasi
baut baja menurut ISO (metrik) el aj ar .o rg 7-14
15. 15. 8.4.2. Preload dan Faktor Kekakuan Sambungan Baut Sebagai fastener, fungsi baut-
mur adalah untuk mencekam komponen bersama,dimana beban yang bekerja akan
menimbulkan tegangan tarik pada baut sepertiditunjukkan pada gambar 8.13. Dalam
dunia praktis, pencekaman ditimbulkan oleh bebanawal (preload) dengan
mengencangkan baut. Pengencangan baut dapat dilakukandengan memberikan torsi yang
cukup sehingga menimbulkan beban tarik yang mendekatiproof strength. Untuk
sambungan yang mendapat beban statik, beban awal biasanyadiberikan sampai 90%
proof strength. Sedangkan untuk sambungan yang mendapatbeban dinamik (fatigue)
maka beban awal umumnya diberikan sampai 75% proofstrength. ht tp :// ru m ah -b el
ajGambar 8.13 (a) Sambungan baut, (b)diagram benda bebas baut yang mendapat beban
ar tarik .o rg Konstruksi sambungan baut dapat dianalogikan sebagaisistem pegas seperti
ditunjukkan pada gambar 8.14. Baut dapatdipandang sebagai pegas tarik dengan
kekakuan kb dan komponenyang disambung dapat dianalogikan sebagai pegas tekan
dengankekakuan kj. Baut yang terdiri dari bagian tanpa ulir dan bagianberulir dapat
dianggap sebagai pegas susunan seri, lihat gambar8.14. Untuk jenis baut tertentu
mungkin terdapat beberapa jenisukuran diameter. Recall defleksi batang yang mendapat
beban F AEuniaksial, k = = , maka kekakuan baut dapat dituliskan δ Lmenjadi 7-15
16. 16. 1 Lt Ls = + k b At Eb AbEbdimana At adalah tensile stress area baut, dan Ab adalah
luas penampang bagian yangtidak berulir. Kekakuan komponen yang disambung juga
merupakan susunan seri. Kekakuantotalnya adalah 1 L1 L2 Gambar 8.14 = + k j A m1E1
A m 2 E 2dimana L1 dan L2 adalah masing-masing tebal komponen yang disambung,
Am luas efektifmaterial yang dicekam. Khusus jika material komponen yang dicekam
sama maka ht AmEm kj = tp L :// Menentukan nilai kekakuan sambungan jauh lebih sulit
dan kompleks rudibandingkan dengan kekakuan baut. Kesulitan terutama terletak pada
penentuan luas mefektif pencekaman, Am. Pendekatan umumnya dilakukan untuk
menyederhanakan ahanalisis. Berdasarkan analisis numerik dengan metoda elemen
hingga diketahui bahwadistribusi tegangan pencekaman pada komponen yang signitfikan
terjadi pada daerah -bberbentuk frusta cone seperti ditunjukkan pada gambar 8.15. Jika
komponen yang eldicekam terbuat dari material yang sama, maka φ berharga sekitar 420.
Nilai ini juga ajmasih belaku untuk tebal komponen yang dicekam tidak sama. ar Volume
efektif komponen yang dicekam dapat ditentukan dengan menghitung .ovolume “double
cone shape barrel” seperti ditunjukkan pada gambar 8.15 (a) dan (b). Jika rgmaterial
komponen yang dicekam jenisnya sama, maka dapat dibuat volume silinder yangekivalen
dengan volume frusta cone seperti ditunjukkan pada gambar (c). Jika materialtidak sama
maka konsep pegas seri harus digunakan dan parameter E masing-masingmaterial harus
dimasukkan. 7-16
17. 17. Gambar 8.15 Volume efektif pencekaman ht Luas penampang efektif komponen yang
mengalami kompresi adalah luas tppenampang rata-rata frustum-cone barrel : :// π 2 π ⎡⎛
d 2 + d 3 ⎞ 2 ⎤ ru Am = (d eff − d ) ≅ ⎢⎜ 2 ⎟ − d2 ⎥ 4 4 ⎢⎝ 2 ⎠ ⎣ ⎥ ⎦ m ahdimana d
adalah diameter baut, d2 dan d3 seperti ditunjukkan pada gambar : ⎧1,5d; jika tidak
menggunakan washer -b ⎪ d2 = ⎨ ⎪2d; jika washer digunakan pada kepala baut&mur el
⎩ aj d 3 = d 2 + L tan φ ar .o rgGasket Gasket adalah komponen yang sering digunakan
pada sambungan baut untukmencegah kebocoran. Tipe dan jenis gasket sangat banyak,
tetapi secara umum dadapatdibedakan menjadi dua kelas yaitu (1) confined dan (2)
unconfined. Gambar 8.16menunjukkan contoh kedua kelas gasket. Gasket umumnya
terbuat dari material yangjauh lebih lunak dari komponen yang disambung. Tabel 8.5
menunjukkan moduluselastisitas material gasket. 7-17
18. 18. Gambar 8.16 Confined dan unconfined gasket Tabel 8.6 Modulus elastisitas beberapa
material gasket yang sering digunakan ht tp :// ru m ah -b el aj ar .o Konstruksi
sambungan yang menggunakan confined gasket memberikan kondisidimana permukaan
komponen yang disambung dapat berkontak langsung. Dengan rgdemikian kekakuan
sambungan tidak akan dipengaruhi oleh adanya confined gasket.Sedangkan untuk
konstruksi yang menggunakan unconfined gasket maka kekakuankomponen menjadi 1 1
1 1 = + + k j k m1 k m 2 k gdimana kg adalah kekakuan material gasket. Mengingat
gasket terbuat dari material yanglunak maka modulus elastistasnya juga jauh lebih kecil
(Eg << Em1, Em2, ..). Karenamodulus berbanding lurus dengan kekakuan maka kg <<
km1, km2, …. Jadi dapatdismpulkan bahwa kekakuan keseluruhan komponen : 7-18
19. 19. 1 1 1 1 1 = + + ≅ atau kj ≅ kg k j k m1 k m 2 k g k g8.5. Sambungan yang mendapat
beban statik Gambar 8.17 (a) menunjukkan karakteristik gaya-deformasi sambungan baut
jikadiberikan beban awal untuk mengencangkan sambungan. Gaya awal dinaikkan dari
nolsampai Fi. Akibat gaya awal tersebut maka baut akan mengalami defleksi δk
dankomponen mengalami defleksi δm. Baut memiliki slope positif karena
denganbertambahnya beban pengencangan maka panjangnya juga bertambah. Hal
sebaliknyauntuk komponen yang disambung. Terlihat juga untuk gambar tersebut bahwa
kekakuankomponen yang disambung lebih tinggi daripada kekakuan baut sehingga
deformasi htmaterial lebih rendah berbeda dengan deformasi baut. Gaya yang bekerja
pada keduanya tptetap sama. :// Jika beban luar sebesar P diberikan pada sambungan
seperti gambar 8.17 (b) rumaka akan terjadi pertambahan deformasi ∆δ pada baut dan
komponen seperti mditunjukkan pada gambar 8.17 (c). Deformasi tambahan ini selalu
bernilai sama untuk ahbaut dan komponen sampai sambungan terpisah. -b el aj ar .o rg 7-
19
20. 20. Gambar 8.17 Karakteristik sambungan baut yang mendapat beban statikAdanya
beban eksternal akan mengubah situasi beban yang dialami baik oleh bautmaupun
komponen. Gaya yang bekerja pada baut akan mendapat tambahan sebesar Pbsehingga
gaya total pada baut menjadi Fb. Sedangkan komponen mengalamipengurangan gaya
sebesar Pm sehingga gaya total pada komponen menjadi Fm. Ataudengan kata lain
dicatat bahwa gaya luar P dipecah menjadi dua bagian yaitu Pb untukbaut dan Pm untuk
komponen. P = Pm + PbGaya total masing masing pada baut dan komponen adalah Fb =
Fi + Pb Fm = Fi - Pm htSambungan akan mulai terpisah atau gagal jika beban luar yang
diberikan, P, mencapai tpbeban awal pencekaman Fi. Pada kondisi ini seluruh gaya luar
akan ditahan oleh baut.Untuk menjaga sambungan tidak mudah terpisah, yang berarti
gagal, maka dari itulah ://disarankan supaya menggunakan preload yang tinggi. Untuk
aplikasi praktis, preload rudisarankan m ⎧0,75Fps ah ⎪ untuk reused connection Fi = ⎨
⎪0,90Fps ⎩ untuk permanent connection -bdimana Fps adalah proof preload = SpAt.
Perhitungan faktor keamanan sambungan dapat eldilakukan dengan analisis sebagai
berikut : aj ar Hubungan antara deformasi dan gaya .o Pb Pm kb ∆δ = = atau Pb = Pm rg
kb km kmmengingat P = Pm + Pb maka kb Pb = P atau Pb = CP km + kb kbdimana C = .
km + kbC sering disebut sebagai konstanta kekakuan atau konstanta sambungan.
Konstanta C ininilainya biasanya < 1, dan jika kb relatif kecil dibandingkan km, C
nilainya akan makin kecil.Jadi dapat dikonfirmasikan bahwa baut akan mendapat porsi
yang kecil dari beban luar P. Dengan cara yang sama dapat diturunkan bahwa 7-20
21. 21. km Pm = P = (1 − C)P km + kbEkspresi Pb dan Pm dapat digantikan untuk
mendapatkan gaya total yang diterima bautdan komponen. Fb = Fi + CP dan Fm = Fi − (1
− C)PPersamaan di atas dapat digunakan untuk menentukan berapa besarpreload yang
harus diberikan pada suatu sambungan jika beban luaryang bekerja sudah ditentukan, dan
baut sudah dipilih sehingga proofstrength-nya diketahui. Beban luar untuk memisahkan
sambungan P0 dapat ditentukan htdengan men-set Fm sama dengan nol. tp Fi P0 = :// (1
− C) ruSehingga faktor keamanan terhadap pemisahan sambungan adalah m Gambar 8.18
P0 Fi ah SFsamb = = Sambungan P P(1 − C) yang terpisah -b el aj arContoh soal 2 :
.oGambar dibawah ini menunjukkan potongan silinder bertekanan. Baut dengan jumlah
totalN digunakan untuk menahan gaya pemisah 36 kip. rg (a) Tentukan kekakuan dan
konstanta sambungan C (b) Cari jumlah baut yang dibutuhkan jika diingunkan faktor
keamanan 2 dan juga dengan menganggap bahwa baut dapat digunakan kembali jika
sambungan dibongkar-pasang. 7-21
22. 22. Gambar 8.19. Contoh soal : Sambungan baut yang mendapat beban statikJawaban :(a)
Kekauan baut dapat dihitung sebagai berikut : ht AE π d 2E π ( 0,625 ) ( 30 ) 2 tp kb = =
= l 4l 4 (1,5 ) :// = 6,13 Mlb / in ru m dimana panjang cekaman l =1,5 in. Modulus
elastisitas besi cor no.25 adalah 12 Mpsi. Jadi kekakuan dari eleman yang disambung
dengan manngasumsikan bahwa tekanan ah pada elemen sambungan berbentuk potongan
kerucut (frustum cone) adalah : -b 0,577π Ed 0,577π (12 )( 0,625 ) el km = = ⎛ 0,577l +
0,5d ⎞ ⎛ 0,577 (1 ) + 0,5 ( 0,625 ) ⎞ ,5 2ln ⎜ 5 aj ⎟ 2ln ⎜ 5 ⎜ 0,577 (1 ) + 2,5 ( 0,625 )
⎟ ⎟ ⎝ 0,577l + 2,5d ⎠ ⎝ ,5 ⎠ ar = 7,67 Mlb / in .o rg Dengan demikian konstanta
sambungan C dapat dihitung sebagai berikut : kb 6,13 C= = = 0,444 k b + k m 6,13 +
7,67(b) Dari tabel 8.2 dan 8.4 diperoleh At = 0,226 in2 dan Sp = 85 kpsi. Kemudian
beban awal yang direkomendasikan dapat dihitung sebagai berikut : Fi = 0,75 At Sp =
0,75 ( 0,226 )( 85 ) = 14,4 kip Hubungan antara jumlah baut dengan faktor keamanan
dapat dinyatakan sebagai berikut : Sp At − Fi CnF n= atau N= C (F / N ) Sp At − Fi 7-22
23. 23. Kemudian dengan memasukkan, parameter-parameter yang sudah diketahui,
diperoleh jumlah baut N, 0,444 ( 2 )( 36 ) N= = 6,65 85 ( 0,226 ) − 14,4 Jadi dipakai
jumlah baut sebanyak 7 buah. Dengan menggunakan jumlah baut sebanyak ini, diperoleh
faktor keamanan sebagai berikut : 85 ( 0,226 ) − 14,4 n= = 2,11 0,444 ( 36 / 7 ) yang
nilainya lebih besar daripada nilai yang disyaratkan. Dengan demikian dipilih 7 buah baut
dengan beban awal yang direkomendasikan dalam pengencangan. ht tp8.6. Momen Torsi
untuk Preload Beban awal atau preload, Fi, pada sambungan dapat baut dilakukan dengan
://memutar kepala baut atau mur, yang berarti diperlukan momen puntir untuk
mendapatkan rupreload yang diinginkan. Pada saat pemberian beban awal baut akan
mengalami mtegangan tarik dan juga tegangan geser karena adanya torsi. Diagram benda
bebas dan ahelemen tegangan saat pengencangan ditunjukkan pada gambar 8.20.
Setelahsambungan digunakan baut biasanya mengalami sedikit “unwind” untuk melepas
hampir -bseluruh tegangan geser sisa yang diakibatkan oleh momen puntir. Nilai preload
dapat eldiukur atau dikontrol dengan beberapa metoda yaitu : (1) mengukur elongation
atau ajpertambahan panjang baut, dan (2) mengukur momen torsi yang diberikan. Metoda
arpertama dapat dilakukan dengan menggunakan strain gage atau ultrasonic transduser.
.oTetapi hal ini sangat tidak praktis untuk aplikasi di lapangan. Metoda kedua dapat
rgdilakukan dengan menggunakan “torque wrench”. Metoda ini sangat praktis
tetapimemiliki akurasi yang rendah yaitu sekitar ± 30%. Besarnya momen puntir yang
harus diberikan untuk menghasilkan preload yangdiinginkan dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan momen torsi yang telahditurunkan pada ulir daya : d p (µ + tan
λ cos α ) d Ti = Fi + Fi µ c c 2 (cos α − µ tan λ ) 2 7-23
24. 24. ht tp :// ru m Gambar 8.20 Beban dan tegangan yang terjadi pada baut saat diberi
preload ah (T1 = T2 +T3+ T4; T1 = torsi luar yang diberikan pada mur, T2 = torsi karena
gesekan pada permukaan mur, T3 = torsi karena gesekan pada kepala -b baut, dan T4 =
torsi luar yang harus diberikan pada kepala baut suapay el baut tidak berputar) ajUntuk
baut/mur yang digunakan sebagai fastener, diameter pitch dapat diasumsikan arsama
dengan diameter baut, d. Diameter colar dapat didekati dengan rata-rata antara .odiameter
baut dan standard kepala baut, 1,5d. rg d (µ + tan λ cos α ) (1 + 1,5)d Ti ≅ Fi + Fi µ c 2
(cos α − µ tan λ ) 2Dengan mendefinisikan koefisien torsi Ki, ⎡ (µ + tan λ cos α ) ⎤ K i ≅
⎢0,5 + 0,625Fi µ c ⎥ ⎣ (cos α − µ tan λ ) ⎦formula di atas dapat ditulis menjadi Ti ≅ K i Fi
dHasil eksperimental nilai koefisien torsi, ki, baut standard UNS, untuk koefisien gesek µ
=µc = 0,15 adalah : 7-24
25. 25. Ukuran baut Koefisien torsi, Ki Tipe UNC Tipe UNF 1”,2”,3”,4”,5”,6”,7”,8”,10”,12”
0,22 0,22 ¼”, 5/16”, 3/8” 0,22 0,21 7/16”, ½”, 9/16”, 5/8”, ¾”, 7/8”, 1 1/8”, 1 ¼”, 1 3/8”
0,21 0,21 1 ½” 0,21 0,20Dari data eksperimental di atas, maka terlihat bahwa variasi
kofisien torsi untuk preloadsangatlah kecil baik terhadap ukuran baut maupun kelas baut
itu sendiri. Variasi koefiseintorsi juga sangat kecil jika kita menggunakan dp untuk
formula koefisien torsi. Jadi momenpuntir atau torsi yang diperlukan untuk mendapatkan
preload Fi, (ulir dilumasi, µ=µc= 0,15)dapat didekati dengan : ht Ti ≅ 0,21Fi d tp ://
ru8.7. Beban Dinamik Berfluktuasi Untuk kasus sambungan yang mendapat beban
dinamik siklus atau berfluktuasi, mmaka pengaruh beban awal akan lebih dominan
dibandingkan dengan pembebanan ahstatik. Dalam prakteknya kebanyakan beban luar P
dinamik yang bekerja pada -bsambungan baut adalah tipe “fluctuating” dimana beban P
terendah, Pmin adalah nol. Jadi elpada saat beban luar bernilai nol maka hanya beban
awal Fi, yang bekerja pada ajsambungan seperti terlihat pada gambar 8.21(a) Pada saat
beban maksimum, Pmax, makabeban tersebut akan ditanggung bersama oleh baut dan
komponen bersama-sama. arKarena kekakuan baut lebih rendah maka sebagian besar
beban berfluktuasi akan .oditanggung oleh komponen yang disambung. Hal ini terlihat
jelas pada gambar 8.21 (b). rgHal ini secara drastis akan menurunkan tegangan
berfluktuasi tarik (tensile) yang sangatberpotensi menimbulkan kegagalan fatigue pada
baut. Tegangan fluktuatif tekan padakomponen tidak perlu dikhawatirkan karena
kegagalan fatigue selalu disebabkan olehtegangan tarik. 7-25
26. 26. Gambar 8.21 Karakteristik gaya-deformasi baut yang mendapat beban berfluktuasi
Dengan Fb, adalah gaya total yang bekerja pada baut, maka amplitudo dan gayarata-rata
pada baut adalah Fb − Fi Fb + Fi Famp = , Frata = 2 2sehingga tegangan pada baut
menjadi Famp F σ amp = K f dan σ rata = K fm rata At AtAt adalah tensile stress area
baut, Kf adalah faktor konsentrasi tegangan fatigue baut danKfm adalah faktor
konsentrasi tegangan rata-rata. Untuk sambungan yang diberikan beban htawal maka
Kfm biasanya bernilai 1,0. Faktor konsentrasi tegangan pada beberapa tipe tpbaut
ditunjukkan pada tabel 8.6. :// ru Tabel 8.7 Faktor konsentrasi tegangan fatigue untuk
baut m ah -b el aj Tegangan baut karena beban awal ar .o Fi σ i = K fm At rgPerlu
diketahui bahwa hasil penelitian Peterson terhadap kegagalan baut adalah : 15%
kegagalan terjadi pada fillet dibawah kepal baut 20% kegagalan terjadi pada titik awal
bagian berulir 65% kegagalan terjadi pada ulir yang berkontak dengan murUntuk
menentukan faktor keamanan baut terhadap beban yang berfluktuasi, beberapakriteria
dapat digunakan seperti kriteria modified-Goodman, Gerber parabola, atau ASMEelliptic
line. Dengan menggunakan “modified Goodman diagram” maka formula
untukperhitungan faktor keamanan terhadap fatigue adalah : Se (S ut − σ i ) SFlelah = Se
(σ rata − σ i ) + S ut σ amp 7-26
27. 27. Hal penting yang perlu diingat, preload yang tinggi akan menurunkan pengaruh
bebanfatigue pada baut. Jika sambungan tidak diberi preload, maka tegangan fluktuatif
yangharus ditanggung baut akan meningkat sesuai dengan faktor 1/C. karena C
adalahbilangan yang kecil, maka faktor 1/C adalah bilangan yang besar.Contoh Soal 3
:Sebuah komponen mesin terdiri dari dua buah pelat baja yang dicekam sambungan
baut.Baut yang digunakan adalah tipe 0,5”-13UNC grade 5. komponen mesin
tersebutmendapat beban berfluktuasi dari 0 s/d Fmax. Tentukanlah nilai Fmax yang dapat
ditahanbaut sehingga memiliki umur tak hingga untuk kasus (a) sambungan tidak diberi
bebanawal, dan (b) baut diberi beban awal sampai proof load. ht tp :// ru m ah -b el aj ar
.o rg Gambar 8.22 Contoh soal : komponen mesin mendapat beban berfluktuasiJawaban
:Asumsi :1. Sisa panjang ulir baut hanya sedikit diatas mur, dan tangkai baut berdiameter
0,5 inchi sepanjang baut tersebut.2. Kedua pelat baja tersebut mempunyai permukaan
yang halus dan datar, dan tidak ada gasket diantaranya. 7-27
28. 28. 3. Luas efektif elemen yang dijepit dapat diaproksimasi dengan gambar berikut : ht
Gambar 8.23 Salah satu metode penentuan luas efektif elemen yang dijepit tpAnalisis :1.
Untuk kasus a , tegangan yang ada hanya diakibatkan beban fluktuatif saja. Tensile ://
stress area dan koefisien beban fluktuatif diperoeh dari tabel 8.2 dan tabel 8.7. ru Fmax
Fmax σa = σm = Kf = ( 3,8 ) = 13,39Fmax m 2 At 2 ( 0,1419 ) ah2. Dengan
menggunakan grafik 8.22c dan hasil di atas, diperoleh σ a = σ m = 37000 psi -b Dengan
demikian, 13,39Fmax = 37000 atau Fmax = 2760 lb el3. Untuk kasus b , beban tarik
awalnya adalah : aj Fi = At Sp = ( 0,1419 )( 85000 ) = 12060 lb ar4. Dengan asumsi
nomor 2, maka kb dan kc adalah proporsional terhadap Ab dan Ac. .o Kemudian dengan
menggunakan asumsi pertama, diperoeh : rg π π ( 0,5 ) 2 Ab = d2 = = 0,196 in 2 4 4
Dengan menggunakan gambar 8.23 untuk memperkirakan Ac diperoleh : π Ac = 16 ( 5d
2 + 6dg tan30° + g 2 tan2 30° ) = π 16 (5 (0,5) 2 + 6 ( 0,5 )( 2 )( 0,577 ) + ( 2 ) ( 0,333 ) 2
) = 1,19 in 2 Dengan demikian diperoleh : kb Ab 0,196 = = = 0,14 kb + kc Ab + Ac 0,196
+ 1,19 7-28
29. 29. Yang berarti bahwa hanya 14% dari fluktuasi gaya eksternal yang ditahan oleh baut,
sedangkan sisanya digunakan untuk melawan tekanan jepitnya.5. Beban alternating pada
baut adalah setengah dari fluktuasi peak-to-peaknya atau 0,07Fmax. Jadi beban
alternating pada baut : Fa 0,07Fmax σa = Kf = ( 3,8 ) = 1,88Fmax At 0,14196. Dengan Fi
= At Sp = 12060 lb , beban eksternal yang lebih besar sedikit dari 12060 lbf tidak akan
menyebabkan pemisahan sambungan. Dengan demikian, Fmax=12060 lbf merupakan
solusi kasus ini jika tegangan baut tidak menyebabkan kegagalan fatigue. Untuk
Fmax=12060 lbf, σ a = 1,88Fmax = 1,88 (12060 ) = 22670 psi ht Titik ini tepat berada
dibawah garis Goodman untuk umur tak terbatas. Jadi jawaban tp untuk kasus b adalah
Fmax=12060 lbf. :// ru8.8. Sambungan Baut yang Mendapat Beban Geser m Konstruksi
yang menggunakan sambungan baut juga dapat menahan beban ahgeser. Penggunaan
sistem sambungan ini yang luas lebih banyak untuk struktur sepertimisalnya jembatan,
bangunan, boiler, tangki dan lain-lain. Contoh sistem sambungan ini -bdan aplikasinya
ditunjukkan pada gambar 8.23. Beban awal tensile pada baut diberikan eluntuk
menimbulkan gaya gesek yang besar pada komponen yang disambung. Gaya ajgesek
inilah yang berfungsi menahan sebagian besar beban geser. Jadi baut tetap harus
ardiberikan beban awal tarik yang tinggi. Jika gaya gesek pada sambungan tidak cukup
.okuat menahan beban maka baut akan lanngsung mendapat gaya geser. rg (a) (b)
Gambar 8.24 Konstruksi sambungan baut yang mendapat beban geser 7-29
30. 30. Untuk kasus dimana sambungan mendapat beban geser langsung seperti pada
gambar8.24(a) maka beban geser P dapat diasumsikan ditanggung secara merata oleh
masingmasing baut. Sehingga tegangan geser yang dialami baut dapat dihitung dengan
formulasederhana ( P / i) τ baut = Atdimana i adalah jumlah baut. Untuk kasus dimana
sambungan mendapat beban geser dan momen sepertigambar 8.24 (b) maka baut akan
menerima dua jenis gaya geser yaitu (1) F’, akibat gaya htgeser langsung yang disebut
primary shear, dan (2) F”, akibat momen puntir padasambungan yang disebut secondary
shear. Analisis sambungan baut jenis ini terdiri dari tpempat tahap utama yaitu : ://
menentukan titik pusat (centroid) ru m menentukan gaya geser langsung (primary shear)
ah menentukan gaya geser akibat momen (secondary shear) -b Menentukan resultan gaya
yang bekerja pada baut el aj ar .o rg Gambar 8.25 Analisis gaya-gaya pada baut akibat
gaya geser langsung dan momenDalam sistem koordinat kartesian (x,y), centroid atau
titik pusat sekumpulan baut dapatditentukan dengan menggunakan persamaan 7-30
31. 31. n n ∑ Ai xi ∑ Ai yi x= 1 n dan y= 1 n ∑ Ai ∑ Ai 1 1dimana n adalah jumlah baut, Ai
luas penampang baut yang ke-i, dan xi, yi adalahkoordinat masing-masing baut yang ke i.
Dengan mengasumsikan bahwa beban geser langsung akan diterima secaramerata oleh
masing-masing baut, maka komponen beban langsung (primary shear) dapatlangsung
dihitung dengan membagi gaya V dengan jumlah baut atau F” = V/n. Gayageser akibat
momen atau secondary shear dapat dihitung dari menggunakan persamaan M =F A rA +
F B rB + F C rC + ... " " " htdengan rA, rB, dst adalah jarak antara centroid dengan ke
masing-masing titik tengah baut, tpdan F” adalah secondary shear. Gaya yang ditanggung
setiap baut tergantung pada jarak ://radial dari centroid ke baut. Baut yang terjauh akan
menanggung gaya paling besar, rusedangkan yang terdekat mendapat beban paling kecil.
Jadi dapat ditulis dalam bentuk mperbandingan ah " " " FA FB FC = = = ... rA rB rC -
bKombinasi kedua persamaan di atas menghasilkan persamaan secondary shear untuk
elbaut yang ke-i aj Mri Fi" = ar 2 rA + rB 2 + ... + ri2 + ... + rn 2 .o Langkah berikutnya
adalah menghitung resultan gaya geser yang bekerja pada rgmasing-masing baut dengan
melakukan penjumlahan vectorial antara primary shear dansecondary shear. Selanjutnya
tegangan dan kekuatan baut dapat dihitung dengan kriteria-kriteria yang telah dibahas
sebelumnya.Contoh Soal 4 :Konstruksi sambungan baut untuk pelat baja setebal 15 mm
digunakan untuk menahanbeban sebesar 16 kN. Baut yang digunakan adalah M16 kelas
8.8. Tentukanlah faktorkeamanan terendah dari keempat baut jika semua beban
ditanggung oleh baut (asumsitidak ada gesekan antara komponen yang disambung).
Semua dimensi yang diperlukandiberikan pada gambar 8.26. 7-31
32. 32. Gambar 8.26 Semua dimensi dalam millimeter htJawaban : tpTitik O pada gambar
8.26 ditentukan berdasarkan kesimetrisan. Jika digambar diagram ://benda bebas dari
kantilever, gaya reaksi V akan melewati titik O dan momen reaksi M rujuga akan
berkerja pada titik O. Reaksi-reaksi ini adalah :V = 16 kN M = 16(425) = 6800 Nm
mPada gambar 8.27 dibawah ini digambarkan diagram gaya-gaya pada sambungan secara
ahterperinci. -bJarak tiap baut terhadap titik O adalah : el ( 60 ) + ( 75 ) = 96 mm 2 2r =
ajGeseran primer pada tiap baut adalah : ar V 16F= = = 4 kN .o n 4 rgKarena simetris,
maka geseran sekunder dapat dihitug sebagai berikut : Mr M 6800F"= = = = 17,7 kN 4r 2
4r 4 ( 96 )Dengan menggambarkan gaya-gaya ini pada gambar 8.26 dan dengan skala
tertentu,maka dapat diperoleh besar resultan gaya pada tiap baut.FA = FB = 21 kN, dan
FC = FB = 13,8 kN.Tinggi baut yang diperlukan : 7-32
33. 33. ht tp Gambar 8.27 Diagram gaya-gaya pada sambungan :// ruPanjang baut yang
diperlukan sama dengan tebal elemen yang disambung (25 mm) mditambah tinggi mur
dan sekitar 2 mm untuk ring atau washer. Dari tabel standarddiperoleh tinggi mur standar
untuk M16 sekitar 14,8 mm sehingga tinggi total yang ahdiperlukan adalah 41,8 mm. Jadi
dipilih baut dengan panjang 46 mm. Kemudian dihitung -bpanjang bagian yang berulir
berdasarkan tabel 8.5, LT = 38 mm. Dengan demikian elgeseran terjadi pada bagian yang
berulir, sehingga shear-stress area As = π d p / 4 2 ajdimana dp adalah diameter pitchnya.
Adapun diameter pitch untuk ulir ISO dapat dihitung arsebagai berikut : .o d p = d − 3H /
8 = d − 3 ⎡0,5 ( 3 ) p⎤ / 8 0,5 ⎣ ⎦ rg = 16 − 3 ⎡0,5 ( 3 ) 2⎤ / 8 0,5 ⎣ ⎦ = 15,35 mmSehingga
diperoleh As = π d p / 4 = 185 mm 2 2Diperoleh tegangan geser FA 21000τ= = = 113,5
MPa AS 185Dengan demikian dapat dihitung faktor keamanan baut terhadap tegangan
geser sebagaiberikut : τ all 600n= = = 5,286 τ 113,5 7-33
34. 34. 8.9. Soal-soal Latihan1. Sebuah dongkrak ulir dengan ulir Acme ganda berdiameter 1
inchi digunakan untuk menaikkan beban sebesar 4000 N. Sebuah thrust collar
berdiameter rata-rata 50 mm digunakan pada ulir tersebut. Koefisien gesekan yang terjadi
adalah f = 0,12 dan fc = 0,09. a. Tentukan pitch, lead, kedalaman ulir, diameter rata-rata
ulir, dan sudut heliksnya. b. Hitung torsi awal untuk menaikkan dan menurunkan beban.
c. Hitung efisiensi dongkak ketika sedang menaikkan beban.2. Baut UNC class 7
berdiameter 0,5 inchi dengan ulir yang dibuat dengan proses rolling diberikan beban awal
80% dari proof strength-nya ketika digunakan menjepit susuan ht baja berlapis setebal 3
inchi. Tentukan faktor keamanan terhadap luluh statis (static yielding) dan pemisahan
sambungan (joint separation) ketika beban statik eksternal tp sebesar 5 kN diberikan.
Gunakan reliability 99%. ://3. Ulir daya berprofil Acme dengan diameter pitch 1 inchi
dan beulir tunggal digunakan ru untuk menaikkan beban sebesar 25000 lbf. Diameter
rata-rata collar adalah 1,5 inchi. m Koefisien gesekan ulir sama dengan koefisien gesekan
collar yaitu sebesar 0,1. ah tentukan : a. Diameter puncak ulir -b b. Torsi ulir yang
diperlukan untuk menaikkan beban el c. Koefisien gesekan maksimum yang diperlukan
untuk mencegah ulir mengalami aj self- locking jika gesekan collar dihilangkan. ar4.
Sebuah dongkrak mobil terdiri dari ulir daya dan mur. Mobil diangkat dengan memutar .o
ulir daya. Hitung torsi yang dibutuhkan untuk menaikkan beban seberat 1 ton. rg
Diketahui bahwa lead l = 9 mm, diameter pitchnya adalah 22 mm, dan sudut ulirnya
adalah 30°. Koefisien gesekan yang ada adalah 0,1 pada ulir dan nol ditempat lain.5. Ulir
daya berprofil Acme digunakan untuk menaikkan beban sebesar 1350 lbf. Diameter luar
ulir adalah 1,25 inchi dan diameter collar rata-rata adalah 2 inchi. Koefisien gesek ulir
adalah 0,13 dan pada collar adalah 0,16. Tentukan : a. Torsi yang diperlukan untuk
menaikkan dan menurunkan beban. b. Dimensi geometris ulir. c. Efisiensi ketika
menaikkan beban. d Beban yang menyebabkan efisiensi ketika menaikan beban adalah
sebesar 18%.6. Gambar dibawah ini menunjukkan bejana tekan dengan pelat tutup
bergasket. Tekanan internal cukup seragam sehingga beban pada baut dapat dianggap
statik. Tekanan jepit gasket yag direkomendasikan adalah minimal sebesar 13 MPa 7-34
35. 35. (termasuk faktor keamanan) untuk menjamin sambungan yang tahan bocor. Untuk
penyederhanaan, lubang baut dapat diabaikan dalam penghitungan luas gasket. a. Jika
baut 12, 16, dan 20 mm mempunyai ulir kasar dan terbuat dari baja SAE class 8.8 atau
9.8 (dipilih yang paling cocok antara keduanya) akan digunakan, tentukan jumlah baut
yang diperlukan. b. Jika rasio jarak antar-baut dengan diameter baut tidak boleh melebihi
10 untuk menjaga tekanan flens yang cukup antar-baut, dan jika rasio ini tidak boleh
kurang dari 5 untuk menyediakan ruang yang cukup untuk kunci standar, yang manadari
ketiga ukuran baut di atas yang memberikan ruang antar-baut yang paling baik. ht tp :// ru
Gambar P8.1 m7. Gambar dibawah ini menunjukkan sambungan pada cylinder head pada
bejana tekan ah yang menggunakan 10 baut dan confined-gasket seal. Diameter seal
efektif adalah sebesar 150 mm sedangkan dimensi lainnya adalah : A = 100 mm, B = 200
mm, C = -b 300 mm, D = 20 mm, dan E = 25 mm. Tekanan statik gas pada silinder
adalah el sebesar 6 MPa. Telah dipilih baut ISO class 8.8 dengan diameter 12 mm.
Berapa aj faktor pembebanan, n, dari pemilihan ini? ar .o rg Gambar P8. 28. Gambar
dibawah ini menunjukkan lap joint yang dibaut dengan menggunakan baut SAE grade 8.
Temukan gaya geser yang aman F yang dapat diaplikasikan pada sambungan ini jika
ditentukan faktor keamanan berikut : shear pada baut 3, bearing pada baut 2, bearing pada
elemen yang disambung 2,5, dan tension pada elemen yang disambung 3. 7-35
36. 36. Gambar P8.39. Kanal vertikal berukuran 152 X 76 mempunyai kantilever yang dibaut
kepadanya. Kanal tersebut terbuat dari baja AISI 1015 yag di-hot roll. Bautnya adalah
M12 x 1,75 ISO 5,8. Untuk faktor desain 2,8 cari gaya F yang aman diberikan pada
kantilever. ht tp :// ru m ah -b el Gambar P8.4 aj10. Cari gaya geser total pada tiap baut
untuk sambungan seperti diperlihatkan pada ar gambar dibawah ini, dan hitung shear
stress dan bearing stress-nya. Cari momen .o inersia pelat bertebal 8 mm pada
penampang tegak lurus dengan lubang baut, dan cari bending stress maksimum pada
pelat. rg Gambar P8.5 7-36

Recommended
More from this author

Baut dan Mur

Khairul Fadli

32,560

MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN

Dwi Ratna
41,082

Pemilihan material untuk fastener

Mochammad Ridwan

679

Pengukuran ulir bab4

LAZY MAGICIAN

5,318

Elemen Mesin 1 - Keling 2

Charis Muhammad
2,679

Jenis ulir

yohsetyo

36,729

Teknologi dasar otomotif

IdHil FeVer

2,375

Baut dan-mur

Ryat Atmadja
4,670

membuat ulir

nikkobull

18,484

KETEL UAP Pipa-pipa Api

STTNAS (Sekolah Tinggi Teknologi Nasional )

86

T tl pembuatan ulir segitiga otomatis -_ melkis sedek

Melkizt CHdeck
774

Melkizt ttl

Melkizt CHdeck

1,021

Ketel uap

Aghie Hasmawan Isgandhi

9,401

Momen dan defleksi maksimum struktur statis tertentu dlam sebuah bidang

Annez Hutagalung
140

Seminar Kuliah Kerja Praktek

Achmad Solichin

10,328

 

Image segmentation 2

Rumah Belajar

2,631

Image segmentation 3 morphology


Rumah Belajar

1,390

point processing

Rumah Belajar

667

05 visual quality assessment

Rumah Belajar

610

03 image transform
Rumah Belajar

3,291

02 2d systems matrix

Rumah Belajar

722

01 introduction image processing analysis

Rumah Belajar

1,243

04 image enhancement edge detection


Rumah Belajar

2,173

06 object measurement

Rumah Belajar

925

Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan

Rumah Belajar

3,037

Bab 10 spring arif hary


Rumah Belajar

3,970

Bab 06 kriteria kegagalan lelah

Rumah Belajar

961

Bab 09 kekuatan sambungan las

Rumah Belajar

14,618

Bab 07 poros dan aksesoriny


Rumah Belajar

6,605

Bab 05 kriteria kegagalan 1

Rumah Belajar

4,258

Perancangan Roda Gigi Mundur (Reverse Gears)


Jul 27

Posted by Mechanical Blog

Dalam perancanagan roda gigi transmisi kita akan juga menghitung dimensi dan spesifikasi dari
roda gigi mundur.

Roda gigi mundur adalah roda gigi lurus berbeda dengan roda gigi transmisi yang menggunakan
roda gigi miring.

Data awal yang dibutuhkan untuk menghitung roda gigi mundur adalah :

Hasil pengukuran dan pengamatan spesifikasi mesin adalah sebagai berikut

• Putaran motor (n) = 6300 Rpm

• Daya () = 140 PS

• Rasio roda gigi mundur(ir) = 3,307

• Rasio final gear (ifg) = 4,294


• Material = Baja St 70.11

• Sudut tekan normal ( ) = 20°

• βo = 0 ( untuk roda gigi lurus)

Bahan lebih lengkap mengenai perancangan roda gigi mundur dapat download disini :
Perancangan roda gigi mundur

Ditulis dalam Bahan Kuliah, Elemen Mesin

Meninggalkan komentar

Tag: Bahan kuliah, Elemen Mesin, Elemen mesin 1, Elemen mesin 2, Tugas Perancangan
Elemen Mesin

Cara Menentukan Ukuran Baut


Jul 23

Posted by Mechanical Blog

Dalam perdagangan ulir sudah di standarisasikan & bentuk ulir nya dapat bermacam-macam
yaitu:

1. Standard British Witworth ulir sekrup

2. British Association ulir sekrup

3. American National Standar ulir sekrup

4. Unified Standar ulir sekrup

5. Square thread ( Ulir sekrup bujur sangkar )

6. Acme Thread

7. Ulir sekrup bulat ( Knuckle thread )

8. Ulir sekrup trapesium ( Buttress thread )

9. Ulir sekrup metris ( Metric thread )

Pada saat ini ulir yang terdapat di dalam perdagangan, ada dua standard yang dipakai yaitu :

a. Standard British Witworth dengan ciri-ciri nya :


– Simbol nya W misal nya W ½ “ artinya diameter luar nya adalah ½ inchi

– ukuran nya dalam satuan inchi

– sudut puncak (alpha)= 55 derajat

b. Standard Metris (SI) :

– simbol nya (M), misal nya M20 artinya diameter luar nya adalah 20mm

– semua ukuran dalam tabel dan gambar dalam satuan (mm)

– sudu puncak (alpha)= 60 derajat.

Ini adalah Tabel ukuran baut Standard Metris (SI) (klik tabel untuk memperbesar tampilan)

Contoh perhitungan dan pemilihan ukuran baut pada


tabel

Suatu gantungan yang diikat kelangit-langit dengan 4 buah baut harus menahan beban sebesar 10
000 N, Jika baut terbuat dari bahan Fe 490 dengan faktor keamanan yang direncanakan adalah 7,
berapakah ukuran baut yang diperlukan?

Jawab:

Diketahui :

– Bahan baut Fe 490 mempunyai tegangan tarik maksimal 490 N/ mm2.

– Safety factor, v = 7
– Jadi tengan tarik yang diizinkan bahan adalah :

Teg.izin = Teg.mak / v = 490 / 7 = 70 N/ mm2

-F = 10 000 N,

– Z = 4,

Penyelesaian :

Dc = √(4.F / Z.π. Teg.izin ) = √ (4.10 000 / 4.3,14. 70) = 6,7 mm (diameter terkecil)

Maka besar diameter luar dari baut (d) :

dc = 0,8 d ; d = 1,25 .dc = 1,25 (6,7) = 8,375 (mm) (diameter terbesar)

Dari tabel baut untuk d = 8, 375 mm diambil M 10 x 1,25 dengan diameter luarnya 10 mm
dan jarak kisaarnya 1,25 mm.

Dalam menentukan ukuran baut pada tabel disarankan untuk menggunakan jenis Fine Series
terlebih dahulu jika diameter terbesar hasil perhitungan masih dibawah 39 mm

Ditulis dalam Bahan Kuliah, Elemen Mesin

22 Komentar

Tag: Elemen Mesin, Elemen mesin 1, Elemen mesin 2, Tugas Perancangan Elemen Mesin

Perancangan Ulang Roda Gigi Transmisi Honda New Civic


1.8 L MT
Jul 19

Posted by Mechanical Blog

Perhitungan Roda Gigi Transmisi

Menentukan Ukuran Roda Gigi

Untuk merancang roda gigi yang mampu mentransmisikan daya maksimum sebesar 103 kW
pada putaran 6300 rpm. Pada mobil Honda New Civic 1.8L MT dan direncanakan menggunakan
roda gigi miring.

Hal-hal yang direncanakan antara lain :


– Sudut miring , α = 25°

– Sudut tekanan , β = 20°

– Jarak sumbu poros , a = 100 mm

– Perbandingan transmisi seperti pada brosur, (i)

 i1 = 3,142
 i2 = 1,869
 i3 = 1,235
 i4 = 1 (tertera 0,948 karena terjadi kehilangan daya 0.9%)
 i5 = 0,727
 ir = 3,307
 ifg = 4,294

– Modul (m) = 3

Karena dasar dalam perencanaan roda gigi yaitu perbandingan kecepatan atau

perbandingan transmisi (i) yaitu perbandingan diameter lingkungan jarak roda gigi

atau jumlah gigi satu dengan jumlah gigi yang kedua.

Silahkan download disini untuk bahan yang lengkap mengenai perancangan ulang roda gigi
transmisi :Perancangan Roda gigi transmisi

Ditulis dalam Bahan Kuliah, Elemen Mesin

2 Komentar

Tag: Bahan kuliah, Elemen Mesin, Elemen mesin 1, Elemen mesin 2, Tugas Perancangan
Elemen Mesin

Perancangan Ulang Kopling New Mazda2


Jul 19

Posted by Mechanical Blog

Perancangan ulang kopling New Mazda 2 ini merupakan tugas dari mata kuliah Tugas Elemen
Mesin, berikut saya uraikan tentang metodologi perancangan ulang kopling ini :

METODOLOGI PERANCANGAN

Spesifikasi New Mazda 2


Dari data yang diperoleh di lapangan (pada brosur), mobil New Mazda 2 memiliki spesifikasi
sebagai berikut :

1. Daya Maksimum (N) : 103 PS

2. Putaran Pada Daya Maksimum (n) : 6000 rpm

3. Torsi Maksimum (T) : 13,76 kgf.m

4. Putaran Pada Torsi Maksimum (n) : 4000 rpm

Rumus-rumus yang digunakan

Torsi Maksimum

Harga torsi maksimum yang akan digunakan dalam perhitungan perancangan kopling ini
ditentukan berdasarkan dua kriteria, yaitu : torsi maksimum dan daya maksimum kendaraan yang
terdapat pada data lapangan (brosur).

Kopling pelat gesek bekerja karena adanya gaya gesek dengan permukaan, sehingga
menyebabkan terjadinya momen puntir pada poros yang digerakkan. Momen ini bekerja dalam
waktu tR sampai putaran kedua poros sama. Pada keadaan terhubung tidak terjadi slip dan
putaran kedua poros sama dengan putaran awal poros penggerak, sehingga dapat dibuat
persamaan :

Mr = Mb +
Mh

dimana ;

Mr = Torsi Gesek [kgf.cm]

Mb = Momen Puntir Poros Transmisi [kgf.cm]

Mh = Torsi Percepatan [kgf.cm]

Download disini untuk mendapatkan bahan yang lengkap mengenai perancangan ulang kopling
New Mazda 2 :Perancangan Ulang Koplingdan Lampiran A-B

Ditulis dalam Bahan Kuliah, Elemen Mesin

3 Komentar

Tag: Bahan kuliah, Diktat Kuliah, Elemen Mesin, Elemen mesin 1, Elemen mesin 2, Tugas
Perancangan Elemen Mesin
Contoh Perancangan Mur dan Baut
Jul 9

Posted by Mechanical Blog

Rencanakanlah Ulir dan Mur untuk sebuah kait dimana kait mampu menahan beban sebesar =
50000 (N) seperti terlihat pada gambar. Bila bahan kait dan Mur dibuat dari baja ST 60, dan
mendapat pembeban dinamis (tarik dan geser), serta faktor keamanan 8.

Penyelesaian, diketahui :

W = 50000 (N)

Bahan baut dan Mur ST 60

Faktor Keamanan (V) = 8


Tabel baut dan mur

Ditulis dalam Bahan Kuliah, Elemen Mesin


Meninggalkan komentar

Tag: Bahan kuliah, Elemen Mesin, Elemen mesin 1, Elemen mesin 2, Tugas Perancangan
Elemen Mesin

Perancangan Sambungan Las


Jun 23

Posted by Mechanical Blog

Sebuah profil siku (20x15x1) cm, akan disambung dengan sebuah plat datar menggunakan
sambungan las listrik pada kedua sisi parallel dari profil tersebut (lihat gambar).

Profil siku tersebut direncanakan mendapat pembebanan tarik sebesar 200 kN. Bila tegangan
geser izin untuk bahan plat sebesar 7500 N/cm2.

Tentukanlah panjang yang akan dilas (La dan Lb), bila gaya yang bekerja melalui titik berat dari
profil siku tersebut ?.
Ditulis dalam Bahan Kuliah, Elemen Mesin

1 Komentar

Tag: Bahan kuliah, Elemen Mesin, Elemen mesin 1, Elemen mesin 2, Tugas Perancangan
Elemen Mesin

Perancangan Paku Keling 2


Jun 17

Posted by Mechanical Blog

Kampuh bilah tunggal dikeling ganda.


Untuk jenis sambungan kampuh bilah tunggal di keling ganda seperti terlihat pada gambar, maka
kedua plat tersebut terpisah bila mampu memutuskan dua baris penampang, jika jumlah paku (n)
buah maka paku terasabut akan putus tergeser, maka yang terjadi pada bahan adalah tegangan
geser.

Untuk menentukan ukuran plat yang sesuai yaitu :

Bila tebal plat (t) dan lebar plat (b), jarak antara masing-masing sumbu paku (p), dan jumlah
paku dalam satu baris (z1), maka plat tersebut akan putus tertarik, bila tidak mampu menahan
gaya luar yang diberikan. Sehingga tegangan yang terjadi pada penampang plat yaitu tegangan
tarik.
Contoh soal .

Dua buah plat disambung seperti terlihat pada gambar diatas dimana pada kedua ujungnya
bekerja gaya sebesar 10000( N ). Bila Tegangan yang di izinkan untuk plat 137.9 N/mm
tegangan geser izin untuk bahan paku 109.8 N/mm2 . Jumlah paku keling yang di gunakan
berjumlah 6 buah serta ketebalan plat 5 mm.

Ditanyakan :

1. Diameter paku keling.


2. Jarak antara paku .
3. Lebar plat yang dibutuhkan .
Ditulis dalam Bahan Kuliah, Elemen Mesin

Anda mungkin juga menyukai