Anda di halaman 1dari 11

Nama Tugas : Ringkasan Bab 9 Biaya Buku Suwardjono

Kelompok :4

Tanggal : 2 November 2016

BIAYA

IAI (IASC) mendefinisi biaya dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002) sebagai berikut :
“Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu perioda akuntansi dalam bentuk arus
keluar atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal.”
Biaya mempunyai dua karakteristik utama yaitu :
1. Aliran keluar atau penurunan asset
2. Akibat kegiatan yang membentuk operasi utama yang menerus

Selain dua karakteristik utama di atas, terdapat karakteristik lain yang bersifat sebagai konsekuensi,
pendukung, atau penjelas.

Penurunan Aset
Untuk dapat mengatakan bahwa biaya timbul, harus terjadi transaksi atau kejadian yang
menurunkan asset atau menimbulkan aliran keluar asset atau sumber ekonomik. Pemakaian bahan
baku untuk pembuatan produk tidak dapat disebut sebagai biaya kalau produk tersebut belum
terjual (keluar dari kesatuan usaha) karena kalau produk belum terjual sebenarnya belum terjadi
penurunan asset. Yang terjadi hanyalah perubahan bentuk asset sebagai potensi jasa.

Operasi Utama yang Menerus


Tidak semua penurunan atau konsumsi asset membentuk biaya. Agar menjadi biaya konsumsi
tersebut harus berkaitan dengan kegiatan utama atau sentral kesatuan usaha. Perusahaan dianggap
ingin mendapatkan dan mengukur laba dengan tepat, harus ada kaitan yang logis antara biaya dan
pendapatan

Kenaikan Kewajiban
Semua badan autoritatif mendefinisi biaya tidak hanya dari sudut penurunan asset tetapi juga dari
kenaikan kewajiban. Alasannya adalah agar makna biaya cukup luas untuk mencukupi pula pos-pos
yang timbul dalam penyesuaian akhir tahun. Sebagai contoh adalah tarif pengiriman barang oleh
perusahaan ekspedisi yang belum dibayar perusahaan. Jasa pengiriman telah dikonsumsi dan
menimbulkan pendapatan sehingga biaya harus timbul diikuti dengan kenaikan kewajiban.

Penurunan Ekuitas
Penurunan ekuitas lebih menegaskan pengertian biaya karena tidak setiap penurunan asset
mengakibatkan penurunan ekuitas. Misalnya pembagian deviden kas merupakan penurunan asset
tetapi tidak dapat disebut sebagai biaya. Jadi, penurunan ekuitas hanya merupakan karakteristik
pendukung makna biaya. Hal ini serupa dengan keteridentifikasian terbayar sebagai karakteristik
pendukung pengertian kewajiban.

Aliran Fisik atau Moneter ?


Biaya timbul dari penyerahan/produksi barang atau dari pelaksanaan jasa memberi isyarat bahwa
FASB memaknai biaya sebagai kejadian fisis. Bila asset diganti dengan barang dan jasa (seperti yang
disarankan Kam), aliran tersebut jelas menunjukkan aliran fisis. Secara semantic, biaya seharusnya
didefinisi sebagai perubahan atau penurunan nilai sehingga timbulnya biaya harus merupakan
kejadian moneter.

Rugi
Kata-kata kunci yang melekat pada pengertian rugi adalah: 1) Penurunan ekuitas (asset bersih); 2)
Transaksi peripheral atau incidental; 3) Selain apa yang didefinisi sebagai biaya atau selain distribusi
ke pemilik.
Seperti untung, empat sumber rugi yang di identifikasi FASB adalah (SFAC No.6, prg. 85):
a. Peripheral dan incidental
b. Transfer nontimbal-balik
c. Penahanan asset
d. Factor lingkungan

Pengakuan Biaya
Pengakuan menyangkut masalah kriteria pengakuan yaitu apa yang harus dipenuhi agar penurunan
nilai asset yang memenuhi definisi biaya atau rugi dapat diakui dan masalah saat pengakuan yaitu
peristiwa atau kejadian apa yang menandai bahwa criteria pengakuan telah dipenuhi. Biaya dan rugi
tidak mengalami masalah pembentukan dan realisasi. Oleh karena itu, criteria pengakuan tidak
dibedakan dengan kaidah pengakuan sehingga masalah pengakuan biaya (rugi) adalah kapan
penurunan nilai asset dapat dikatakan telah terjadi atau kapan biaya (rugi) tealh timbul sehingga
jumlah rupiah biaya (rugi) dapat diakui.

Kriteria Pengakuan
Biaya atau rugi pada umumnya diakui bilamana salah satu dari dua criteria berikut terpenuhi (SFAC
No. 5,prg. 85) :
a. Konsumsi manfaat
Biaya atau rugi diakui bilamana manfaat ekonomik yang dikuasai suatu entitas telah
dimanfaatkan atau dikonsumsi dalam pengiriman atau pembuatan barang, penyerahan atau
pelaksanaan jasa, atau kegiatan lain yang merepresentasi operasi utama atu sentral entitas
tersebut.

b. Lenyapnya atau berkurangnya manfaat masa datang


Biaya atau rugi diakui bilamana asset yang telah diakui sebelumnya diperkirakan telah
berkurang manfaat ekonomiknya atau tidak lagi mempunyai manfaat ekonomik.

FASB memberikan pedoman umum saat pengakuan seperti dibawah ini.


Hubungan Kos dan Biaya
Biaya selalu dapat disebut kos karena kos melekat di dalamnya (konsep dasar kos melekat). Akan
tetapi, kos tidak selalu dapat disebut biaya karena kos dapat juga merepresentasi asset. Dengan kos
sebagai pengukur, criteria konsumsi manfaat dan kelenyapan manfaat dapat dinyatakan dalam
bentuk keterhabisan kos.

Proses dan Konsep Penandingan


Dua tahap kritis perlakuan kos adalah pengakuan (aliran masuk sebagai asset) dan pembebanan
(aliran keluar sebagai biaya). Proses penandingan adalah proses penentuan laba dengan dengan cara
mengukur atau menakar dahulu pendapatan untuk suatu perioda dan barulah kemudian
menentukan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Konsep atau prinsip penandingan
adalah dasar pemikiran untuk menghubungkan pendapatan dan biaya sehingga laba yang dihasilkan
bermakna. Prinsip penandingan menjadi suatu kebutuhan dalam akuntansi karena alasan berikut:
1. Pengakuan pendapatan tidak langsung dikaitkan dengan pengakuan biaya karena teknik
pembukuan tidak memungkinkan hal tersebut.
2. Transaksi terjadinya pendapatan pada umumnya tidak berkaitan langsung dengan transaksi
terjadinya biaya.
Atas dasar konsep upaya dan capaian, konsep penandingan menyatakan bahwa untuk mendapatkan
laba periodic yang yang bermakna maka pendapatan yang diakui untuk suatu perioda harus
ditandingkan (diasosiasi) dengan biaya yang dianggap telah menciptakan pendapatan tersebut.

Menandingkan Bukan Mengkompensasi


Aliran pendapatan dan kos berbeda dan keduanya mencerminkan dua factor yang berbeda (upaya
dan hasil) sehingga tipa factor harus ditunjukkan secara utuh sesuai dengan fungsinya. Pos yang satu
tidak selayaknya dikompensasi dengan pos yang lain.

Basis Asosiasi
Dalam rangka menghubungkan biaya dan biaya, perlu dipertimbangkan basis asosiasi yang
menggambarkan penandingan yang secara ekonomik layak. Berbagai basis asosiasi diantaranya
sebagai berikut.

Asosiasi Sebab dan Akibat


Konsep upaya dan capaian menyatakan bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka mendapatkan
capaian berupa pendapatan. Ini berati ada hubungan sebab-akibat antara biaya dan pendapatan.
Oleh Karena itu, basis penandinagn yang paling masuk akal adalah sebab-akibat walaupun basis ini
lebih merupakan asumsi daripada kenyataan karena dalam banyak hal sulit untuk dibuktikan secara
menyakinkan bahwa biaya menyebabkan pendapatan
Paton dan Littleton (1970) menyatakan dasar ini adalah yang paling ideal karena paling
merepresentasi konsep upaya dan hasil. Namun penandingan langsung menghadapi beberapa
masalah teknis diantaranya :

Identifikasi Kos Produk


Karena produk terjual merupakan takaran penandingan, kos produk akan dipecah menjadi dua
komponen yaitu kos produk yang telah terjual dan kos produk yang belum terjualdan masih menjadi
asset perusahaan. Kos yang melekat pada produk terjual akan langsung dibebenkan sebagai biaya.
Kos sediaan baru dibebankan sebagai biaya kalau produk telah terjual.

Produk Usang atau Musiman


Masalah lain yang berkaitan dengan penandingan atas dasar sebab akibat adalah adanya produk
musiman yang tidak laku dijual. Persoalannya adalah apakah kos produk musiman yang tidak terjual
merupakan sebab (sebagai biaya) atau bukan (sebagai rugi) . Sediaan akhir yang tidak terjual
sebenarnya merupakan upaya (biaya) atau sebab untuk mendatangkan penjualan yang dicapai
musim tertentu. Jadi tidak selayaknyalah kos sediaan yang tidak terjual diperlakukan sebagai rugi.

Barang Rusak
Kelayakan ekonomik menuntut pertimbangan dengan memperhatikan kondisi yang melingkupi
suatu masalah. Bila kerusakan produk merupakan hal yang normal atau bahkan merupakan
prasyarat untuk menghasilkan barang dengan kualitas baik, kos barang yang rusak dapat dianggap
sebagai upaya menghasilkan pendapatan. Sebaliknya, kalau kerusakan atau cacatnya produk
merupakan hal yang tidak biasa terjadi (karena kelalaian atau musibah) maka jumlah rupiah tersebut
dapat diperlakukan sebagai rugi.

Identifikasi Kos Nonproduk


Dalam kaitannya dengan penandingan sebab-akibat ,kos nonproduksi tidak harus ditunda
pembebanannya untuk dikeitkan dengan pendapatan masa datang kalau tidak ada kepastian
tentang pendapatan masa datang yang dapat dikaitkan dengan kos nonproduksi. Ini berarti asosiasi
produk diganti dengan asosiasi perioda.

Biaya Antisipasian
Biaya antisipasian (anticipated expenses) adalah biaya yang dianggap menyebabkan timbulnya
pendapatan tetapi baru terjadi seteleh pendapatan diakui. Sebagai contoh adalah kos yang berkaitan
dengan kegiatan purna-jual seperti jaminan penjualan, jaminan reparasi gratis, dan pengumpulan
piutang. Bila penandingan sebab-akibat dipertahankan , kos semacam itu harus diantisipasi dan
diakui pada periode terjadinya penjualan meskipun kos belum terjadi.

Alokasi Sistematik dan Rasional


Alokasi sistematik dan rasional merupakan proses penandingan dengan perioda sebagai penakar
pendapatan dan biaya. Proses ini sering disebut penandingan perioda. Dalam pengakuan biaya,
diasumsi bahwa yang menerima manfaat dari potensi jasa adalah perioda bukan produk. Keberatan
terhadap penandingan ini adalah bahwa proses alokasi menimbulkan banyak metoda alokasi.
Sebenarnya , adanya berbagai metoda alokasi menunjukkan bahwa akuntansi berusaha untuk
menyelaraskan pola penyerapan kos yang kira-kira mendekati pola pemanfaatan potensi jasa
sehingga konsep penandingan yang tepat dapat dicapai. Depresiasi asset tetap merupakan contoh
masalah ini. Alasan lain yang mendukung dasar penandingan ini adalah:
1. Banyak jenis biaya perioda yang berkaitan secara tidak langsung dengan pendapatan perioda
berjalan sehingga tidaklah terlalu menyimpang dari asosiasi sebab-akibat meskipun kos
potensi jasa diakui dan dilaporkan sebagai biaya pada saat potensi jasa tersebut dikonsumsi.
2. Dalam banyak hal, memang sulit untuk mencari kaitan langsung antara biaya-biaya tertentu
dengan pendapatan. Meskipun demikian, kalau biaya-biaya tersebut memang diperlukan
untuk operasi perusahaan secara keseluruhan maka meretia harus dibebankan pada periode
berjalan.
3. Bila biaya tidak dapat diasosiasi dengan cukup pasti dengan pendapatan masa datang atau
manfaat ekonomik tidak dapat dikaitkan dengan perioda-perioda masa datang.
4. Kalau kegiatan atau kejadian sifatnya normal dan berulang serta jumlahnya relatif konstan,
pembebanan langsung tidak mempengaruhi laba secara material meskipun hal tersebut
tidak menggambarkan penandingan yang sempurna atau bahkan salah tanding.
5. Alokasi sistemik dan rasional memmeng merupakan kebutuhan.

Kriteria Penangguhan
Kos non operasi yang berulang terjadinya cukup beralasan untuk langsung dibebankan daripada
ditunda atau disediakan untuk mencapai tepat-tanding.

Alokasi Kos Bergabung atau Bersama


Alokasi kos bergabung atau bersama bersifat internal dalam suatu perioda sehingga hasilnya tidak
mempengaruhi kos operasi total untuk perioda tersebut meskipun dasar alokasi agak arbitrer.
Alokasi semacam ini hendaknya tidak diterapkan untuk alokasi kos faktor jasa antarperioda.
Hendriksen menyatakan bahwa alokasi secara arbitrer antarperioda akan lebih menyesatkan
hasilnya daripada tidak dilakukan alokasi karena alokasi memberi kesan adanya ketepatan yang
dalam kondisi tertentu mungkin tidak dapat dipenuhi.

Alokasi Bukan Sarana Pemerataan Laba


Fungsi akuntansi adalah untuk mengungkapkan kondisi perusahaan dengan jelas bukan malahan
menutupinya dengan pemerataan laba. Kemajuan dan reputasi suatu perusahaan harus ditunjukkan
dengan kinerja yang sebenarnya bukan semata-mata dengan permainan angka. Untuk mengatasi
fluktuasi laba tahunan, cara terbaik adalah menerbitkan serangkaian statemen laba-rugi tahunan
seperti apa adanya bukan serangakaian statemen laba yang diratakan.

Pendekatan Nonalokasi
Pendapat yang cukup kontroversal dan eksterm dikemukakan oleh Thomas (1987) tentang alokasi
dalam akuntansi. Thomas menyatakan bahwa alokasi hanya dapat dipertahankan bila tiga
karakteristik berikut dipenuhi:
1. Ketertambahan
2. Ketakraguan
3. Keterpertahankan

PENANDINGAN DAN PENYAJIAN POS-POS BIAYA


Idealnya tiap unit produk menyerap semua jenis kos operasi (produksi, penjualan, administrasi dan
pengumpulan piutang). Akan tetapi, karena tidak mudahnya untuk menghubungkan secara layak kos
kegiatan non produksi ke produk, penakar yang umum dipakai adalah perioda. Penakaran berbasis
perioda menjadikan alokasi sistematik dan rasional suatu hal tidak dapat dihindari.
Masalah pembebanan kos dan basis asosiasi di atas berlaku untuk semua jenis potensi jasa. Masalah
khusus terjadi dalam hal sediaan dan asset tetap, khususnya fasilitas fisis yaitu gedung/pabrik dan
perlengkapan (plant and equipments). Uraian berikut membahas masalah teoritis yang menyangkut
pos-pos tersebut.
SEDIAAN
Masalah pengukuran dan penilaian sediaan pada akhir perioda dapat dinyatakan sebagai berikut :
1. Penentuan besarnya kos barang yang terjual untuk ditandingkan dengan penjualan sehingga
dapat ditentukan besarnya laba perusahaan.
2. Penentuan nilai sediaan sebagai unsure asset lancer perusahaan. Penentuan nilai sediaan
sangat penting untuk menilai likuiditas operasi perusahaan.
Karena aliran kos tidak selalu mengikuti secara persis aliran fisis barang, diperlukan metoda asosiasi
yang paling menggambarkan kegiatan operasi sesungguhnya sehingga penandingan yang tepat
antara biaya (kos barang terjual) dan pendapatan dapat dicapai.

Metoda Asosiasi
Metoda asosiasi menjadi basis untuk menentukan unit fisik terjual dan kos yang melekat dengan
jumlah rupiah penjualan. Dengan demikian metoda asosiasi dapat pula diartikan sebagai asumsi
aliran kos dalam memgikuti aliran fisis barang.
Dasar pemilihan metoda sangat tergantung pada tujuan dan kondisi yang dihadapi perusahaan.
Beberapa perimbangan yang dapat dijadikan dasar pemilihan metoda dapat disebutkan sbb :
1. Bila dimungkinkan. Kos harus diidentifikasi dengan unit fisis barang yang diukur.
2. Operasi perusahaan harus dipandang sebagai serangkaian kegiatan yang berturutan dan
kontinus bukannya serangkaian projek-projek yang terpisah-pisah.
3. Kalau tujuan ditekankan pada penilaian sediaan dengan haraga paling akhir, asosiasi kos
akan ditujukan pada sediaan barang dengan menggunakan kos yang paling akhir dan kos
barang terjual merupakan angka residual.
4. Kalau untung dan rugi akibat fluktuasi harga (holding gains and loses) akan diidentifikasi dan
dilaporkan secara terpisah dengan kos harga terjual, kos historis jelas tidak akan dapat
digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Berbagai metoda asosiasi akan dibahas dalam kaitannya dengan beberapa pertimbangan di atas.

Identifikasi Khusus
Untuk jenis barang mahal dan perputarannya rendah, metoda ini sangat cocok sekali untuk tujuan
pengendalian di samping tujuan penandingan yang tepat. Namun demikian metode ini mengandung
beberapa kelemahan antara lain :
a. Jarang sekali pendapatan khusus ditandingkan dengan kos khusus karena pendapatan
perusahaan merupakan hasil dari seluruh upaya perusahaan sebagai kesatuan.
b. Untuk jenis barang yang homogen dan harganya relative murah, metoda ini menjadi terlalu
mahal dan tidak sepadan dengan nilai tambahan informasi yang diperoleh
c. Kalau fluktuasi harga sangat mencolok, metoda ini dapat digunakan sebagai alat manipulasi
laba atau earnings management.

Metoda Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)


Metoda ini sangat logis dalam merefleksi asosiasi sebab-akibat karena sangat sederhana dan jelas
untuk memecah kos ke dalam dua komponen (sediaan dan barang terjual) atas dasar kos yang
benar-benar melekat dalam kedua komponen tersebut.
Jadi, kalau penandingan secara tepat biaya dan pendapatan menjadi tujuan metoda ini paling
didukung atas dasar argument berikut :
a. Metoda ini mendekati metoda identifikasi khusus yang menjadi standar pemecahan kos.
b. Untung atau rugi karena fluktuasi harga dengan sendirinya terealisasi dan diakui bersamaan
dengan terjualnya barang walaupun tidak disajikan secara terpisah dan melekat dalam angka
laba.
c. Penyajian sediaan akhir dalam neraca akan menggambarkan kos yang mendekati kos
sekarang atau kos pengganti.

Rata-Rata Berbobot
Metoda ini menganggap bahwa dalam proses produksi terjadi peleburan factor produksi yang sama
selama satu perioda menjadi satu masa yang homogenus. Artinya, bahan baku tertentu yang dibeli
berkali-kali atau produk yang dihasilkan dari beberapa angkatan produk dalam suatu periode
dianggap sebagai satu kesatuan (massa).

Sediaan Normal
Metode ini sering disebut dengan metoda sediaan permanen (iron-stock method). Tujuannya adalah
penandingan pendapatan sekarang sekaligus meniadakan kebutuhan pelaporan untung atau rugi
menahan sediaan atau fluktuasi harga. Metoda ini menyajikan sediaan di neraca dengan harga
satuan yang cukup pasti.

Masuk Terakhir Keluar Pertama


Metoda ini sangat popular di Amerika karena metoda tersebut dapat digunakan dalam penilaian
sediaan untuk kepentingan pengisian surat pemberitahuan pajak (tax-return) walaupun di satu sisi
MTKP mempunyai beberapa keunggulan untuk pelaporan keuangan, beberapa kritik diajukan
terhadap metoda ini yaitu antar lain :
a. Penilaian sediaan untuk tujuan penyajian di neraca tidak menggambarkan potensi jasa yang
sesungguhnya dan kemungkinan tidak mempunyai arti ekonomik lagi karena kos yang
digunakan adalah kos yang sudah using.
b. Metoda MTKP bukan merupakan metoda untuk mengatasi perubahan tingkat harga umum
(daya beli) yang sering dijadikan alasan untuk penggunaan metoda ini.
c. Metoda ini bertentangan dengan aliran fisis yang sesungguhnya sehinga tidak
menggambarkan laba operasi perusahaan atas dasar kegiatan yang kronologis.

Implikasi Metoda Asosiasi Terhadap Laba


Seandainya metoda yang layak telah ditetapkan, keterandalan kos sediaan akhirnya sangat
bergantung pada system penelusuran factor produksi yang membentuk produk atau barang. Jadi,
dalam kondisi operasi perusahaan modern yang kompleks, apa yang dapat dicapai dalam penentuan
laba periodic sebenarnya tidak dapat diharapkan lebih daripada pengukuran yang mendekati ideal.

FASILITAS FISIK
Dalam hal fasilitas fisik, kos yang terjadi pada saat pemerolehan pada umumnya diakui sebagai asset
dan baru kemudian kos tersebut diakui sebagai biaya sesuai dengan pola penyerapan manfaat yang
direpresentasi dengan kos.
Karakteristik dan Tujuan Pelaporan
Semua asset mempunyai karakteristik umum yaitu merupakan potensi jasa yang dapat dimanfaatkan
oleh perusahaan dalam kegiatan operasinya. Fasilitas fisis mempunyai karakteristik sbb :
a. Berwujud fisis dan dikuasai oleh perusahaan untuk mengolah dan memperlancar kegiatan
operasi perusahaan.
b. Pada umumnya berumur panjang walaupun terbatas sehingga perlu penggantian.
c. Bernilai bagi perusahaan lantaran kekuasaan atau hak perusahaan untuk menggunakannya
bukan lantaran hak miliknya.
d. Pada umunya erupakan asset nonmoneter dan manfaat yang dapat diberikan berupa
potensi jasa (service potentials) bukan daya beli atau ketertukarannya (exchangeability).
Karateristik yang demikian menyebabkan tujuan pelaporan dan pengukuran fasilitas fisis ini adalah
untuk menentukan penggunaan jasa dalam suatu perioda yang diperkirakan telah menghasilkan
pendapatan.

Basis Pembebanan
Fasilitas fisis memberi kontriusi jasa ke opreasi berupa kapasitas atau daya. Oleh karena itu kos daya
atau kapasitas fasilitas fisis tersebut jelas harus diserap menjadi bagian kos produksi dan akhirnya
menjadi bahan pendapatan.
Jadi, pembebanan kos fasilitas fisis untuk suatu perioda tidak dapat ditentukan atas dasar
pengukuran fisis yang objektif tetapi lebih merupakan suatu hasil pertimbangan (judgement) atas
dasar taksiran factor-faktor penentu (yaitu umur ekonomik, kapasitas ekonomik, dan nilai residual)
yang sering tidak dapat diuji validitasnya secara objektif.

Makna Depresiasi
Dari segi akuntansi, depresiasi merupakan suatu proses alokasi kos secara sistematik dan rasional
dan jumlah rupiahnya diukur atas dasar bagian kos potensi jasa yang dianggap telah dimanfaatkan
dalam menciptakan pendapatan. Depresiasi sebagai biaya tidak berbeda dengan jenis biaya operasi
lainnya.
Jadi dapat dikatakan bahwa kos fasilitas fisis merupakan suatu bentuk ekstrem biaya dibayar
dimuka; akuntansi depresiasi merupakan sarana untuk membebankan biaya dibayar di muka
tersebut ke produksi atau perioda berjalan. Untuk tujuan pengembangan pelaporan keuangan,
depresiasi secara teoritis dapat dimaknai selain sebagai prosedur atau alokasi sistematik dalam
rangka penandingan biaya dan pendapatan yang tepat.

Depresiasi Sebagai Proses Akumulasi Dana


Pengertian ini didasari oleh gagasan bahwa untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup,
perusahaan harus dapat mengganti fasilitas fisik yang habis umurnya. Akibatnya, perusahaan harus
menyisihkan dana dari pendapatan yang diperoleh. Pengakuan biaya depresiasi tidak mempunyai
kaitan langsung dengan masalah penggantian.

Depresiasi Sebagai Pemulihan Investasi


Secara konseptual sama dengan pandangan di atas tetapi dianggap bahwa fasilitas fisis didanai
dengan utang. Agar perusahaan mampu membayar kembali investasinya maka harus dilakukan
penyisihan dana dengan cara mengurangi pendapatan perusahaan sebesar depresiasi.
Depresiasi sebagai Proses Penilaian
Salah satu pendefinisian secara semantic adalah depresiasi dipandang sebagai penurunan potensi
jasa (decline in serve potential) selama periode operasi akibat keausan fisis, konsumsi manfaat atau
keusangan teknologis. Dengan demikian penurunan potensi jasa selama perioda dapat dipandang
sebagai selisih penilaian antara potensi jasa awal dan potensi jasa akhir baik secara fisis maupun
moneter.

Nilai Setara Tunai (current cash equivalents)


Dengan basis ini penurunan nilai fasilitas fisis ditentukan dengan cara menghitung selisih nilai setara
tunai pada awal dan akhir perioda. Nilai ini adalah harga pasar asset yang sama dalam kondisi yang
sama sebagai barang bekas. Di sini dianggap bahwa daya beli uang stabil.

Kontribusi pendapatan Neto Diskunan (discounted net revenue contribution)


Dengan penilaian ini, depresiasi ditentukan dengan cara menghitung selisih nilai diskunan aliran
kontribusi pendapatan neto pada awal dan akhir perioda. Kontribusi pendapatan neto adalah
tambahan aliran kas masuk (pendapatan) karena adanya investasi fasilitas fisis bersangkutan.
Penilaian ini memerlukan informasi tariff diskun yang biasanya didasarkan atas tingkat kembalian
(rate of return) investasi bebas resiko atau tingkat bunga umum yang berlaku.

Depresiasi sebagai Sarana Penandingan Kos dengan Kontribusi Pendapatan Neto


Pendapatan neto disini adalah pendapatan yang dihasilkan oleh fasilitas fisis dikurangi biaya
pengoprasian fasilitas fisis. Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa variasi pendapatan merefleksi
variasi penyerapan jasa fasilitas fisik.

Metoda Alokasi
Metoda yang paling rasional adalah metoda yang mendasarkan diri pada aliran penyerapan
kapasitas jasa tersebut. Dengan kata lain, metoda yang paling tepat adalah metoda unit produksi
(production or output method). Kesulitan utama yang dihadapi metoda ini adalah penentuan
kapasitas total yang dapat dihasilkan selama umur ekonomik asset bersangkutan.
Jadi yang paling diperlukan adalah suatu kebijakan depresiasi yang sistematik dan logis didasarkan
atas berbagai kemungkinan dan factor yang melingkupi fasilitas fisis yang bersangkutan.

Hubungan Depresiasi dan Laba


Ini berarti besarnya biaya depresiasi bergantung pada besarnya pendapatan dalam perioda
tertentu. Implikasinya adalah dalam hal pendapatan cukup kecil, akan terjadi semacam penundaan
biaya depresiasi atau “tahun gemuk menutup tahun kurus”. Jadi meskipun tetap dituntut untuk
menaksir depresiasi tahunan secara seksama, rasional dan objektif, hendaknya tidak ada pikiran
sama sekali untuk mempengaruhi besarnya laba.

Koreksi Terhadap Kesalahan Taksiran


Program depresiasi harus direvisi bilamana kenyataan jelas menunjukkan bahawa revisi tersebut
diperlukan. Yang penting adalah semua penyesuaian yang berlaku surut harus dilaporkan melalui
statement laba rugi.
Jadi, kalau pemberhentian dari penggunaan sudah pasti terjadi maka kos yang melekat pada fasilitas
tersebut juga harus dihentikan, artinya tidak dapat lagi dibebankan ke produksi setelah
pemberhentian. Mengkapitalisasi rugi pemberhentian sama saja dengan menyangkal adanya rugi
tersebut. Kos yang harus dibebankan ke operasi selama umur fasilitas fisis yang baru adalah terbatas
pada kos unit baru tersebut. Sisa kapasitas fasilitas fisis lama tidak menambah daya atau kapasitas
fasilitas fisis baru.

TANAH
Oleh karenanya, dapat dianggap bahwa kos tanah tidak perlu didepresiasi atau diamortisasi menjadi
biaya depresiasi. Dengan kata lain, fungsi tanah untuk menyediakan jasa ditempati tanpa batas
waktu (selamanya) cukup menjadi alas an kebijakan untuk memperlakukan kos tanah sebagai
investasi permanen dalam fasilitas produksi.

Tanah Bukan Hak Milik Permanen


Dalam keadaan seperti ini, akuntansi yang sehat menghendaki pemisahan kos tanah menjadi bagian
yang dimasukkan sebagai kos sisa tanah (kalau ada) dan bagian yang menunjukkan kos elemen tanah
yang dapat habis jasanya (potensi jasa tanah untuk ditanami), kemudian ditentukan alokasi kos
semantic yang tepat untuk bagian kedua tersebut. Jadi, dengan akuntansi seperti di atas,
pengeluaran-pengeluaran untuk mengembalikan kesuburan tanah akan menjadi bagian kos tanah
yang pada akhirnya harus didepresiasi.

Sumber Alam
Kos sumber alam tersebut (tidak termasuk sisa nilai tanah) harus diserap secara sistematik ke
produksi atas dasar pengambilan atau konsumsi. Kos yang diserap ini disebut deplesi. Seperti juga
depresiasi, deplesi sebagai kos atau upaya untuk menghasilkan pendapatan harus ditentukan secara
objektif dan rasional tanpa memperhatikan pengaruhnya terhadap laba bersih.

ASET TAK BERWUJUD


Penghapusan langsung seluruh kos sebagai rugi harus segera dilakukan kalau kondisi menunjukkan
bahwa asset tak berwujud tersebut tidak lagi mempunyai arti ekonomik yang penting. Karena
banyak masalah teoritis yang timbul, dua jenis asset tak berwujud yaitu goodwill dan kos organisasi
dibahas di bawah ini.

Goodwill
Goodwill adalah selisih lebih jumlah rupiah tunai atau setaranya yang dibayarkan oleh perusahaan
pembeli di atas nilai pasar wajar atau nilai buku kekayaan fisis perusahaan yang dibeli. Kos goodwill
yang melekat pada harga beli suatu perusahaan yang sudah beroperasi pada dasarnya merupakan
nilai sekarang atau nilai diskunan (present or discounted value) kelebihan laba yang dihasilkan.
Dengan demikian, sangat masuk akal kalau kos yang diperhitungkan sebagai goodwill harus diserap
dan dibebankan ke pendapatan selama kurun waktu yang dijadikan dasar dalam
mempertimbangkan kos pemerolehan perusahaan sehingga laba yang tampak dalam statement laba
rugi menunjukkan laba bersih normal.
Oleh karena itu, goodwill sebenarnya dapat diakui dalam satu akun debit dan dimaknai sebagai akun
penilaian induk (master valuation account) terhadap semua asset sebagai satu kesatuan.
Kos Organisasi
Kos organisasi diperlakukan sebagai asset tak berwujud karena kos tersebut tidak dapat dikaitkan
dengan asset tetap berwujud yang ada dalam perusahaan. Akan tetapi kos pendirian tersebut harus
mulai diserap atau dihapuskan bila terjadi penurunan laba dan pengerutan kekayaan yang terus
menerus akibat kegagalan usaha atau proses likuidasi.
Jadi kos organisasi tidak semestinya diamortisasi dalam hal perusahaan barjalan terus dan
berkembang tetapi tidak semestinya dipertahankan tetap utuh dalam hal perusahaan mengalami
kemunduran yang terus menerus. Untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang usahaeksploitasi
sumber daya alam, penyerapan secara sistematik kos organisasi selama umur fasilitas fisis (pabrik)
adalah perlakuan yang paling layak. Dengan dasar pikiran yang sama, jumlah rupiah komisi atau
berbagai pengeluaran yang lain yang berkaitan dengan penerbitan surat-surat berharga harus
diserap (dihapuskan) selama sisa umur surat berharga tersebut.

Anda mungkin juga menyukai