force”). One kilogram-force centimeter is equal to the torque resulting from a force of one kilogram-
force applied perpendicularly to a one centimeter long moment arm.A newton meter (N·m) is a derived
SI unit of torque (also called “moment” or “moment of force”). One newton meter is equal to the torque
resulting from a force of one newton applied perpendicularly to a one meter long moment arm.1
kilogram-force centimeter [kgf·cm] = 9.80664999999998E-02 newton meter [N·m]
1 kilogram-force centimeter [kgf·cm] = 0.0980664999999998 newton meter [N·m]
12 Votes
Dari judul di atas dapat diketahui bahwa materi tulisan saya kali ini adalah tentang pemasangan
baut mutu tinggi pada struktur baja. Maklum salah satu kegiatan kesehariannya khan menjadi
dosen struktur baja, jadi tulisan ini dapat digunakan untuk melihat bagaimana usahanya
menekuni profesi tersebut.
Jika ceritanya adalah tentang pemasangan baut mutu tinggi, apa ya yang kira-kira dapat
dibayangkan. Bagi awam yang tahu itu baut maka tentunya dapat membayangkan bahwa cara
pemasangannya pasti tidak akan berbeda jauh. Mula-mula kepala baut dipasangkan pada
komponen yang akan disambung, yang tentunya pasti sudah dilobangi. Selanjutnya dipasang
washer dan mur, lalu diputar kencang-kencang dengan kunci pas atau kunci inggris atau spud
wrench (ini istilah di AISC), sekuat tenaga. Jika tenaga kita kurang kuat dapat juga memakai
Impact Wrench, itu lho wrench yang digerakan secara pneumatik atau listrik. Simple, selesai
bukan.
Jika hanya seperti itu, maka tulisan ini sudah selesai dong. He, he, apa bener hanya seperti itu.
Nah inilah bedanya jika penulisnya mempunyai latar belakang engineer, bekerja sebagai guru
dan penganut ngelmu “titen”. Tentu akan berbeda meskipun topik yang ditulisnya hanya tentang
pemasangan baut yang bagi orang awam terlihat “kecil”. Jadi jika masih tetap tertarik silahkan
saja dilanjut.
O ya sebagai catatan bahwa tulisan ini tidak sekedar hasil copy and paste, tetapi betul-betul
original. Penulis sebagai seorang pembaca juga di bidang tersebut bahkan belum pernah
menemukan tulisan serupa yang berbahasa Indonesia.
Berbicara tentang sistem sambungan pada struktur baja adalah sangat menarik, bagaimana tidak,
elemen profil baja kebanyakan buatan pabrik yang sudah tertentu bentuk dan ukurannya. Jadi
baru bisa terbentuk menjadi bangunan struktur seperti yang kita harapkan jika telah
disambungkan satu dengan yang lainnya. Padahal sambungannya tidak dibuat oleh pabrik baja.
Jadi perencanaan struktur baja pada dasarnya hanya sekedar memilih ukuran dan bentuk profil
baja dan membuat detail cara penyambungannya.
Berbicara tentang cara penyambungan maka saat ini secara mainstream hanya dikenal dua, yaitu
sistem pengelasan dan sistem dengan baut mutu tinggi. Meskipun demikian ternyata tidak setiap
orang mempunyai pendapat yang sama tentang keduanya, ada yang prefer sistem pengelasan dan
ada yang memilih baut mutu tinggi. Kalau tidak percaya baca saja artikel saya yang ini,
termasuk komentar-komentar yang masuk, seru lho.
O ya, di jaman dahulu, di jaman pembuatan jembatan rel KA (jaman belanda) dikenal juga
sistem sambungan dengan paku keling panas (hot rivet), tetapi sekarang sudah nggak ada lagi.
Jadi nggak kita bahas alat sambung tersebut.
Setelah membaca threat artikel saya tersebut maka terkesan ada pendapat bahwa jika telah dapat
digunakan alat sambung baut di lapangan maka hasilnya pasti ok. Beres. Ternyata ada fakta yang
berbicara lain. Hari Jumat seminggu yang lalu, saya dan asisten baja di Jurusan Teknik Sipil
yaitu saudara Hendrik Wijaya mendapat undangan dari ibu Ir. Lanny Hidayat, MSi. (pakar
jembatan) untuk berkunjung ke workshop pabrik baja milik PT. Waagner Biro Indonesia di
daerah Balaraja Tangerang. Maklum ibu Lanny ini memaklumi banget kemampuanku dalam
menulis, tempo hari khan sudah membaca draft tulisan saya tentang jembatan yang saya tulis
dengan dukungan beliau, juga kalau ketemu beliau maka yang diomongkan khan hanya sekitar
dunia baja. Jadi dengan maksud agar terjadi link-and-match antara dunia baja di akademisi dan
praktek (industri) maka beliau mengajak kami. Trims ya bu, nggak setiap dosen baja mempunyai
kesempatan seperti ini.
Workshop yang dimaksud terletak di jl. Raya Serang Km 28, Desa Sukamurni, Balaraja,
Tangerang. Karena kampus UPH terletak di Tangerang juga, maka perjalanan kita relatif lancar,
masuk tol Karawaci dan keluar ke Balaraja Barat. Lebih gampang lagi karena di pintu tol sudah
menunggu pak Demson (bridge engineer dari Waagner Biro) yang sehari-harinya ada di kantor
pusat, yaitu di jalan T.B. Simatupang. Trim ya pak Demson atas budi baiknya. Selanjutnya di
workshop kami juga ketemu dengan bapak Peter Szigetkozi (manager produksi), orang Hongaria
yang pinter berbahasa Indonesia, dan bapak Arif Yulianto (welding engineer dan manager QA).
Setelah bertemu ketiga orang inilah maka ketahuan, kalau memasang baut itu tidak sekedar
mengencangkan kuat-kuat, ada faktor-faktor yang perlu diketahui sebelumnya. Bahkan diketahui
pula, jika memasangnya tidak baik maka resiko terjadinya relaksasi pada sambungan baut mutu
tinggi pada jembatan akan sangat besar. Jika itu terjadi maka resiko terjadinya kegagalan fatiq
akan terjadi. Tahu khan fatiq, yaitu kerusakan di bawah tegangan leleh akibat beban dinamik
kendaraan.
diskusi tentang
baut , nampak Peter Szigetkozi, saya dan ibu Lanny Hidayat
Sambungan baut pada konstruksi jembatan berbeda dibanding konstruksi gedung. Untuk
jembatan maka mekanisme slip kritis yang digunakan untuk perencanaan sambungan baut, dan
bukan mekanisme tumpu. Sampai disini anda paham tidak dengan apa yang saya tulis, jika anda
masih bingung tentang apa itu mekanisme slip kritis dan apa itu mekanisme tumpu, maka baca
dulu tulisan saya tentang hal itu, di sini.
Mekanisme slip kritis yang memungkinkan sistem sambungan baut tidak mengalami slip ketika
dibebani adalah sangat penting sekali untuk menghindari terjadinya kegagalan akibat fatiq.
Resiko untuk terjadinya kegagalan fatiq pada jembatan adalah sangat besar karena adanya beban
bergerak yang relatif besar dibanding berat sendirinya. Maklum, jembatan khan memang
ditujukan untuk beban bergerak tersebut, yaitu kendaraan yang berlalu-lalang di atasnya.
Meskipun secara teori statik, suatu sambungan baut yang direncanakan terhadap mekanisme slip
kritis juga harus direncanakan terhadap mekanisme tumpu, sehingga secara teori dapat diketahui
bahwa ketika mekanisme slip kritis gagal, yaitu terjadi slip, maka sistem sambungan tidak
langsung rusak karena kemudian dapat bekerja baut tersebut dalam mekanisme tumpu, tetapi jika
kemudian tidak diberikan gaya pretensioned lagi pada baut tersebut maka dalam perjalanan
waktu, jembatan tersebut akhirnya dapat rusak karena fatiq tersebut.
Jadi proses pemasangan baut agar menghasilkan gaya pretensioned baut adalah sesuatu yang
sangat penting, bahkan vital bagi kelangsungan hidup jembatan tersebut. Metode apa saja yang
dapat digunakan untuk pemasangan baut tersebut. Mari kita baca petunjuk dari AISC tentang itu
:
Jadi ada [1] turn-of-nut method; [2] direct tension indicator; [3] calibrated wrench; dan [4]
alternative design bolt.
Cara [1] adalah yang paling sederhana dan tidak perlu alat-alat khusus, tetapi agar dapat
menghasilkan seperti yang diharapkan maka diperlukan verifikasi terlebih dahulu misalnya
dengan cara [3] calibrated wrench. Adapun cara [2] perlu washer khusus dan cara [4] perlu baut
dan kunci pas yang khusus pula bahkan para praktisi tersebut berbagi pengalaman bahwa ditemui
meskipun katanya produk tersebut memenuhi standar ASTM yang sama tetapi di lapangan
hasilnya berbicara lain.
Cara [1] saya sudah pernah memakainya, yaitu ketika penelitian disertasi yang dibantu anak-
anak mahasiswa UPH. Yang jelas, tidak semua baut yang dikencangkan dengan cara pasti
hasilnya memuaskan. Maklum tidak dilakukan pengukuran gaya pretensioned pada bautnya.
Selanjutnya saya akan menceritakan tentang cara [3] yaitu calibrated wrench.
Meskipun jelas-jelas tertulis calibrated wrench, tetapi saya yakin tidak semua memahami apa
yang dimaksud dengan istilah tersebut. Bagi yang hanya mengenal baut secara teoritis maka
istilah di atas akan dikaitkan dengan penggunaan alat yaitu wrench yang telah dikalibrasi. Betul
bukan.
Ya jelas dong pak, pasti di Laboratorium Kalibrasi yang sudah diakreditasi oleh Lembaga
Akreditasi Nasional yaitu Komite Akreditasi Nasional ( KAN ). Betul khan pak.
Saya yakin banyak yang akan menjawab seperti itu. Jika demikian maka yang bersangkutan
adalah belum mengetahui dunia per-bautan, termasuk saya ketika itu. :)
Ternyata untuk mendapatkan jawaban yang benar, kita harus tahu teori dan juga praktisnya.
Prinsip dasar dari pemasangan baut mutu tinggi yang akan dikerjakan dengan mekanisme slip-
kritis, yaitu pada baut harus terjadi gaya pretensioned seperti yang tercantum pada AISC, lihat
tabel berikut.
Jadi jika mau pakai baut diameter 20, yaitu M20 maka pemasangan yang baik adalah jika setelah
pemasangan pada baut tersebut terdapat gaya pretensioned sebesar 142 kN, itu kalau baut mutu
ASTM A-325. Ingat itu adalah gaya minimum, jadi boleh saja lebih tinggi, resikonya paling-
paling bautnya putus. :)
Mekanisme standar pengencangan baut dan gaya-gaya yang terjadi
Masalahnya adalah bahwa gaya yang tercantum pada tabel J3.1 adalah gaya pada baut (Tension
in bolt pada gambar di atas), yaitu kN atau Kips, padahal kalau mengencangkan pakai wrench
yang dilengkapi dengan torque meter yang dapat dibaca adalah gaya torsinya. Ini contoh dial
pembacaan yang dapat dilihat pada wrench yang dilengkapi torque meter.
pembacaan pada
wrench yang dilengkapi torque-meter
Jadi intinya, kalau hanya mengandalkan wrench terkalibrasi saja maka jelas adalah sangat sulit
atau dapat dikatakan tidak bisa memenuhi ketentuan yang ada pada tabel J3.1 tersebut. Jadi ?
Yah seru khan. Inilah perlunya saya menulis ini. Masih mau lanjut.
Baik, tapi kita lihat dulu ya bahwa materi ini kelihatannya kecil tetapi ternyata dapat menjadi
industri besar, industri untuk menyediakan alat-alat pengencang baut yang dilengkapi dengan
torsi-meter, lihat saja ada banyak macamnya lho.
COMPUTORQ3
Electronic Torque Wrench (BlueTools.com)
Jadi dari data-data di atas dapat diketahui ada alat atau prosedur lain yang diperlukan untuk
mengkonversi antara besarnya gaya torsi pengencangan (torsi yaitu misalnya kN-m) dengan gaya
internal baut yang dihasilkan (kN). Di workshop Waagner Biro itu mendapat jawabannya, yaitu
diperlukan alat yang namanya Skidmore-Wilhem. Ini bentuknya :
Skidmore-Wilhem
alat pengukur gaya pretensioned pada baut
Kelihatannya kecil, tetapi menurut bapak Peter Szigetkozi ini harganya cukup mahal, katanya 90
jutaan. He, he, dapat dipastikan di universitas kita tidak ada yang punya. Kalau punya, maka
dapat dipastikan juga bahwa riset tentang baut-nya pasti hebat. Betul nggak.
Dari penjelasan bapak Peter, pakar baja asal Hongaria yang fasih berbahasa Indonesia tersebut
diperoleh penjelasan bahwa peralihan antara torsi (akibat pengencangan) menjadi gaya internal
baut (pretensioned baut) itu dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti misalnya:
Mutu baut itu sendiri, seperti misalnya pembuatan ulir atau threat dari baut itu sendiri,
mutu washer. Oleh karena itu disimpulkan bahwa baut hanya boleh dipasang jika baut,
mur dan washer dihasilkan oleh pabrik yang sama.
Cara pemberian lapisan hot-dip galvanish. Seperti diketahui bahwa baut untuk jembatan
harus dilindungi karat dengan hot-dip galvanish. Cara tersebut memberikan tambahan
lapisan pada baut, yang mana itu berpengaruh pada permukaan ulis dan mur-nya, jadi
bisa membuat “seret” pada waktu pengencangannnya. Jadi bisa-bisa gaya torsinya besar
tetapi tidak berubah menjadi gaya internal baut. Bahkan jika dipaksa maka lapisan
galvanish baut bisa lecet –> suatu saat nanti bisa menjadi pemicu korosi. Umur jembatan
turun.
Cara pemberian lubricant. Wah betul, baut itu dipasang dengan diberikan lubricant. Bagi
kita yang mungkin awam, pemberian lubricant atau semacam pelumas pada baut tentu
memberi rasa kuatir, bagaimana nanti bisa copot. Saya dulu juga berpikir demikian.
Tetapi ternyata pemberian pelumas / lubricant ini sangat berpengaruh pada pengalihan
gaya toris ke gaya tarik baut, bahkan bisa melindungi lapisan galvanish ketika
dikencangkan mur-nya tidak rusak. Macam lubricant-nya ternyata juga tertentu. Kemarin
diuji-cobakan di bengkel Wagner Biro ketika digunakan oli biasa, maka ketika dilihat
bautnya terlihat secara visual bahwa lapisan hot-dip-galvanishnya lecet. Adapun lubricant
yang disarankan adalah lubricant yang berbasis Molybdenum.
Adanya parameter-parameter tersebut menyebabkan besarnya torsi yang diberikan pada wrench
tidak bisa konstan untuk setiap proyek. Jadi pada suatu proyek, ketika sudah ditetapkan pasokan
baut mutu tingginya, maka sebelum proses pemasangannya perlu dilakukan proses kalibrasi
dengan alat tersebut. Dicocokkan besarnya gaya torsi yang diperlukan dan besarnya gaya
pretensionied baut yang dihasilkan, tentunya memakai beberapa sample baut yang akan
digunakan. Ini prosesnya:
proses kalibrasi
wrench, terlihat pak Demson (engineer Waagner Biro)
Pada gambar terlihat proses pencatatan besarnya gaya torsi yang diperlukan untuk menghasilkan
gaya pretensioned sesuai tabel J3.1 yang terlihat dari mesin Skidmore-Wilhem. Dari situ
selanjutnya dapat diketahui berapa gaya torsi yang akan digunakan untuk pengencangan baut
agar dihasilkan baut dengan mekanisme slip-kritis.
Yah, ternyata ngelmu pemasangan baut itu tidak gampang, tidak bisa diperoleh sekedar
membaca dari buku. Itulah perlunya link-and-match antara perguruan tinggi dan industri.
Untunglah konsep link-and-match tersebut mudah aku usahakan karena adanya blog ini.
Kenang-kenangan dalam rangka link-and-match.
Penulis di
Workshop Waagner Biro di Balaraja (4 Februari 2011)
<< up-dated>>
Ada data tambahan berkaitan pengencangan baut mutu tinggi dari bapak Sanny Khow, bridge
engineer di California. Foto diambil dari Facebook beliau.
Computerized
Skidmore Wilhelm – for bolt testing, mesin ini akan mengeluarkan semua data data seperti
inspection torque, bolt tension.
Hydraulic wrench
for bolt installation and testing for areas not accesible by other type of wrenches.
A pneumatic torque wrench is an air driven tool designed to apply a specific, pre-set amount of
torque or tension to a fastener. The gun is so small that it can be used for areas that are not
accesible by general wrenches both installation and testing.
Bagikan ini:
Reddit
Facebook
Surat elektronik
Google
Twitter3
Navigasi pos
← Studi Banding Jurusan Teknik Sipil UPH – 2010
perlukah kuliah di teknik sipil →
38 thoughts on “High-Strength Bolts installation –
calibrated wrench”
1. Dedhi berkata:
Hmm, tapi kalau pakai baut, nanti seperti Jembatan Suramadi. Ndak berapa lama jalan,
bautnya sudah di tangan penadah besi tua :(
Balas
Recommended
More from this author
Khairul Fadli
32,560
Dwi Ratna
41,082
Mochammad Ridwan
679
LAZY MAGICIAN
5,318
Charis Muhammad
2,679
Jenis ulir
yohsetyo
36,729
IdHil FeVer
2,375
Baut dan-mur
Ryat Atmadja
4,670
membuat ulir
nikkobull
18,484
86
Melkizt CHdeck
774
Melkizt ttl
Melkizt CHdeck
1,021
Ketel uap
9,401
Momen dan defleksi maksimum struktur statis tertentu dlam sebuah bidang
Annez Hutagalung
140
Achmad Solichin
10,328
Image segmentation 2
Rumah Belajar
2,631
1,390
point processing
Rumah Belajar
667
Rumah Belajar
610
03 image transform
Rumah Belajar
3,291
02 2d systems matrix
Rumah Belajar
722
Rumah Belajar
1,243
2,173
06 object measurement
Rumah Belajar
925
Rumah Belajar
3,037
3,970
Rumah Belajar
961
Rumah Belajar
14,618
6,605
Rumah Belajar
4,258
Dalam perancanagan roda gigi transmisi kita akan juga menghitung dimensi dan spesifikasi dari
roda gigi mundur.
Roda gigi mundur adalah roda gigi lurus berbeda dengan roda gigi transmisi yang menggunakan
roda gigi miring.
Data awal yang dibutuhkan untuk menghitung roda gigi mundur adalah :
• Daya () = 140 PS
Bahan lebih lengkap mengenai perancangan roda gigi mundur dapat download disini :
Perancangan roda gigi mundur
Meninggalkan komentar
Tag: Bahan kuliah, Elemen Mesin, Elemen mesin 1, Elemen mesin 2, Tugas Perancangan
Elemen Mesin
Dalam perdagangan ulir sudah di standarisasikan & bentuk ulir nya dapat bermacam-macam
yaitu:
6. Acme Thread
Pada saat ini ulir yang terdapat di dalam perdagangan, ada dua standard yang dipakai yaitu :
– simbol nya (M), misal nya M20 artinya diameter luar nya adalah 20mm
Ini adalah Tabel ukuran baut Standard Metris (SI) (klik tabel untuk memperbesar tampilan)
Suatu gantungan yang diikat kelangit-langit dengan 4 buah baut harus menahan beban sebesar 10
000 N, Jika baut terbuat dari bahan Fe 490 dengan faktor keamanan yang direncanakan adalah 7,
berapakah ukuran baut yang diperlukan?
Jawab:
Diketahui :
– Safety factor, v = 7
– Jadi tengan tarik yang diizinkan bahan adalah :
-F = 10 000 N,
– Z = 4,
Penyelesaian :
Dc = √(4.F / Z.π. Teg.izin ) = √ (4.10 000 / 4.3,14. 70) = 6,7 mm (diameter terkecil)
Dari tabel baut untuk d = 8, 375 mm diambil M 10 x 1,25 dengan diameter luarnya 10 mm
dan jarak kisaarnya 1,25 mm.
Dalam menentukan ukuran baut pada tabel disarankan untuk menggunakan jenis Fine Series
terlebih dahulu jika diameter terbesar hasil perhitungan masih dibawah 39 mm
22 Komentar
Tag: Elemen Mesin, Elemen mesin 1, Elemen mesin 2, Tugas Perancangan Elemen Mesin
Untuk merancang roda gigi yang mampu mentransmisikan daya maksimum sebesar 103 kW
pada putaran 6300 rpm. Pada mobil Honda New Civic 1.8L MT dan direncanakan menggunakan
roda gigi miring.
i1 = 3,142
i2 = 1,869
i3 = 1,235
i4 = 1 (tertera 0,948 karena terjadi kehilangan daya 0.9%)
i5 = 0,727
ir = 3,307
ifg = 4,294
– Modul (m) = 3
Karena dasar dalam perencanaan roda gigi yaitu perbandingan kecepatan atau
perbandingan transmisi (i) yaitu perbandingan diameter lingkungan jarak roda gigi
Silahkan download disini untuk bahan yang lengkap mengenai perancangan ulang roda gigi
transmisi :Perancangan Roda gigi transmisi
2 Komentar
Tag: Bahan kuliah, Elemen Mesin, Elemen mesin 1, Elemen mesin 2, Tugas Perancangan
Elemen Mesin
Perancangan ulang kopling New Mazda 2 ini merupakan tugas dari mata kuliah Tugas Elemen
Mesin, berikut saya uraikan tentang metodologi perancangan ulang kopling ini :
METODOLOGI PERANCANGAN
Torsi Maksimum
Harga torsi maksimum yang akan digunakan dalam perhitungan perancangan kopling ini
ditentukan berdasarkan dua kriteria, yaitu : torsi maksimum dan daya maksimum kendaraan yang
terdapat pada data lapangan (brosur).
Kopling pelat gesek bekerja karena adanya gaya gesek dengan permukaan, sehingga
menyebabkan terjadinya momen puntir pada poros yang digerakkan. Momen ini bekerja dalam
waktu tR sampai putaran kedua poros sama. Pada keadaan terhubung tidak terjadi slip dan
putaran kedua poros sama dengan putaran awal poros penggerak, sehingga dapat dibuat
persamaan :
Mr = Mb +
Mh
dimana ;
Download disini untuk mendapatkan bahan yang lengkap mengenai perancangan ulang kopling
New Mazda 2 :Perancangan Ulang Koplingdan Lampiran A-B
3 Komentar
Tag: Bahan kuliah, Diktat Kuliah, Elemen Mesin, Elemen mesin 1, Elemen mesin 2, Tugas
Perancangan Elemen Mesin
Contoh Perancangan Mur dan Baut
Jul 9
Rencanakanlah Ulir dan Mur untuk sebuah kait dimana kait mampu menahan beban sebesar =
50000 (N) seperti terlihat pada gambar. Bila bahan kait dan Mur dibuat dari baja ST 60, dan
mendapat pembeban dinamis (tarik dan geser), serta faktor keamanan 8.
Penyelesaian, diketahui :
W = 50000 (N)
Tag: Bahan kuliah, Elemen Mesin, Elemen mesin 1, Elemen mesin 2, Tugas Perancangan
Elemen Mesin
Sebuah profil siku (20x15x1) cm, akan disambung dengan sebuah plat datar menggunakan
sambungan las listrik pada kedua sisi parallel dari profil tersebut (lihat gambar).
Profil siku tersebut direncanakan mendapat pembebanan tarik sebesar 200 kN. Bila tegangan
geser izin untuk bahan plat sebesar 7500 N/cm2.
Tentukanlah panjang yang akan dilas (La dan Lb), bila gaya yang bekerja melalui titik berat dari
profil siku tersebut ?.
Ditulis dalam Bahan Kuliah, Elemen Mesin
1 Komentar
Tag: Bahan kuliah, Elemen Mesin, Elemen mesin 1, Elemen mesin 2, Tugas Perancangan
Elemen Mesin
Bila tebal plat (t) dan lebar plat (b), jarak antara masing-masing sumbu paku (p), dan jumlah
paku dalam satu baris (z1), maka plat tersebut akan putus tertarik, bila tidak mampu menahan
gaya luar yang diberikan. Sehingga tegangan yang terjadi pada penampang plat yaitu tegangan
tarik.
Contoh soal .
Dua buah plat disambung seperti terlihat pada gambar diatas dimana pada kedua ujungnya
bekerja gaya sebesar 10000( N ). Bila Tegangan yang di izinkan untuk plat 137.9 N/mm
tegangan geser izin untuk bahan paku 109.8 N/mm2 . Jumlah paku keling yang di gunakan
berjumlah 6 buah serta ketebalan plat 5 mm.
Ditanyakan :