Anda di halaman 1dari 17

Pendidikan dalam Al-Qur’an (Konsep

Ta’lim QS. Al-Mujadalah ayat 11)

SHOLEH

Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Riau (UIR) Pekanbaru


Jl. Kaharuddin Nasution, No. 113, Perhentian Marpoyan Pekanbaru 28284

Abstrak: Pada dasarnya makna ilmu dalam terminology bahasa Arab berarti
pengetahuan yang mendalam. Pengetahuan tentang hakekat sesuatu.
Pengetahuan tersebut bisa melalui proses pencarian yaitu belajar, meneliti,
menempuh cyklus dedocto hipote ticoverifikatif, maupun tanpa proses
pencarian akan tetapi langsung diberi (lewat wahyu ataupun ilham) dari/oleh
Allah SWT yang Maha Mengetahui. Maksud “sesuatu” disini meliputi baik
masalah empiris indrawi maupun masalah masalah non empiris supra
indrawi. Pengetahuan yang didapatkan melaui belajar baik secara formal,
informal maupun non-formal yang tujuannya adalah menjadikan manusia
mempunyai derajat yang tinggi (iman dan Ilmu) baik disisi manusia lebih-lebih
pada sisi-Nya. Ilmu akan melahirkan kesopanan, santun dan menjadikan diri
bisa bertoleransi (berlapang-lapang) dalan menuntut ilmu dan berpendapat
dan sikap. Tulisan ini membahas tentang konsep ilmu dalam pendidikan al-
Qur’an berdasarkan surah Al-Mujadalah ayat 11.

Kata Kunci: Pendidikan dalam al-Qur’an, QS. Al-Mujadalah ayat 11

PENDAHULUAN Al-Quran yang diturunkan kepada


Bagi umat islam, ilmu nabi Muhammad SAW mengemban
pengetahuan berkaitan erat dengan beberapa fungsi utama, yaitu
keyakinan terhadap al-Quran yang sebagai hudan, (petunjuk), bayyinah (pe
diwahyukan serta pemahaman njelas) dan furqan (pembeda). Ketiga
mengenai kehidupan dan alam semesta fungsi ini sangat relevan dan mampu
yang diciptakan. Di dalam keduanya menjawab berbagai macam
terdapat ketentuan-ketentuan Allah permasalahan sejak al-Quran
yang bersifat absolut, dimana yang satu diturunkan sampai masa kini, bahkan
dinamakan kebenaran Qur’ani (ayat mampu memberikan keyakinan bagi
Qur’aniyah) dan yang satunya lagi setiap orang yang bertanya kepadanya,
disebut kebenaran kauni (ayat hal ini tergambar dengan ayat pertama
Kauniyyah). Kebenaran tersebut hanya dengan perintah “iqra”(bacalah). Kata
dapat didekati oleh manusia melalui “iqra” ini mengandung berbagai ragam
proses pendidikan dengan berbagai arti, antara lain, menyampaikan,
pendekatan dan dilakukan secara menelaah, membaca, mendalami,
continue. meneliti mengetahui ciri-cirinya dan

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 206


sebagainya, yang kesemuanya dapat telah diketahui oleh manusia
dikembalikan kepada hakikat sebelumnya dan juga mengajar tanpa
“menghimpun” (Shihab, 1996: 67). pena yang belum diketahui caranya.
Di samping itu Al-Quran juga Artinya bahwa cara pertama, adalah
membawa tiga wawasan yang perlu belajar menggunakan media atau alat
dikaji dan di alami. Ketiga wawasan bantu atas dasar usaha manusia.
tersebut adalah wawasan kesejahteraan Cara kedua, mengandung arti bahwa
(al-wa’y al-qashqash), wawasan mengajar tanpa menggunakan media
keilmuan (al-awa’y al-ilmi) dan alat bantu atas dasar usaha manusia.
wawasan kesejahteraan (al-wa’y al Walaupun demikian, keduanya berasal
falah). dari sumber utama, yaitu Allah SWT.
Membahas hubungan antara al- Eksistensi manusia baik posisinya
Quran dan ilmu pengetahuan ibarat sebagai makhluk sosial maupun
membahas tentang teori relavitas atau individual tidak akan terlepas dari
bahasan tentang luar angkasa, kebutuhannya akan ilmu pengetahuan.
misalnya: ilmu komputer tercantum Bahkan tinggi rendahnya kedudukan
dalam al-Quran akan tetapi yang lebih manusia di muka bumi ini, salah
penting adakah satu ayat al-Quran yang satunya ditentukan oleh ilmu yang
menghalangi kemajuan ilmu dimilikinya, disamping faktor lainya
pengetahuan atau sebaliknya, serta seperti nilai ketakwaan. Disamping itu
adakah satu ayat al-Quran yang juga, ilmu pengetahuan dapat
bertentangan dengan hasil kemajuan menentukan kualitas keimanan
ilmiah yang telah teruji kebenarannya? seseorang, sekalipun manusia itu
Dengan kata lain, meletakkannya pada dilahirkan tidak mengetahui apa-apa (la
sisi “social psychoogy” (psikologi soial) ta’lamuna syaia). Namun demikian,
bukan pada sisi “history of scientific dalam perkembangan berikutnya,
progress” (sejarah perkembangan ilmu manusia sebagai anak cucu Adam,
pengetahuan). mengetahui pengetahuan dengan
Pandangan Al-Quran tentang ilmu berbagai cara dan pendekatan dengan
teknologi dapat diketahui prinsip- mendayagunakan berbagai potensi
prinsipnya dari wahyu pertama yang yang dimilikinya baik fisik maupun
diterima oleh nabi Muhammad SAW. fsikis (Burhanudin: 71).
Pada surah Al-‘alaq ayat 1-5 sebagai
wahyu pertama itu tidak menjelaskan
apa yang dibaca, karena al-Quran PEMBAHASAN
menghendaki apa saja yang dibaca Teks dan Terjeman Ayat
umatnya untuk membaca apa saja
selama bacaan itu didasarkan
       
pada bismi Rabbik, yakni bermanfaat
bagi kesejahteraan dan kehidupan
manusia. Hal ini mengandung        
pengertian bahwa objek
perintah iqra mencakup segala sesuatu       
yang dapat dijangkau oleh akal pikiran
manusia.        
Dari wahyu pertama tersebut
diperoleh isyarat bahwa ada dua cara  
perolehan dan pengembangan ilmu,
yaitu Allah mengajar dengan pena yang

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 207


Artinya: “Hai orang-orang beriman menyuruh duduk orang-orang yang
apabila kamu dikatakan datang terlambat (Al-Maraghi, 1993:
kepadamu: "Berlapang- 23-24).
lapanglah dalam majlis", Maka
lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan Deskripsi Surat Al-Mujadalah
untukmu. dan apabila Surah Al-Mujadalah ayat 11 ini
dikatakan: "Berdirilah kamu", memberikan gambaran tentang
Maka berdirilah, niscaya Allah perintah bagi setiap manusia untuk
akan meninggikan orang- menjaga adab sopan santun dalam
orang yang beriman di suatu majlis pertemuan dan adab sopan
antaramu dan orang-orang santun terhadap Rasulullah SAW. Surah
yang diberi ilmu pengetahuan Al-Mujadalah merupakan salah satu
beberapa derajat. dan Allah surah dalam al-Qur’an dengan jumlah
Maha mengetahui apa yang 22 ayat. Surat ini turun di Madinah.
kamu kerjakan”(QS. Al- Surah ini diturunkan sesudah surat Al-
mujadalah, 58 : 11). Munaafiqun (Burhanudin: 73). Surah ini
termasuk golongan surat madaniyah.
Surat ini dinamai “al-Mujadalah”
Asbab an-Nuzul Ayat (wanita yang mengajukan gugatan),
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan karena pada awal surat ini disebutkan
dari Muqotil bahwa ayat ini turun pada bantahan seorang wanita. Dan dinamai
hari Jumat. Ketika itu, melihat beberapa juga “al-Mujadalah” yang berarti
sahabat yang dulunya mengikuti perang perbantahan. Pada ayat 11
badar dari kalangan muhajirin menerangkan bahwa Allah akan
maupun anshor (As-Suyuthi, 2008: meninggikan derajat orang-orang yang
554), diantaranya tsabit ibn qais beriman dan orang-orang yang berilmu
mereka telah didahului orang dalam hal beberapa derajat.
tempat duduk. Lalu merekapun berdiri
dihadapan rasulullah saw kemudian
mereka mengucapakan salam dan Penafsiran Mufasir
Rasullullah menjawab salam mereka, Penafsiran menurut Al-Imam Ibnu
kemudian mereka menyalami orang- Katsir ( Tafsir Ibnu Katsir )
orang dan orang-orang pun menjawab Allah berfirman seraya mendidik
salam mereka. Mereka berdiri hamba-hambaNya yang beriman seraya
menunggu untuk diberi kelapangan, memerintahkan kepada mereka untuk
tetapi mereka tidak diberi kelapangan. saling berbuat baik kepada sesama
Rasullullah merasa berat hati kemudian mereka didalam suatu majelis: “Hai
beliau mengatakan kepada orang-orang orang-orang yang beriman, apabila
disekitar beliau ,”berdirilah engkau dikatakan kepadamu: “Berlapang-
wahai fulan, berdirilah engkau wahai lapanglah dalam majelis. Maka
fulan”. Merekapun tampak berat dan lapangkanlah niscaya Allah akan
ketidakenakan beliau tampak oleh memberi kelapangan untukmu“, yang
mereka. Kemudian orang-orang itu demikian itu karena balasan itu sesuai
berkata, “Demi Allah swt, dia tidak adil dengan perbuatan, sebagaimana
kepada mereka. Orang-orang itu telah ditegaskan didalam suatu hadist shahih
mengambil tempat duduk mereka dan yang artinya: “Barang siapa
ingin berdekat dengan Rasulullah saw membangun masjid karena Allah, maka
tetapi dia menyuruh mereka berdiri dan

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 208


Allah akan membangunkan baginya mereka yang memberikan keringanan
sebuah rumah di syurga.” untuk berdiri dengan berlandaskan
Dan dalam hadist lain disebutkan, pada hadits: “berdirilah kalian untuk
Rasulullah SAW bersabda: “Barang menyambut pemimpin kalian”
siapa memberikan kemudahan kepada Ada juga yang melarang berdiri
orang yang ada dalam kesulitan, maka menyambut orang yang datang dengan
Allah akan memberikan kemudahan di berdasarkan hadits ini: “Barang siapa
dunia dan di akhirat. Dan Allah yang suka disambut oleh orang-orang
senantiasa membantu seorang hamba dengan berdiri, maka hendaklah ia
selama itu terus membantu saudaranya.” menduduki tempatnya di Neraka.”
Oleh karena itu Allah Ta’ala Dan diantara mereka ada juga
berfirman : “maka lapangkanlah niscaya yang merinci, dimana mereka ini
Allah akan memberi kelapangan mengatakan, dibolehkannya menyam-
untukmu.“ Qatadah mengatakan: “Ayat but orang yang datang dari perjalanan
ini turun berkenan dengan majlis-majlis jauh atau seseorang pejabat di dalam
Dzikir. Yaitu, jika mereka melihat salah kekuasaannya. Sebagaimana yang
seorang diantara mereka datang, maka ditunjukkan oleh kisah Sa’ad bin
mereka tidak memberikan peluang Mu’adz, yaitu yang merupakan pejabat
kepadanya untuk duduk di dekat di Bani Quraizhah, dimana ia diminta
Rasulullah. Kemudian Allah Ta’ala nabi untuk datang. Ketika ia tiba,
menyuruh mereka memberikan Rasulullah berkata kepada kaum
kelapangan sesama mereka. Sedangkan muslimin: “Berdirilah kalian menyambut
Muqatil bin Hayyan berkata bahwa ayat pemimpin kalian”.
ini diturunkan pada hari Jum’at. Hal itu dimaksudkan untuk
Imam Ahmad dan Imam asy-Syafi’i menguatkan posisi Sa’ad dalam
meriwayatkan dari Ibnu “Umar, kedudukannya. Adapun menyambut
bahwasannya Rasulullah telah orang-orang yang datang dengan
bersabda: “Janganlah seseorang berdiri itu sebagai suatu kebiasaan,
membangunkan orang lain dari tempat maka hal itu merupakan syi’ar non
duduknya lalu dia menempati tempat Islam.
duduk itu, tetapi hendaklah kalian Dan dalam beberapa kitab as-
melapangkan dan meluaskan,” (HR.Al- Sunan disebutkan: “Tidak ada
Bukhari, Muskim dari hadits Nafi’) seorangpun yang lebih dicintai oleh para
Dan Imam asy-Syafi’i Sahabat Nabi selain Rasulullah sendiri.
meriwayatkannya dari jabir bin Dan jika beliau datang, mereka tidak
‘Abdillah bahwa rasulullah bersabda: berdiri untuk menyambut kedatangan
“Janganlah seseorang dari kalian beliau karena mereka mengetahui
membangunkan dari saudaranya (dari ketidak sukaan beliau terhadap hal
tempat duduknya) pada hari Jum’at. tersebut.”
Tetapi hendaklah mengatakan: Dan dalam hadist yang
‘Lapangkanlah kalian.” Hadits tersebut diriwayatkan dalam kitab as-shunah,
diriwayatkan berdasarkan syarat bahwa Rasulullah senantiasa duduk
sunan, tetapi mereka tidak diujung majelis, tetapi tempat di mana
meriwayatkannya. beliau duduk itu selalu menjadi pusat
Para ahli fiqih berbeda pendapat perhatiaan majelis. para pejabat duduk
tentang boleh tidaknya berdiri untuk sesuai dengan kedudukan mereka. Abu
menyambut orang yang datang. bakar duduk disebelah kanan beliau,
Perbedaan pendapat ini terbagi menjadi sedangkan ‘Umar duduk disebelah kiri
beberapa pendapat. Ada diantara beliau. Dan sering kali ‘Utsman dan ‘Ali

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 209


berada di hadapan beliau. Sebab, maka Dia pun akan memutuskan
keduanya termaksud guru tulis yang diirnya.”
menulis wahyu dan beliau memang Demikian ‘Ubay bin Ka’ab, tokoh
menyuruh keduanya melakukan hal ulama tafsir, apabila iya sampai pada
tersebut. Sebagaimana yang shaff pertama ia menarik seorang yang
diriwayatkan oleh imam muslim dari awam dan menempatinya (di shaff
Abu Mas’ud, bahwa Rasulullah tersebut) sambil berhujjah dengan
bersabda: “Hendaklah orang-orang yang hadist ini: “Hendaklah orang-orang yang
sabar dan berfikir luas duduk didekatku, sabar lagi berfikir luas menempati
kemudian disusul oleh orang-orang tempat setelahku”.
berikutnya.” Sedangkan ‘Abdullah bin ‘Umar
Yang tidak lain itu supaya mereka tidak mau duduk di tempat di mana
dapat memahami apa yang beliau seorang duduk padanya lalu berdiri
sampaikan. Imam Ahmad untuknya, dalam rangka menerapkan
meriwayatkan dari Abu Mas’ud, ia hadist yang telah disebutkan
bercerita bahwa Rasulullah senantiasa sebelumnya. Kami cukuplah disini
mengusap pundak-pundak kami dalam tentang contoh-contoh yang berkaitan
shalat seraya mengatakan: “Luruskan degan ayat ini, dan menjelaskan lebih
dan janganlah kalian berselisih yang luas memerlukan tempat tersendiri.
menyebabkan hati kalian pun tercerai- Dan dalam hadist shahih diceritakan
berai. Hendaklah orang-orang yang kepada rasulullah duduk, tiba-tiba ada
sabar lagi berfikir luas menempati tiga orang datang, salah seorang
tempat setelahku, kemudian disusul oleh diantara mereka langsung
orang-orang setelahnya, dan setelah itu mendapatkan tempat kosong di sela-
orang-orang setelahnya.” sela barisan, lalu ia mengisinya salah
Abu mas’ud mengatakan: seorang lagi duduk di belakang barisan,
”Sedangkan kalian sekarang ini lebih lalu ia mengisinya, salah seorang lagi
parah perselisihannya“. Demikian hadist duduk di belakag orang-orang sedang
yang diriwayatkan oleh Muslim dan yang ketiga pergi meninggalkan majelis.
beberapa penulis kitab as-Sunah kecuali Maka Rasulullah bersabda: “Maukah
at-Tharmidzi melalaui beberapa jalan aku beritahu kepada kalian tentang
dari al-A’masy. Jika demikian perintah ketiga orang itu, Adapun orang yang
Rasulullah kepada sahabatnya dalam pertama. Maka ia berlindung kepada
shalat. Yaitu supaya orang-orang yang Allah dan Allah pun melindunginya.
berakal berilmu menempati posisi Kemudian orang yang kedua merasa
setelah beliau, maka di luar shalat malu sehingga Allah pun merasa malu
sudah pasti lebih dari itu. kepadanya. Dan orang yang ketiga
Abu Dawud meriwayatkan dari berpaling sehingga Allahpun berpaling
‘Abdullah bin ‘Umar, bahwasannya darinya.”
Rasulullah telah bersabda: “Luruskanlah Imam ahmad meriwayatkan dari
barisan dan rekatkanlah antar pundak ‘Abdullah bin ‘Amr, bahwasannya
dan isilah tempat yang kosong,berlemah Rasulullah bersabda: “Tidak dibolehkan
lembutlah kalian dihadapan saudara- bagi seseorang memisahkan dua orang
saudara kalian dan janganlah kalian kecuali dengan ijin keduanya”. Demikian
berikan sela untuk syaitan. Dan barang yang di riwayatkan oleh Abu Dawud
siapa yang menyambung barisan maka dan at-Tarmidzi dari hadist ‘Utsman
Allah akan menyambung dirinya, dan bin Zaid al-Laitsi. Hadist tersebut di
barang siapa memutuskan barisan, hasankan oleh at-Tarmidzi.

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 210


Mengenai firman-Nya : “Dan ini yang berjudul “Sopan Santun
apabila dikatakan: “berdirilah kamu, (Etiket) Suatu Majlis”. Tentu saja
maka berdirilah,” hendaklah” berkerumunlah sahabat-sahabat
kalian Qatadah mengatakan: “jika kalian Rasulullah SAW karena ingin
diseru kepada kebaikan, maka mendengar butir-butir dan nasehat dan
hendaklah kalian memenuhinya.” bimbingan beliau. Dan apabila
Sedangkan Muqatil mengatakan: “jika masyarakat itu kian berkembang kian
kalian diseru mengerjakan shalat, maka banyaklah majlis tempat berkumpul
hendaklah kalian memenuhinya.” membincangkan hal-hal yang penting .
Dan firman Allah Ta’ala: “Allah Tentu saja majlis demikian kadang-
akan meninggikan orang-orang yang kadang menjadi sesak dan sempit ,
beriman di antara kamu dan orang- karena banyaknya orang yang duduk.
orang yang yang diberi ilmu Dan kadang-kadang orang yang terlebih
pengetahuan beberapa derajat. Dan dahulu masuk mendapat tempat duduk
Allah mengetahui apa-apa yang kamu yang bagus sedang yang datang
kerjakan.” Maksudnya, janganlah kalian kemudian tidak dapat masuk lagi.
berkeyakinan bahwa jika salah seorang Kadang kadang pula disangka oleh yang
diantara kalian memberi kelapangan datang kemudian bahwa tempat buat
kepada saudaranya, baik yang datang duduk di muka sudah tidak dapat
maupun yang akan pergi lalu dia keluar, menampung orang yang baru datang
maka akan mengurangi haknya. Bahkan lagi, sehingga yang baru datang
hal itu merupakan ketinggian dan terpaksa duduk menjauh. Padahal
perolehan martabat disisi Allah. Dan tempat yang di dalam itu masih lapang.
Allah tidak menyia-nyiakan hal Kadang-kadang orang yang telah enak
tersebut, bahkan Dia akan memberikan duduknya di dalam itu kurang enak
balasan kepadanya di dunia dan kalau ada yang baru datang meminta
diakhirat. Sesungguhnya orang yang agar mereka disediakan tempat.
merendahkan diri karena Allah, maka Maka datanglah peraturan dari
Allah akan mengangkat derajat akan, Allah sendiri yang mengatur agar
memashurkan namanya. Oleh karena majelis itu teratur dan suasananya
itu, Allah SWT berfirman: “Allah akan terbuka dengan baik. Allah SWT
meninggikan derajat orang-orang yang berfirman: "Wahai orang-orang yang
beriman diantara kamu dan orang- beriman! Apabila dikatakan kepadamu
orang yag diberi pengetahuan beberapa berlapang-lapanglah pada majlis-majlis,
derajat”. ”Dan Allah mengetahui apa maka lapangkanlah, [pangkal ayat 11].
yang kamu kerjakan: “ maksudnya, Dia Artinya bahwa majlis, yaitu duduk
Maha mengetahui orang-orang yang bersama. Asal mulanya duduk bersama
memang berhak mendapatkan hal mengelilingi Nabi karena hendak
tersebut dan orang-orang yang tidak mendengar ajarun-ajaran dan hikmat
berhak mendapatkan hal tersebut dan yang akan beliau keluarkan. Tentu ada
orang-orang yang tidak berhak yang datang terlebih dahulu, sehingga
mendapatkannya. tempat duduk bersama itu kelihatan
telah sempit. Karena di waktu itu orang
duduk bersama di atas tanah, belum
Penafsiran menurut HAMKA (Al- memakai kursi sebagai sekarang.
Azhar ) Niscaya karena sempitnya itu, orang
Menurut Prof.DR.Hamka dalam yang datang kemudian tidak lagi
Tafsir Al-Azhar memberi judul pada mendapat tempat. Lalu dianjurkanlah
penafsiran surah al-Mujadalah ayat 11 oleh Rasul agar yang telah duduk

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 211


terlebih dahulu melapangkan tempat Begitu pula dalam majlis
bagi yang datang kemudian. Sebab pada pengajian dalam masjid atau surau-
hakikatnya tempat itu belumlah surau sendiri. Betapapun sempitnya
sesempit apa yang kita sangka. Masih tempat pada anggapan semula,
ada tempat lowong, masih ada tempat kenyataannya masih bisa dimuat orang
untuk yang datang kemudian. Sebab itu lagi. Yang di luar disuruh masuk ke
hendaklah yang telah duduk lebih dalam, karena tempat masih lebar,
dahulu melapangkan tempat bagi meskipun ada yang telah
mereka yang baru datang itu. mendapatkan tempat duduk itu yang
Karena yang sempit itu bukan kurang senang melapangkan tempat.
tempat, melainkan hati. Thabi'at Oleh sebab itu maka di dalam ayat ini
mementingkan diri pada manusia diserulah terlebih dahulu dengan
sebagai kesan pertama, enggan panggilan "orang yang beriman", sebab
memberikan tempat kepada yang baru orang-orang yang beriman itu hatinya
datang itu. lapang, diapun mencintai saudaranya
Oleh sebab itu apakah yang mesti yang terlambat masuk. Kadang-kadang
dilapangkan lebih dahulu, tempatkah dipanggilnya dan dipersilahkannya
atau hati? Niscaya hatilah yang mesti duduk ke dekatnya.
dilapangkan terlebih dahulu. Sebab bila Selanjutnya, ayat mengatakan,
kita lihat orang baru datang, kesan “Niscaya Allah akan melapangkan bagi
pertama ialah enggan memberikan kamu”. Artinya, karena hati telah
tempat. Perhatikanlah orang yang dilapangkan terlebih dahulu menerima
menumpang kereta api yang telah teman , hati kedua belah pihak akan
bersempit-sempit. Tempat duduk hanya sama-sama terbuka. Hati yang terbuka
buat dua orang tetapi penumpang telah akan memudahkan segala urusan
lebih dari hinggaan, sehingga banyak selanjutnya. Tepat sebagaimana bunyi
yang berdiri. Orang yang telah duduk pepatah yang terkenal: "Duduk sendiri
tidaklah akan mempersilahkan orang bersempit-sempit, duduk banyak
yang naik kemudian itu untuk duduk ke berlapang-lapang." Duduk sendiri
dekatnya, sebab dia hendak fikiranlah yang jadi sempit, tidak tahu
mempertahankan haknya. Tentu ini apa yang akan dikerjakan. Namun
adalah merupakan sikap yang masa setelah duduk bersama,hati telah
bodoh. terbuka,musyawarat dapat berjalan
Tetapi kalau yang datang dengan lancar, “berat sama dipukul,
kemudian itu kenalan baiknya, akan ringan sama dijinjing.”
segera orang itu disuruhnya duduk. Kalau hati sudah lapang fikiran
Ataupun yang baru datang itu dengan pun lega, akal pun terbuka dan rezeki
sikap hormat memohon sudilah kiranya yang halal pun dapat didatangkan
memberikan peluang baginya untuk Tuhan dengan lancar. Kekayaan yang
turut duduk, niscaya akan diberinya istimewa dalam kehidupan ini terutama
juga dengan setengah enggan. Tetapi ialah banyaknya kontak di antara diri
setelah orang yang baru datang itu dengan masyarakat, banyak mendapat
dapat membuka hati orang itu dengan pertemuan umum. Walaupun seseorang
sikapnya yang terbuka, dengan budi mendapat kekayaan berlipat ganda,
bahasanya, dengan senyum manisnya, sama saja keadaannya dengan seorang
akhirnya mereka tidak akan merasa yang miskin kalau hatinya sempit kalau
sempit lagi, meskipun memang yang diingatnya hanya keuntungan diri
kelihatannya telah sempit. sendiri, sehingga tempat duduk pun
enggan memberikan kepada orang "Dan

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 212


jika dikatakan kepada kamu melapangkan tempat buat
"berdirilah", maka berdirilah!" saudaranya". (Ibn Abi Hatim)
Ar-Razi mengatakan dalam Inilah sebab turun ayat menurut
tafsirnya bahwa maksud dari kata-kata riwayat Muqatil bin Hubban itu. Sebuah
ini adalah dua: Pertama, Jika disuruh riwayat sebab turun ayat lagi
orang kamu berdiri untuk memberikan diriwayatkan pula dari Ibnu
tempat kepada yang lain yang lebih 'Abbas,bahwa turunnya ayat ini
patut duduk di tempat yang kamu berkenaan dengan Tsabit bin Qais bin
duduki itu, segeralah berdiri! Kedua, Syammas. Yaitu bahwa dia masuk ke
yaitu jika disuruh berdiri karena kamu dalam masjid terkemudian, didapatinya
sudah lama duduk, supaya orang lain orang telah ramai. Sedang dia ingin
yang belum mendapat kesempatan sekali duduk di dekat Rasulullah saw.,
diberi peluang pula, maka segeralah karena telinganya kurang mendengar
kamu berdiri! Kalau sudah ada saran (agak tuli). Beberapa orang
menyuruh berdiri, janganlah "berat melapangkan tempat baginya, tetapi
ekor" seakan akan terpaku pinggulmu beberapa yang lain tidak memberinya
di tempat itu, dengan tidak hendak tempat sehingga terjadi pertengkaran.
memberikesempatan kepada orang lain. Akhirnya disampaikannya kepada nabi
Salam mereka dijawab orang yang saw. bahwa dia ingin duduk mendekati
telah hadir, tetapi mereka tidak Rasulullah ialah karena dia agak pekak,
bergeser dari tempat duduk mereka, tetapi kawan ini tidak memberinya
sehingga orang-orang yang baru datang peluang untuk duduk. "Maka turunlah
itu terpaksa berdiri terus. Melihat hal ayat ini", kata Ibnu 'Abbas: Ketika
itu Rasulullah merasakan kurang disuruh orang memperlapang tempat
senang terutama karena di antara yang buat temannya dengan terutama sekali
baru datang itu adalah shahabat- berlapang hatilah! Dan jangan sampai
shahabat yang mendapat penghargaan seseorang menyuruh orang lain berdiri
istimewa dari Allah, karena mereka karena dia ingin hendak menduduki
turut dalam peperangan Badr. tempatnya tadi.
Akhirnya bersabdalah Rasulullah Selanjutnya diketahui bahwa
SAW kepada sahabat-sahabat yang mereka berduyun-duyun dan semua
bukan ahli-ahli Badr: "Hai Fulan ingin paling dekat kepada nabi. Maka
berdirilah engkau! Hai Fulan,engkau turunlah ayat ini menyuruh
berdiri pulalah!", Lalu beliau suruh memerlapang tempat untuk yang
duduk ahli-ahli Badr yang masih berdiri datang di belakang,dan kalau Nabi
itu. Tetapi yang disuruh berdiri itu ada menyuruh berdiri segeralah berdiri,biar
yang wajahnya terbayang rasa kurang berikan pula tempat kepada yang baru
senang atas hal yang demikian dan datang, jangan hendak dikangkangi
orang munafiq yang turut hadir tempat itu untuk diri sendiri.
mulailah membisikkan celaannya atas Lama-lama bertambah teraturlah
yang demikian seraya berkata; "Itu majlis itu. Karena masing-masing orang
perbuatan yang tidak adil, demi Allah ! telah tahu hormat menghormati, yang
Padahal ada orang dari semula telah tua patut dituakan, yang lebih berjasa
duduk karena ingin mendekat dan patut dilebihkan. karena Nabi saw.
mendengar, tiba-tiba dia disuruh pernah pula bersabda: "Supaya
berdiri dan tempatnya disuruh duduki mengelilingiku orang-orang yang
kepada yang baru datang. Melihat yang mempunyai pandangan jauh dan
demikian bersabdalah Rasulullah SAW, lanjutan."(riwayat Imam Akhmad)
"Dirahmati Allah seseorang yang

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 213


Sejak itu artinya orang-orang tua selama hamba itu pun masih bersedia
atau dituakan dijaga sajalah mana yang menolong sesamanya
patut di muka biarlah dia di muka. Muslim." (dirawikan oleh Muslim, Abu
Biasanya Abubakar di sebelah kanan Dawud dan At-Tarmidzi ; susunan kata
beliau,'Umar di sebelah kiri,sedang dari riwayatnya.)
'Utsman dan 'Ali duduk di hadapan Selain dari itu ada lagi beberapa
beliau,sebab keduanya kerapkali diberi peraturan sopan santun yang
tugas mencatat wahyu kalau kebetulan berkenaan dengan shaff pula, terutama
turun. Begitu menurut yang dirawikan pada sembah yang berjamaah lima
oleh Muslim. waktu. Orang dianjurkan berlomba
Ar-Raziy mengatakan dalam menuju shaff yang pertama. Maka pada
tafsirnya bahwa berkat pengaruh hari jum'at, banyaklah orang-orang
kelapangan tempat duduk karena hati yang dianggap tidak pantas menurut
yang lebih dahulu lapang itu, karena "shaff dunia" berlomba duduk ke shaff
mereka memang banyak memang yang pertama. Mereka cepat-cepat
sempitlah tempat mereka duduk itu, datang ke Masjid karena melaksanakan
tetapi tidak terasa sebab masing- anjuran Nabi saw, lebih lekas ke masjid
masing melapangkan hati malahan silah lebih baik, dan pahalanya lebih besar.
menyilahkan, panggil memanggil. Dan Tetapi kerapkali kejadian, orang-orang
kalau ada yang terpaksa meninggalkan yang dipandang mendapat kedudukan
majlis sebentar untuk sesuatu hajat, duniawi yang lebih tinggi terlambat
tidak ada yang mau menggantikan datang. Lalu beliau dipersiilahkan
tempat duduk itu, kecuali kalau dia datang di shaff yang pertama, bahkan
mengatakan tidak akan kembali lagi kadang-kadang sajadah dan tempat
karena sesuatu uzur yang lain. duduk beliau telah tersedia. Maka kalau
Ar-Razi mengatakan bahwa ayat beliau datang tidak lagi boleh orang lain
ini menunjukkan bahwa apabila yang telah datang lebih dahulu disuruh
seseorang berlapang hati kepada meninggalkan shaffnya dan pindah ke
sesamanya hamba Allah dalam shaff belakang, hanya semata-mata
memasuki serba aneka pintu kebajikan karena dia bukan "orang terpandang.
dan dengan kesenangan fikiran, niscaya "Nabi SAW bersabda: "Janganlah
Allah akan melapangkan pula baginya berdiri seseorang dari majlisnya untuk
pintu-pintu kebajikan di dunia dan di seorang yang lain tetapi lapangkanlah,
akhirat. Sebab itu kata Razi selanjutnya niscaya Allah akan melapangkanmu
tidaklah selayaknya orang yang berakal pula." (Dirawikan oleh Imam Ahmad)
cerdas membatasi ayat ini hanya Allah SWT berfirman: "Allah akan
sekedar melapangkan tempat duduk mengangkat orang-orang yang beriman
dalam suatu majlis bahkan luaslah yang di antara kamu dan orang-orang yang
dimaksud oleh ayat ini yaitu segala diberi ilmu beberapa derajat”.
usaha bagaimana agar suatua kebajikan Sambungan ayat ini pun mengandung
dan kemanfaatan sampai kepada dua tafsir. Pertama, jika seseorang
sesama Muslim,bagaimana supaya disuruh melapangkan majlis, yang
hatinya jadi senang,bagaimana berarti melapangkan hati, bahkan jika
membuat kita gembira dalam hatinya dia disuruh berdiri sekali pun lalu
dan menghilangkan perasaannya yang memberikan tempatnya kepada orang
tertekan, termasuklah semuanya dalarn yang patut didudukkan di muka,
cakupan ayat ini. Sesuai dengan sabda janganlah dia berkecil hati. Melainkan
Rasulullah SAW, "Senantiasalah Allah hendaklah dia berlapang dada. Karena
akan menolong seorang hambaNya, orang yang berlapang dada itulah kelak

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 214


yang akan diangkat Allah imannya dan Penafsiran menurut M. Quraish
ilmunya, sehingga derajatnya Shihab (Tafsir Al-Misbah)
bertambah naik. Orang yang patuh dan Larangan berbisik yang
sudi memberikan tempat kepada orang diturunkan oleh ayat-ayat yang lalu
lain itulah yang akan bertambah merupakan salah satu tuntunan akhlak,
ilmunya. Kedua, memang ada orang guna membina hubungan harmonis
yang diangkat Allah derajatnya lebih antar sesama. Berbisik di tengah orang
tinggi dari pada orang kebanyakan, lain mengeruhkan hubungan melalui
pertama karena imannya, kedua karena pembicaraan itu. Ayat di atas
ilmunya Setiap hari pun dapat kita merupakan tuntunan akhlak yang
melihat pada raut rnuka, pada wajah, menyangkut perbuatan dalam majlis
pada sinar mata orang yang beriman untuk menjalin harmonisasi dalam satu
dan berilmu. Ada saja tanda yang dapat majelis. Allah berfirman: “ Hai orang-
dibaca oleh orang yang arif bijaksana orang yang beriman, apa bila dikatakan
bahwa si Fulan ini orang beriman, si kepada kamu” oleh siapa
fulan ini orang berilmu. Iman memberi pun: Berlapang-lapanglah yaitu
cahaya pada jiwa, disebut juga pada berupayalah dengan sungguh-sungguh
moral. Sedang ilmu pengetahuan walau dengan memaksakan diri untuk
memberi sinar pada mata. Iman dan memberi tempat orang lain dalam
ilmu membuat orang jadi mantap. majlis-majlis yakni satu tempat, baik
Membuat orang jadi agung, walaupun tempat duduk maupun bukan tempat
tidak ada pangkat jabatan yang duduk, apabila diminta kepada kamu
disandangnya. Sebab cahaya itu datang agar melakukan itu maka lapangkanlah
dari dalam dirinya sendiri, bukan tempat untuk orang lain itu dengan
disepuhkan dari luar. " Dan Allah suka rela. Jika kamu melakukan hal
denga apa pun yang kamu kerjakan, tersebut, niscaya Allah akan
adalah Maha Mengetahui"(Ujung ayat melapangkan segala sesuatu buat
11). kamu dalam hidup ini. Dan apabila di
Ujung ayat ini ada patri ajaran ini. katakan:”Berdirilah kamu ketempat
Pokok hidup utama adalah Iman dan yang lain, atau untuk diduduk
pokok pengiringnya adalah Ilmu. Iman tempatmu buat orang yang lebih wajar,
tidak disertai ilmu dapat membawa atau bangkitlah melakukan sesuatu
dirinya terperosok mengerjakan seperti untuk shalat dan berjihad, maka
pekerjaan yang disangka rnenyembah berdiri dan bangkit-lah, Allah akan
Allah, padahal mendurhakai Allah. meninggikan orang-orang yang beriman
Sebaliknya orang yang berilmu saja di antara kamu wahai yang
tidak disertai atau yang tidak memperkenankan tuntunan ini dan
membawanya kepada iman, maka orang-orang yang diberi ilmu
ilmunya itu dapat membahayakan bagi pengetahuan beberapa derajat
dirinya sendiri ataupun bagi sesama kemudian di dunia dan di akhirat dan
manusia Ilmu manusia tentang tenaga Allah terhadap apa-apa yang kamu
atom misalnya , alangkah penting ilmu kerjakan sekarang dan masa akan
itu, itu kalau disertai Iman Karena dia datang Maha Mengetahui (Shihab, 2002:
akan membawa faedah yang besar bagi 77.
seluruh peri kemanusiaan. Tetapi ilmu Ada riwayat yang menyatakan
itupun dapat dipergunakan orang untuk bahwa ayat di atas turun pada hari
memusnahkan sesamanya manusia, Jum’at. Ketika itu Rasul saw. berada di
karena jiwanya tidak dikontrol oleh suatu tempat yang sempit, dan telah
Irnan kepada Allah. menjadi kebiasaan beliau memberi

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 215


tempat khusus buat para sahabat yang kata fasaḫ a yakni lapang. Sedang
terlibat dalam perang Badr, karena kata unsyuzû terambil dari
besarnya jasa mereka. Nah, ketika kata nûsyuz yankni tempat yang tinggi.
majlis tengah berlangsung, beberapa Perintah tersebut pada mulanya
orang di antara sahabat-sahabat berarti beralih ketempat yang lebih
tersebut hadir, lalu mengucapkan salam tinggi. Yang dimaksud di sini pindah
kepada Nabi saw. Nabi pun menjawab, ketempat lain untuk memberi
selanjutnya mengucapkan salam kesempatan yang lebih wajar duduk
kepada hadirin, yang juga dijawab, atau berada di tempat wajar pindah itu,
namun mereka tidak memberi tempat. atau bangkit melakukan suatu aktifitas
Para sahabat itu terus saja berdiri, positif. Ada yang memahaminya
maka Nabi saw. memerintahkan kepada berdirilah dari rumah Nabi, jangan
sahabat-sahabatnya yang lain-yang berlama-lama di sana, karena boleh jadi
tidak terlibat dalam perang Badr untuk ada kepentingan Nabi saw. Yang lain
mengambil tempat lain agar para dari yang perlu segera dia hadapi.
sahabat yang berjasa itu duduk di dekat Kata majȃ lis adalah bentuk jamak
Nabi saw. perintah Nabi itu, dari kata majlis). Pada mulanya
mengecilkan hati mereka yang disuruh berarti tempat duduk. Dalam konteks
berdiri, dan ini digunakan oleh kaum ayat ini adalah tempat Nabi Muhammad
munafikin untuk memecah belah saw. Membert tuntunan agama ketika
dengan berkata “katanya muhammad itu. Tapi yang dimaksud di sini
berlaku adil, tetapi ternyata tidak.” Nabi adalah tempat keberadaan secara
mendengar keritik itu bersabda: “Allah mutlak, baik tempat duduk, tempat
merahmati siapa yang memberi berdiri atau bahkan tempat berbaring.
kelapangan bagi saudaranya.” Kaum Karena tujuan perintah atau tuntunan
beriman menyambut tuntunan Nabi dan ayat ini adalah memberi tempat yang
ayat di atas pun turun mengukuhkan wajar serta mengalah kepada orang-
perintah dan sabda Nabi itu. orang dihormati atau yang lemah.
Apa yang dilakukan Rasul saw. Seorang tua non-muslim sekalipun, jika
terhadap sahabat-sahabat beliau yang anda-wahai yang muda-duduk di bus,
memiliki jasa besar itu dikenal juga atau kereta, sedang dia tidak mendapat
dalam pergaulan internasional dewasa tempat duduk, maka adalah wajar dan
ini. Kita mengenal ada yang dinamai berdab jika anda berdiri untuk
peraturan protokoler, di mana memberinya tempat duduk.
penyandang kedudukan terhormat Ayat di atas tidak menyebut
memiliki tempat-tempat terhormat di secara tegas bahwa Allah akan
samping kepala Negara karena memang meninggikan derajat orang berilmu.
penegasan al-Qur’an, bahwa: Tetapi menegaskan bahwa mereka
“Tidaklah sama antara mukmin memiliki derajat-derajat yakni lebih
yang duduk- selain yang mempunyai tinggi sekedar beriman. Tidak
udzur- dengan orang-orang yang disebutnya kata meninggikan itu,
berjihad di jalan Allah dengan harta sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu
mereka dan jiwa mereka atas orang- yang dimilikinya itulah yang
orang yang duduk, satu derajat. Kepada berperanan besar dalam ketinggian
masing-masing, Allah menjajnjikan derajat yang diperolehnya, bukan
pahala yang besar (Qs. An-Nisa :95 (baca akibat dari faktor di luar ilmu itu.
juga firmannya dalam Qs al-Hadid : 10) Tentu saja yang dimaksud dengan
Kata alla dzȋ naûtû al-‘ilmu yang diberi
tafassaḫ û dan ifsaḫ û terambil dari pengetahuan adalah mereka yang

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 216


beriman dan menghiasi diri mereka yang mengandung kebajikan dan
dengan pengetahuan. Ini berarti ayat di ketakwaan.
atas membagi kaum beriman kepada
dua kelompok besar, yang pertama
sekedar beriman dan beramal shaleh, Penafsiran menurut Ahmad Musthafa
dan yang kedua beriman dan beramal Al-Muraghi (Tafsir al-Maraghi)
shaleh serta memiliki pengetahuan. Ayat ini mencakup pemberian
Derajat kelompok kedua ini menjadi kelapangan dalam menyampaikan
lebih tinggi, bukan saja karena nilai segala macam kebaikan kepada kaum
ilmu yang disandangnya, tetapi juga muslimin dan yang menyenangkannya.
amal pengajarannya kepada pihak lain Dan Allah SWT akan meninggikan
secara lisan, atau tulisan maupun derajat orang-orang mukmin dengan
dengan keteladanan. mengikuti perintah-perintah-Nya,
Ilmu yang di maksud ayat di atas khususnya orang-orang yang berilmu
bukan hanya ilmu agama tetapi ilmu diantara mereka, derajat-derajat yang
apapun yang bermanfaat. Dalam QS. 35: banyak dalam hal pahala dan tingkat-
ayat 27-28. Allah meguraikan sekian tingkat keridhaan.
banyak mahluk Ilahi, dan fenomena
alam, lalu ayat tersebut ditutup dengan
menyatakan bahwa: yang takut dan Penafsiran menurut Shafwah at-
kagum kepada Allah dari hamba- Tafaasir
hambanya hanyalah ulama, ini Ayat ini menjelaskan untuk saling
menunjukkan bahwa ilmu dalam mamberi kelapangan yaitu pada apa-
pandangan al-Qur’an bukan hanya ilmu apa yang dibutuhkan manusia pada
agama. Di sisi lain juga menujukkan tempat, rizki, hati dan juga menunjukan
bahwa ilmu haruslah menghasilkan bahwa setiap orang yang meluaskan
khasyyah yakni rasa takut dan kagum majlis untuk beribadah kepada Allah
kepada Allah, yang pada gilirannya SWT, maka Allah akan membuka pintu-
mendorong yang berilmu untuk pintu kebaikan dan kebahagiaan dan
mengamalkan ilmunya serta Allah akan meluaskan baginya di dunia
memanfaatkan untu kepentingan dan akherat. Allah SWT akan
mahkluk, Rasul sering kali berdo’a mengangkat orang-orang mukmin
“Allahuma inni a’udzu bika min ‘ilm(in) dengan perumpamaan dan perintah-
la yanfa’ (Aku berlindungan kepada-Mu Nya dan perintah Rasul-Nya, orang-
dari ilmu yang tidak bermanfaat).” orang yang pandai di antara mereka
(khusus kamu) itu- sedekah. Yang pada khususnya tingkatan yang tinggi.
demikian itu adalah lebih baik bagi Allah SWT memberi derajat yang tinggi
kamu dan lebih suci: jika kamu tidak sampai dengan surga.Ayat ini sebagai
memperoleh maka sesungguhnya Allah pujian kepada para ulama yang
maha pengampun lagi maha mempunyai kelebihan dengan ilmunya,
penyayang.” dalam arti Allah SWT mengangkat
Ayat di atas kembali berbicara orang yang beriman dan berilmu di
tentang pembicaraan rahasia, yang antara orang mukmin. Sebagaimana
telah dibicarakan sejak ayat ke 7 sampai safaat kepada tiga orang yaitu para
dengan ayat 10 lalu diselingi oleh Nabi, ulama, syuhada. Dan keutamaan
tuntutan keberadaan dalam suatu ilmu dalam keimanan sebagai simbol
majelis. Ayat diatas kembali berbicara manusia yang mendapat derajat yang
tentang hal tersebut sebagai penjabaran tinggi di sisi Allah SWT.
dari perintah melakukan pembicaraan

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 217


Penafsiran menurut tafsir Fakhrur islam dan khusunya pada ayat 11
Razi adalah berhubungan dengan
Ayat ini menunjukan pada setiap materi pendidikan dalam islam
orang yang meluaskan majlis untuk sehingga dapat di analisis sebagai
beribadah kepada Allah SWT dan berikut:
dibukakan beberapa pintu kebaikan
dan kebahagiaan, berupa kebaikan di
dunia dan akhirat. Dan Allah SWT Analisis Isi Kandungan Ayat
mengangkat orang yang beriman Berdasarkan Kajian Tekstual
dengan perumpamaan perintah Rasul- Kata “majalis” yang merupakan
Nya dan orang-orang alim di antara bentuk jamak dari kata “majlis” pada
mereka khususnya dalam hal derajat. ayat ini mengandung beberapa
Karena keutamaan ilmu adalah Dalam penafsiran: (1) Menurut Mujahid, yang
al-Qur'an dan tafsirnya Dalam ayat ini dimaksud dengan “Majlis” pada ayat ini
menerangkan bahwa jika disuruh adalah majlis Nabi Saw; (2) Qotadah,
Rasulullah SAW berdiri untuk mengatakan bahwa yang dimaksud
memberikan kesempatan kepada orang dengan majlis pada ayat ini adalah
tertentu agar ia dapat duduk, atau kamu majlis dzikir; (3) Mutaqil berpendapat
disuruh pergi dahulu hendaknya kamu bahwa majlis di sini adalah majlis pada
pergi, karena Rasul ingin memberikan hari jum’at; dan (4) Hasan, Yazid bin
penghormatan kepada orang-orang Habib serta Ibnu Abbas berpendapat
atau beliau ingin menyendiri untuk bahwa majlis disini mengandung arti
memikirkan urusan-urusan agama, atau medan perang atau medan
melaksanakan tugas-tugas yang perlu pertempuran.
diselesaikan. Akhir ayat ini Sementara itu, Qatadah, Dawud
menerangkan bahwa Allah SWT akan bin Abi Hind dan Hasan membaca
mengangkat derajat-derajat orang yang “Tafassahu dengan “Tafasaahu”, dengan
beriman, yang taat dan patuh kepada- memanjangkan”fa”-nya. Akar katanya
Nya, melaksanakan perintah-Nya, diambil dari kata “Tafassaha-
menjauhi larangan-Nya dan berusaha yatafasahu-tafasuhan”, artinya
menciptakan suasana damai, aman dan lapang/kelapangan atau keluasan, atau
tentram dalam masyarakat, demikian dari kata “tafaasaha-yatafaasahu
pula orang yang berilmu yang muthawa’ah, yaitu saling berlapang-
menggunakan ilmunya untuk lapangan. Hal ini mengandung tiga
menegakan kalimat Allah SWT. Dari interpretasi mengenai apa yang akan
ayat ini dipahami bahwa orang-orang dilapangkan atau diluaskan oleh Allah
yang mempunyai derajat yang paling Swt, yaitu: (a) Keluasan di dalam kubur;
tinggi di sisi Allah SWT ialah orang yang (b) Kelapangan dada/hati; dan (c)
beriman, berilmu dan ilmunya itu yang Keluasan didunia dan di akhirat.
diamalkan sesuai dengan yang Hijaji (1968: 9) mengemukakan
diperintahkan oleh Allah SWT dan bahwa tafassahu memiliki arti kata yang
Rasul-Nya. sama dengan tawassa’u, yakni keluasan.
Maka barang siapa yang memberikan
keluasan keapa saudaranya dalam
Analisis Isi Kandungan Ayat suatu tempat/majlis dan menghormati-
Adapun esensi atau nilai yang nya, niscaya Allah akan memberikan
terkandung di dalam surah Al- kepada orang tersebut keluasan dan
Mujadalah yakni terkait dengan etika kemuliaan.
dan sopan santun di dalam pendidikan

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 218


Kata unsuju merupakan bentuk (mengetahui), ‘arif (yang mengetahui)
perintah (fi’il Amar) dari kata “nasaja- dan ma’rifah (pengetahuan). Allah SWT,
yansuju-nasjan-nusujan-naasijun- tidak dinamakan ‘arif, tetapi ‘alim, yang
unsuj” yang mempunyai dua makna, berkata kerja ya’lam (Dia mengetahui),
yaitu pertama, “quumu” (berdirilah), dan biasanya al-Quran menggunakan
dan kedua, “irtafa’u” (tingkatkanlah). kata itu untuk Allah dalam hal-hal yang
Muhammad Mahmud Hajiji mengatakan diketahui-Nya, walaupun gaib,
bahwa asal pengertian nusuj itu adalah tersembunyi atau dirahasiakan.
suatu yang di angkat oleh tanah. Dalam pandangan Al-Quran, ilmu
Perintah yang terkandung dalam lafadz adalah keistimewaan yang menjadikan
“unsuju” menunjukan tiga perintah manusia unggul dan melebihi dari
yakni: (a) Menurut al-Dhahak, perintah makhluk-makhluk lain guna
melaksankan shalat; (b) Menurut menjalankan kekhalifahan di muka
Mujahid, perintah untuk berperang; dan bumi ini. Sementara itu manusia,
(c) Menurut Qatadah, perintah menurut al-Quran memiliki potensi
mengerjakan setiap kebaikan. untuk meraih ilmu dan
Kata ilmu dengan berbagai mengembangkannya dengan seizin
bentuknya terulang 854 kali dalam al- Allah. Berkali-kali Allah menunjukan
Qur’an. Kata ini digunakan dalam arti betapa tinggi derajat dan kedudukan
proses pencapaian pengetahuan dan orang-orang yang memiliki ilmu
objek pengetahuan. Kata ilmu dari pengetahuan.
berbagai memiliki arti kejelasan
(Shihab, 1996: 434), karena itu segala
yang terbentuk dari akar katanya Analisis Isi Kandungan Ayat
mempunyai ciri kejelasan. Misalnya Berdasarkan Kajian Kontekstual
dapat dilihat dalam contoh ‘a’lam Setiap ilmu pengetahuan
(gunung-gunung), ‘alamat dan lain (science, wetwnschp. Wisssenshaft)
sebagainya. ditentukan oleh objeknya. Ada dua
Disamping itu untuk mengetahui macam objek ilmu, yaitu objek materia
lebih lanjut mengenai pengertian ilmu, dan manusia. Oleh karena itu ada ahli
paling tidak beberapa kata yang yang membagi ilmu menjadi dua bagian
mengandung pengertian “tahu” seperti besar, yaitu ilmu pengetahuan alam dan
“’arafa, dara’a, khabara, sya’ara, ilmu pengetahuan manusia (Saefuddin,
basyirah, hakim. Kata-kata turunan dari 1987: 436).
kata ‘arafa dalam al-Quran terdapat Menurut ilmuwan Muslim objek
sebanyak 34 kali dengan berbagai ilmu mencakup alam materi dan
bentuknya (Al-Baqi, 1992: 596). Oleh nonmateri. Karena itu, sebagian
karena itu kata ‘ilmu bersinonim ilmuwan Muslim, khususnya kaum sufi
dengan kata ma’rifah, yang artinya tahu melalui ayat-ayat al-Quran
atau pengetahuan. memperkenalkan ilmu yang mereka
Dalam proses perkembangan sebut al-Hadharat Al-Ilahiyyah al-
sejarahnya, ilmu kemudian dipakai Khams (lima kehadiran Ilahi) untuk
dalam dua hal ; yaitu sebagai masdar menggambarkan hierarki keseluruhan
atau proses pencapaian ilmu dan realitas wujud. Ke lima hal tersebut
sebagai objek ilmu (ma’lum). Namun adalah 1) alam nasut (alam materi), 2)
demikian, M. Quraish shihab alam malakut (alam kejiwaan), 3)alam
membedakan pada tiga istilah yang jabarut (alam ruh), 4) alam lahut (sifat-
memiliki akar kata yang hampir sama sifat ilahiyah), dan 5) alam
dengan ilmu, yaitu ‘arafa hahut (wujud zat Ilahi )

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 219


Sementara itu,Fudyartana, dosen serta bimbingan Allah). Bahkan
psikologi Universitas Gajah Mada, dianjurkan bagi seetiap kali akan
menyebutkan ada empat macam fungsi belajar untuk mensucikan diri untuk
ilmu pengetahuan, yaitu: (a) Fungsi mengambil air wuudhu terlebih dahulu,
deskriptif yakni menggambarkan, karena mereka sadar akan kebenaran
melukiskan dan memaparkan suatu firman Allah.
objek atau masalah sehingga mudah Berkali-kali Allah menegaskan
dipelajari oleh peneliti; (b) Fungsi bahwa tidak cukup hanya dengan panca
pengembangan, yaitu melanjutkan hasil indra, pengamatan, dan hati saja untuk
penemuan yang lalu dan menemukan meraih ilmu pengetahuan, tanpa
hasil ilmu pengetahuan yang baru; diiringi dengan hidayah (petunjuk) dan
(c) Fungsi prediksi; meramalkan bimbingan Allah, karena Allah tidak
kejadian-kejadian yang besar akan memberikan petunjuk kepada al-
kemungkinan terjadi sehingga manusia Zalimin (orang-orang yang zhalim), al-
dapat mengambil tindakan-tindakan Khafirin (orang-orang kafir), al-Fasiqin
yang perlu dalam usaha (orang-orang fasik), man yudhil (orang-
menghadapinya; dan (d) Fungsi orang yang disesatkan) dan lain
kontrol; yaitu berusaha mengendalikan sebagainya.
peristiwa-peristiwa yang tidak Memang, yang durhaka dapat saja
dikehendaki (Saefuddin, 1987: 60-61). memperoleh ilmu Tuhan secara Kasbi,
Jadi tegasnya, bahwa fungsi ilmu akan tetapi yang mereka peroleh itu
pengetahuan adalah untuk kebutuhan terbatas pada bagian fenomena alam,
hidup manusia didalam berbagai bukan hakikat (nomena). Bukan pula
bidangnya, hal ini tergambar dari yang berkaitan dengan realitas di luar
wahyu pertama (lihat, Q.S. Al-Alaq ; 1- alam materi.
5). Al-Quran menginformasikan kepada Disamping ilmu mempunyai nilai
umat manusia bahwa ada beberapa alat manfaat yang sangat besar orang yang
yang dapat digunakan untuk meraih memilikinya, ilmu pun harus diamalkan.
ilmu pengetahuan, diantaranya: (1) Bahkan dalam salah satu hadist
Panca indra dan akal, yakni ada empat Rasulullah menegaskan bahwa salah
sarana yang dapat digunakan untuk satu amal yang tidak akan putus
memperoleh ilmu, yaitu pendengaran, pahalanya, sekalipun orang yang sudah
mata (penglihatan), akal dan hati; (2) tiada adalah ilmu yang bermanfaat.
Observasi dan trial and error (coba- Yakni ilmu yang memberikan jalan bagi
coba), pengamatan, percobaan setiap yang memilikinya untuk berbuat
danprobability (tes-tes kemungkinan); baik sesuai dengan apa yang
dan (3) Akal (intellenc) dan pemikiran diperintahkan oleh Allah SWT.
(reflection). Disamping mata, telinga, Dari konsep diatas, dapat
dan pikiran sebagai sarana untuk dipahami bahwa al-Quran memandang
meraih pengetahuan. Al-Quran pun bahwa seseorang yang memiliki ilmu
menggaris bawahi bagaimana harus memiliki sifat dan ciri tertentu,
pentingnya peran kesucian hati. Ilmu antara lain sifat khasyat atau takut
pengetahuan akan mudah diraih dan kepada Allah (Tafsir, 1992: 22). Jadi
dipahami dengan baik, apabila hati semakin banyak ia memiliki ilmu, maka
seorang itu bersih. Dari sinilah para harus semakin takut semakin takut dan
ilmuan Muslim menerangkan dekat kepada Allah. Salah satu bentuk
pentingnya Takziah al-Nafs (penyucian takut kepada-Nya adalah ikhlas
jiwa) guna memperoleh mengamalkan ilmunya (Burhanudin:
hidayah (petunjuk dan pengajaran 75-88).

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 220


SIMPULAN bawahi bagaimana pentingnya peran
Berdasarkan uraian diatas dapat kesucian hati. Ilmu pengetahuan akan
disimpulkan bahwa Q.S. Al-Mujadalah mudah diraih dan dipahami dengan
ayat 11 ini memberikan gambaran baik, apabila hati seorang itu bersih.
tentang perintah bagi setiap manusia Dari sinilah para ilmuan Muslim
untuk menjaga adab sopan santun menerangkan pentingnya Takziah al-
dalam suatu majlis pertemuan dan adab Nafs (penyucian jiwa) guna
sopan santun terhadap Rasulullah SAW. memperoleh hidayah (petunjuk dan
Al-Mujadalah merupakan salah satu pengajaran serta bimbingan Allah).
surat dalam al-qur’an dengan jumlah 22
ayat. Surat ini turun di Madinah. Yang
diturunkan sesudah surat Al- DAFTAR RUJUKAN
Munaafiqun. Termaksud golongan surat
madaniyah yang diturunkan sesudah Al-Maraghi, Ahmad Musthofa. 1993.
surat al-Munafiqun. Tafsir al-Maraghi 1, terj. Bahrun
Adapun isi kandung Q.S. Al- Abu Bakar, Beirut: Darul Kutub.
Mujadalah ayat 11 ini berhubugan Al-Baqi, Muhammad Fuad. 1992. Al-
dengan etika dan sopan pendidikan Mu’jam al0Mufahras lil al-fadz al-
yakni: Pertama, Kajian Tekstual. Dalam Qur’an. Beirut: Dar al-Fikr.
pandangan Al-Quran, ilmu adalah AbiHasan, Albassry. An-Nukt wa Al-Uyun
keistimewaan yang menjadikan Tafsir Al-mawardy. dar al-
manusia unggul dan melebihi dari Kutubal-islamiyyah, Beirut:
makhluk-makhluk lain guna Libnan.
menjalankan kekhalifahan di muka Anwar,Cecep. 2015. Tafsir Ayat-ayat
bumi ini. Sementara itu manusia, Pendidikan. Bandung
menurut al-Quran memiliki potensi As-suyuthi,jalaludin. 2008. Sebab
untuk meraih ilmu dan turunnya ayat alqur’an. Depok:
mengembangkannya dengan seizin gema insani.
Allah. Berkali-kali Allah menunjukan Burhanudin,Undang,Tafsir
betapa tinggi derajat dan kedudukan Kontemporer, Bandung: Insan
orang-orang yang memiliki ilmu Mandiri.
pengetahuan. Gofarfar E. M, M. Abdul. Tafsir Ibnu
Kedua, Kajian Kontekstual. Al- Katsir (Lubaabut Tafsiir Min Ibni
Quran menginformasikan kepada umat Katsiir). Bogor: Pustaka Imam
manusia bahwa ada beberapa alat yang Asy-Syafi’i.
dapat digunakan untuk meraih ilmu Hamka. Tafsir Al-azhar. PT Pustaka
pengetahuan, diantaranya: (1) panca Panji Mas. Jakarta:198
indra dan akal yakni ada empat sarana Hijaji, Muhammad Mahmud. 1968. Al-
yang dapat digunakan untuk Tafsir al-Wadih, juz 21. Kairo:
memperoleh ilmu, yaitu pendengaran, Mathaba’ah al-Istiqbal al-Kubra.
mata (penglihatan), akal dan hati; (2) Mahmud Hijaji, Muhammad. 1968. Al-
Observasi dan trial and error (coba- Tafsir al-Wadih. Kairo:Mathaba’h
coba), pengamatan, percobaan al-Istiqbal al-Kubra.
danprobability (tes-tes kemungkinan); Muhammad, Fuad Al-Baqi. 1992. Al-
dan (3) Akal (intellenc) dan pemikiran Mu’jam al0Mufahras lil al-fadz al-
(reflection). Qur’an. Beirut : Dar al-Fikr.
Di samping mata, telinga, dan Saefuddin Anshari, Endang. 1987.
pikiran sebagai sarana untuk meraih Ilmu Filsafat dan
pengetahuan. Al-Quran pun menggaris agama. Surabaya: PT. Bina Ilmu.

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 221


Shihab, M. Quraish. 1996. Membumikan _________. 2007. Membumikan al-Qur’an:
Al-Qur’an.Bandung: Mizan. Fungsi dan Peran Wahyu dalam
_________, 1996Wawasan Al-Qur’an Tafsir Kehidupan Masyarakat. Bandung:
Maudhu’i atas Berbagai Persoalan Mizan.
Umat. Bandung : Mizan. Tafsir, Ahmad. 1992. Ilmu pengetahuan
________. 2002. Tafsir al-Misbah: Pesan, dalam perspektif Islam. Bandung:
Kesan dan Keserasian al-Qur’an, PT. Remaja Rosdaknya.
Vol.I, Jakarta: Lentera Hati.

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 222

Anda mungkin juga menyukai