Anda di halaman 1dari 4

TIDAK sedikit orang mengalami kelainan alexithymia atau sulit menggambarkan emosi

dalam dirinya. Sehingga, mereka sering hilang kesadaran untuk menjaga emosinya saat
menghadapi sesuatu.
Alexithymia didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mengidentifikasi dan
menggambarkan emosi dalam diri secara verbal. Kalau sudah kambuh, mereka akan sulit
berinteraksi dengan orang lain.
Adapun ciri-ciri dari alexithymia ditandai disfungsi emosional dalam kesadaran, sulit
bersosialisasi dan menghargai orang lain. Mereka juga sulit berempati dengan orang dalam
menghadapi sesuatu.
Alexithymia diklasifikasikan dan terbatas pada psikosomatik gangguan dengan melibatkan
gejala fisik dari tubuh seseorang, yang juga bisa memperburuk kondisinya fisiknya. Mereka
sulit mengekspresikan emosi dan membagikan pengalamannya.
Penderita alexithymia dipicu karena pasca traumatik yang pernah dialaminya. Fungsi
kognitifnya dapat terganggu dan selalu merasa aneh dalam merasakan pengalaman yang
hampir sama.
Keeberadaan dan studi alexithymic dimulai pada 1970-an. Beberapa penelitian menunjukkan,
alexythymia lebih dominan pada pria dibandingkan wanita. Gangguan ini terjadi saat
seseorang pernah mengalami kecelakaan.
Orang dengan alexithymia akan merasakan banyak efek, termasuk sering stres, suka marah-
marah, hidupnya terasa seperti membingungkan, tidak nyaman, dan beberapa gejala lainnya.
Hidupnya merasa terpuruk, padahal sebelumnya tampak normal-normal saja.
Pada dasarnya alexithymia sama halnya dengan depresi. Gangguan ini dapat diterapi dengan
cara konsultasi untuk mengembalikan rasa percaya dirinya saat bersosialisasi dengan orang
lain.
Pasien akan bertemu dengan dokter atau psikolog untuk melakukan terapi itu dengan rutin.
Perlahan-lahan pasien diajak berkomunikasi dan menjalani sejumlah terapi lainnya yang
aman.
Kalau tidak pernah melewatkan sesi konsultasi, Anda bisa kembali pulih dalam beberapa
tahun ke depan. Demikian dilansir
......................................................................................................................................................

Apakah Anda memiliki teman yang ketika diceritakan hal-hal tertentu, wajahnya terlihat
lempeng? Atau, ketika mengalami suatu momen yang seharusnya menggembirakan, tapi
reaksi yang terjadi malah sebaliknya. Seolah tanpa ekspresi dan datar. Jika jawabannya ya,
bisa jadi orang tersebut memiliki alexithymia.

Alexithymia sebetulnya bukanlah suatu diagnosis klinis, melainkan bagian dari kepribadian
seseorang. Kondisi ini membuat orang tersebut tidak mampu mengenali, mengidentifikasi,
dan mendeskripsikan emosi diri sendiri maupun orang lain.

Seseorang dengan alexithymia akan sulit membedakan antara emosi yang dirasakan dengan
emosi yang diekspresikan. Misalnya, ketika orang tersebut mengalami kondisi yang
mengecewakan, ia tidak terlihat kecewa, marah, atau cemas. Bahkan mereka tidak tahu emosi
apa yang dirasakannya. Jadi, jika wajah mereka tampak marah dan orang lain menanyakan
hal tersebut, mereka akan mengelak.

Gaya berkomunikasi orang dengan alexithymia cenderung logis dan harfiah. Mereka tidak
akan memasukkan refleksi perasaan ke dalam setiap ucapannya. Sebaliknya, mereka akan
membahas hal-hal faktual dengan kering, tanpa emosi. Biasanya orang
dengan alexithymiatidak bisa menikmati novel, pertunjukan, atau film yang berfokus pada
emosi.

Berhubungan seksual dengan orang alexithymia akan terasa sangat mekanis dan canggung.
Orang dengan alexithymia dapat mempelajari teknik-teknik seksual, tapi cenderung tidak
spontan dalam melakukannya.

Menurut the Scandinavian Journal of Psychology, seseorang dengan alexithymia memiliki


tendensi lebih tinggi untuk mengalami gejala fisik, seperti mudah lelah, nyeri pada badan,
serta pegal-pegal. Mereka juga sering menjadikan alkohol atau makanan sebagai pelampiasan
emosi. Kondisi-kondisi tersebut kemungkinan disebabkan oleh ketidakmampuan
mengekspresikan emosi.

Dari penelitian lain juga disebutkan bahwa alexithymia berkaitan dengan berbagai masalah
kesehatan, seperti hipertensi, migrain, tinitus, gangguan tidur, gangguan makan,
penyalahgunaan obat, depresi hingga gangguan mental lainnya.

Studi yang dipublikasikan di the American Journal of Psychology pada tahun 2017
melaporkan, orang alexithymia dapat mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan orang
lain. Hal ini dikarenakan mereka sulit memahami, merespons, dan kurang peka dengan
masalah yang dialami orang lain. Oleh karena itu, orang lain akan menilai
orang alexithymia sebagai orang yang sulit berempati.

Penelitian lain yang dimuat di the Journal of Counseling Psychology pada bulan Januari 2018
menemukan, orang alexithymia kurang dapat bersosialisasi dengan orang lain. Mereka
menghindari, malu, dan sulit dekat dengan orang baru. Hal ini terutama dialami oleh pria.

Penyebab alexithymia

Alexithymia dapat terjadi karena beberapa alasan. Ketika anak dibesarkan untuk memiliki
kepercayaan bahwa mereka tidak boleh menangis, tidak boleh terlihat cengeng, atau harus
terlihat kuat, maka ketika beranjak besar akan menjadi sulit mengekspresikan emosi dan
kurang berempati.

Di samping itu, alexithymia juga bisa disebabkan oleh adanya trauma. Misalnya trauma fisik,
trauma verbal, trauma emosional, atau pelecehan seksual.
Kondisi tertentu seperti adanya cedera otak (akibat trauma atau benturan) juga dapat
menyebabkan seseorang menjadi alexithymia. Ketika terjadi cedera kepala, maka dapat
menyebabkan gangguan pada sistem saraf dan impuls di otak. Sehingga emosi yang dialami
dan respons yang diekspresikan menjadi tidak sesuai.

Tak hanya orang yang mengalami cedera otak, orang dengan riwayat Parkinson juga bisa
mengalami alexithymia.

Wajah datar, lempeng, dan sulit mengekspresikan emosi bisa jadi merupakan
pertanda alexithymia. Jadi jika Anda memiliki teman yang demikian, jangan buru-buru
menghakimi bahwa ia tidak berempati atau malas bersosialisasi. Bisa jadi alexithymia yang
dialaminya dikarenakan masalah tertentu di masa lalu atau adanya penyakit serius.

.....................................................................................................................................................

Jenis-jenis Alexithymia dan Penyebabnya

Literatur psikologi mengidentifikasi gangguan kepribadian ini menjadi dua jenis yaitu “trait”
dan “state”. Keduanya dibedakan berdasarkan intensitasnya. Alexithymia trait merupakan
sifat melekat pada kepribadian seseorang yang konsisten seiring waktu. Biasanya disebabkan
karena peristiwa-peristiwa yang terjadi terkait di usia dini. Misalnya penelantaran oleh orang
tua pada saat masih kecil. Atau penyakit bawaan akibat gangguan saraf otak seperti
parkinson. Sedangkan Alexithymia state merupakan gangguan bersifat sementara karena
suatu peristiwa yang spesifik. Umumnya disebabkan pasca trauma dan stress akibat peristiwa
mengerikan yang pernah dialami. Alexithymia state tidak permanen dan hanya muncul pada
keadaan tertentu yang spesifik.

Tanda-tanda Alexithymia

Penulis berpedoman pada alat ukur psikologi yaitu Toronto Alexithymia Scale (TAS-20)
yang disusun oleh R. Michael Bagby, James D. A. Parker, dan Graeme J. Taylor pada tahun
1994. Dalam konstruk alat ukur tersebut terdapat tiga dimensi besar alexithymia yaitu
kesulitan mengidentifikasi perasaan, mendeskripsikan perasaan, dan kecenderungan
merespon perilaku yang terkait dengan kejadian diluar dirinya sehingga mengabaikan
pengalaman afektif. Jika kita breakdown dimensi tersebut maka kita akan memperoleh tanda-
tanda sebagai berikut:

Sulit untuk berbicara tentang emosi sendiri

Sering salah dalam mengekspresikan emosi yang dirasakan

Sering dianggap sosok yang logis sehingga kurang empati

Reaksi yang datar terhadap karya seni, sastra, dan musik

Bingung dengan reaksi emosional orang lain


Cenderung mengambil keputusan berdasarkan prinsip tanpa menimbang perasaan

Memberikan jawaban bertele-tele hanya untuk pertanyaan sederhana

Tidak ada refleksi perasaan dalam setiap ucapannya

Menghindari menjalin hubungan dekat secara emosional

Anda mungkin juga menyukai