Anda di halaman 1dari 5

F -X C h a n ge F -X C h a n ge

PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

Diagnosis praktis vaginosis bakterial pada kehamilan


Sylvia Y.Muliawan, Julius E.Suryawidjaja

Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

ABSTRACT

Bacterial vaginosis is an abnormal condition of the vaginal ecosystem caused by high


concentrations Lactobacillus as the normal vaginal flora is replaced is replaced the overgrowth of
anaerobic vaginal bacterial flora. The risk of preterm delivery in pregnant women with bacterial
vaginosis is 3 to 8 times higher than pregnant women with normal vaginal flora. In addition to
causing preterm delivery Bacteroides sp. Have also been implicated in amnionitis, post partum
endometris, premature rupture of membranes, and low birth weight. Clinically, to assist a diagnosis
of bacterial vaginosis, we need theree of these four criteria are present: (1) clue cells, (2) fishy ador
on alkalinization of vaginal secretions (KOH 10%), (3) homogenous, thin, milk like vaginal disorder,
(4) vaginal pH more than 4.5 (nitrazine paper). The incidence of preterm delivery and other
disorders mention above can be decreased by identifying the prganisms causing bacterial vaginosis
in the early second trimester of pregnancy. (J Kedokter Trisakti 2001;20(2):74-8)

Key words : Bacterial Vaginosis, diagnosis, pregnant woman

ABSTRAK

Vaginosis bacterial adalah suatu keadaan abnormal pada ekosistem vagina disebabkan oleh
bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob menggantikan Lactobacillus yang
mempunyai konsenterasi tinggi sebagai flora normal vagina. Risiko terjadinya persalinan preterm
pada wanita hamil dengan vaginosis bacterial 3-8 kali lebih tinggi dibandingkan wanita hamil dengan
flora normal. Selain itu wanita hamil dengan bacterial vaginosis juga mempunyai risiko lebih tinggi
untuk terserang amnionitis, post partum endometritis, ketuban pecah dini, dan berat bayi lahir rendah.
Secara klinis, untuk membantu menegakkan diagnosis vaginosis bacterial harus ada tiga dari empat
criteria sebagai berikut, yaitu : (1) adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah, (2)
adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina, (3) duh yang homogen, kental,
tipis, dan berwarna seperti susu, (4) pH vagina lebih dari 4.5 dengan menggunakan nitrazine paper.
Untuk menurunkan kejadian tersebut diatas, sebaiknya pada wanita hamil dilakukan pemeriksaan
kolonisasi bakteri pada vaginosis bacterial yang dilakukan pada awal trimester ke dua kehamilan.

Kata kunci : Vaginosis bacterial, diagnosis, kehamilan

PENDAHULUAN faktor-faktor medis yang diduga berhubungan


dengan peningkatan risiko terjadinya
Dari beberapa penelitian telah terbukti persalinan preterm, tetapi ternyata hasilnya
bahwa infeksi selama kehamilan memegang tidak memuaskan. Sampai saat ini masih
peranan penting dalam terjadinya persalinan belum diketahui mikroorganisme spesifik
preterm. (1) Untuk mencegah atau menurunkan yang berhubungan langsung dengan persalinan
kejadian persalinan preterm, perlu dicari preterm. Menurut Gardner dan Dukes (2)
penyebabnya. Penelitian-penelitian terdahulu vaginitis non spesifik dapat disebabkan oleh
antara lain ditunjukan kepada pengenalan Gardnerella vaginalis dan kuman lainnya,
faktor-faktor risiko seperti riwayat obstetri dan oleh karena itu pada keadaan tersebut dipakai

74
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

istilah vaginosis bacterial. Vaginosis bacterial


didefinisikan sebagai suatu keadaan abnormal Hubungan vaginosis bacterial dengan
pada ekosistem vagina yang ditandai oleh persalinan preterm.
konsentrasi tinggi Lactobacillus sebagai flora Berdasarkan penelitian yang dilakukan
normal vagina digantikan oleh konsentrasi oleh Graveyy, dkk. (11) ternyata wanita
tinggi bakteri anaerob, terutama Bacteroides dengan vaginosis bacterial mempunyai risiko
sp., Mobilicus sp., Gardnerella vaginalis, dan 3-8 kali lebih tinggi dibandingkan wanita
Mycoplasma hominis. (3) Jadi vaginosis dengan flora normal untuk mengalami
bacterial bukan suatu infeksi yang disebabkan persalinan preterm. Demikian pula terjadinya
oelh suatu organisme, tetapi timbul ketuban pecah dini lebih sering terjadi pada
dikerenakan pertumbuhan yang berlebihan wanita dengan vaginosis bakterial (46%)
dari bakteri yang mengadakan kolonisasi di dibandingkan wanita tanpa vaginosis bakterial
vagina. Nama lain dari vaginosasi bacterial (4%). (12) Perlu diketahui bahwa pada vagina
adalah non specific vaginitis, Gardnerella wanita sehat dapat ditemukan beberapa jenis
vaginitis, Corynebacterium vaginitis, mikroorganisme antara lain : Mycoplasma
Haemophilus vaginitis, non specific vaginosis, hominis, Ureaplasma urealyticum,
dan anaerobic vaginosis. (4) Peniliti lain Lactobacillus, Streptococcus agalactiae
mengatakan vaginosis bacterial selain ada (Streptococcus grup B), Bacteroides bivius,
kaitannya dengan persalinan preterm juga Peptostreptococcus, Mobilincus, Gardnerella
berhubungan dengan berat bayi lahir rendah vaginalis, dan Fusobacterium nucleatum. (13)
dan ketuban pecah dini. (3) Dengan demikian, bila pada kultur dari swab
vagina ditemukan mikroorganisme tersebut,
Cairan vagina pada kehamilan hal ini belum berarti bahwa mikroorganisme
Pada kehamilan normal, cairan vagina tersebut adalah penyebab infeksi dan perlu
bersifat asam (pH 4-5), karena adanya dikonfirmasikan dengan gejala klinik. Selain
peningkatan kolonisasi Lactobacillus (flora itu juga ditemukan bahwa konsentrasi
normal vagina) yang memproduksi asam Gardnerella vaginalis dan bakteri anaerob
laktat. (2) Keadaan asam yang berlebih ini pada secret vagina wanita hamil dengan
membuat Lactobacillus tumbuh subur, vaginosis bacterial adalah 100-1000 kali lebih
sehingga mencegah terjadinya pertumbuhan tinggi dibandingkan dengan pada wanita tidak
berlebihan bakteri pathogen. (5) Lactobacillus hamil. (3) Di Indonesia sampai saat ini,
diketahui sebagai mikroorganisme yang pemeriksaan tentang kolonisasi bakteri atau
mempertahankan homeostasis vagina, karena adanya vaginosis bakterial sebagai upaya
dengan menghasilkan asam laktat dan untuk menurunkan angka kejadian persalinan
membuat H2O2 yang akan menghambat preterm. Apabila kita ingin melakukan
pertumbuhan sebagian besar mikroorganisme pemeriksaan ini, maka sebaiknya dilakukan
lainnya, sehingga menurunkan risiko pada awal trimester ke dua. (5) Martius, dkk.
persalinan preterm. (6-8) Keadaan ini tidak (8) dalam penelitiannya menemukan bahwa
selalu dapat dipertahankan, karena apabila wanita yang melahirkan premature ternyata
jumlah bakteri Lactobacillus menurun, maka lebih banyak yang mengalami infeksi
keasaman cairan vagina berkurang dan akan vaginosis bakterial dibandingkan dengan
mengakibatkan bertambahnya bakteri lain, wanita yang melahirkan atrm.
seperti antara lain Gardnerella vaginalis,
Mycoplasma hominis, dan Bacteroides sp. (3) Penegakan diagnosis vaginosis bakterial
Adanya perubahan flora vagina menyebabkan secara klinik
terjadinya vaginosis bacterial. Secara klinik menurut Amsel, dkk. (4),
Wanita hamil dengan vahinosis bacterial diagnosis bakterial ditegakkan bila terdapat
mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk tiga dari empat kriteria berikut, yaitu: (i)
terserang amnionitis (9), endometritis pasca adanya sel clue pada pemeriksaan
persalinan (10), ketuban pecah dini (1,3) dan mikroskopik dari sediaan basah; (ii) adanya
persalinan premature. (8,11) bau amis, setelah penetesaan KOH 10% pada

75
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

cairan vagina, (ii) duh yang homogen, kental, Gram pada pulasan cairan vagina. Kombinasi
tipis, dan berwarna seperti susu; (iv) pH pH vagina ? 4.5 dan pewarnaan Gram dari
vagina > 4.5 yang diperiksa dengan cairan vagina merupakan metode yang baik
menggunakan phenaphthazine paper (nitrazine dalam membantu diagnosis. Meskipun
paper). Dari ke empat kriteria tersebut, yang vaginosis bakterial sering dihubungkan
paling baik untuk menegakkan diagnosis dengan isolasi Gardnerella vaginalis, suatu
vaginosis bakterial adalah (i) pemeriksaan bakteri anaerob, tetapi sampai saat ini cara
basah untuk mencari adanya sel clue (sel epitel tersebut tidak dapat dipakai untuk kriteria
vagina yang diliputi oleh coccobacillus yang diagnosis. Dengan melakukan pewarnaan
padat) dan (2) adanya bau amis pada penetesan Gram pada cairan vagina, pasien dengan
KOH 10%. (4) Namun keadaan adanya bau vaginosis bakterial memperlihatkan sesuatu
amis ini, pada keadaan tertentu tidak selalu yang khas yaitu banyak organisme Gram
dapat dievaluasi, misal pada saat tambahan negatif ukuran kecil yang menyerupai
untuk menunjang diagnosis vaginosis Gardnerella vaginalis pada keadaan tidak
bakterial, antara lain dengan melakukan oleh dijumpainya Lactobacillus. Spiegel dkk. (3)
Thomason Jl, dkk. (12) untuk menegakkan menemukan bahwa pewarnaan Gram bersifat
diagnosis vaginosis bakterial, menunjukkan: konsisten terhadap vaginosis bakterial. Oleh
(i) bila ditemukan sel clue pada sediaan basah, karena itu Spiegel merekomendasikan
memberikan nilai sensitivitas 98,2%, pewarnaan Gram tanpa kultur pada cairan
spesifisitas 94,3%, prediksi positif 89,9%, dan vagina untuk diagnosis bakterial dapat
prediksi negatif 99%, (ii) bila ditemukan sel disebabkan oleh beberapa grup
clue ditambah adanya bau amis, memberikan mikroorganisme yang sukar dibiakkan
nilai sensitivitas 81,6%, spesifisitas 99,5%, sehingga pemeriksaan laboratorium menjadi
prediksi positif 98,8%, dan prediksi negatif mahal, juga Gardnerella vaginalis dijumpai
92,1%; (ii) bila dilakukan pewarnaan Gram, pada > 40-50% wanita sehat. (3) Hal ini juga
maka memberikan nilai sensitivitas 97%, diperkuat oleh hasil penelitian Thomason, dkk.
(12)
spesifikasi 66,2%, prediksi positif 57,2%, dan yang tidak mengevaluasi hasil kultur
prediksi negatif 97,9%. Dengan melihat hasil Gardenella vaginalis karena hanya
tersebut, apabila fasilitas laboratorium belum mempunyai nilai diagnostik rendah. Meskipun
memadai, maka metode terbaik dalam demikian, spesimen swab vagina tetap dikirim
membantu menegakkan diagnosis vaginosis ke laboratorium Mikrobiologi untuk
bakterial adalah mencari sel clue pada sediaan menyingkirkan kemungkinan diagnosis lain
basah dan tes adanya bau amis pada penetesan dan menambah dukungan terhadap diagnosis
KOH 10%. (12) Tetapi adanya bau amis ini lain dan menambah dukungan terhadap
tidak selalu dapat dievaluasi pada saat siklus diagnosis klinik vaginosis bakterial. Menurut
menstruasi, juga tergantung fungsi penciuman Thomason, dkk. (12) untuk terjadinya vaginosis
agar dapat mendeteksi adanya bau amis bakterial, maka jumlah Lactobacillus
tersebut. (12) Dengan demikian apabila adanya menurun, sedangkan jumlah bakteri lainnya
bau amis ini sukar dievaluasi, maka meningkat, dan pH vagina juga harus
ditemukannya sel clue saja sudah dapat meningkat. Ke tiga keadaan ini harus terjadi
membantu menegakkan diagnosis bersamaan. Kriteria diagnosis vaginosis
kemungkinan adanya vaginosis bakterial dan bakterial berdasarkan pewarnan Gram (3)
mempunyai nilai perbedaan yang tinggi antara adalah : derajat 1 : normal, di dominasi oleh
wanita dengan vaginosis bakterial dan wanita Lactobacillus; derajat 2: intermediate, jumlah
normal. (12) Lactobacillus berkurang; derajat 3: abnormal,
beberapa Lactobacillus atau tidak ditemukan
Vaginosasi bakterial pada pewarnaan dengan bertambahnya jumlah Gardnerella
Gram vaginalis atau lainnya. Akhir-akhir ini tingkat
Pemeriksaan sederhana, cepat dan tidak kepercayaan dan repraducibility dalam
mahal untuk membantu diagnosis vaginosis mengenal berbagai morfologi kuman dari
bakterial adalah dengan melakukan pewarnaan pulasan vagina dievaluasi. Ternyata

76
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

kemampuan untuk menegakkan diagnosis dengan perkataan lain dapat untuk membantu
vaginosis bakterial dengan pewarnaan Gram menentukan apakah yang terlihat dengan
hanya mempunyai tingkat kepercayaan yang pewarnaan Gram merupakan gambaran flora
tidak terlalu tinggi, karena dalam mengenal normal atau vaginosis bakterial.
morfologi kuman berdasarkan pewarnaan
Gram terdapat variabilitas yang luas. (13,14) Hal Kriteria mengevaluasi pulasan vagina
ini disebabkan karena hasil pemeriksaan berdasarkan skoring
sangat tergantung pada kemampuan pemeriksa Pulasan vagina pada pewarnaan Gram dilihat
untuk menginterpretasikan hasil pewarnaan di bawah mikroskop dengan menggunakan
Gram. Sistem skoring yang digunakan untuk pembesaran 100 kali (minyak imersi). Skor
melihat flora vagina pada pewarnaan Gram yang diberikan adalah 0 sampai 10
adalah berdasarkan pengenalan morfologi berdasarkan proporsi relatif dari morfologi
kuman yang paling dapat dipercaya, yaitu: bakteri, yaitu apakah bentuk batang Gram
bentuk batang Gram positif dengan ukuran positif dengan ukuran halus/batang dengan
besar (Lactobacillus), Gram negatif ukuran bervariasi, atau bentuk batang bengkok
(14)
halus/batang Gram negatif dengan ukuran . Skor 0 menunjukkan flora vagina di
bervariasi (Bacteroides atau Gardnerella), dan dominasi oleh Lactobacillus, dan skor 10
Gram negatif bengkok/batang Gram negatif menunjukkan adanya perubahan flora vagina
dengan ukuran bervariasi (Mobilincus). yaitu Lactobacillus digantikan oleh
(14,15) Meskipun demikian sistem skoring Gardnerella, Bacteroides, dan Mobilincus
dengan melihat dari hasil pewarnaan Gram Skoring pewarnaan Gram pada pulasan vagina
masih tetap mempunyai keuntungan, yaitu ditentukan sebagai berikut :
dapat untuk menyingkirkan flora normal atau

Lactobacili (4+):0 ; Gardnerella/Bacteroides (1+) : 1 ; Mobilincus sp (1+) + (2+) : 1


(3+) : 1 (2+) : 2 (3+) – (4+) : 2
(2+) : 2 (3+) : 3
(1+) : 3 (4+) : 4
(0) : 4

Ternyata dari hasil pewarnaan Gram untuk hominis) yang menggantikan Lactobacillus.
menegakkan diagnosis vaginosis bakterial Pemeriksaan yang dianjurkan ialah mencari
dapat digolongkan menjadi : 0 – 3 normal; 4 - cairan vagina, emndeteksi adanya bau amis
6 intermediate; 7 – 10 dinyatakan sebagai pada cairan vagina yang telah ditetesi KOH
vaginosis bakterial. 10% adanya duh yang homogen, kental, tipis
Kecendrungan yang terjadi pada saat ini ialah dan berwarna seperti susu, pH vagina < 4.5
dengan mengkombinasikan metode untuk yang diperiksa dengan kertas fenaftiazin
menentukan clue cells dan melakukan (nitrazin). Disamping itu juga dapat dibantu
pemeriksaan pewarnaan Gram untuk dengan pemeriksaan Garam sediaan apus
konfirmasi. (16) vagina yang hasilnya dinayatkan dalam skor.
Nilai diagnostik yang tinggi terdapat pada
KESIMPULAN pemeriksaan adanya clue cells dan
pemeriksaan adanya bau amis pada sekret
Vaginosis bakterial berperan penting vagina yang telah ditetesi KOH 10%.
dalam terjadinya persalinan prematur, Pemeriksaan kultur vagina tidak dianjurkan
amnionitis, endometritis pasca persalinan sebab biayanya mahal dan bakterinya sulit
ketuban pecah pada dini pada wanita-wanita tumbuh di laboratorium sehingga hasilnya
hamil. Etiologi vaginosis bakterial ialah kurang bermakna. Teknik pemeriksaan yang
karena pertumbuhan berlebihan dari beberapa dianjurkan pada saat ini ialah kombinasi
jenis bakteri (Bacteriodes sp, Mobilincus sp, antara metode menentukan clue cells dan
Gardnerella vaginalis dan Mycoplasma

77
F -X C h a n ge F -X C h a n ge
PD PD

!
W

W
O

O
N

N
y

y
bu

bu
to

to
k

k
lic

lic
C

C
w

w
m

m
w w
w

w
o

o
.d o .c .d o .c
c u -tr a c k c u -tr a c k

pewarnaan Gram untuk mengkonfirmasi hasil microflora in bacterial women. Obstet


pemeriksaan clue cells. Gynecol 1992; 793:368-73.
Namun karena informasi nilai sensitivitas dan 8. Martius J, Krohn MA, Hillier SL,
spesifisitas kombinasi metode tersebut belum Stamm WE, Holmes KK, Eschenbach
banyak, maka perlu dilakukan penelitian lebih DA. Relationship of vaginal
lanjut. Dengan melakukan pemeriksaan sekret Lactobacillus sp. Cervical Chlamydia
vagina untuk mencari adanya vaginosis trachomatis, and bacterial vaginosis to
bakterial pada awal trisemester kedua preterm birth. Obstet Gynecol
kehamilan, diharapkan angka kejadian 1988;71:89-95.
persalinan preterm dapat diturunkan. 9. Silver HM, Sperling RS. St.Clair PJ,
Gibbs RS. Evidence relating bacterial
DAFTAR PUSTAKA aginosis to intra amniotic infection.
Am J Obstet Gynecol 1990; 75-52-8.
1. Gibbs RS, romero R, Hillier SL, 10. Watts DH, Krohn MA, Hillier SL,
Eschenbach DA, Sweet RL. A review Eschenbcah DA. Bacterial vaginosis
of premature birth and subclinical as a risk factor for post-caesarean
infection. Am J Obstet Gynecol 1992 ; endometritis. Obstest Gynecol 1990 ;
166:1515-28. 75:52-8.
2. Gardner HL, Dukes CD. Haemophilus 11. Gravent MG, Nelson HP, De Rouen
vaginalis vaginitis: A newly defined R, Critchbow C, Eschenbach DA,
specific infection previously classified Holmes KK. Independent association
“Non specific Vaginitis”, Am J Obstet of bacterial vaginosis and Chlamyia
Gynecol 1955 : 69:962-76. trachomatis infection with adverse
3. Spiegel CA, Amsel R, Eschenbach pregnancy outcome. Jama 1986;
DA., Schoenknecht F, Holmes KK. 256:1899-903.
Anaerobic bacteria in non specific 12. Thomason JL. Gelbart SM, Anderson
vaginitis. N engl J Med 1980; RJ, Wait AK, Osypowski PJ,
306:601. Broekhuizen FF. Statistivalevaluation
4. Amsel R, Totten PA, Spiegel CA, of diagnosis critrtia for bacterial
Chen KCS, Eschenbach D, Holmes vaginosis Am J Obstet Gynecol
KK. Non specific vaginitis: diagnostic 1990;162:155-60
criteria and microbial and 13. Nugent RP, Krolin MA, Hilliter SL.
epidemiologic association. Am J Med The reliability of diagnosing vaginosis
1983; 74:14-22. is improved by a standaedized method
5. Minkoff H, Grunebaum AN, Schwarz of gram stain interpretation. J Clin
RH, Feldman J, Cummings M, Microbiol 1991; 29:297-301.
Crombleholme W et al. Risk factors 14. Hillier SL, Krohn MA, Nugent RP,
for prematurity and premature rupture Gibbs SR. Characteristics of three
of membranes: a prospective study of vaginal flora patterns assessed by
the vaginal flora in pregnancy. Am J gram stain among pregnant women.
Obstet Gynecol a984;150:965-72. Am J Obstet Gynecol 1992; 166:938-
6. Hitch Cock PJ. Sexually Transmitted 44.
Diseases. In : Schaecter M., Medoff, 15. Mazzulli T, Simor AE, Low DE.
Eisenstein BI. Editors. Mechanism of Reproducibility of interpretation of
Microbial Disease, 2nd ed, Baltimore, garm stained vaginal smears for the
Maryland, USA; 1993, p.802-15. diagnosis of bacterial vaginosis. J Clin
7. Hillier SL, Krohn MA, Klebanoff SJ, Microbiol 1990; 28:1506-8.
Eschenbach DA. The relationship of 16. Gilles RG, Monif. Bacterial vaginosis
hydrogen peroxide-producing bacilli : a new prospective. Infect Med 2001
to bacterial vaginosis and genital 18 : 25-6.

78

Anda mungkin juga menyukai