Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KELUARGA PEMULA

D
I
S
U
S
U
N

Oleh

Kelomok 1 Kelas B

1. Wirnasari Tumanggor
2. Yenni Juita Purba
3. Yupi Pentasari Zai
4. Yuzlianti Rivalni Lase
5. Marsoni Manik

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH MEDAN

TAHUN AJARAN 2016/2017


PENGANTAR
Puji syukur kelompok panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat
dan rahmat dan karunia-Nya kepada kelompok, sehingga kelompok dapat menyelesaikan
makalah tentang “ Asuhan Keperawatan pada keluarga pemula pada komunitas I” ini dengan
baik dan tepat waktu.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pembimbimg kami ibu ance
siallagan,S.Kep.,Ns. Yang bersedia membimbing dan mengarahkan kami dalam meyelesaikan
makalah kami ini.

Kelompok berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
keluarga pemula dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi para
praktisi medis yang bersangkutan dengan hal-hal ini dan juga bagi para keluarga pemula.

Kami menyadari banyak masih kekurangan dari makalah kami ini. Maka kami kelompok
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan makalah kami ini. Sebelum
dan sesudahnya kami mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, 08 juni 2017


Hormat Kami

Kelompok 01
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Salah satu aspek terpenting dari perawatan adalah penekaan pada unit keluarga. Keluarga
bersama dengan individu, kelompok, dan komunitas adalah klien atau resipien keperawatan.
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, merupakan klien keperawatan atau sipenerima
asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota
keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawatan di rumah sakit dapat menjadi sia-sia jika tidak
dilanjutkan keluarga oleh keluarga. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota
keluarga dan kualitas kehidupan keluarga menjadi sangat berhubungan atau signifikan.

Keluarga menempati posisi di antara individu atau masyarakat sehingga dengan memberikan
pelayanan kesehatan kepada keluarg, perawat mendapat dua keuntungan sekaligus. Keuntungan
pertama adalah memenuhi kebutuhan individu , dan keuntungan yang kedua adalah memenuhi
kebutuhan masyarakat. Dalam pemberian pemberian pelayanan kesehatan perawat harus
memerhatikan nilai- nilai dan budaya yang ada dalam keluarga sehingga dalam pelaksanaanya
kehadiran perawat dapat diterima oleh keluarga.

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengetahui Pengertian Keluarga Pemula


2. Mahasiswa mampu mengetahui Tahap-tahap perkembangan keluarga pemula
3. mahasiswa mampu mengetahui masalah-masalah pada keluarga pemula
4. Mahasiswa mampu menjelaskan peran perawat pada keluarga pemula
5. Mahasiswa mampu Mengidentifikasi diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada
keluarga pemula.
6. Mahasiswa mampu Membuat dokumentasi asuhan keperawatan pada keluarga pemula.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Keluarga Pemula

Perkembangan pemula tahap I adalah mulainya pembentukan keluarga yang berakhir ketika
lahirnya anak pertama. Pembentukan keluarga pada umunya dimulai dari perkawinan seorang
laki-laki dengan perempuan serta perpindahan dari status lajang ke hubungan baru yang intim
serta mulai meninggalkan keluarganya masing-masing secara psikologis keuarga tersebut sudah
memiliki keluarga baru. Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga
baru. Tahap perkawinan atau pasangan menikah saat ini berlangsung lebih lambat. Misalnya
menurut data sensus amerika serikat tahun 1985, 75 persen pria dan 57 persen wanita amerika
serikat masih belum menikah pada usia 21 tahun ini merupakan suatu pergeseran yang berarti
dari 55 persen dan 36 persen masing – masing dalam tahun 1970.

2.2.Tahap- Tahap Keluarga Pemula

Menciptakan sebuah perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan


persaudaraan secara harmonis dan keluarga berencana merupakan tiga tugas perkembangan yang
penting dalam masa ini.

2.2.1 Membangun perkawinan yang saling memuaskan

Ketika dua orang diikat dalam ikatan perkawinan perhatian awal mereka adalah
menyiapkan suatu kehidupan bersama yang baru. Sumber – sumber dari dua orang digabungkan
peran – peran mereka berubah dan fungsi – fungsi baru pun diterima . Belajar hidup bersama
sambil memenuhi setiap kebutuhan kepribadian yang mendasarkan merupakan sebuah tugas
perkembangan yang penting . Misalnya mereka harus mengembangkan rutinitas untuk makan ,
tidur, bangun pagi, membersihkan rumah, menggunakan kamar mandi bergantian, mencari
rekreasi dan pergi ketempat – tempat yang menyenangkan bagi mereka berdua. Dalam proses
saling menyesuaikan . Dalam proses saling menyesuaikan diri ini terbentuk satu kumpulan
transaksi berpola dan lalu di pelihara oleh pasangan tersebut dengan setiap pasangan memicu dan
memantau tingkah laku pasangannya .

Sama pentingnya bahwa perbedaan- perbedaan individu perlu diketahui. Pencapaian


hubungan perkawinan yang memuaskan tergantung pada pengembangan cara-cara yang
memuaskan untuk menangani “perbedaan – perbedaan tersebut ”(satir, 1983) dan konfli- konflik.
Cara yang sehat untuk memecahkan masalah adalah berhubungan dengan kemampuan pasangan
untuk bersikap empati; saling mendukung, dan mampu berkomunikasi secara terbuka dan sopan
(raush et al,1969) dan melakukan pendekatan terhadap konflik atas rasa saling hormat
menghormati (Jackson dan ledeer, 1969). banyak pasangan mengalami masalah-masalah
penyesuaian seksual , seringkali disebabkan oleh ketidaktahuan dan informasi yang salah yang
mengakibatkan kekecewaan dan harapan- harapan yang tidak realistis. Malahan, banyak
pasangan yang membawa kebutuhan- kebutuhan dan keinginan- keinginan yang tidak terpenuh
kedalam hubungan mereka, dan hal- hal ini dapat mempengaruhi hubungan seksual secara
merugikan. (Goldenberg dan Goldenberg, 1985).

2.2.2. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.

Perubahan peran dasar terjadi dalam perkwinan ptama dari sebuah pasangan, karena mrka
pindah dari rumah orangtua mereka ke rumah mereka yang yang baru. Bersamaan dengan itu,
mereka menjadi anggota dari tiga keluarga, yaitu: menjadi anggota keluarga dai keluarga asal
masing-masing, disamping keluarga mereka sendiri yang baru saja terbentuk. pasangan tersebut
menghadapi tugas-tugas memisahkan diri dari keluarga asal mereka dan mengupayakan brbagai
hubungan dengan orangtua mereka, sanak saudara, dan dengan ipar-ipar mereka,karena loyalitas
utama mereka harus diubah untuk kepentingan hubungan perkawinan mereka. Bagi pasangan
tersebut, hal ini merupakan pembentukan hubungan baru dengan setiap orangtua masing-masing,
yaitu hubungan yang tidak hanya mungkinkan dukungan dan kenikmatan satu sama lain, tapi
juga otonomi yang melindungi pasangan baru dari campuran tangan pihak luar yang mungkin
dapat merusak bahtera perkawinan yang bahagia.

2.2.3. Merencanakan Keluarga

Apakah ini memiliki anak atau tidak dan penentuan waktu untuk hamil merupakan suatu
keputusan keluarga yang sangat penting. Littlefield (1997) menekankan pentingnya
pertimbangan semua rencana kehamilan kluarga ketika seseorang bekerja dikeperawatan
maternitas. Tipe perawatan kesehatan yang di dapat keluarga sebagai sebuah unit selama masa
prenatal sangat mempengaruhi kemampuan keluarga mengatasi perubahan-perubahan yang luar
biasa dengan efektif setelah kelahiran bayi.

2.3. Masalah-masalah perkembangan keluarga

Masalah-masalah utama dalam penyesuian seksual dan peran perkawinan, penyuluhan


dan konseling keurga berencana, penyuluhan dan konseling prenatal, dan komunkasi. Konseling
semakin perlu diberikan sebelum perkawinan. Kurangnya informasi sering mengakibatkan
masalah-masalah seksual dan emosiona, ketakutan, rasa bersalah, kehamilan yang tidak
direncanakan, dan penyakit-penyakit kelamin baik sebelum maupun sesudah perkawinan.
Kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan ini menghambat pasangan tersebut merencanakan
kehidupan mereka dan memulai hubungan dengan dasar yang mantap.
Konsep-konsep perkawinan tradisional sedang ditantang oleh hubungan cinta,
perkawinan berdasarkan hubungan adat, dan perkawinan homoseks. Orang yang memasuki
perkawinan tanpa pernikahan memerlukan banyak konseling dari petugas keperawatan
kesehatan untuk mendapatkan bantuan. Dalam hal ini, perawat keluarga terperangkap diantara
dua “keluarga” keluarga orientasi dan keluarga perkawinan. Dalam situasi semacam itu, para
profsional kesehatan keluarga tidak perlu membuat penilaian-penilain yang bermanfaat tapi
mencoba membantu etiap kelompok dari kedua kelompok tersebut agar mereka dapat memhami
diri mereka sendiri dan saling memahami diri mereka sendiri dan saling memahami satu sama
lain (Williams dan leaman,1973).

2.4. Fungsi Perawat Pada Keluarga Pemula

Fungsi perawat pada keluarga ini adalah selain melakukan kegiatan asuhan keperawatan,
perawat juga melakukan konsultasi. Misalnya konsultasi tentang KB, perawatan prenatal dan
komunikasi. Kurangnya informasi tentang berbagaui hal tersebut dapat menimbulkan masalah
seksual, emosional, rasa takut atau cemas, rasa bersalah dan kehamilan yang tidak direncanakan.
DAFTAR PUSTAKA

Marylin. 1998. Keperawatan Keluarga. Edisi ke 3. EGC:Jakarta

Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga. Edisi ke-2. Graha Ilmu: Yogyakarta

Tantut. 2012. Keperawatan Keluarga. TIM: Jakarta.

Padila. 2012. Keperawatan Keluarga.Padila Nuha Medika: Yogyakarta

Wahit,DKK. 2010. Ilmu Keperawatan Komuntas Konsep Dan Aplikasi. Salemba Medika: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai