GEOMETRIK
JALAN RAYA
ALINEMEN HORISONTAL
(HORIZONTAL ALIGNMENT)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
26/05/2009 SUMATERA UTARA 1
UMUM #1
• Perubahan kondisi jalan dari kemiringan normal menuju kemiringan
superlevasi dan dari jalan lurus menuju lengkung dapat menimbulkan
perubahan stir dan kesulitan bagi pengemudi untuk mengikuti jejak jalur
jalan
• Oleh karena itu perencanaan transisi dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu; transisi superelvasi dan transisi alinemen
1
UMUM #2
• Bagian transisi superlevasi terdiri dari “superelevation runoff” dan
“tangent runout”
– Superelvation runoff merupakan panjang jalan yang dibutuhkan untuk
mencapai perubahan dari tepi luar kemiringan melintang dari nol menuju
superelevasi, atau sebaliknya
– Tangent runout merupakan panjang jalan yang dibutuhkan untuk mencapai
perubahan pada tepi luar potongan melintang dari kemiringan melintang
normal menuju nol, atau sebaliknya
TANGENT – CURVE #1
• Untuk jenis tikungan Full Circle, dimana lengkung peralihan (Spiral) tidak digunakan,
bagian lurus jalan (tangent) bertemu langsung dengan bagian lingkaran tikungan
(circle).
• Sumbu putar yang dimaksud umumnya adalah centerline dari alinemen jalan tak
terbagi (undivided), namun, garis referensi lain dapat juga digunakan
• Praktek yang ada saat ini adalah membatasi perbedaan kelandaian, yang dikenal
sebagai kelandaian relatif. Kelandaian relatif maksimum pada setiap kecepatan
rencana dapat dilihat pada Exhibit 3-27 AASHTO 2001
2
TANGENT – CURVE #2 ed
h1
Kelandaian
Kecepatan
Relatif
Ekivalen h2
Rencana Kemiringan Relatif
Maksimum LS
Maskimum
(%) (km/jam)
20 0.80 1/125
30 0.75 1/133
40 0.70 1/143
50 0.65 1/150
enormal
60 0.60 1/167
70 0.55 1/182 w w
80 0.50 1/200
90 0.47 1/213
100 0.44 1/227
110 0.41 1/244 • ed = h1/w dan enormal = h2/w
120 0.38 1/263
130 0.35 1/286 • h = h1 + h2 = (ed + enormal).w
• Kelandaian relatif = 1/m = Δ = h/LS
Exhibit 3-27 Gradien Relatif Maksimum
• LS = h.m = (ed + enormal).w.m,
atau ditulis juga
LS = w.m.e Æ LS = (w.e)/Δ rumus
ini dikembangkan oleh AASHTO
seperti berikut ini
26/05/2009 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 5
SUMATERA UTARA
n1 bw (n1.bw)
1.00 1.00 1.00
1.50 0.83 1.25
2.00 0.75 1.50
2.50 0.70 1.75
3.00 0.67 2.01
3.50 0.64 2.24
3
Panjang Tangent Runout Minimum
Panjang minimum runoff dan runout (m)
Kecepatan
Runoff Runout
Rencana
Superelevation
(km/jam) 2 4 6 8 10 12 Keseluruhan
Satu lajur berotasi
20 9 18 27 36 45 54 9
30 10 19 29 38 48 57 10
40 10 21 31 41 51 62 10
50 11 22 32 43 54 65 11
60 12 24 36 48 60 72 12
70 13 26 39 52 66 79 13
80 14 29 43 58 72 86 14
90 15 31 46 61 77 92 15
100 16 33 49 65 82 98 16
110 18 35 53 70 88 105 18
120 19 38 57 76 95 114 19
130 21 41 62 82 103 124 21
Dua lajur berotasi
20 14 27 41 54 68 81 14
30 14 29 43 57 72 86 14
• Panjang superelevation 40 15 31 46 62 77 93 15
runoff tersebut didasari oleh 50 16 32 49 65 81 97 16
60 18 36 54 72 90 108 18
lajur 3,6m. 70 20 39 59 79 98 118 20
• Untuk lebar lajur lainnya 80 22 43 65 86 108 130 22
90 23 46 69 92 115 138 23
perlu dilakukan penyesuaian 100 25 49 74 98 123 147 25
secara proporsional 110 26 53 79 105 132 158 26
120 28 57 85 114 142 170 28
130 31 62 93 124 154 185 31
4
PERUBAHAN KEMIRINGAN MELINTANG
PADA TIKUNGAN
TANGENT – SPIRAL
• Pada desain alinemen dengan lengkung spiral, superelevation runoff
diakibatkan atas seluruh lengkung peralihan
• Antara TS dan SC, lengkung spiral dan superelevation runoff adalah sama dan
lajur jalan berotasi menuju kemiringan superelevasi pada SC.
5
LENGKUNG PERALIHAN
• Kegunaan Penggunaan Lengkung Peralihan Pada
Alinemen Horisontal (Lengkung Spiral):
– Lengkung peralihan yang baik memberikan jejak yang mudah diikuti,
gaya sentripetal bertambah/berkurang secara teratur ketika
kendaraan memasuki/meninggalkan tikungan, sehingga
memperkecil kemungkinan pengambilan jalur di sebelahnya.
– Panjang lengkung peralihan memberikan kesempatan pencapaian
superelevasi.
– Perubahan enormal (Normal Cross Slope, NC) ke superelevasi penuh
di lengkung lingkaran dapat dilakukan sepanjang lengkung transisi.
– Bilamana superelevasi runoff digunakan tanpa lengkung peralihan,
biasanya sebagian berada lengkung (curve) dan sebagian berada
pada bagian yang lurus (tangent)
– Lengkung spiral dapat menambah dan memperbagus tampang jalan
dan dapat menghindari awal dan akhir lengkung lingkaran terlihat
patah-patah.
PANJANG SPIRAL #1
• Lengkung spiral umumnya adalah Spiral Euler, yang dikenal
juga dengan clothoid yang digunakan dalam desain.
• Jari-jarinya bervariasi mulai dari akhir jalan lurus pada awal
spiral hingga jari-jari lengkung lingkaran apada titik akhir
pertemuan lengkung lingkaran
0.0214 V 3
• Panjang lengkung spiral minimum: L =
RC
– Dimana; L = panjang spiral, m
V = kecepatan, km/jam
R = jari-jari lingkaran, m
C = peningkatan percepatan lateral (0,3 – 0,9) m/dt2
6
PANJANG SPIRAL #2
• Jari-jari maksimum untuk menggunakan spiral
didasari pada percepatan lateral minimum 1,3
m/dt2
PANJANG SPIRAL
MINIMUM dan MAKSIMUM
• Panjang Minimum Spiral harus • Panjang Maksimum Spiral harus
memenuhi persamaan dibawah memenuhi persamaan dibawah
ini ini
7
PANJANG SPIRAL DISUKAI
• Panjang ini mengikuti waktu tempuh 2,0 dt pada kecepatan rencana dari
jalan. Panjang tangent runout sama dengan cara perhitungan tangent
runout untuk lengkung Tangent to Curve diatas
26/05/2009 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 15
SUMATERA UTARA