Anda di halaman 1dari 27

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

PERTEMUAN I

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Riset dan Praktik Pembelajaran SD
Dosen Pembimbing: Woro Sri Hastuti, M.Pd

Disusun Oleh:
Izzah Muyassaroh (16712251065)

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017

KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN


PERTEMUAN 1

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)


Mata Kuliah : Pendidikan IPA
Kode Mata Kuliah : PSD
Semester :2
Jumlah SKS : 2 SKS
Alokasi Waktu : 2 x 50 Menit
Prasyarat : Konsep Dasar IPA
Dosen Pembimbing : Woro Sri Hastuti, M.Pd

Deskripsi Mata Kuliah :


Mata kuliah ini membahas tentang Hakikat IPA, Tujuan Pendidikan IPA di SD, Metode Ilmiah, Pengenalan Kurikulum IPA SD, Aplikasi Proses
IPA, Berbagai Strategi Pembelajaran IPA: Teori Belajar IPA: kognitivisme, behaviorisme, konstruktivisme, humanisme & Berbagai model
pembelajaran IPA.

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (Learning Outcomes)


A. Sikap
Mahasiswa semester 2 Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dapat:
1) bersikap kritis terhadap perkembangan ipteks terkait dengan profesi sebagai pendidik dan peneliti pendidikan di tingkat sekolah dasar
2) memiliki rasa tanggung jawab atas pekerjaan sesuai bidang keahlian; dan
3) memiliki semangat bekerja sama, serta aktif dalam mengikuti perkuliahan
B. Pengetahuan
Mahasiswa semester 2 Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dapat:
1) menguasai konsep, teori, dan prinsip kurikulum: pendekatan, strategi, model, metode, teknik, bahan ajar, sumber dan media
pembelajaran, khususnya pada lima bidang studi utama (Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan PPKn) di sekolah dasar.
2) menguasai konsep, teori, dan prinsip penilaian proses dan hasil pembelajaran di Sekolah Dasar.
3) menguasai kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skills) meliputi: menganalisis, mensintesis, menilai, dan mencipta.
a) menganalisis keterkaitan teori belajar dengan keberhasilan pembelajaran IPA di sekolah dasar
b) mensintesis jenis-jenis teori belajar berdasarkan karakeristiknya
c) menilai model-model pembelajaran yang sesuai untuk diimplementasikan pada siswa sekolah dasar
d) menciptakan produk mind map teori belajar
C. Keterampilan
Mahasiswa semester 2 Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dapat:
1) mampu mengembangkan materi pembelajaran lima bidang studi utama (dalam hal ini IPA);
2) mengimplementasikan pembelajaran literasi yang terkait dengan bidang-bidang yang mendukung peningkatan mutu pembelajaran di SD,
yang meliputi bidang studi utama (Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika, dan PPKn);
3) mampu mengembangkan kurikulum, pendekatan, strategi, model, metode, teknik, bahan ajar, media dan sumber belajar, sebagai guru
kelas khususnya pada muatan lima bidang utama di sekolah dasar; serta
4) mampu merencanakan, mengelola, dan mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran bidang studi utama SD (Bahasa Indonesia, IPA, IPS,
Matematika, dan PPKn) dengan memanfaatkan pengetahuan berbasis TIK.

Indikator Perkuliahan
A. Sikap
Mahasiswa semester 2 Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dapat:
1) menunjukkan perilaku keaktifan dan kerja sama.

B. Pengetahuan
Mahasiswa semester 2 Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dapat:
1) menjelaskan pengertian teori belajar (C2);
2) menganalisis keterkaitan teori belajar dengan keberhasilan pembelajaran IPA di sekolah dasar (C4);
3) menjelaskan tujuan mempelajari teori belajar (C2);
4) mensintesis jenis-jenis teori belajar berdasarkan karakeristiknya (C4);
5) menjelaskan jenis-jenis teori belajar (C2);
6) menilai model-model pembelajaran yang sesuai untuk diimplementasikan pada siswa sekolah dasar (C5);
7) menjelaskan implementasi teori belajar dalam pembelajaran (C3);
8) menciptakan produk mind map teori belajar (C6)

C. Keterampilan
Mahasiswa semester 2 Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dapat:
1) mengimplementasikan pembelajaran literasi yang terkait dengan bidang-bidang yang mendukung peningkatan mutu pembelajaran di SD,
meliputi bidang studi utama (Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika, dan PPKn);
2) mengorganisasi informasi dari berbagai literatur; serta
3) mampu mengembangkan kurikulum, pendekatan, strategi, model, metode, dan teknik sebagai guru kelas khususnya pada pembelajaran
IPA di sekolah dasar.

Tujuan Perkuliahan
Melalui penerapan pembelajaran kolaboratif model Pjbl, mahasiswa semester 2 Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
dapat:
A. Sikap
1) menunjukkan keaktifan dalam perkuliahan dengan baik; serta
2) menunjukkan sikap kerja sama dengan baik.
B. Pengetahuan
1) menjelaskan pengertian teori belajar dengan benar (C2);
2) menganalisis keterkaitan teori belajar dengan keberhasilan pembelajaran IPA di sekolah dasar dengan benar (C4);
3) menjelaskan tujuan mempelajari teori belajar dengan benar (C2);
4) mensintesis jenis-jenis teori belajar berdasarkan karakeristiknya dengan benar (C4);
5) menjelaskan jenis-jenis teori belajar dengan benar (C2);
6) menilai model-model pembelajaran yang sesuai untuk diimplementasikan pada siswa sekolah dasar dengan benar (C5);
7) menjelaskan implementasi teori belajar dalam pembelajaran dengan benar (C3);
8) menciptakan produk mind map teori belajar dengan baik (C6)
C. Keterampilan
1) mengimplementasikan pembelajaran literasi yang terkait dengan bidang-bidang yang mendukung peningkatan mutu pembelajaran di SD,
meliputi bidang studi utama (Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika, dan PPKn);
2) mengorganisasi informasi dari berbagai literatur; dan
3) mampu mengembangkan kurikulum, pendekatan, strategi, model, metode, dan teknik sebagai guru kelas khususnya pada pembelajaran
IPA di sekolah dasar
Materi Pokok
Secara garis besar, materi yang disampaikan meliputi: (1) pengertian teori belajar, (2) tujuan mempelajari teori belajar, (3) jenis-jenis teori
belajar, (3) contoh implementasi teori belajar dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar.
(Materi perkuliahan secara lebih lengkap terdapat pada lampiran 1)

Model Pembelajaran
Pembelajaran Kolaboratif Model Project Based Learning (PjBL), dengan langkah-langkah:
1. Start with essential question
2. Design project
3. Create schedule
4. Monitoring the students and progress of project
5. Assess the outcome
6. Evaluation the experience
Metode Pembelajaran
Ceramah, diskusi kelompok, penugasan
Kegiatan Perkuliahan
Komponen
Estimasi
Langkah-langkah Uraian Kegiatan Metode Media
Waktu
Pembelajaran
Pendahuluan 1. Sebelum perkuliahan dimulai, mahasiswa berdoa dan melakukan 1. Tanya - 10 menit
presensi. jawab
2. Apersepsi dengan menggali pengetahuan awal yang dimiliki
mahasiswa terkait dengan materi teori belajar melalui tanya jawab.
Inti Diskusi Kelompok Kecil 1. Tanya 1. LCD 80 menit
1. Mahasiswa membentuk kelompok-kelompok kecil secara jawab 2. Laptop
heterogen, masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 mahasiswa. 2. Diskusi 3. Powerpoint
2. Setiap kelompok mendapat tugas untuk mendiskusikan materi. kelompok 4. Lembar
Tugas yang diberikan berupa studi kasus tentang materi teori Kerja
belajar (tahap 1: start with essential question siklus 1). 5. Mind
3. Mahasiswa melakukan pembagian tugas untuk masing-masing mapping
anggota kelompok berdasarkan lembar kerja yang telah diberikan, kelompok
sumber referensi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan tugas,
dan pengemasan materi diskusi dalam bentuk proyek kelompok.
(tahap 2: design project siklus 1).
4. Mahasiswa dan dosen mendiskusikan tentang kegiatan kelompok
yang akan dilaksanakan di dalam kelas dan alokasi waktu
penyelesaian proyek kelompok (tahap 3: create schedule siklus
1).
5. Mahasiswa dalam kelompok masing-masing berdiskusi dan
menyusun materi yang akan dituangkan dalam proyek kelompok di
kelas (tahap 4: monitoring the students and progress of project
siklus 1).
6. Perwakilan setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi
kelompok. Kelompok lain memberikan tanngapan. (tahap 5:
assess the outcome siklus 1).
7. Mahasiswa bersama dosen menyimpulkan inti dari materi yang
telah dipelajari (tahap 5: assess the outcome siklus 1).
Penutup 1. Mahasiswa menjawab pertanyaan dosen yang dilakukan secara 1. Tanya 2. LCD 10 menit
lisan dan secara acak untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa jawab 3. Laptop
tentang materi yang dipelajari hari ini (tahap 6: evaluation the
experience siklus 1).
2. Mahasiswa mendapat kesempatan bertanya tentang materi yang
belum dipelajari (tahap 6: evaluation the experience siklus 1).
3. Mahasiswa membuat refleksi tertulis dari materi dan kegiatan
perkuliahan hari ini dalam bentuk Mind Mapping (tahap 6:
evaluation the experience siklus 1).
4. Mahasiswa mendapat motivasi untuk berdiskusi yang lebih bagus
lagi pada kesempatan berikutnya (tahap 6: evaluation the
experience siklus 1).
5. Mahasiswa menyimak informasi dari dosen tentang kegiatan
perkuliahan pada pertemuan selanjutnya.
6. Perkuliahan ditutup dengan membaca doa dan salam.

Penilaian
A. Sikap
Kompetensi sikap dinilai dengan nilai aktivitas dan kesungguhan selama proses perkuliahan yang diperoleh melalui teknik observasi.
Jenis penilaian : penilaian sikap (afektif)
Prosedur penilaian : penilaian proses
Teknik penilaian : non tes (observasi)
Instrumen : lembar observasi (terlampir)
B. Pengetahuan
Kompetensi pengetahuan dinilai dengan teknik penilaian produk berupa hasil diskusi kelompok dalam mengerjakan Lembar Kerja dan mind
mapping hasil karya kelompok.

Jenis penilaian : penilaian kognitif (high order thinking skills)


Prosedur penilaian : penilaian akhir (produk)
Teknik penilaian : tes (penugasan)
Instrumen : lembar penilaian produk dan penilaian HOTS mahasiswa (terlampir)
C. Keterampilan
Kompetensi keterampilan berbicara dinilai melalui teknik observasi pada saat mahasiswa melakukan diskusi kelompok kecil, presentasi, dan
tanya jawab selama proses perkuliahan.
Kompetensi keterampilan menulis dinilai melalui teknik penilaian produk berupa mind mapping hasil karya kelompok.
Jenis penilaian : penilaian psikomotor
Prosedur penilaian : penilaian performen
Teknik penilaian : penilaian unjuk kerja
Instrumen : lembar penilaian unjuk kerja (terlampir)

Referensi Utama:
Hergebhahn, B.R & Olson, M.H.(2010). Theories of Learning edisi ketujuh. Jakarta: Kencana
Santrock, J.W. (2013). Psikologi Pendidikan Edisi Kedua (terjemahan Tri wibowo). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Referensi Pendukung:
Huda, Miftahul. (2014). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Schunk, D.H. (2012). Learning Theories an Educational Perspective edisi keenam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Mengetahui, Yogyakarta, 29 Maret 2017


Dosen Pembimbing, Praktikan,

Woro Sri Hastuti, M.Pd Izzah Muyassaroh, S.Pd.


NIP 197806162005012001 NIM 16712251065
Lampiran 1: Materi Perkuliahan

MATERI PERKULIAHAN

Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori
belajar. Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks
inheren pembelajaran. Adapun tujuan mempelajari teori belajar adalah agar pendidik mampu merancang pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan
karakteristik peserta didiknya. Jenis-jenis teori belajar dan implementasinya dijelaskan sebagai berikut.

1. Teori Kognitivisme

Teori kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan
dengan tujuan belajarnya. Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi
tersebut. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek
kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.

Adapun prinsip umum teori kognitivisme antara lain: (1) Lebih mementingkan proses belajar daripada hasil, (2) Diebut model perseptual, (3)
Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya, (4) Belajar merupakan
perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak, (5) Memisah-misahkan atau membagi-bagi
situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan memperlajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna, (6) Belajar
merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya, (7) Belajar
merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks, (8) Dalam praktek pembelajaran teori ini tampak pada tahap-tahap
perkembangan (J. Piaget), Advance organizer (Ausubel), Pemahaman konsep (Bruner), (9) Dalam kegiatan pembelajaran keterlibatan siswa aktif amat
dipentingkan, (10) Materi pelajaran disusun dengan pola dari sederhana ke kompleks, (11) Perbedaan individu siswa perlu diperhatikan, karena sangat
mempengaruhi keberhasilan siswa belajar.
Adapun tokoh-tokoh aliran kognitivisme ada Jean Piaget dan Brunner. Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor
aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu
yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi empat, yaitu:
a. Tahap sensorimotorik (umur 0-2 tahun)
Ciri pokok perkembangan berdasarkan tindakan, dan dilakukan selangkah demi selangkah.
b. Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah penggunanaan symbol atau tanda bahasa, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif.
c. Tahap operasional konkret (umur 7/8-11/12 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan
kekekalan.
d. Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”.
Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dalam teorinya, “free
discovery learning” ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Menurut Bruner perkembangan
kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara menyusun materi pelajaran dan menyajikannya sesuai dengan tahap perkembangan orang tersebut.
Model pemahaman dari konsep Bruner (dalam Degeng,1989) menjelaskan bahwa pembentukan konsep dan pemahaman konsep merupakan dua
kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berpikir yang berbeda pula. Menurutnya, pembelajaran yang selama ini diberikan di sekolah
banyak menekankan pada perkembangan kemampuan analisis, kurang mengembangkan kemampuan berpikir intuitif. Padahal berpikir intuitif sangat
penting untuk mempelajari bidang sains, sebab setiap disiplin mempunyai konsep-konsep, prinsip, dan prosedur yang harus dipahami sebelum seseorang
dapat belajar. Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif dan akhirnya sampai pada suatu
kesimpulan (discovery learning).
Teori kognitif adalah teori yang lebih menekankan proses daripada hasil belajar, dan belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus
dan respon, melainkan tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Oleh karena itu siswa dapat dibantu untuk mengembangkan sendiri pengetahuannya melalui model-model pembelajaran, seperti model pembelajaran
Problem Based Learning, Discovery Learning, dan Project Based Leaning.
2. Teori Behaviorisme
Teori behaviorisme adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan
pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu
dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang
bila dikenai hukuman.
Teori belajar behaviorisme menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan
terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanisme. Stimulans tidak
lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak,
berupa reaksi fifik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat da kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).
Adapun ciri-ciri utama teori behaviorisme yaitu : (1) Mementingkan faktor lingkungan, (2) Menekankan pada faktor bagian, (3) Menekankan
pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif, (4) Sifatnya mekanis, (5) Mementingkan masa lalu.
Peneliti yang mengembangkan Teori ini adalah Thorndike. Pavlov, Skinerr, Gagne, dan Bandura. Menurut Thorndike, belajar merupakan
peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ). Stimulus adalah suatu perubahan dari
lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah sembarang tingkah
laku yang dimunculkan karena adanya perangsang.
Ivan Petrovich Pavlov terkenal dengan teori Classical conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) melalui percobaanny terhadap anjing,
dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Menurut Pavlov, individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon
yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
Burrhus Frederic Skinner terkenal dengan teorinya operant conditioning yaitu suatu proses perilaku operant (penguatan positif atau negatif) yang
dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan. Gaya mengajar guru dilakukan dengan
beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan dan latihan. Manajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha
untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan
apapun pada perilaku yang tidak tepat.
Teori behaviorisme ini hingga sekarang masih merajai praktik pembelajaran di Indonesia. Hal ini tampak dengan jelas pada penyelenggaraan
pembelajaran dari tingkat paling dini, seperti Kelompok Belajar, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, bahkan sampai di Perguruan
Tinggi, pembentukan perilaku dengan cara drill (pembiasaan) disertai dengan reinforcement atau hukuman masih sering dilakukan. Teori ini memandang
bahwa sebagai sesuatu yang ada di dunia nyata telah terstruktur rapi dan teratur, sehingga siswa atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-
aturan yang jelas dan ditetapkan lebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga
pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Model pembelajaran yang dilandasi oleh teori behaviorisme adalah model pembelajaran
kontekstual.
Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini yaitu pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi
kebiasaan.berorientasi pada hasil yang dicapai, tidak menggunakan hukuman. Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang
diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Siswa melakukan sendiri apa yang menjadi instruksi dan melakukannya berulang-
ulang sampai hasilnya baik. Evaluasi didasarkan pada perilaku yang dicapai sebagai hasil dari latihan yang dilakukan
3. Teori Konstruktivisme

Menurut cara pandang teori konstruktivisme, belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata di lapangan. Siswa
mengkonstruksi pengalaman mereka sendiri dan menginterpretasikannya berdasarkan persepsi dari pengalaman mereka sehingga pengetahuan setiap
individu adalah hasil dari pengalaman sebelumnya, struktur mental, dan kepercayaan-kepercayaan mereka yang digunakan untuk menginterpretasikan
suatu objek atau kegiatan.

Belajar berarti mengkonstuksi makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi makna ini
dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai. Konstruksi makna merupakan suatu proses yang berlangsung terus-menerus seumur hidup. Belajar
bukan kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih berorientasi pada pengembangan berpikir dan pemikiran dengan cara membentuk pengertian yang
baru. Belajar bukanlah hasil dari perkembangan melainkan perkembangan itu sendiri. Suatu perkembangan yang menuntun penemuan dan pengaturan
kembali pemikiran seseorang. Siswa akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangun atas dasar realitas yang ada di dalam masyarakat.
Dalam teori kontruktivisme, evaluasi tidak hanya dimaksudkan untuk mengetahui kualitas siswa dalam memahami materi dari guru. Evaluasi menjadi
saran untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran.

Ciri-ciri pembelajaran yang konstruktivis yaitu: (1) Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya,
(2) Belajar merupakan penafsiran personal tentang dunia, (3) Belajar merupakan proses yang aktif dimana makna dikembangkan berdasarkan
pengalaman, (4) Pengetahuan tumbuh karena adanya negosiasi makna melalui berbagai informasi atau kesepakatani suatu pandangan dalam berinteraksi
atau bekerja sama dengan orang lain, (5) Belajar harus disituasikan dalam latar (setting) yang realistik, penilaian harus terintegrasi dengan tugas dan
bukan merupakan kegiatan yang terpisah.

Teori konstruktivisme secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu konstruktivisme realistik (sosial) dan konstruktivisme radikal
(personal). Konstruktivisme realistik (sosial) tokohnya yaitu Lev Vygotsky yang mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan proses membangun
struktur mental yang berhubungan dengan struktur-struktur eksternal pada lingkungan. Vygotsky menekankan pentingnya masyarakat dalam
mengkonstruksi pengetahuan ilmiah. Sedangkan Konstruktivisme radikal (personal) tokohnya yaitu Gean Piaget yang mengemukakan bahwa
pengetahuan dibentuk oleh anak lewat asimilasi dan akomodasi dalam proses yang terus menerus sampai ketika dewasa. Asimilasi adalah proses kognitif
yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, nilai-nilai ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam
pikirannya. Asimilasi dapat dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan yang baru
dalam skema yang telah ada. Dalam proses pembentukan pengetahuan dapat terjadi seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman baru dengan
skema yang telah dipunyai. Dalam keadaan seperti ini orang akan mengadakan akomodasi, yaitu (1) membentuk skema baru yang cocok dengan
rangsangan yang baru, atau (2) memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Misalnya, seorang anak mempunyai skema bahwa
semua binatang harus berkaki dua atau empat. Skema ini didapat dari abstraksinya terhadap binatang-binatang yang pernah dijumpainya. Pada suatu hari
ia datang ke kebun binatang, di mana ada puluhan bahkan ratusan binatang yang jumlah kakinya ada yang lebih dari empat atau bahkan tanpa kaki. Anak
tadi mengalami bahwa skema lamanya tidak cocok dengan pengalaman yang baru, maka dia mengadakan akomodasi dengan membentuk skema baru
bahwa binatang dapat berkaki dua, empat atau ledih bahkan ada yang tanpa kaki namun semua disebut binatang.

Dalam teori Piaget ke Vygotsky ada pergeseran konseptual dari individu ke kolaboratif, interaksi sosial dan aktivitas sosiokultural. Dalam
pendekatan konstruktivisme Piaget, murid mengkonstruksi penegetahuan dengan asimilasi dan akomodasi Sedangkan untuk konstruktivisme Vygotsky
menekankan bahwa murid mengkonstruksi pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang lain. Vygotsky juga mengenalkan istilah ZPD (Zone
Proximal Development) yaitu jarak antara tingkat perkembangan aktual yang ditentukan oleh pemecahan masalah mandiri dan tingkat perkembangan
potensial sebagai penentuan pemecahan masalah dibawah bimbingan atau dengan kerjasama dengan teman sebaya. Konsep Vygotsky tentang ZPD
didasarkan pada gagasan bahwa perkembangan ditentukan oleh apa yang dapat dilakukan seseorang anak secara mandiri dan oleh apa yang dapat
dilakukan anak itu ketika dibantu oleh orang dewasa atau teman sebaya yang lebih kompeten.

Dalam pembelajaran guru dapat menerapkan pembelajaran yang konstruktivis diantaranya melalui tanya jawab (questioning), penemuan
(inquiry), diskusi, tutoring, dan komunitas belajar (learning community). Selain itu dapat juga dengan menerapkan model-model pembelajaran
kolaboratif seperti Teams-games-tournament (TGT), Team-Assisted-Individualization (TAI), Student Team Achievement Divison (STAD), dan sebagainya
(Huda, 2014)

4. Teori Humanisme
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para
pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri
sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Dalam teori belajar humanisme proses
belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan
teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada
ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Teori apapun
dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.

Tokoh teori humanisme diantaranya yaitu Abraham Maslow dan Carl Ransom Rogers. Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam
upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang
telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah
kebutuhan mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus
diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau
kebutuhan dasar siswa belum terpenuhi.
Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu: 1. Kognitif (kebermaknaan) 2. experiential (pengalaman atau signifikansi). Meskipun teori yang
dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori holistik, namun keunikan teori adalah sifat humanis yang terkandung didalamnya. Teori humanistik
Rogers pun menpunyai berbagai nama antara lain : teori yang berpusat pada pribadi (person centered), non-directive, klien (client-centered), teori yang
berpusat pada murid (student-centered), teori yang berpusat pada kelompok (group centered), dan person to person). Namun istilah person centered yang
sering digunakan untuk teori Rogers.

Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan
kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Teori humanisme ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Psikologi humanisme memberi perhatian atas guru
sebagai fasilitator. Metode yang digunakan mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas ,jujur , dan positif. Guru
memberi motivasi dan kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai
proses pengalaman belajar sendiri. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa. Model pembelajaran yang dikembangkan
yaitu kooperatif learning, dan kuantum learning.
Lampiran 1: Lembar Kerja Mahasiswa LEMBAR KERJA MAHASISWA (LKM)

-TEORI BELAJAR-

Nama Mahasiswa:

NIM : Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Mata Kuliah : Pendidikan IPA
No : Kode Mata Kuliah : PSD
Jumlah SKS : 2 SKS
Pertemuan ke :1
Bahan Kajian : Teori Belajar
Waktu : 15 menit

PETUNJUK:
1. Bacalah kasus-kasus di bawah ini!
2. Carilah intisari dari masing-masing kasus yang dapat kalian hubungkan dengan teori-teori belajar yang telah kalian ketahui!
3. Analisislah kasus tersebut! Teori belajar apakah yang mendasari kasus-kasus tersebut? Kemukakan alasan kalian!
4. Setelah kalian mengetahui teori belajar yang melandasi kasus-kasus tersebut, berikanlah contoh model-model pembelajaran dari masing-masing teori!
5. Tulislah jawaban kalian pada tabel berikut ini!

KASUS I KARAKTERISTIK

Seorang guru kelas 3 SD mengajar materi IPA tentang bagian-bagian tumbuhan. Sehari sebelumnya,
guru tersebut memita siswa-siswanya untuk membawa satu tanaman. Saat pembelajaran berlangsung,
siswa-siswa tersebut mengamati tanaman secara langsung tidak hanya terbatas pada gambar yang
terdapat pada buku sumber. Dengan mengamati tanaman secara langsung akan membuat siswa lebih
memahami materi yanng diajarkan karena guru tersebut menyadari karakteristik anak didiknya yang
masih pada tahap operasional konkret.

Jadi, kasus I termasuk teori belajar: .....................................................................................................


KASUS II KARAKTERISTIK

Seorang guru sedang mengajarkan materi pelajaran IPA. Guru meminta siswa untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan di akhir bab. Bagi siswa yang dapat menjawab dengan benar sebanyak 80% dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut akan mendapat reward berupa terbebas dari tugas PR untuk pertemuan
selanjutnya. Hal tersebut dilakukan guru untuk memperkuat perilaku siswa untuk bersugguh-sungguh
dalam mengerjakan soal. Suatu perilaku dapat dibentuk dan diperkuat melalui kebiasaan.

Jadi, kasus II termasuk teori belajar: .....................................................................................................

KASUS III KARAKTERISTIK

Siswa kelas V melakukan praktikum mengenai hubungan masa dengan volume. Siswa menumpuk
beberapa lembar tissue kemudian mengukur massa dan volumenya. Setelah itu, lembaran tissue tersebut
di remas membentuk bola dan diukur kembali massa dan volumenya. Pada kegiatan tersebut, guru
memberikan keleluasaan kepada siswa untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan cara berpikir siswa
sendiri. Siswa membangun sendiri pengetahuannya bahwa massa suatu benda tetap dan volumenya
berubah melalui percobaan tersebut. Hal tersebut dilakukan guru karena ia menyadari bahwa cara
berpikir anak berbeda-beda. Guru harus mengerti cara berpikir anak, bukan anak yang beradaptasi
dengan pemikiran guru.

Jadi, kasus III termasuk teori belajar: ....................................................................................................

KASUS IV KARAKTERISTIK

Seorang siswa kelas V SD memiliki prestasi yang kurang baik di sekolahnya. Setiap pagi ia selalu
terlihat lesu dan kurang bersemangat saat pembelajaran. Setelah ditelusuri, ternyata siswa tersebut
tersebut tidak pernah sarapan sebelum berangkat sekolah. Guru siswa tersebut kemudian setiap pagi
membawakan sarapan untuknya. Ia menyadari bahwa siswa tidak akan mampu berkonsentrasi untuk
belajar jika kebutuhan pokok psikologisnya belum terpenuhi. Dalam pembelajaran, guru juga
menerapkan pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat kepada siswa. Menurutnya mendidik
adalah memanusiakan manusia. Mendidik dengan hati,

Jadi, kasus IV termasuk teori belajar: ....................................................................................................

-SELAMAT MENGERJAKAN-
Kunci Jawaban

Kasus I : Teori Kognitif.


Teori kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Terdapat beberapa
tahapan perkembangan kognitif.
Model pembelajaran yang sesuai Model Problem Based Learning, kontekstual learning.

Kasus II : Teori Behaviorisme.


Belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, dapat diukur dan dinilai secara
konkret. Model Pembelajaran yang sesuai adalah Model Pembelajaran Kontekstual

Kasus III : Teori Konstruktivisme.


Belajar : Mengkonstruksi /membangun pengetahuan. Model Pembelajaran yang sesuai adalah
model pembelajaran discovery/inquiry.

Kasus IV : Teori Humanisme.


Belajar adalah memanusiakan manusia. Model Pembelajaran yang sesuai adalah model
pembelajaran kooperatif, experimental learning.
Lampiran 3:Instrumen Penilaian Sikap

INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP

Berilah tanda cek (v) pada kolom yang sesuai!

Kerja Sama Keaktifan Nilai Kerja Nilai


Nama
1 2 3 4 1 2 3 4 Sama Keaktifan

Afifah Hana Nurmala


Latifah Adha Rahmawati
Rizka Ainuddina
Priska Fadhila
Latifah Ajeng Saputri
Farida Tri Kusumastuti
Meta Salma Pamenan
Hana Arsyiadanti
Umi Riani Fatmawati
Aida Nur Fahmi
Geanisa Lutfi Kholisha
Intan Pratiwi
Helvy Eka Ardilasari
Yudho Wiratama
Larasaty Indah Kumalasari
Fidelia Dara Apriliajati
Arcintya Dwi Septi P.A
Titis Noviastari
Ega Saras Hapsari
Rizki Larasati
Dian Wicaksanti
Aisyah Novianingrum
Retno Yuliani
Arfa Felli Ayuning Tyas
Rindang Rahmatulaila
Agung Hermawan
Niken Saraswati
Dhiki Roymon
Amelia Nur Ma'ani
Candra Adi Wijaya
Afina Nurmalita
Albi Anggito
Arimi Dini Octa Nafisha
Hanifah Nur Fitriani
Janu Kumbara
Eri Susilo Rini
Ratna Dwi Ratih
Rafi Fadhillah Hamzah
Nailu Fadhilatullaili
Rico Baskara Putra
Nahama Alya

Deskriptor:
Keaktifan

Dimensi Sangat Memuaskan Memuaskan Kurang Memuaskan Di bawah standard


(4) (3) (2) (1)
Kemampuan aktif memberikan aktif memberikan sesekali memberikan tidak pernah
mengemukakan pendapat / gagasan yang pendapat pendapat memberikan
pendapat solutif ide/gagasan
Mampu Aktif memberikan solusi Aktif memberikan Sesekali memberikan tidak pernah
memberi solusi pada teman yang solusi sesuai solusi. memiliki solusi dan
kepada teman kesulitan menjawab pendapatnya. pendapat.
pertanyaan dengan tepat
sesuai teori yang ada.
Mampu membuat Aktif membuat Aktif membuat Sesekali membuat Tidak pernah
pertanyaan dan pertanyaan yang bersifat pertanyaan pertanyaan membuat
bertanya HOT sederhana pertanyaan dan
bertanya

Kerjasama

Dimensi Sangat Memuaskan Memuaskan Kurang Memuaskan Di bawah standard


(4) (3) (2) (1)
aktif memberikan aktif memberikan aktif memberikan sesekali tidak pernah
gagasan/ide dalam gagasan dan gagasan dalam memberikan memberikan
kelompok memfasilitasi teman kelompok gagasan dalam ide/gagasan dalam
dalam memberikan kelompok kelompok
gagasan
bekerja sebaik mengerjakan tugas Mencari informasi ikut mengerjakan tidak ikut
mungkin sesuai kelompok dengan dengan sungguh- tugas dalam mengerjakan tugas
yang diberikan sungguh-sungguh dan sungguh kelompok dengan dalam kelompok
oleh kelompok teliti dan cermat kurang semangat

Teknik penilaian:
Keaktifan: skor x 100
4
Kerja sama: skor x 100
4

Lampiran 4:Instrumen Penilaian High Order Thinking Skills


INSTRUMEN PENILAIAN HIGH ORDER THINKING SKILLS (HOTS)

Nama High Order Thinking Skills


Jumlah Skor Nilai
A S E C
Afifah Hana Nurmala
Latifah Adha Rahmawati
Rizka Ainuddina
Priska Fadhila
Latifah Ajeng Saputri
Farida Tri Kusumastuti
Meta Salma Pamenan
Hana Arsyiadanti
Umi Riani Fatmawati
Aida Nur Fahmi
Geanisa Lutfi Kholisha
Intan Pratiwi
Helvy Eka Ardilasari
Yudho Wiratama
Larasaty Indah Kumalasari
Fidelia Dara Apriliajati
Arcintya Dwi Septi P.A
Titis Noviastari
Ega Saras Hapsari
Rizki Larasati
Dian Wicaksanti
Aisyah Novianingrum
Retno Yuliani
Arfa Felli Ayuning Tyas
Rindang Rahmatulaila
Agung Hermawan
Niken Saraswati
Dhiki Roymon
Amelia Nur Ma'ani
Candra Adi Wijaya
Afina Nurmalita
Albi Anggito
Arimi Dini Octa Nafisha
Hanifah Nur Fitriani
Janu Kumbara
Eri Susilo Rini
Ratna Dwi Ratih
Rafi Fadhillah Hamzah
Nailu Fadhilatullaili
Rico Baskara Putra
Nahama Alya
Keterangan:
A : Kemampuan Menganalisis
S : Kemampuan Mensintesis
E : Kemampuan Menevaluasi
C : Kemampuan Mencipta

Deskriptor
Kemampuan Menganalisis Menganalisis karakteristik masing-masing teori belajar.
High Order Thinking Skills

4: Keempat kasus benar


3: Tiga kasus yang benar
2: Dua kasus benar
1: Satu kasus benar
Kemampuan Mensintesis Menyimpulkan teori belajar yang dimaksud berdasarkan
hasil analisis.
4: Keempat kasus benar
3: Tiga kasus yang benar
2: Dua kasus benar
1: Satu kasus benar
Kemampuan Mengevaluasi Menilai model –model pembelajaran yang sesuai.
4: Keempat kasus benar
3: Tiga kasus yang benar
2: Dua kasus benar
1: Satu kasus benar
Kemampuan Mencipta Kemampuan menuangkan hasil pemikiran ke dalam
suatu karya mind map.
Kreatifitas
Kelengkapan Isi
Kepadatan Isi
Penampilan

Teknik penilaian:
Jumlah skor x 100
16

Lampiran 4:Instrumen Penilaian Peta Konsep (Mind map)

PENILAIAN PETA KONSEP TEORI BELAJAR


No Anggota Kelompok Kritik dan Saran Nilai

1 1. Priska Fadhila
2. Meta Salma P
3. Aida Nur Fahmi
4. Rindang R
5. Janu Kumbara
2. 1. Latifah Ajeng Saputri
2. Larasty Indah Kumalasari
3. Candra Adi Wijaya
4. Eri Susilo Rini
5. Nahama Alya
3. 1. Arcintya Dwi Septi P.A
2. Titis N
3. Ega Saras Hapsari
4. Dian Wicaksanti
5. Niken Saraswati
6. Albi Anggito
4. 1. Farida Tri Kusumastuti
2. Hana Aryiadanti
3. Rizki Larasati
4. Arimi Dini
5. Yudho Wiratama
5. 1. Umi Riani Fatmawati
2. Rizka Ainuddina
3. Hanifah Nur itriani
4. Agung Hermawan
5. Ratna Dwi Ratih
6. 1. Geanisa Lutfi K
2. Fidelia Dara A
3. Aisyah Novianingrum
4. Retno Yuliani
5. Dhiki Roymon
7. 1. Afifah Hana N
2. Latifah Adha R
3. Arfa Felly A. T
4. Amelia Nur Ma’ani
5. Rico Baskara P
6. 1. Intan Pratiwi
2. Helvy Eka Ardilasari
3. Rafi Fadhillah Hamzah
4. Afina Nurmalita
5. Nailu Fadhilatullaili

Kriteria Penilaian Mind map


Dimensi Sangat Memuaskan Memuaskan Kurang Memuaskan Di bawah standard
(4) (3) (2) (1)
Bahasa Bahasa yang Bahasa yang Bahasa deskriptif, tidak Informasi dan data
digunakan digunakan cukup terlalu menambah yang disampaikan
komunikatif dan komunikatif dan pengetahuan tidak menarik dan
menggugah pembaca menambah membingungkan
untuk mencari tahu informasi pembaca
konsep lebih dalam
Konten Isi Informatif, ringkas, Informatif, ringkas, Informasi yang disampaikan Informasi yang
jelas, terstruktur dan jelas, namun kurang terlalu padat dan sangat disampaikan seperti
dapat membuat terstruktur dan banyak. memindahkan isi
pembaca ingin tahu menambah buku ke dalam mind
lebih dalam tentang informasi pembaca map
materi yang
disampaikan
Kerapian Mind map dibuat Mind map cukup Mind map terkesan terlalu Mind map kurang
dengan sangat menarik, minimalis, menggunakan menarik dan terlalu
menarik, menggunakan sedikit warna yang berbeda- banyak tulisan, tidak
menggunakan warna- warna-warna yang beda, dan terlalu banyak menggunakan warna
warna yang berbeda- berbeda-beda tulisan yang berbeda-beda
beda, dan walau tidak terlalu
menggugah semangat menggugah untuk
membaca dibaca

Teknik penilaian:
Jumlah skor x 100
12
Lampiran 4:Instrumen Keterampilan

INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN

Keterampilan Presentasi
Nama Rata-
Jumlah
Isi Organisasi Gaya rata
Presentasi
Afifah Hana Nurmala
Latifah Adha Rahmawati
Rizka Ainuddina
Priska Fadhila
Latifah Ajeng Saputri
Farida Tri Kusumastuti
Meta Salma Pamenan
Hana Arsyiadanti
Umi Riani Fatmawati
Aida Nur Fahmi
Geanisa Lutfi Kholisha
Intan Pratiwi
Helvy Eka Ardilasari
Yudho Wiratama
Larasaty Indah Kumalasari
Fidelia Dara Apriliajati
Arcintya Dwi Septi P.A
Titis Noviastari
Ega Saras Hapsari
Rizki Larasati
Dian Wicaksanti
Aisyah Novianingrum
Retno Yuliani
Arfa Felli Ayuning Tyas
Rindang Rahmatulaila
Agung Hermawan
Niken Saraswati
Dhiki Roymon
Amelia Nur Ma'ani
Candra Adi Wijaya
Afina Nurmalita
Albi Anggito
Arimi Dini Octa Nafisha
Hanifah Nur Fitriani
Janu Kumbara
Eri Susilo Rini
Ratna Dwi Ratih
Rafi Fadhillah Hamzah
Nailu Fadhilatullaili
Rico Baskara Putra
Nahama Alya

Kriteria

Keterampilan Presentasi
Dimensi Sangat Memuaskan Memuaskan Batas Kurang
Memuaskan
Isi Memberi inspirasi Menambah wawasan Pembaca masih harus Informasi yang
pendengar untuk mencari menambah lagi disampaikan tidak
lebih dalam informasi dari beberapa menambah
sumber wawasan bagi
pendengarnya
Organisasi Sangat runtut dan Cukup runtut dan Tidak didukung data, Informasi yang
integratif sehingga memberi data namun menyampaikan disampaikan tidak
pendengar dapat pendukung fakta yang informasi yang benar ada dasarnya
mengkompilasi isi dengan disampaikan
baik
Gaya Menggugah semangat Membuat pendengar Lebih banyak membaca Selalu membaca
Presentasi pendengar paham, hanya sesekali catatan catatan
saja memandang (tergantung pada
catatan catatan)

Teknik penilaian:
Jumlah skor x 100
12

Anda mungkin juga menyukai