Tugas Ringkasan Bab 9 Biaya Suwardjono
Tugas Ringkasan Bab 9 Biaya Suwardjono
Kelompok :4
BIAYA
IAI (IASC) mendefinisi biaya dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002) sebagai berikut :
“Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu perioda akuntansi dalam bentuk arus
keluar atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal.”
Biaya mempunyai dua karakteristik utama yaitu :
1. Aliran keluar atau penurunan asset
2. Akibat kegiatan yang membentuk operasi utama yang menerus
Selain dua karakteristik utama di atas, terdapat karakteristik lain yang bersifat sebagai konsekuensi,
pendukung, atau penjelas.
Penurunan Aset
Untuk dapat mengatakan bahwa biaya timbul, harus terjadi transaksi atau kejadian yang
menurunkan asset atau menimbulkan aliran keluar asset atau sumber ekonomik. Pemakaian bahan
baku untuk pembuatan produk tidak dapat disebut sebagai biaya kalau produk tersebut belum
terjual (keluar dari kesatuan usaha) karena kalau produk belum terjual sebenarnya belum terjadi
penurunan asset. Yang terjadi hanyalah perubahan bentuk asset sebagai potensi jasa.
Kenaikan Kewajiban
Semua badan autoritatif mendefinisi biaya tidak hanya dari sudut penurunan asset tetapi juga dari
kenaikan kewajiban. Alasannya adalah agar makna biaya cukup luas untuk mencukupi pula pos-pos
yang timbul dalam penyesuaian akhir tahun. Sebagai contoh adalah tarif pengiriman barang oleh
perusahaan ekspedisi yang belum dibayar perusahaan. Jasa pengiriman telah dikonsumsi dan
menimbulkan pendapatan sehingga biaya harus timbul diikuti dengan kenaikan kewajiban.
Penurunan Ekuitas
Penurunan ekuitas lebih menegaskan pengertian biaya karena tidak setiap penurunan asset
mengakibatkan penurunan ekuitas. Misalnya pembagian deviden kas merupakan penurunan asset
tetapi tidak dapat disebut sebagai biaya. Jadi, penurunan ekuitas hanya merupakan karakteristik
pendukung makna biaya. Hal ini serupa dengan keteridentifikasian terbayar sebagai karakteristik
pendukung pengertian kewajiban.
Rugi
Kata-kata kunci yang melekat pada pengertian rugi adalah: 1) Penurunan ekuitas (asset bersih); 2)
Transaksi peripheral atau incidental; 3) Selain apa yang didefinisi sebagai biaya atau selain distribusi
ke pemilik.
Seperti untung, empat sumber rugi yang di identifikasi FASB adalah (SFAC No.6, prg. 85):
a. Peripheral dan incidental
b. Transfer nontimbal-balik
c. Penahanan asset
d. Factor lingkungan
Pengakuan Biaya
Pengakuan menyangkut masalah kriteria pengakuan yaitu apa yang harus dipenuhi agar penurunan
nilai asset yang memenuhi definisi biaya atau rugi dapat diakui dan masalah saat pengakuan yaitu
peristiwa atau kejadian apa yang menandai bahwa criteria pengakuan telah dipenuhi. Biaya dan rugi
tidak mengalami masalah pembentukan dan realisasi. Oleh karena itu, criteria pengakuan tidak
dibedakan dengan kaidah pengakuan sehingga masalah pengakuan biaya (rugi) adalah kapan
penurunan nilai asset dapat dikatakan telah terjadi atau kapan biaya (rugi) tealh timbul sehingga
jumlah rupiah biaya (rugi) dapat diakui.
Kriteria Pengakuan
Biaya atau rugi pada umumnya diakui bilamana salah satu dari dua criteria berikut terpenuhi (SFAC
No. 5,prg. 85) :
a. Konsumsi manfaat
Biaya atau rugi diakui bilamana manfaat ekonomik yang dikuasai suatu entitas telah
dimanfaatkan atau dikonsumsi dalam pengiriman atau pembuatan barang, penyerahan atau
pelaksanaan jasa, atau kegiatan lain yang merepresentasi operasi utama atu sentral entitas
tersebut.
Basis Asosiasi
Dalam rangka menghubungkan biaya dan biaya, perlu dipertimbangkan basis asosiasi yang
menggambarkan penandingan yang secara ekonomik layak. Berbagai basis asosiasi diantaranya
sebagai berikut.
Barang Rusak
Kelayakan ekonomik menuntut pertimbangan dengan memperhatikan kondisi yang melingkupi
suatu masalah. Bila kerusakan produk merupakan hal yang normal atau bahkan merupakan
prasyarat untuk menghasilkan barang dengan kualitas baik, kos barang yang rusak dapat dianggap
sebagai upaya menghasilkan pendapatan. Sebaliknya, kalau kerusakan atau cacatnya produk
merupakan hal yang tidak biasa terjadi (karena kelalaian atau musibah) maka jumlah rupiah tersebut
dapat diperlakukan sebagai rugi.
Biaya Antisipasian
Biaya antisipasian (anticipated expenses) adalah biaya yang dianggap menyebabkan timbulnya
pendapatan tetapi baru terjadi seteleh pendapatan diakui. Sebagai contoh adalah kos yang berkaitan
dengan kegiatan purna-jual seperti jaminan penjualan, jaminan reparasi gratis, dan pengumpulan
piutang. Bila penandingan sebab-akibat dipertahankan , kos semacam itu harus diantisipasi dan
diakui pada periode terjadinya penjualan meskipun kos belum terjadi.
Kriteria Penangguhan
Kos non operasi yang berulang terjadinya cukup beralasan untuk langsung dibebankan daripada
ditunda atau disediakan untuk mencapai tepat-tanding.
Pendekatan Nonalokasi
Pendapat yang cukup kontroversal dan eksterm dikemukakan oleh Thomas (1987) tentang alokasi
dalam akuntansi. Thomas menyatakan bahwa alokasi hanya dapat dipertahankan bila tiga
karakteristik berikut dipenuhi:
1. Ketertambahan
2. Ketakraguan
3. Keterpertahankan
Metoda Asosiasi
Metoda asosiasi menjadi basis untuk menentukan unit fisik terjual dan kos yang melekat dengan
jumlah rupiah penjualan. Dengan demikian metoda asosiasi dapat pula diartikan sebagai asumsi
aliran kos dalam memgikuti aliran fisis barang.
Dasar pemilihan metoda sangat tergantung pada tujuan dan kondisi yang dihadapi perusahaan.
Beberapa perimbangan yang dapat dijadikan dasar pemilihan metoda dapat disebutkan sbb :
1. Bila dimungkinkan. Kos harus diidentifikasi dengan unit fisis barang yang diukur.
2. Operasi perusahaan harus dipandang sebagai serangkaian kegiatan yang berturutan dan
kontinus bukannya serangkaian projek-projek yang terpisah-pisah.
3. Kalau tujuan ditekankan pada penilaian sediaan dengan haraga paling akhir, asosiasi kos
akan ditujukan pada sediaan barang dengan menggunakan kos yang paling akhir dan kos
barang terjual merupakan angka residual.
4. Kalau untung dan rugi akibat fluktuasi harga (holding gains and loses) akan diidentifikasi dan
dilaporkan secara terpisah dengan kos harga terjual, kos historis jelas tidak akan dapat
digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Berbagai metoda asosiasi akan dibahas dalam kaitannya dengan beberapa pertimbangan di atas.
Identifikasi Khusus
Untuk jenis barang mahal dan perputarannya rendah, metoda ini sangat cocok sekali untuk tujuan
pengendalian di samping tujuan penandingan yang tepat. Namun demikian metode ini mengandung
beberapa kelemahan antara lain :
a. Jarang sekali pendapatan khusus ditandingkan dengan kos khusus karena pendapatan
perusahaan merupakan hasil dari seluruh upaya perusahaan sebagai kesatuan.
b. Untuk jenis barang yang homogen dan harganya relative murah, metoda ini menjadi terlalu
mahal dan tidak sepadan dengan nilai tambahan informasi yang diperoleh
c. Kalau fluktuasi harga sangat mencolok, metoda ini dapat digunakan sebagai alat manipulasi
laba atau earnings management.
Rata-Rata Berbobot
Metoda ini menganggap bahwa dalam proses produksi terjadi peleburan factor produksi yang sama
selama satu perioda menjadi satu masa yang homogenus. Artinya, bahan baku tertentu yang dibeli
berkali-kali atau produk yang dihasilkan dari beberapa angkatan produk dalam suatu periode
dianggap sebagai satu kesatuan (massa).
Sediaan Normal
Metode ini sering disebut dengan metoda sediaan permanen (iron-stock method). Tujuannya adalah
penandingan pendapatan sekarang sekaligus meniadakan kebutuhan pelaporan untung atau rugi
menahan sediaan atau fluktuasi harga. Metoda ini menyajikan sediaan di neraca dengan harga
satuan yang cukup pasti.
FASILITAS FISIK
Dalam hal fasilitas fisik, kos yang terjadi pada saat pemerolehan pada umumnya diakui sebagai asset
dan baru kemudian kos tersebut diakui sebagai biaya sesuai dengan pola penyerapan manfaat yang
direpresentasi dengan kos.
Karakteristik dan Tujuan Pelaporan
Semua asset mempunyai karakteristik umum yaitu merupakan potensi jasa yang dapat dimanfaatkan
oleh perusahaan dalam kegiatan operasinya. Fasilitas fisis mempunyai karakteristik sbb :
a. Berwujud fisis dan dikuasai oleh perusahaan untuk mengolah dan memperlancar kegiatan
operasi perusahaan.
b. Pada umumnya berumur panjang walaupun terbatas sehingga perlu penggantian.
c. Bernilai bagi perusahaan lantaran kekuasaan atau hak perusahaan untuk menggunakannya
bukan lantaran hak miliknya.
d. Pada umunya erupakan asset nonmoneter dan manfaat yang dapat diberikan berupa
potensi jasa (service potentials) bukan daya beli atau ketertukarannya (exchangeability).
Karateristik yang demikian menyebabkan tujuan pelaporan dan pengukuran fasilitas fisis ini adalah
untuk menentukan penggunaan jasa dalam suatu perioda yang diperkirakan telah menghasilkan
pendapatan.
Basis Pembebanan
Fasilitas fisis memberi kontriusi jasa ke opreasi berupa kapasitas atau daya. Oleh karena itu kos daya
atau kapasitas fasilitas fisis tersebut jelas harus diserap menjadi bagian kos produksi dan akhirnya
menjadi bahan pendapatan.
Jadi, pembebanan kos fasilitas fisis untuk suatu perioda tidak dapat ditentukan atas dasar
pengukuran fisis yang objektif tetapi lebih merupakan suatu hasil pertimbangan (judgement) atas
dasar taksiran factor-faktor penentu (yaitu umur ekonomik, kapasitas ekonomik, dan nilai residual)
yang sering tidak dapat diuji validitasnya secara objektif.
Makna Depresiasi
Dari segi akuntansi, depresiasi merupakan suatu proses alokasi kos secara sistematik dan rasional
dan jumlah rupiahnya diukur atas dasar bagian kos potensi jasa yang dianggap telah dimanfaatkan
dalam menciptakan pendapatan. Depresiasi sebagai biaya tidak berbeda dengan jenis biaya operasi
lainnya.
Jadi dapat dikatakan bahwa kos fasilitas fisis merupakan suatu bentuk ekstrem biaya dibayar
dimuka; akuntansi depresiasi merupakan sarana untuk membebankan biaya dibayar di muka
tersebut ke produksi atau perioda berjalan. Untuk tujuan pengembangan pelaporan keuangan,
depresiasi secara teoritis dapat dimaknai selain sebagai prosedur atau alokasi sistematik dalam
rangka penandingan biaya dan pendapatan yang tepat.
Metoda Alokasi
Metoda yang paling rasional adalah metoda yang mendasarkan diri pada aliran penyerapan
kapasitas jasa tersebut. Dengan kata lain, metoda yang paling tepat adalah metoda unit produksi
(production or output method). Kesulitan utama yang dihadapi metoda ini adalah penentuan
kapasitas total yang dapat dihasilkan selama umur ekonomik asset bersangkutan.
Jadi yang paling diperlukan adalah suatu kebijakan depresiasi yang sistematik dan logis didasarkan
atas berbagai kemungkinan dan factor yang melingkupi fasilitas fisis yang bersangkutan.
TANAH
Oleh karenanya, dapat dianggap bahwa kos tanah tidak perlu didepresiasi atau diamortisasi menjadi
biaya depresiasi. Dengan kata lain, fungsi tanah untuk menyediakan jasa ditempati tanpa batas
waktu (selamanya) cukup menjadi alas an kebijakan untuk memperlakukan kos tanah sebagai
investasi permanen dalam fasilitas produksi.
Sumber Alam
Kos sumber alam tersebut (tidak termasuk sisa nilai tanah) harus diserap secara sistematik ke
produksi atas dasar pengambilan atau konsumsi. Kos yang diserap ini disebut deplesi. Seperti juga
depresiasi, deplesi sebagai kos atau upaya untuk menghasilkan pendapatan harus ditentukan secara
objektif dan rasional tanpa memperhatikan pengaruhnya terhadap laba bersih.
Goodwill
Goodwill adalah selisih lebih jumlah rupiah tunai atau setaranya yang dibayarkan oleh perusahaan
pembeli di atas nilai pasar wajar atau nilai buku kekayaan fisis perusahaan yang dibeli. Kos goodwill
yang melekat pada harga beli suatu perusahaan yang sudah beroperasi pada dasarnya merupakan
nilai sekarang atau nilai diskunan (present or discounted value) kelebihan laba yang dihasilkan.
Dengan demikian, sangat masuk akal kalau kos yang diperhitungkan sebagai goodwill harus diserap
dan dibebankan ke pendapatan selama kurun waktu yang dijadikan dasar dalam
mempertimbangkan kos pemerolehan perusahaan sehingga laba yang tampak dalam statement laba
rugi menunjukkan laba bersih normal.
Oleh karena itu, goodwill sebenarnya dapat diakui dalam satu akun debit dan dimaknai sebagai akun
penilaian induk (master valuation account) terhadap semua asset sebagai satu kesatuan.
Kos Organisasi
Kos organisasi diperlakukan sebagai asset tak berwujud karena kos tersebut tidak dapat dikaitkan
dengan asset tetap berwujud yang ada dalam perusahaan. Akan tetapi kos pendirian tersebut harus
mulai diserap atau dihapuskan bila terjadi penurunan laba dan pengerutan kekayaan yang terus
menerus akibat kegagalan usaha atau proses likuidasi.
Jadi kos organisasi tidak semestinya diamortisasi dalam hal perusahaan barjalan terus dan
berkembang tetapi tidak semestinya dipertahankan tetap utuh dalam hal perusahaan mengalami
kemunduran yang terus menerus. Untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang usahaeksploitasi
sumber daya alam, penyerapan secara sistematik kos organisasi selama umur fasilitas fisis (pabrik)
adalah perlakuan yang paling layak. Dengan dasar pikiran yang sama, jumlah rupiah komisi atau
berbagai pengeluaran yang lain yang berkaitan dengan penerbitan surat-surat berharga harus
diserap (dihapuskan) selama sisa umur surat berharga tersebut.