Anda di halaman 1dari 22

DIKTAT DRYER

Pengantar teori, neraca massa dan energi


Yuli Amalia Husnil

Program Studi Teknik Kimia ITI


DAFTAR ISI

DIKTAT OPERASI TEKNIK KIMIA III ........................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ...............................................................................................................................................................................................i

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................................................................................i

DAFTAR TABEL ....................................................................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................................................................... 1

1.1 Pengertian .................................................................................................................................................................................... 1

1.1.1 Drying............................................................................................................................................................................... 1

1.1.2 Moisture dan Humidity ...................................................................................................................................... 2

1.1.3 Temperatur bola kering, bola basah dan dew .............................................................................. 3

1.1.4 Kandungan Air Setimbang (Equilibrium Moisture Content) ................................................ 4

1.1.5 Kandungan Air Terikat (Bound Moisture Content) .................................................................... 6

1.1.6 Kandungan Air Bebas (Free Moisture Content) ........................................................................... 6

1.1.7 Perpindahan Massa Sebagai Fungsi Kesetimbangan ............................................................. 6

1.2 Mekanisme Proses Pengeringan.......................................................................................................................... 7

1.3 Psychrometry ...................................................................................................................................................................... 9

BAB II Neraca Massa dan Energi ....................................................................................................................................... 13

2.1 Neraca Massa ....................................................................................................................................................................... 13

2.2 Neraca Energi ...................................................................................................................................................................... 15

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Metode pengukuran temperatur bola kering, bola basah dan dew point udara
......................................................................................................................................................................................................................... 3

Gambar 1. 2 Temperatur dew udara pada berbagai temperatur bola kering dan bola
basah .......................................................................................................................................................................................................... 4

i
Gambar 1. 3 Kurva kandungan air setimbang pada 25°C ............................................................................... 5

Gambar 1. 4 Pengaruh Temperatur Udara pada Kandungan Air Setimbang ............................... 6

Gambar 1. 5 Mekanisme perpindahan massa pada proses pengeringan ......................................... 8

Gambar 1. 6 Pengeringan padatan terjadi pada dua periode yaitu, constant-rate period
dan falling-rate period ................................................................................................................................................................. 9

Gambar 1. 7 Garis dan kurva pada psychrometric chart ............................................................................... 10

Gambar 1. 8 Langkah-langkah penentuan properti fisik udara menggunakan


psychrometric chart ..................................................................................................................................................................... 12

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perbedaan antra operasi pengeringan dan evaporasi ................................................................ 1

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 PENGERTIAN

Berikut ini adalah penjelasan dari istilah-istilah yang sering dijumpai dalam proses dryer.

1.1.1 DRYING

Pengeringan atau drying adalah suatu proses yang sangat penting dalam industri dan
fabrikasi produk. Pengeringan memainkan peranan penting dalam pembuatan kertas dan
keramik, pembuatan macam-macam produk kayu, dalam industry makanan, farmasi dan
kimia.

Proses pengeringan didefinisikan sebagai penghilangan sejumlah kecil cairan dari


padatan atau material hampir padat melalui proses penguapan cairan. Untuk mencapai
tujuan tersebut panas harus ditransfer ke padatan untuk memenuhi energi yang
dibutuhkan untuk proses penguapan. Massa cairan atau uap harus ditransfer dari dalam
padatan ke permukaan, dan cairan yang diuapkan bergerak dari sekitar padatan ke gas
pembawa. Dalam proses ini terjadi perpindahan atau transfer massa dan energi. Pada
banyak kasus pengeringan, biasanya cairan yang dihilangkan berupa air dan yang
bertindak sebagai medium pengering adalah udara yang dipanaskan.

Perbedaan pengeringan dengan penguapan (evaporasi) adalah pada jumlah air yang
diuapkan dan cara pengeluaran uapnya, sehingga jenis peralatan yag digunakan
berbeda. Tabel 1.1 memberikan perbedaan operasi pengeringan dan evaporasi.

Tabel 1.1 Perbedaan antra operasi pengeringan dan evaporasi

Proses Pengeringan Proses Evaporasi

Penghilangan sejumlah kecil air dari padatan Penghilangan sejumlah besar air dari
atau material hampir padat agar padatan larutan agar larutan menjadi pekat
menjadi kering

Penghilangan air terjadi di bawah temperatur Penghilangan air melalui pendidihan cairan
didihnya atau menggunakan temperatur titik
didihnya

Air dihilangkan dari padatan melalui sirkulasi Air dihilangkan dengan cara penguapan
udara atau gas lain lewat permukaan material menggunakan panas yang bersumber dari
steam

1
Dalam proses pengeringan skala industri, penguapan air dari dalam padatan dilakukan
melalui pengaliran udara kering diatas permukaan padatan. Proses pengeringan dapat
dievaluasi melalui kandungan air dalam padatan (moisture content) dan kelembaban
udara pengeringnya.

1.1.2 MOISTURE DAN HUMIDITY

Moisture adalah salah satu bentuk uap air yang berada di udara. Keberadaan moisture di
udara menghasilkan kelembaban (humidity) dengan nilai yang bergantung pada jumlah
uap air yang ‘tertahan’ di udara. Uap air yang menghasilkan kelembaban udara
(atmosfer) berasal dari proses evaporasi adiabatik.

Ketika cuaca sedang panas kandungan air yang berada di permukaan kulit kita akan
menguap dan terlepas ke udara. Uap air ini membawa serta energi yang tadinya berasal
dari tubuh kita. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan temperatur tubuh. Mekanisme
penguapan air dari tubuh ketika temperatur udara relatif tinggi sangat penting bagi
kesehatan. Jika temperatur udara tinggi dan sekaligus mengandung uap air dalam
jumlah yang relatif tinggi juga, maka kita akan sulit untuk berkeringat. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya hyperthermia atau temperatur tubuh yang terlalu tinggi.

Humidifikasi adalah peristiwa pelembaban, yaitu penambahan kandungan uap air di


dalam udara melalui penempatan air dalam aliran udara, sedemikian sehingga air
menguap dalam udara tersebut. Kebalikan operasi humidifikasi adalah pengurangan
kandungan uap air dalam udara, disebut dehumidifikasi, dilakukan melalui pengembunan
parsial dan kemudian memisahkan air yang mengembun.

Dalam peristiwa humidifikasi dan dehumidifikasi tersebut terjadi proses perpindahan


massa dari satu fasa ke fasa yang lain. Air berpindah dari fasa cair ke fasa gas atau
sebaliknya. Terjadinya proses perpindahan massa diikuti juga dengan proses
perpindahan panas laten secara bersamaan selain itu terjadi perbedaan temperatur yang
mengakibatkan perpindahan panas sensible. Humidifikasi ini dalam proses dryer
berkaitan dengan udara pengering yang digunakan sebagai media pemanas yang
masuk ke dalam dryer dan udara yang keluar setelah digunakan.

2
1.1.3 TEMPERATUR BOLA KERING, BOLA BASAH DAN DEW

Temperatur bola kering adalah temperatur yang terukur oleh termometer. Temperatur
udara yang sering kita lihat pada aplikasi smartphone pada dasarnya adalah temperatur
bola kering atau dry bulb temperature.

Temperatur bola basah (wet bulb temperature) adalah temperatur udara yang terukur
oleh termometer yang ujungnya diselimuti oleh kain atau kapas basah. Metode
pengukuran temperature bola bola basah dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut. Ketika
udara mengalir melewati kain basah yang ada di ujung termometer, perbedaan
kelembaban antara udara dan kain basah menyebabkan terjadi perpindahan sedikit
massa air dari kain ke udara. Proses perpindahan massa air ini dinamakan adiabatic
evaporation dan menyebabkan terjadinya penurunan temperatur pada kain basah.
Jumlah air yang dapat berpindah dari kain basah ke udara bergantung pada
%kandungan air di udara.

Gambar 1. 1 Metode pengukuran temperatur bola kering, bola basah dan dew point udara

Temperatur dew adalah temperatur dimana uap air yang terdapat di udara mulai
terkondensasi. Misalnya kita mengeluarkan minuman kaleng dari lemari es. Pada dinding
kaleng kemudian ditempelkan termometer. Temperatur yang terbaca ketika dinding
kaleng mulai basah oleh air (hasil kondensasi uap air di udara) adalah temperatur dew.

Temperatur dew akan selalu lebih rendah dari temperatur bola kering. Jika temperatur
dew sangat mendekati temperatur bola kering artinya kelembaban udara relatif tinggi.
Sementara jika temperatur dew sangat rendah di bawah temperatur bola kering artinya

3
kelembaban udara relatif rendah. Gambar 1.2 berikut ini menampilkan temperatur dew
udara pada berbagai temperatur bola kering dan basah.

Gambar 1. 2 Temperatur dew udara pada berbagai temperatur bola kering dan bola basah

1.1.4 KANDUNGAN AIR SETIMBANG (EQUILIBRIUM MOISTURE CONTENT)

Cairan dalam padatan basah pada suatu temperatur menghasikan tekanan uap. Jika
tekanan uap yang dihasilkan oleh cairan bernilai lebih besar dari tekanan parsial uap
dalam udara disekitar padatan basah tersebut, maka terjadi transfer massa cairan
melalui penguapan dari padatan ke udara dan padatan menjadi kering (proses desorpsi).
Penguapan berjalan terus sampai kesetimbangan tercapai yaitu ketika tekanan tekanan
uap yang ditimbulkan oleh cairan dalam padatan sama dengan tekanan parsial uap
udara sekeliling. Kandungan air dalam padatan pada keadaan setimbang tersebut yang
dinamakan sebagai kandungan air setimbang.

4
Sebaliknya padatan kering yang berada dalam lingkungan udara lembab akan
menyerap uap air dari udara sampai terjadi kesetimbangan (proses sorpsi). Jadi jika
kandungan air dalam padatan lebih besar dari kandungan air setimbang, padatan akan
berangsur-angsur kering sampai kandungan air dalam padatan mencapai harga
kesetimbangan pada kurva sorpsi.

Pada suatu harga persentase kelembaban udara tertentu, harga kandungan air
setimbang dalam padatan sangat bergantung pada jenis padatannya. Sebagai contoh
padatan tidak berpori yang tak dapat larut dalam air akan mempunyai kandungan air
setimbang bernilai mendekati nol. Untuk material organik tertentu yang mempunyai
struktur berserat atau koloidal seperti kayu, kertas, tekstil, sabun dan kulit mempunyai
kandungan air setimbang yang nilainya bergantung pada kelembaban dan suhu udara.
Gambar 1.1 menunjukkan hubungan kandungan air setimbang pada beberapa material
sebagai fungsi persentase kelembaban relative udara.

Gambar 1. 3 Kurva kandungan air setimbang pada 25°C

5
Nilai kandungan air setimbang dalam padatan akan turun berbanding terbalik dengan
temperature. Gambar 1.2 menunjukkan data %kandungan air setimbang material kayu
pada berbagai kelembaban udara (%relative humidity) dan temperatur.

Gambar 1. 4 Pengaruh Temperatur Udara pada Kandungan Air Setimbang

1.1.5 KANDUNGAN AIR TERIKAT (BOUND MOISTURE CONTENT)

Air terikat (bound moisture) dalam padatan adalah kandungan air yang nilai tekanan
uapnya lebih kecil dari tekanan uap jenuh cairan murni pada temperature yang sama. Air
dapat menjadi terikat melalui:

a. Penyimpanan dalam kapiler yang kecil


b. Adanya larutan dalam lubang kecil atau dinding serat
c. Larutan homogen berada sepanjang padatan
d. Larutan teradsorpsi secara fisik dan kimia pada permukaan padatan

Air terikat dalam padatan tersebut terjadi pada material hidroskopis, bila cairan masuk
kedalam padatan secara fisik dan atau secara kimia. Kandungan cairan yang bernilai
lebih besar dari konsentrasi air terikat tersebut akan menjadi air tak terikat (unbound
moisture)

1.1.6 KANDUNGAN AIR BEBAS (FREE MOISTURE CONTENT)

Kandungan Air bebas adalah jumlah kandungan air yang dapat dihilangkan selama
proses pengeringan, yang merupakan selisih antara kandungan air awal dengan
kandungan air setimbang. Kandungan air bebas tersebut mencakup air terikat dan air
tidak terikat.

1.1.7 PERPINDAHAN MASSA SEBAGAI FUNGSI KESETIMBANGAN

6
Dalam proses pengeringan yang berperan adalah hubungan kesetimbangan air dalam
bahan dengan uap air dalam udara (gas). Padatan tidak akan mengalami perubahan
kandungan air apabila tekanan uap air dalam padatan (𝑃𝐴𝑆 ) sama dengan tekanan
parsial uap air di udara (𝑃𝐴 ). Rasio kedua tekanan uap ini menghasilkan nilai kelembaban
relatif (𝑌𝑅 ) padatan.

𝑃
𝑌𝑅 = 𝑃 𝐴 × 100% (1.1)
𝐴𝑆

Jika tekanan parsial uap air di udara ( 𝑃𝐴 ) sama dengan tekanan uap cairan dalam
padatan (𝑃𝐴𝑆 ), maka

𝑃𝐴 = 𝑃𝐴𝑆 → 𝑌𝑅 = 100% → 𝑌𝑅 = 1 (1.2)

Harga kandungan air kesetimbangan konstan selama kondisi tetap. Padatan akan
mengalami perubahan kandungan air melalui penguapan apabila tekanan uap cairan
dalam padatan lebih besar dari tekanan parsial uap di udara. Penguapan akan berhenti
sampai tekanan uap cairan dalam padatan sama dengan. Padatan akan mengalami
kenaikan kandungan air melalui penyerapan uap air dari udara apabila tekanan uap yang
diberikan oleh cairan dalam padatan lebih kecil dari.

1.2 MEKANISME PROSES PENGERINGAN

Pengeringan adalah peristiwa fisika yang melibatkan penguapan dan penghilangan air
atau cairan lain dari suatu larutan, suspense, atau campuran padat-cair lain untuk
menghasilkan padatan kering. Proses pengeringan relatif rumit karena melibatkan
peristiwa perpindahan panas dan massa yang terjadi secara simultan, diikuti dengan
perubahan fisika dan kimia substrat yang dikeringkan.

Proses pengeringan melibatkan dua proses difusi yaitu difusi internal dan difusi eksternal.
Difusi internal adalah peristiwa perpindahan air dari bagian dalam padatan ke
permukaan sementara difusi eksternal adalah perpindahan air dari permukaan padatan
ke medium pengering (misalnya udara).

7
Gambar 1. 5 Mekanisme perpindahan massa pada proses pengeringan

Berdasarkan mekanisme perpindahan panas yang terjadi, pengeringan dapat


dikategorikan menjadi:

1. Pengeringan kontak langsung (konveksi)


2. Pengeringan kontak tidak langsung (konduksi)
3. Pengeringan secara radiasi
4. Pengeringan menggunakan gelombang mikro

Perpindahan panas dan massa adalah aspek kritis pada proses pengeringan. Panas
ditransfer ke produk untuk mengevaporasi liquid, dan uap yang dihasilkan kemudian
ditransfer ke lingkungan. Laju pengeringan ditentukan oleh beberapa faktor yang
mempengaruhi perpindahan panas dan massa. Pengeringan padatan umumnya terjadi
pada dua periode (Gambar 1.6) yaitu, constant-rate period dan falling-rate period. Kedua
periode ini dibatasi oleh titik balik yang menandakan critical moisture content.

8
Gambar 1. 6 Pengeringan padatan terjadi pada dua periode yaitu, constant-rate period dan falling-rate period

Constant-rate period adalah periode dimana terjadi penguapan kandungan air yang
terdapat di permukaan padatan yang berkontak langsung dengan udara. Waktu yang
dibutuhkan untuk periode ini ditentukan oleh temperatur udara, kelembaban dan laju
difusi uap air dari bagian dalam padatan ke permukaan. Periode ini akan terus
berlangsung sampai jumlah pelarut (cairan) yang ‘menempel’ di permukaan tidak cukup
untuk menutupi seluruh bagian permukaan. Kondisi ini dinamakan critical moisture
content.

Pada falling-rate period terjadi penghilangan sisa-sisa pelarut yang terdapat di


permukaan serta pelarut yang terdapat di bagian dalam substrat yang akan dikeringkan.
Hal ini menyebabkan terjadi penurunan lebih lanjut pada moisture content. Indikasi lain
dari falling-rate period adalah terjadi penurunan drastis laju pengeringan tanpa
penurunan yang berarti pada jumlah pelarut seperti ditunjukkan pada Gambar 1.6(b).

1.3 PSYCHROMETRY

Psychrometry adalah nama untuk bidang engineering yang mempelajari properti fisika
dan termodinamika campuran gas-uap. Istilah ini berasal dari Bahasa Yunani psuchron
(ψυχρόν) yang berarti dingin dan metron (μέτρον) yang berarti alat pengukuran.
Psychrometric chart adalah grafik yang menggambarkan properti fisika dan
termodinamika udara pada berbagai kondisi. Dapat dilihat bahwa grafik ini terdiri dari
banyak garis dan kurva. Untuk memahami bagaimana cara menggunakan grafik mari
kita pelajari garis dan kurva apa saja yang terdapat di dalamnya.

Dry bulb temperature

Sumbu X pada psychrometric chart adalah untuk dry bulb temperature (DBT). Jika kita
tarik garis vertikal dari salah satu titik DBT (garis merah di Gambar 1.7) maka kita akan
menemukan properti udara pada saat DBT bernilai konstan.

Moisture Content (humidity ratio)

Moisture content menggambarkan kandungan air yang terdapat pada udara dan diukur
dengan satuan gram per kg udara kering. Ukuran untuk moisture content terdapat pada
sumbu Y, yaitu garis vertikal paling kanan. Jika kita tarik garis horizontal dari salah satu
titik moisture content (garis kuning di Gambar 1.7) maka kita akan menemukan properti
udara pada saat moisture content bernilai konstan.

9
Gambar 1. 7 Garis dan kurva pada psychrometric chart

Wet Bulb Temperature

Kurva paling kiri pada psychrometric chart menunjukkan saturation temperatur. Garis
diagonal yang bersumber dari kurva ini adalah untuk wet bulb temperature (WBT),
ditandai dengan garis hijau pada Gambar 1.7.

Entalpi

Entalpi total udara terdiri dari panas sensible dan panas laten. Skala entalpi pada
psychrometric chart berada di luar area utama. Garis entalpi konstan memanjang dari
skala entalpi ke bagian bawah menuju sisi kanan grafik. Untuk mengetahui entalpi udara
data yang dibutuhkan adalah wet bulb temperatur.

Dew Point

Jika dari titik moisture content di sumbu Y ditarik garis horizontal ke kiri, maka temperatur
yang terbaca di tiap perpotongan dengan garis wet bulb temperatur adalah dew point
temperature udara pada nilai moisture content tersebut dan dry bulb temperature yang
terbaca di sumbu X.

Relative Humidity

10
Relative humidity adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan % jumlah uap air
yang terkandung di dalam campuran air-udara dalam fase gas. Kurva relative humidity
ditunjukkan oleh kurva berwarna ungu pada Gambar 1.7.

Specific Volume

Satu lagi properti fisik yang dapat dibaca pada psychrometric chart adalah specific
volume udara. Garis untuk properti ini ditunjukkan oleh garis diagonal berwarna biru pada
Gambar 1.7.

Berikut adalah langkah-langkah untuk menentukan properti udara menggunakan


diagram psychrometry:

1. Temukan dry bulb temperatur di sumbu X dan garis vertikal untuk temperatur tersebut
2. Temukan wet bulb temperatur, yaitu garis diagonal yang bermula dari kurva
saturation temperature (kurva paling kiri)
3. Tarik garis vertikal dari titik dry bulb temperatur dan telusuri garis diagonal wet bulb
temperatur hingga terjadi pertemuan dua garis ini.
4. Dari titik temu dry bulb dan wet bulb temperature, tarik garis horizontal untuk
membaca dew point, relative humidity, volume spesifik dan entalpi udara.

Contoh:

Dengan menggunakan psychrometric chart tentukan properti fisik udara jika diketahui
dry bulb dan wet bulb temperatur masing-masing adalah 25 dan 20oC.

Solusi:

Perhatikan Gambar 1.8 untuk cara membaca kurva psychrometry. Dari penelusuran di
psychrometric chart ketika dry bulb temperature adalah 25oC (garis no. 1) dan wet bulb
temperature adalah 20oC (garis no. 2) diperoleh properti fisik udara sebagai berikut
(sesuai nomor garis):

3. Humidity ratio = 12.5 gram moisture/kg dry air


4. Dew point temperature = 17.5oC
5. Entalpi = 55.5 kJ/kg dry air
6. Specific volume = 0.861 (harus dibuat garis tambahan karena tidak berpotongan
dengan garis yang tersedia di grafik)
7. Relative humidity = 63% (harus dibuat kurva tambahan karena tidak berpotongan
dengan kurva yang tersedia di grafik)

11
Gambar 1. 8 Langkah-langkah penentuan properti fisik udara menggunakan psychrometric chart

12
BAB II NERACA MASSA DAN ENERGI

2.1 NERACA MASSA

Gambar 2.1 di bawah ini menampilkan skema proses pengeringan dengan menggunakan
udara panas sebagai media pemanas. Umpan memasuki pengering dengan laju alir
massa 𝑚̇𝐹 , temperature 𝑇𝐹 , dan moisture content 𝜔𝐹 . Produk meninggalkan pengering
dengan laju alir massa 𝑚̇𝑃 , temperature 𝑇𝑃 , dan moisture content 𝜔𝑃 . Sementara itu udara
panas memasuki pengering dari arah berlawanan dengan laju alir massa 𝐴̇𝑖𝑛 ,
temperature 𝑇𝑖𝑛 , dan humidity ratio 𝑊𝑖𝑛 . Udara yang telah membawa uap air
meninggalkan pengering dengan laju alir massa 𝐴̇𝑜𝑢𝑡 , temperature 𝑇𝑜𝑢𝑡 , dan humidity
ratio 𝑊𝑜𝑢𝑡 .

Gambar 2. 1 Skema proses pengeringan

Neraca massa untuk proses pengeringan dengan skema seperti ditunjukkan Gambar 1.9
adalah sebagai berikut.

𝑚̇𝐹 ∙ 𝜔𝐹 + 𝐴̇𝑖𝑛 ∙ 𝑊𝑖𝑛 = 𝑚̇𝑃 ∙ 𝜔𝑃 + 𝐴̇𝑜𝑢𝑡 ∙ 𝑊𝑜𝑢𝑡

Dapat dilihat bahwa persamaan tersebut adalah persamaan neraca massa untuk
moisture (kandungan air).

Contoh Soal. Neraca Massa

500 kg/h potongan wortel dengan kandungan air 85% akan dikeringkan menjadi produk
wortel dengan kandungan air 20%. Media pengering yang digunakan adalah udara
dengan humidity ratio 0.013 kg moisture/kg udara kering. Udara diumpankan ke
pengering pada rasio massa 200 kg udara/kg padatan kering. Hitunglah berapa humidity
ratio udara yang meninggalkan pengering.

Solusi

Step 1. (SELALU) Gambar blok diagram proses pengeringan beserta semua informasi
yang diketahui

13
Step 2. Tuliskan persamaan neraca massa moisture

𝑚̇𝐹 ∙ 𝜔𝐹 + 𝐴̇𝑖𝑛 ∙ 𝑊𝑖𝑛 = 𝑚̇𝑃 ∙ 𝜔𝑃 + 𝐴̇𝑜𝑢𝑡 ∙ 𝑊𝑜𝑢𝑡

𝑘𝑔 𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟
(500 𝑘𝑔/ℎ)(0.85) + 𝐴̇𝑖𝑛 (0.013 ) = 𝑚̇𝑃 (0.2) + 𝐴̇𝑜𝑢𝑡 ∙ 𝑊𝑜𝑢𝑡
𝑘𝑔 𝑑𝑟𝑦 𝑎𝑖𝑟

Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa masih ada 4 variabel yang belum diketahui
yaitu 𝐴̇𝑖𝑛 , 𝑚̇𝑃 , 𝐴̇𝑜𝑢𝑡 dan 𝑊𝑜𝑢𝑡 .

Step 3. Hitung massa padatan kering (dry solid)

𝑘𝑔 𝑘𝑔
𝑚̇𝑑𝑟𝑦 𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑 = (1 − 0.85) (500 ) = 75
ℎ ℎ

Karena diketahui bahwa produk wortel memiliki kandungan air sebesar 20% (artinya
komposisi padatan kering adalah 80%), serta diasumsikan tidak ada padatan yang hilang
selama proses pengeringan, maka massa total produk (padatan kering dan uap air)
dapat dihitung sebagai berikut.

100 𝑘𝑔 𝑘𝑔
𝑚̇𝑃,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = × 75 = 93.75
80 ℎ ℎ

Step 4. Hitung massa air yang diambil dari produk

𝑘𝑔
𝑚̇𝑤,𝑟𝑒𝑚𝑜𝑣𝑒𝑑 = (500)(0.85) − (93.75)(0.2) = 406.25

Step 5. Hitung laju alir massa udara masuk

𝑘𝑔/ℎ 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
Udara memasuki pengering dengan rasio 200 𝑘𝑔/ℎ 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔. Dengan laju alir massa

padatan kering sebesar 75 𝑘𝑔/ℎ , maka laju alir massa udara masuk dapat dihitung
sebagai berikut.

𝑘𝑔/ℎ 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑔 𝑘𝑔
𝐴̇𝑖𝑛 = 200 × 75 = 15000
𝑘𝑔/ℎ 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 ℎ ℎ

Sehingga massa total air yang dibawa udara keluar dari pengering (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 𝑖𝑛 𝐴̇𝑜𝑢𝑡 )
yaitu,

14
𝑘𝑔 𝑘𝑔 𝑘𝑔 𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑔
𝐴̇𝑜𝑢𝑡 ∙ 𝑊𝑜𝑢𝑡 = (500 ) (0.85) + 15000 (0.013 ) − 93.75 (0.2)
ℎ ℎ 𝑘𝑔 𝑑𝑟𝑦 𝑎𝑖𝑟 ℎ

𝑘𝑔
𝐴̇𝑜𝑢𝑡 ∙ 𝑊𝑜𝑢𝑡 = 601.25

Maka humidity ratio udara yang meninggalkan pengering yaitu,

𝑘𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 𝑖𝑛 𝐴̇𝑜𝑢𝑡 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 𝑖𝑛 𝐴̇𝑜𝑢𝑡 601.25

𝑊𝑜𝑢𝑡 = = = = 0.039
𝐴̇𝑜𝑢𝑡 𝐴̇𝑖𝑛 + 𝑚̇𝑤,𝑟𝑒𝑚𝑜𝑣𝑒𝑑 15000
𝑘𝑔
+ 406.25
𝑘𝑔
ℎ ℎ

2.2 NERACA ENERGI

Persamaan neraca energi untuk proses pengeringan dengan skema seperti ditunjukkan
Gambar 2.1 adalah sebagai berikut.

𝑚̇𝐹 ∙ 𝐻̇𝐹 + 𝐴̇𝑖𝑛 ∙ 𝐻̇𝑖𝑛 = 𝑚̇𝑃 ∙ 𝐻̇𝑃 + 𝐴̇𝑜𝑢𝑡 ∙ 𝐻̇𝑜𝑢𝑡 + 𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠

𝐻̇𝐹 adalah entalpi umpan pada 𝑇𝐹 yang nilainya dapat ditentukan menggunakan
persamaan berikut.

𝐻̇𝐹 = 𝐶𝑝,𝐹 (𝑇𝐹 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 ) + 𝜔𝐹 𝐶𝑝,𝑊 (𝑇𝐹 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )

dimana,

𝐶𝑝,𝐹 = panas spesifik umpan pada tekanan konstan (kJ/kgoC)

𝑇𝐹 = temperatur umpan (oC)

𝜔𝐹 = kandungan air pada umpan

𝐶𝑝,𝑊 = panas spesifik umpan pada tekanan konstan (kJ/kgoC)

𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠 = panas yang hilang ke lingkungan (kJ/h)

𝐻̇𝑃 adalah entalpi produk pada 𝑇𝑃 yang nilainya dapat ditentukan menggunakan
persamaan berikut.

𝐻̇𝑃 = 𝐶𝑝,𝑃 (𝑇𝑃 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 ) + 𝜔𝑃 𝐶𝑝,𝑊 (𝑇𝑃 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )

dimana,

𝐶𝑝,𝑃 = panas spesifik produk pada tekanan konstan (kJ/kgoC)

𝑇𝑃 = temperatur produk (oC)

𝜔𝑃 = kandungan air pada produk

15
𝐶𝑝,𝑊 = panas spesifik produk pada tekanan konstan (kJ/kgoC)

𝐻̇𝑖𝑛 adalah entalpi udara masuk pada 𝑇𝑖𝑛 yang nilainya dapat ditentukan menggunakan
psychrometric chart, atau dengan menggunakan persamaan berikut.

𝐻̇𝑖𝑛 = 𝐻̇𝑎,𝑖𝑛 + 𝑊𝑖𝑛 𝐻𝑊,𝑖𝑛

dimana,

𝐻̇𝑖𝑛 = entalpi spesifik udara masuk yang mengandung uap air (kJ/kg)

𝐻̇𝑎,𝑖𝑛 = entalpi spesifik udara kering (kJ/kg)

𝑊𝑖𝑛 = humidity ratio udara (kg/kg)

𝐻𝑊 = entalpi spesifik uap air pada 𝑇𝑖𝑛 (kJ/kg)

Entalpi spesifik udara kering dapat dihitung melalui persamaan berikut

𝐻̇𝑎,𝑖𝑛 = 𝐶𝑝,𝑎 (𝑇𝑖𝑛 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )

dimana,

𝐶𝑝,𝑎 = panas spesifik udara pada tekanan konstan (kJ/kgoC)

𝑇𝑖𝑛 = temperatur udara (oC)

Untuk temperatur antara -100oC (-150oF) dan 100oC (212oF) panas spesifik udara adalah,

𝐶𝑝,𝑎 = 1.006 (kJ/kgoC) = 0.240 (Btu/lboF)

Entalpi spesifik uap air, dengan asumsi tekanan konstan, dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut:

𝐻𝑊 = 𝐶𝑝,𝑊 (𝑇𝑖𝑛 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 ) + 𝐻𝑊𝑒

dimana,

𝐶𝑝,𝑊 = panas spesifik uap air pada tekanan konstan (kJ/kgoC) = 1.84 kJ/kgoC

𝑇𝑖𝑛 = temperatur uap air (oC)

𝐻𝑊𝑒 = Entalpi penguapan air pada 0oC (kJ/kg) = 2501 kJ/kg

𝐻̇𝑖𝑛 = 𝐻̇𝑎,𝑖𝑛 + 𝑊𝑖𝑛 𝐻𝑊,𝑖𝑛

𝐻̇𝑖𝑛 = 𝐶𝑝,𝑎 (𝑇𝑖𝑛 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 ) + 𝑊𝑖𝑛 (𝐶𝑝,𝑊 (𝑇𝑖𝑛 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 ) + 𝐻𝑊𝑒 )

Dengan memasukkan angka-angka yang telah diketahui maka,

16
𝐻̇𝑖𝑛 = 1.006(𝑇𝑖𝑛 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 ) + 𝑊𝑖𝑛 (1.84(𝑇𝑖𝑛 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 ) + 2501)

Karena 𝑇𝑟𝑒𝑓 yang digunakan adalah 0oC, maka persamaan tersebut dapat
disederhanakan sebagai berikut.

𝐻̇𝑖𝑛 = 1.006𝑇𝑖𝑛 + 𝑊𝑖𝑛 (1.84𝑇𝑖𝑛 + 2501)

Dengan prinsip yang sama maka entalpi spesifik udara yang meninggalkan pengering
dapat dihitung menggunakan persamaan berikut.

𝐻̇𝑜𝑢𝑡 = 1.006𝑇𝑜𝑢𝑡 + 𝑊𝑜𝑢𝑡 (1.84𝑇𝑜𝑢𝑡 + 2501)

Contoh Soal. Neraca Energi

20 kg buah apricot pada temperatur 30oC yang mengandung 80% air akan dikeringkan
pada temperatur 100oC dan tekanan 1 bar. Jika temperatur awal buah apricot adalah 21oC,
hitunglah kuantitas energi yang dibutuhkan per kg massa buah apricot untuk
menghasilkan produk akhir dengan kandungan air 10%. Diketahui kapasitas panas buah
apricot adalah 3.8 kJ/kgoC dan air adalah 4.186 kJ/kgoC. Panas latent penguapan air pada
100oC dan 1 bar adalah 2257 kJ/kg. Jika fluida panas yang digunakan adalah udara
dengan humidity ratio 0.01 dan temperatur 110oC, berapa kg/h udara yang dibutuhkan
pada proses ini? Hitung juga humidity ratio udara yang meninggalkan pengering.
Temperatur udara yang meninggalkan pengering adalah 35oC. Asumsi Qloss = 1 kJ/h

Solusi

Step 1. Blok diagram proses

Step 2. Massa padatan kering dan air yang dihilangkan

𝑘𝑔 𝑘𝑔
𝑚̇𝑑𝑟𝑦 𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑 = (1 − 0.8) (20 )=4
ℎ ℎ
100 𝑘𝑔 𝑘𝑔
𝑚̇𝑝,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ×4 = 4.44
90 ℎ ℎ
𝑘𝑔
𝑚̇𝑤,𝑟𝑒𝑚𝑜𝑣𝑒𝑑 = (20)(0.8) − (4.44)(0.1) = 15.556

17
Step 3. Panas untuk menguapkan air
𝑄𝑑𝑟𝑦𝑖𝑛𝑔 = 𝑄𝑠𝑒𝑛𝑠𝑖𝑏𝑙𝑒 𝑡𝑜 100℃ + 𝑄𝑙𝑎𝑡𝑒𝑛𝑡 𝑓𝑜𝑟 𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑖𝑧𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛
𝑄𝑑𝑟𝑦𝑖𝑛𝑔 = 𝑚̇𝐹 ∙ 𝐶𝑃,𝐹 ∙ ∆𝑇 + 𝑚̇𝑤,𝑟𝑒𝑚𝑜𝑣𝑒𝑑 ∙ 𝐻𝑓𝑔@𝑇𝑑𝑟𝑦𝑖𝑛𝑔
𝑘𝑔 𝑘𝐽 𝑘𝑔 𝑘𝐽
𝑄𝑑𝑟𝑦𝑖𝑛𝑔 = (20 ) (3.8 ) (100 − 30)℃ + (15.556 ) (2257 )
ℎ 𝑘𝑔 ∙ ℃ ℎ 𝑘𝑔
𝑄𝑑𝑟𝑦𝑖𝑛𝑔 = 40429.892 𝑘𝐽/ℎ  panas yang dibutuhkan untuk pengeringan 20 kg/h apricot
Maka pada proses ini kuantitas energi yang dibutuhkan per kg massa buah apricot
yaitu,
40429.892 𝑘𝐽/ℎ 𝑘𝐽
𝑄𝑑𝑟𝑦𝑖𝑛𝑔/𝑘𝑔 𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑 = = 2021.49
20 𝑘𝑔 𝑘𝑔. ℎ
Sementara kuantitas energi yang dibutuhkan per kg air yang diuapkan yaitu,
40429.892 𝑘𝐽/ℎ 𝑘𝐽
𝑄𝑑𝑟𝑦𝑖𝑛𝑔/𝑘𝑔 𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 = = 2598.99
15.556 𝑘𝑔 𝑘𝑔. ℎ
Step 4. Menentukan entalpi
𝐻̇𝐹 = 𝐶𝑝,𝐹 (𝑇𝐹 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 ) + 𝜔𝐹 𝐶𝑝,𝑊 (𝑇𝐹 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )
𝑘𝐽 𝑘𝐽
𝐻̇𝐹 = (3.8 ) (30 − 0)℃ + (0.8) (4.2 ) (30 − 0)℃
𝑘𝑔℃ 𝑘𝑔℃
𝑘𝐽
𝐻̇𝐹 = 214.8
𝑘𝑔
𝐻̇𝑃 = 𝐶𝑝,𝑃 (𝑇𝑃 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 ) + 𝜔𝑃 𝐶𝑝,𝑊 (𝑇𝑃 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )
𝑘𝐽 𝑘𝐽
𝐻̇𝐹 = (3.8 ) (100 − 0)℃ + (0.1) (4.2 ) 100℃
𝑘𝑔℃ 𝑘𝑔℃
𝑘𝐽
𝐻̇𝐹 = 422
𝑘𝑔
𝐻̇𝑖𝑛 = 1.006𝑇𝑖𝑛 + 𝑊𝑖𝑛 (1.84𝑇𝑖𝑛 + 2501)
𝐻̇𝑖𝑛 = 1.006(110℃) + 0.01(1.84(110℃) + 2501)
𝑘𝐽
𝐻̇𝑖𝑛 = 137.694
𝑘𝑔
𝐻̇𝑜𝑢𝑡 = 1.006𝑇𝑜𝑢𝑡 + 𝑊𝑜𝑢𝑡 (1.84𝑇𝑜𝑢𝑡 + 2501)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 𝑖𝑛 𝐴̇𝑜𝑢𝑡
𝐻̇𝑜𝑢𝑡 = 1.006(35℃) + (1.84(35℃) + 2501)
𝐴̇𝑜𝑢𝑡
𝑚̇𝑤,𝑟𝑒𝑚𝑜𝑣𝑒𝑑 + 𝑊𝑖𝑛 𝐴̇𝑖𝑛
𝐻̇𝑜𝑢𝑡 = 35.21 + 2565.4 ( )
𝐴̇𝑜𝑢𝑡
Dari step 2 diketahui bahwa
𝑘𝑔
𝑚̇𝑤,𝑟𝑒𝑚𝑜𝑣𝑒𝑑 = 15.556

18
dan
𝑘𝑔
𝐴̇𝑖𝑛 = 𝐴̇𝑜𝑢𝑡 − 15.556 ℎ

maka,
15.556 + 0.01(𝐴̇𝑜𝑢𝑡 − 15.556)
𝐻̇𝑜𝑢𝑡 = 35.21 + 2565.4 ( )
𝐴̇𝑜𝑢𝑡
15.4 + 0.01𝐴̇𝑜𝑢𝑡
35.21 + 2565.4 ( )
𝐴̇𝑜𝑢𝑡
Step 5. Neraca energi
𝑚̇𝐹 ∙ 𝐻̇𝐹 + 𝐴̇𝑖𝑛 ∙ 𝐻̇𝑖𝑛 = 𝑚̇𝑃 ∙ 𝐻̇𝑃 + 𝐴̇𝑜𝑢𝑡 ∙ 𝐻̇𝑜𝑢𝑡 + 𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠
15.4 + 0.01𝐴̇𝑜𝑢𝑡
(20)(214.8) + (𝐴̇𝑜𝑢𝑡 − 15.556)(137.694) = (4.44)(422) + 𝐴̇𝑜𝑢𝑡 [35.21 + 2565.4 ( )] + 1
𝐴̇𝑜𝑢𝑡
𝑘𝐽 𝑘𝐽 𝑘𝐽 𝑘𝐽
4296 + 137.694𝐴̇𝑜𝑢𝑡 − 2141.967 = 2060.16 + 35.21𝐴̇𝑜𝑢𝑡 + 39507 + 25.654𝐴̇𝑜𝑢𝑡 + 1
ℎ ℎ ℎ ℎ
𝑘𝐽
76.83𝐴̇𝑜𝑢𝑡 = 39414.127

𝑘𝑔
𝐴̇𝑜𝑢𝑡 = 513.004

𝑘𝑔
𝐴̇𝑖𝑛 = 497.448

Maka humidity ratio udara yang meninggalkan pengering yaitu,
𝑚̇𝑤,𝑟𝑒𝑚𝑜𝑣𝑒𝑑 + 𝑊𝑖𝑛 𝐴̇𝑖𝑛 15.556 + 0.01(497.448) 𝑘𝑔 𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟
𝑊𝑜𝑢𝑡 = = = 0.04
𝐴̇𝑜𝑢𝑡 513.004 𝑘𝑔 𝑑𝑟𝑦 𝑎𝑖𝑟

19

Anda mungkin juga menyukai