Anda di halaman 1dari 16

Buletin Al-Turas:

Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXII No.2, Juli 2016

Abd. Rahman1

Abstrak
Tujuan dari paper ini adalah untuk menjelaskan perjuangan orang-orang Loloda dalam
mencari kembali identitas dirinya di Halmahera Maluku Utara, di mana sejarah menjadi
landasan berpikir dan bertindak dalam mencapai tujuannya bahkan sampai sekarang.
Perjuangan orang Loloda itu mulai semakin gencar seiring dengan berlakunya undang-undang
otonomi daerah nomor 22 tahun 1999 sampai hari ini. Semarak diberitakan bahwa tokoh-tokoh
adat masyarakat Loloda menuntut kabupaten tersendiri lepas dari Kabupaten Halmahera Utara
(Loloda Utara) dan Barat (Loloda Selatan) dengan nama ”Kabupaten Loloda Pasifik”. Isu lain
yang berkembang ialah bahwa sampai saat ini masyarakat Loloda belum menikmati kekayaan
sumber daya alamnya sendiri yang melimpah dan diabaikan. Mereka mulai kembali mencari
identitas diri lewat sejarahnya yang hingga kini masih dianggap kabur dan sarat diskriminasi.
Sikap disintegrasi pun mulai muncul dari yang sebelumnya berskala kabupaten menjadi
berskala propinsi. Mereka ingin melepaskan diri, keluar dari Propinsi Maluku Utara dan
menyatakan diri siap bergabung dengan Propinsi Sulawesi Utara apabila aspirasinya tidak
terpenuhi. Pertanyaannya adalah bagaimana hubungan antara sejarah daerah ini dengan
munculnya tuntutan perubahan status Loloda dari kecamatan ke kabupaten baru yang
diharapkan.
Kata Kunci: Loloda, Representasi, Identitas, Historis, Maluku.

Abstract
The purpose of this paper is to describe the struggle of Loloda people to find their true identity
in Halmahera, North Maluku, where the history of the foundation of thingking and acting in
achieving its goals even now. The struggle of people Loloda formulate his identity began to
become more frequent, they are accompanied by a search history in the area of the sea and the
Maluku Island. In addition since, num. 22th 1999 along with the beginnings of the issue of
autonomy in Indonesia until now, lively reported that traditional leaders of society Loloda sue
the district of its own apart from the district North Halmahera (North Loloda) and west (South
Loloda) with the name “District of Loloda Pasific”. Another growing issue is that until now,
people Loloda not enjoy the wealth of its own natural resources are abundant and ignored. They
started back in search for identity through history which is still considered to be vague and full
of discrimination. Attitude began to emerge from the disintegration of the previously district-
wide scale to the provinces, where they want to break away, out of North Maluku province and
declared themselves ready to join the North Sulawesi province. The question which then must be
answered is, what is the relationship between the local history of this region with the aspiration
of the Loloda people to form a new district even want to join with other provinces.
Keywords: Loloda, Representation, Identity, Historical, Maluku.

1
Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Khairun Ternate (UNKHAIR) Maluku Utara.

223
A. Pendahuluan Perjalanan panjang sejarah Loloda
yang telah berusia hampir 900 tahun
Perjuangan orang Loloda merumuskan sejak terbentuknya Ke-kolano-an
identitas dirinya semakin gencar, terkait (kerajaan) Loloda, pada 1220, hingga saat
pula dengan penelusuran sejarah Loloda ini hampir tidak pernah lagi terdengar,
yang sudah lama tenggelam. bahkan bisa dikatakan tenggelam dan
nyaris ditelan waktu, namun kemudian
seolah muncul suatu instruksi dari para
leluhur Loloda yang tidak rela sejarah
Loloda itu hilang begitu saja, mengilhami
beberapa orang penulis dan pemerhati
sejarah lokal di sana seperti Arend L.
Mapanawang dari Asimiro Loloda.
Arend, menulis buku tentang Loloda
Kerajaan Pertama Moluccas. Walaupun
disadari di dalam karyanya ini masih ada
banyak kekurangan yang ditemukan di
sana-sini, namun buku ini tetap patut
untuk mendapatkan apresiasi positif,
Peta Dunia Maluku dan posisi geografis Loloda karena dengan demikian terdapat lagi
(Sumber: Andaya, 1993: 48, peta 2.). satu kontribusi penting yang sangat
berguna dalam memberikan pemahaman
Selain itu sejak dicanangkannya tambahan tentang sejarah Loloda.3
Undang-Undang Otonomi Daerah Kontroversi tentang berakhirnya
(Otoda) pada 1999 sebagai implikasi dari eksistensi dan status kerajaan Loloda
terjadinya reformasi politik di Indonesia dalam percaturan Politik Maluku pada
pada tahun itu, semarak diberitakan masa lalu, seyogyanya dipandang sebagai
bahwa tokoh-tokoh masyarakat adat dinamika sejarah untuk membuka tabir
Loloda yang didukung penuh oleh kontroversi tersebut. Pandangan yang
masyarakatnya menuntut untuk mengatakan bahwa Kerajaan Loloda
membentuk Loloda sebagai kabupaten telah berakhir ketika tidak sempat
tersendiri lepas dari Kabupaten mengikuti Pertemuan Moti (Motir
Halmahera Utara dan Barat, dengan nama Verbond, 1322) di pulau Moti dalam
”Kabupaten Loloda Pasifik”. Isu lain rangka konfederasi raja-raja di Maluku
yang berkembang ialah bahwa jika Utara, mungkin perlu direkonstruksi
Loloda sebagai daerah yang kaya sumber kembali berdasarkan sumber sejarah
daya alamnya namun tidak dinikmatinya sezaman, yang menggambarkan bahwa
sendiri dan dibiarkan begitu saja, dan
dengan merujuk pula pada latar belakang 3
Ini adalah sebuah kata pengantar buku dari
sejarahnya yang sarat dengan Arend L. Mapanawang, dalam bukunya tentang
diskriminasi, maka Loloda siap Loloda Kerajaan Maluku yang Pertama, yang
bergabung dengan Sulawesi Utara.2 sekaligus mengungkapkan rasa
keterpanggilannya untuk meneliti dan menulis
sejarah Lolodayang selama ini seolah terlupakan
jika bisa dikatakan sejarah yang hilang dari
2
Sebuah catatan kaki yang menunjukkan panggung sejarah, baik lokal, nasional, apalagi
keprihatinan terhadap kondisi keterabaian dunia. Arend L. Mapanawang, Loloda Kerajaan
Loloda, yang diulas oleh Mapanawang dalam Pertama Moluccas (Sejarah Kerajaan Loloda
Majalah Progresif, Jakarta, edisi 14-XII-2012), h. Maluku), Tobelo: Yayasan Medika Mandiri
2. Dalam Mapanawang, h. 135. Halmahera, 2012. h. 6.

224
Buletin Al-Turas:
Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXII, Januari 2016

setidaknya sampai dengan pertengahan


abad ke-20 status kerajaan atas Loloda B. Pembahasan
masih eksis.
Wilayah Maluku Utara sebagai 1. Loloda yang Dibiarkan
propinsi di KTI yang terbentuk sejak
Indonesia merdeka 17 Agustus 1945,
dalam proses perjalanan pembangunan
nasional dimulai dari orde lama hingga
saat ini sudah terdapat Kabupaten
Maluku Utara dan Kabupaten Halmahera
Tengah, kemudian pada tahun 1998
terjadi pemekaran daerah tingkat II yaitu
kota Ternate dan kota Tidore. Kemudian
pada tahun 1999 terjadi pemekaran
propinsi Maluku yang membawahi
Peta Kabupaten Halmahera Utara, Lampiran 1
kabupaten Maluku Utara, Halmahera Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1
Tengah, Kota Ternate, dan Kota Tidore Tahun 2003, Tanggal 25 Pebruari 2003.
seiring dengan isu otonomi daerah
berdasarkan UU tahun 2001 No. 23. Loloda yang berada di bagian utara
Kecamatan Loloda pada waktu itu dan barat Halmahera berada satu daratan
masih bergabung dengan propinsi dengan kabupaten-kabupaten lain bahkan
Maluku di bawah Kabupaten Maluku satu daratan dengan ibukota Propinsi
Utara pada waktu pemekaran wilyah- Maluku Utara yang saat ini berada di
wilayah baru terjadi, di samping Sofifi di wilayah Oba, Halmahera bagian
Kabupaten Maluku Utara maupun tengah, justru tidak tersentuh oleh
Kabupaten Halmahera Tengah, muncul program-program pembangunan sama
pula daerah-daerah hasil pemekaran baru sekali. Sejumlah pihak di kalangan
yaitu, Kabupaten Halmahera Utara, masyarakat Loloda mengatakan bahwa
Halmahera Barat, Halmahera Timur, jalan raya misalnya, satu meterpun belum
Halmahera Selatan, dan Kepulauan Sula. ada yang terlihat, khususnya di wilayah
Kemudian pada tahun 2010 terjadi lagi Loloda bagian Utara maupun di bagian
pemekaran di wilayah Halmahera Utara Selatan. Sarana seperti PLN (Perusahaan
yaitu Morotai. Listrik Negara, listrik untuk penerangan),
Loloda sendiri sampai saat itu masih Telkom (sarana telekomunikasi), dan
belum terkena dampak positif PAM (Perusahaan Air Minum, untuk
pambengunan yang telah berjalan. Secara pemenuhan air bersih dan minum) belum
administratif, kecamatan Loloda dibagi ada termasuk sarana-sarana yang lainnya.
menjadi dua bagian yaitu Loloda Utara Masyarakat Loloda sudah selama 70
masuk Halmahera Utara dan Loloda tahun lamanya belum juga tersentuh
Selatan masuk wilayah Halmahera Barat, pembangunan infrastruktur,
dengan tujuan untuk mempercepat suprastruktur, dan fasilitas-fasilitas
pengembangan, pembangunan daerah lainnya, padahal salah satu tujuan
infrastruktur di Propinsi Maluku Utara otonomi daerah dan pemekarannya
yang selama itu memang belum pernah adalah meningkatkan kesejahteraan
tersentuh pembangunan. masyarakat dan memperpendek rentang
kendali administrasi pemerintahan.

225
Posisi Loloda apabila dilihat dari
2. Aspirasi Pembentukan Loloda perspektif ke depan diasumsikan akan
Pasifik lebih cepat terbentuk sebagai daerah
Bergulirnya otonomi daerah sejak otonom dengan nama Kabupaten Loloda
tahun 1999 sudah sangat terasa Pasifik, sebab Loloda diusulkan untuk
dampaknya dengan munculnya puluhan menjadi daerah penggabungan sesuai
bahkan ratusan kabupaten baru lahir di dengan amanat undang-undang yang
Indonesia dan tidak ketinggalan juga tidak dikenai moratorium, dengan
daerah-daerah lain di KTI seperti Maluku merubah statusnya menjadi daerah
Utara yang saat ini sudah memiliki otonom baru yang terbagi atas tiga
sembilan kabupaten/kota. wilayah.
Sementara ada pula beberapa lagi Untuk menuju daerah yang
yang sedang diusulkan untuk dimekarkan berotonomi, Loloda Pasifik akan terdiri
seperti kota Tobelo, Galela, Kao Raya, dari tiga kecamatan di Kabupaten
Kota Sofifi, Kabupaten Obi, Taliabu, Halmahera Barat (Baja, Laba, dan Kedi),
Wasilei, Gane, dan Loloda. Semuanya dan dua kecamatan di Kabupaten
ingin berotonomi, tetapi sayang semangat Halmahera Utara Dama dan Durume),
pemekaran daerah ternyata tidak serta satu kecamatan di Kota Ternate
selamanya bisa terpenuhi sekaligus, (Mayau Batang Dua), maka secara total
karena pemerintah pusat telah nantinya di Kabupaten Loloda Pasifik ini
mengeluarkan moratorium (penundaan) memiliki enam wilayah kecamatan yang
pada pemekaran dan bukan berasal dari tiga wilayah Kabupaten/kota.
penggabungan. Oleh karena itu peluang pembentukan
Kabupaten Loloda Pasifik benar-benar
dapat dimanfaatkan dan diayakini
berhasil 100%.
Lima kecamatan yang rencananya
akan tergabung ke dalam Kabupaten
Loloda Pasifik telah berumur lima tahun
ke atas. Termasuk yang umurnya sudah
70 tahun terhitung sejak proklamasi
kemerdekaan Indonesia 17 Agustus
1945. Kecamatan-kecamatan itu adalah
Darume dan Kedi sedangkan Dama dan
Mayau sudah berusia delapan tahun,
sementara Baja dan Laba usianya belum
cukup lima tahun, jadi ada empat
kecamatan yang sudah berumur di atas
lima tahun, dan hal ini sangat
mendukung terbentuknya otonomi baru.
Peta Loloda Utara Kepulauan, Loloda
Selatan Kepulauan, dan Loloda daratan
di wilayah Halmahera Utara dan Barat di during the Revolt of Prince Nuku, c. 1780-1810.
Kepulauan Halmahera, kawasan Laut dan Leiden: De voltooiing van dit proefschrift werd
Kepulauan Maluku.4 gesubsidieerd door het TANAP (Towards A New
Age of Partnership) programma. Proefschrift ter
verkrijging van de graad van Doctor aan de
4
Muridan Satrio Widjojo. 2007. Cross-Cultural Universiteit Leiden (dissertation). (Sumber:
Alliance-Making and Local Resistance in Maluku diolah dari Widjojo, 2013: xxxiv).

226
Buletin Al-Turas:
Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXII, Januari 2016

Jika dilihat dari ukuran luasnya, Pasifik jika sudah terbentuk. Tujuan
maka Loloda adalah daerah yang pemekaran dan penggabungan ini akan
terpanjang dan terluas di Maluku Utara, menciptakan roda ekonomi baru bagi
panjangnya ± 350 km, atau seperempat Loloda dan mampu memperpendek
panjag Halmahera terbentang dari rentang kendali administrasi
Linggua hingga Jere (dari Selatan ke pemerintahan di daerah.
Utara). Penduduk Loloda adalah ±55000
jiwa; jumlah sumber daya manusianya 3. Awal Mula Moloku Kie Raha
adalah sembilan orang doktor, ratusan dan Loloda
magister dan sarjana dalam berbagai Perkembangan sejarah Maluku Utara
disiplin ilmu. telah memperlihatkan bahwa Loloda
Adapun sumber daya alam yang merupakan sebuah wilayah dengan
dimiliki Loloda adalah: 1. Area minyak komunitas masyarakat yang pada
bumi di wilayah Kahatola Loloda awalnya terbentuk melalui jaringan
Selatan; 2. Tambang mangan kekuasaan tradisional. Kondisi ini adalah
dieksploitasi sejak tahun 1957-sekarang, sesuatu yang tidak bisa dipungkiri karena
yang terdapat di Loloda Kepulauan; 3. wilayah ini pernah dilegitimasi melalui
Tambang emas (dari Doitia hingga organisasi politik yang berbentuk
Aruku) di Loloda Daratan; 4. Tambang kerajaan.
Nikel (di Gisi Kapa-kapa) di Loloda Dalam catatan sejarah politik di
Utara; 5. Pasir besi (dari Baja hingga Maluku Utara, dijelaskan bahwa
Tate) 500 juta ton, di Loloda Daratan; 6. Kerajaan Loloda merupakan salah satu
Kayu damar dan lain-lain dari Supu Kerajaan Maluku yang tidak
hingga Tomdere (sejak tahun 1977- terkonfigurasi kedalam kesatuan Moloku
sekarang), di Loloda daratan; 7. Sarang Kie Raha yang terdiri dari Ternate,
burung walet (di Kahatola) Loloda Tidore, Makian (Bacan), dan Moti
Selatan; 8. Wisata bahari (hamparan (Jailolo). Kenyataan ini disebabkan
koral terpanjang di dunia, di Kahatola karena Kerajaan Loloda tidak sempat
hingga Tobo-tobo); 9. Wisata pantai di menghadiri pertemuan raja-raja Maluku
Posi-Posi, Darume, Turamo Asimiro, di Pulau Moti, Motir Verbond (Motir
Loloda Selatan; 10. Pulau Diti Staten Verbond) atau Persekutuan Moti
Penangkaran terdapat banyak habitat (konfederasi Moti) yang dalam bahasa
ketan kenari, di Loloda Daratan; 11. lokal dikenal dengan ungkapan Kolano
Perikanan yang memiliki prospek Dokunena Ngaruha Moloku Kie Raha
menjanjikan; 12. Prospek pertanian, (persatuan empat raja kerajaan gunung
kopra, pala, cengkih, dan coklat; 13. Maluku bersaudara) pada tahun 1322 M
Potensi bio-etanol dari pohon aren yang diprakarsai oleh Raja (Kolano)
pengganti bahan bakar minyak (BBM) Ternate ke-7, Sida Arief Malamo.
konvensional dari fosil; 14. Dan lain-lain. Belum ada sumber tertulis yang
Selain itu, Loloda memiliki akses menyebutkan secara jelas tentang kapan
ekonomi dan transportasi laut: 1. Loloda- dan bagaiamana Kerajaan Loloda ini
Tobelo 7 jam; 2. Loloda-Ternate 9 jam; terbentuk. Sejarawan Paramitha
5
3. Loloda-Bitung-Manado 16-18 jam. Abdurrahman (2008) mencatat sumber
Masyarakat Loloda yakin bahwa potensi dari kitab Nagarakertagama karya Mpu
SDA dan SDM yang dimiliki Loloda
akan mampu mensejahterahkan 5
Abdurrachman, Paramita R, R.Z. Leirizza, dan
penduduk Loloda dari awal hingga akhir C.P.F. Luhulima. 1973. Bunga Rampai Sejarah
perjalanan sejarah Kabupaten Loloda Maluku (I). Jakarta: Lembaga Penelitian Sejarah
Maluku, h. 163.

227
Prapanca (1365) dari kerajaan Majapahit sumber lokal lainnya, didapatkan cerita
yang menyebutkan bahwa di Loloda tentang keberadaan Loloda, di mana
Halmahera pada masa paling awal telah disebutkan bahwa asal mula Loloda itu
berkuasa seorang Kolano (raja). Menurut berasal dari suatu kerajaan tua yang
Pemerhati Sejarah lokal Abdul Hamid pernah berkuasa di Galela. Konon,
Hasan (2001) mengungkapkan bahwa kemudian di tahun 1322 M, setelah
secara umum Kerajaan-kerajaan Maluku gunung berapi di Galela meletus dan
termasuk kerajaan Loloda dan Kerajaan mengancam kehidupan di sana, maka
Moro berdiri pada abad ke-13. Bahkan pusat kerajaan itu dipindahkan ke Loloda.
disebutkan juga bahwa dua kerajaan ini Kepindahan ini terjadi pada masa Kolano
adalah yang tertua di Halmahera.6 Bakun Malamo, penguasa Galela
Dalam Kroniek Van Het Rijk Batjan terakhir.
(Kronik Kerajaan Bacan) sebagaimana Secara Linguistik, Loloda dalam
ditulis oleh Coolhaas, dikisahkan bahwa bahasa Ternate berarti “tempat orang
Kerajaan Loloda didirikan oleh Kaicil pindahan”. Bila kata ini diteliti lebih jauh
Komalo Besi, putera Sultan Bacan yang maka Loloda berasal dari kata Lodaka
pertama, Said Muhammad Baqir Bin yang bermakna “orang pindahan”.
Jafar Shadik yang bergelar “Sri Maharaja Dengan demikian, dapatlah disimpulkan
yang bertahta di bukit Sigara” yang bahwa kata Loloda itu mengandung suatu
kawin dengan Boki Topowo dari Galela. makna yang secara tepat menggambarkan
Di kalangan masyarakat Loloda suatu peristiwa alam yang berkaitan
terdapat cerita rakyat yang dengan bencana alam yang dahsyat di
mengungkapkan bahwa Kerajaan Loloda masa lampau sehingga terjadi
didirikan oleh seorang tokoh legendaris perpindahan penduduk secara besar-
yang datang dari Ternate melalui Galela. besar.8
Tokoh ini bernama Kolano Tolo alias Berdasarkan makna linguistik itu
Kolano Usman Malamo. Peristiwa maka dapat saja ditarik suatu benang
kedatangan Raja Loloda ini berkaitan merah penghubung antara masa lalu dan
dengan meletusnya Gunung Tarakani di masa kini dalam sejarah perkembangan
Galela (cerita lain menyebutnya Gunung kerajaan Loloda.
Mamuya) yang kemudian mendorong
tokoh ini menyingkir ke Loloda. 4. Loloda dan Pertemuan Moti
Dari peristiwa inilah yang kemudian Loloda, sesungguhnya adalah salah
menjadi cikal-bakal nama Loloda yang satu kerajaan peserta pada pertemuan
dalam bahasa Galela disebut “Loda” yang raja-raja Maluku Utara di Pulau Moti
berarti “pindah” atau “hijrah”. (Pertemuan Moti) yang dikenal sebagai:
Sebelumnya nama Loloda adalah “Jiko konfederasi Moti, Motir Staten Verbond,
Mabirahi” (teluk yang indah). Persekutuan Moti, atau “Traktat Moti”,
Dari beberapa versi di atas ditemukan yang berlangsung di tahun 1322,9 dan isi
petunjuk bahwa keberadaan Loloda
dalam sejarah politik pemerintahan di Koning Batjan. Genootschap van Kunsten en
Maluku jelas merupakan suatu Wetenschap, deel LXIII, afl.2.
7 8
keniscayaan sejarah. Dari sumber- Loloda, ...https: // www. facebook. com/ Tuzere
/posts/504282149614322-Loloda, Ngara Ma
Beno Sejarah sosial di Maluku dimasa lampau
6
Hasan, Abdul Hamid. 2001. Aroma Sejarah dan tidak dapat dipisahkan dengan gerak perdagangan
Budaya Ternate. Jakarta: Antara Pustaka Utama, internasional, dimana rempah...Galela Tempo
h. 253. Doeloe·119 menyukai ini. 3 Februari pukul 0:13.
7
Coolhaas, W. Ph. 1923. ”Kroniek van het Rijk 9
Nama lokal dari Motir Verbond, adalah Kolano
Batjan”, Overgedrukt uit Het Tijdschrijft van Het Dokunena Ngaruha Moloku Kie Raha (empat

228
Buletin Al-Turas:
Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXII, Januari 2016

perjanjiannya berlangsung hingga 1343 satu dari lima kerajaan utama Maluku
M (21 tahun) lamanya. Pertemuan ini tertolak keanggotaannya sebagai bagian
diprakarsai oleh Raja Ternate ke-7, yaitu dari persekutuan raja dan kerajaan
Sida Arif Malamo. Loloda mengalami Maluku.
kegagalan untuk menghadiri pertemuan
konfederasi Moti 1322, di Pulau Moti 5. Posisi Loloda di antara Ternate
(Motir Verbond) karena terkena musibah dan kerajaan-kerajaan Maluku
badai yang membuat perahu rajanya lainnya
terdampar di pantai Dufa-dufa Ternate. Gubernur Maluku, Robertus
Karena terlambat, maka raja Loloda Padtbrudge (1677-1682) dalam memori
dan rombongannyapun akhirnya tidak serah terima jabatan kepada
diakui dan ditolak oleh empat peserta penggantinya Jacob Lobs (1682-1686),
lainnya (raja Ternate, Tidore, Bacan, dan mengingatkan sebutan yang terkenal bagi
Jailolo) untuk menjadi salah satu anggota kerajaan-kerajaan di Maluku sebagai
Moti. Setelah kondisi cuaca stabil berikut: Loloda, ngara ma-beno (dinding
kembali, maka rombongan raja Loloda pintu), Jailolo, jiko ma-kolano (penguasa
kemudian justru tidak kembali lagi ke teluk), Tidore, kie ma-kolano (penguasa
Loloda Halmahera, akan tetapi pegunungan), Ternate, kolano Maluku
melanjutkan pengembaraannya ke (penguasa Maluku), dan Bacan, dehe ma-
wilayah Sulawesi Utara, yang meliputi kolano (penguasa daerah ujung), dan hal
Menado, Minahasa, Sangir Talaud, dan ini sesuai pula dengan apa yang
Bolaang Mongondow (Bolmong). Di dikatakan oleh Andaya.10
Sulawesi Utara, orang-orang Loloda
mengembangkan diaspora genealogis
terutama di Menado dan Bolaang
Mongondow.
Migrasi dan diaspora telah terjadi
diperkirakan sejak abad ke-14
berdasarkan beberapa informasi tentang
keberadaan turunan raja-raja Loloda di
wilayah-wilayah ini. Selain raja-raja
Loloda awal sesungguhnya juga berasal
dari unsur-unsur kerajaan lokal Moloku
Kie Raha (Ternate, Tidore, Bacan, dan
Jailolo) sebagaimana yang telah
Foto Jougugu Loloda yang baru, pewaris
disebutkan sebelumnya. Hanya saja tahta Kolano (raja) kerajaan Loloda, Syuaib bin
kemudian bahwa justru kerajaan ini Syamsuddin Syah, dikukuhkan melalui Ritual
terdegradasi oleh percaturan politik Adat Kolano Madadi pada hari ke-9 tepatnya
regional Maluku pada abad ke-17. Sabtu 19 Maret 2016. (Sumber: M. Mansyur,
Apabila dianalisa lebih jauh lagi, 2016).
maka dapat dikatakan bahwa Pertemuan
Makna sebutan ini menunjukkan
Moti yang menghasilkan Motir Staten
bahwa dalam deretan kerajaan-kerajaan
Verbond adalah awal dari retaknya
Maluku, Loloda termasuk salah satu di
“dunia Maluku”, setidaknya dalam
antaranya. Kerajaan Loloda adalah
pengertian politis. Loloda sebagai salah
10
raja kerajaan gunung Maluku bersaudara), yang Andaya, Leonard. 1993. The world of Maluku.
dsingkat Moloku Kie Raha (empat kerajaan Honolulu: University of Hawaii, h. 51, 93, dan
gunung Maluku). 232.

229
bagian tidak terpisahkan dari kerajaan- utama—yang berfungsi sebagai produsen
kerajaan besar seperti Ternate, Tidore, rempah cengkih dan pala di kala itu—
Bacan, dan Jailolo. Menurut sejarah sebagaimana tercatat dalam sejarah
Maluku versi Tidore, raja-raja Loloda adalah: Ternate, Tidore, Moti, Makian,
berinduk pada puteri Jafar Sadek ketiga, Bacan dan Halmahera. Keberadan pulau-
Sagarnawi. Kerajaan-kerajaan Maluku, pulau ini semakin penting sejak
yakni Loloda, Jailolo, Tidore, Ternate, ditemukannya jalan ke Maluku oleh
dan Bacan, merupakan panca tuggal. 11 bangsa Cina, Arab, Persia, dan kemudian
Bila kerajaan-kerajaan ini diasosiasikan oleh bangsa Barat, maka lahirlah bentuk
dengan soa fala raha, maka muncul organisasi politik di Maluku yang
skema berikut ini: TernateMarsaoli, mengatur jalinan kekuasaan berupa
TidoreLimatahu, JailoloTomagola, Kerajaan, yang sekaligus juga untuk
BacanTomaito, LolodaTamadi. meresponi masuknya Maluku dalam
jaringan perniagaan dunia.
Salah satu kekuatan ini adalah
kerajaan Loloda di pulau Halmahera, di
samping kerajaan Ternate, Tidore,
Jailolo, dan Bacan. Putra “Naga”
Kerajaan Loloda yang berada di daratan
pulau Halmahera ini, tidak diketahui
sejak kapan mulai muncul di atas
panggung sejarah.
Dalam catatan historiografi kuno,
seperti yang dicatat oleh Antonio Galvao
Generasi para Sultan dari Kerajaan-kerajaan (Portugis) di tahun 1544, didapatkan
Moloku Kie Raha (empat kerajaan Gunung cerita tentang asal-usul raja-raja di
Malaku) hingga tahun 2009. Dari kiri ke kanan:
Sultan Jailolo (Abdullah Sjah), Sultan Ternate
Maluku yang berasal dari “Empat Telur
(Mudaffar Sjah), Sultan Tidore (H. Jafar Syah), Naga” yang ditemukan oleh seseorang
dan Sultan Bacan (Gahral Adyan Sjah). yang bernama “Bikucigara” (Biksu
Sigara) di bawah rimbunan pohon rotan.
Sejarah sosial di Maluku di masa Kemudian ‘telur naga’ tersebut di
lampau tidak dapat dipisahkan dengan bawah pulang, dan dari telur itu, lahirlah
gerak perdagangan internasional, di mana tiga anak laki-laki dan seorang
rempah cengkih merupakan salah satu perempuan. Dijelaskan lebih lanjut dalam
komoditi utama yang menggerakkan catatan itu, bahwa keempat anak itu
perdagangan antara dunia Barat dan adalah: yang tertua menjadi raja di
Timur. Bacan; yang kedua menjadi raja di
Rempah cengkih dan pala yang Papua; yang ketiga menjadi raja di
dihasilkan oleh Maluku yang membawa Buton-Banggai, dan; yang keempat, anak
kepulauan Nusantara berinteraksi secara perempuannya kawin dengan raja
penuh ke dalam jaringan perniagaan Loloda.
dunia selama berabad-abad. Kepulauan Dalam versi berbeda, seperti yang
Maluku, yang terdiri dari pulau-pulau dicatat oleh Coolhaas, dalam Kroniek
van Het Rijk Batjan, dikisahkan bahwa
11
Van Fraassen. 1987. Ternate, de Molukken en Sultan Bacan yang pertama, Said
de Indonesische Archipel: van Soa Organisatie Muhammad Baqir bin Jafa’ar Shadiq
en Vier Deling-Een Studie van Traditionale yang bergelar “Sri Maha Radja yang
Samenleving en en culture in Indonesie, 2 Vols. Bertahta di Bukit Sigarah”, dari
Leiden: Leiden Universiteit, h. 462.

230
Buletin Al-Turas:
Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXII, Januari 2016

perkawinannya dengan Boki Topowo menjelaskan bahwa dalam abad ke-18


dari Galela, mendapatkan tujuh orang telah terdapat Sembilan distrik di
anak putra-putri. Disebutkan bahwa Halmahera Utara yang berada di bawah
putranya yang bungsu bernama Kaicil Kesultanan Ternate, yakni: (1) Galela,
Komalo Besi. Suatu ketika tertimpa (2) Tobelo, (3) Kau, (4) Loloda, (5)
bencana alam berupa banjir besar, semua Gamkonora, (6) Tolofuo, (7) Tobaru, (8)
anak raja hanyut terbawa air bah, salah Sahu, dan (9) Jailolo.
satunya adalah Kaicil Komalo Besi, putra
bungsunya terdampar di sebelah utara
dan kemudian menjadi raja di Loloda
(Halmahera).
Keberadaan Loloda dalam sejarah
kekuasaan politik di Maluku jelas sudah
merupakan suatu keniscayaan. Dari
sejumlah sumber yang ada, di mana
secara tersirat bahwa terdapat petunjuk
mengenai kedudukan Loloda yang sangat
penting dalam suatu periode sejarah masa Potret sekelompok pria penari di Teluk Loloda12
lampau di Maluku.
Dari kedua versi di atas, bila Selain itu terdapat pula satu distrik di
dibandingkan, maka akan dihasilkan jazirah Selatan Halmahera yakni Gane.
beberapa kesimpulan yang menarik. Dalam sumber ini lebih jelas
Pertama, dari cerita di atas, Ternate, diungkapkan bahwa penguasa Loloda
Tidore, dan Jailolo belum disebut tidak pernah menyandang gelar kepala
namanya. Kenyataan ini menyiratkan distrik atau yang biasa disebut sebagai
tentang kedudukan yang lebih utama dari Sangaji, tetapi penguasa Loloda tetap
Loloda, di kawasan lain di Halmahera mnggunakan gelar Kolano (Raja) Loloda.
Utara. Kedua, suatu penekanan pada Ini menunjukkan bahwa ada upaya
aspek lain, yaitu tentang hubungan penguasa Loloda untuk mempertahankan
elemen-elemen Loloda yang non- eksistensi kerajaannya, sementara di
Austronesian dengan Bacan yang Jailolo, kepala distriknya tetap
13
Austronesian. menggunakan gelar sangaji Jailolo.
Sesungguhnya status dan pengaruh
politik kerajaan Loloda baru mengalami 6. Loloda mendapatkan identitas
degradasi pada abad ke-18. Kondisi ini politik baru di Luar Moloku Kie
bisa dilihat bahwa secara politis, dalam Raha
abad ini Maluku Utara hanya terbagi ke
dalam tiga kerajaan yang mempunyai
hubungan formal dengan VOC yang 12
Sumber: collectie _ Tropenmuseum _ Portret _
berkepentingan mengamankan menopoli van_een_groep_mannen_Lolodabaai_TMnr_600
rempah-rempah. Ketiga kerajaan tersebut 52426.jpg (700 × 480 pixels, file size: 102 KB,
adalah Ternate, Tidore, dan Bacan, MIME type: image/jpeg). English: Portrait of a
sedangkan kerajaan Loloda disetarakan group men, Loloda Bay Nederlands: Foto.
Militaire Exploratie van Nederlands Nieuw-
statusnya setingkat distrik seperti halnya
Guinea 1907-1915. Portret van een groep
kerajaan Jailolo yang telah menjadi mannen, Loloda-baai, bertahun 1900-1920.
distrik sejak abad ke-17. 13
Arend L. Mapanawang, Loloda Kerajaan
Hal ini bisa dilihat berdasarkan Pertama Moluccas (Sejarah Kerajaan Loloda
sumber sejarah yang tersedia dan Maluku), (Tobelo: Yayasan Medika Mandiri
Halmahera, 2012), h. xvii.

231
Keterkaitan antara Loloda dengan Motoa Raha (lima kerajaan Maluku),
kekuasaan lain di Sulawesi, dapatlah atau Maluku Kie Romtoha (lima kerajaan
dilacak dari sejarah raja-raja Bolaang gunung Maluku), tetapi justru yang
Mongondow. Kajian sejarah yang ditulis terbentuk adalah Moloku Kie Raha
oleh W. Dunnebier, menjelaskan bahwa (empat kerajaan gunung di Maluku
asal-usul kerajaan Bolaang Mongondow bagian Utara) tanpa keberadaan Loloda.
berpangkal pada seorang tokoh Moloku Kie Raha nampaknya
legendaris yang hidup di abad ke XIV mengambil keputusan sepihak untuk
bernama Loloda Mokoagow – tokoh ini menghapus Loloda sebagai anggota
diduga merupakan anak dari raja Loloda persekutuan Moti sejak 1322, pasca
yang melarikan diri ke Sula Wessy karena pembentukan Motir Verbond, hingga
negerinya diserang oleh Kumalo Poeloe, NKRI terbentuk pada 1945, yang pasca-
penguasa Ternate. reformasi ini masyarakat Loloda tetap
Peristiwa ini terjadi diperkirakan pada menganggap bahwa mereka belum
tahun 1380. Setibanya anak raja Loloda mendapatkan perhatian yang semestinya
ini - di suatu tempat yang dikenal dengan dari pemerintah daerah maupun pusat,
nama kuno: Maadon (Kema, Sulawesi padahal Loloda adalah salah satu aset
Utara). Tokoh ini-lah merupakan cikal- sejarah dan budaya daerah Propinsi
bakal yang menurunkan raja-raja Bolaang Maluku Utara.14
Mongondow di Sulawesi Utara. Beberapa poin penting yang menarik
Secara Linguistik, Loloda dalam dicatat dalam kaitannya dengan
bahasa Ternate itu berarti: “Tempat hubungan historis antara Loloda dengan
Orang Pindahan”. Bila kita meneliti Sulawesi Utara, dapat diperhatikan di
lebih jauh dari kata ini, Loloda berasal bawah ini antara lain adalah:
dari kata Lodaka yang bermakna: “Orang
Pindahan” Dengan demikian, dapatlah 1. Pada abad ke-17, terjadi konflik di
disimpulkan (kata) Loloda itu internal kerajaan Loloda, yang
mengandung suatu makna yang secara menyebabkan salah satu pangeran
tepat menggambarkan suatu peristiwa kerajaan ini keluar dan berangkat
alam yang berkaitan dengan bencana menuju Celebes (Sulawesi Utara) dan
alam yang dahsyat di masa lampau membentuk kerajaan Maadono di
sehingga terjadi perpindahan penduduk Lelang Kema Minahasa Utara
secara besar-besaran di waktu itu. (Menado Tua, hingga ke Pantai Rerer
di Tondano), menurut catatan dari
7. Diaspora Loloda di Sulawesi Francois Valentijn 1724 (yang juga
Utara menjadi pendeta di Ambon).15
Informasi sejarah setempat 2. Salah satu keturunan pangeran Loloda
mengatakan bahwa Loloda adalah yang melarikan diri tersebut dari hasil
kerajaan tertua di Maluku Utara yang perkawinannya dengan salah seorang
sejak tahun 1322 telah ditinggalkan oleh bangsawan di kerajaan Bolaang
Moloku Kie Raha, bertepatan dengan
peristiwa diadakannya Pertemuan Moti,
14
di Pulau Moti. Arend L. Mapanawang, Loloda Kerajaan
Pertama Moluccas (Sejarah Kerajaan Loloda
Loloda sesungguhnya adalah
Maluku), (Tobelo: Yayasan Medika Mandiri
termasuk ke dalam kelompok kerajaan Halmahera, 2012), h. 133.
Maluku Utara yang seharusnya tergabung 15
Arend L. Mapanawang, Loloda Kerajaan
ke dalam kesatuan raja-raja dan kerajaan Pertama Moluccas (Sejarah Kerajaan Loloda
Maluku yang dikenal dengan Moloku Maluku), (Tobelo: Yayasan Medika Mandiri
Halmahera, 2012), h. 133.

232
Buletin Al-Turas:
Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXII, Januari 2016

Mongondouw adalah lahirnya seorang yang dianggap selalu beradu siasat


raja yang terkenal ramah dan dengan penjajah Belanda.
berwibawa dari kerajaan Bolaang Bolaang Mongondow terdiri dari dua
Mongondow, dan Ia bernama raja kata, “Bolaang” dan “Mongondow”.
Loloda Mokoagow. Raja ini “Bolaang” bisa diartikan bermacam-
memimpin perang melawan Minahasa macam, bisa berarti “lautan”, “tempat
dalam perang yang dikenal sebagai terbuka” yang berasal dari kata
perang Poigar yang pada akhirnya “nobolang” atau mungkin juga diambil
membuat Poigar terbagi menjadi dua dari salah satu suku yang berdiam di sini
yaitu Poigar Bolmon dan Poigar sebelumnya, yaitu suku “Bolango” yang
Minahasa. mendiami Molibagu yang bahasanya
3. Dalam sejarah Minahasa di masa lalu, merupakan percampuran antara bahasa
nama Airmadidi muncul setelah Bolaang Mongondow dan Gorontalo,
seorang kapita (kapten) yang bernama sedangkan “Mongondow” bisa diartikan
Sibu (kapitan Sibu) melakukan tarian “daratan”, (sebagai lawan kata “lautan”)
cakalele dan menancapkan keris ke atau “teriakan” yang berasal dari kata
tanah yang kemudian tanah itu “momondow” (bisa jadi juga memang
mengeluarkan air panas mendidih adalah “teriakan” karena jika kita
(airmandidi), yang sejak saat itu berbicara kepada orang Bolaang
daerah tersebut dikenal dengan Mongondow pasti akan kita temukan
airmadisi. intonasi yang tinggi dari nada bicara
lawan bicaranya) atau penamaan untuk
8. Loloda memberdayakan politik etnik terbesar di Bolaang Mongondow
ruang dan ruang politik baru yaitu suku “mongondow”.
yang dicapai
Dari tradisi lisan para orang tua,
Bolaang Mongondow dikatakan sebagai
kerajaan yang pernah mengalami masa
jaya. Bersama Hulontalo (Gorontalo),
Bolaang Mongondow merupakan
kerajaan besar di Sulawesi Utara.
Kekuasaannya meliputi mulai dari
Bitung hingga Bolaang Mongondow itu
sendiri, yang berarti termasuk Manado
dan Minahasa. Para pria petani sagu Loloda di Halmahera Utara,
Maluku Utara, abad ke-20.
Punu’ adalah seorang penguasa yang
dipilih oleh para para kepala suku
Jika kata-kata itu digabungkan maka
sebelum berlakunya sistem pemerintahan
Bolaang Mongondow bisa diartikan
“kedatuan” (datu) yang berlaku turun-
bermacam-macam. Bisa berarti “lautan
temurun, dengan nama Damopolii yang
dan daratan”, “tempat terbuka untuk
dianggap sebagai raja Manado yang di
berteriak” atau “hasil teriakan di tempat
Minahasa lebih dikenal dengan
terbuka”, atau gabungan etnik “Bolango”
Ramopolii. Bahkan menurut informasi
dan “Mongondow”, namun ini masih
tradisi lisan setempat di Ternate ada
diragukan karena selain etnik pendatang,
kampung Loloda yang konon diambil
ada pula etnik setempat seperti di Lolak
dari nama Datu (sebutan untuk raja) yang
yang mempunyai corak lain. Bolaang
bernama Loloda Mokoagow, seorang raja
Mongondow dapat pula diartikan sebagai
“lautan dan daratan” karena sejumlah

233
bukti sejarah mengatakan bahwa Bolaang Kerajaan Maadono yang akhirnya
Mongondow pernah menjadi salah satu dianeksasi oleh Kerajaan Bolaang
penguasa laut dan daratan di Nusantara. Mongondow menyebabkan rakyat
kerajaan Maadono bercerai-berai dan
9. Loloda dan masyarakat di sebahagiannya menghuni pulau Manado
tempat baru Tua yang saat itu belum miliki nama.
Pada abad ke-16, seorang pangeran Penduduk pertama yang menghuni
kerajaan Loloda keluar dari Halmahera pulau itu adalah rakyat kerajaan
dan pergi menuju Minahasa Utara Maadono. Maadono dalam bahasa-
membentuk kerajaan dengan nama bahasa daerah di Sulawesi Utara baik
kerajaan Maadono yang berpusat di desa Minahasa, Sangir, Bolaang Mongondow,
Lilang Kema Minahasa Utara, yang Gorontalo, yang ternyata tidak ada
menguasai wilayah dan pantai Rerer, kaitannya dengan kata Maadono itu
Kora-kora hingga Lembe, Likupang sendiri. Maadono untuk kosa kata dalam
Siladen, Gangga, Bunaken, dan Manado bahasa Loloda Halmahera berarti telah
Tua. tiba (torang so sampe) di tempat terakhir.
Kerajaan ini menguasai seluruh Jadi dari perkembangan yang terjadi
pesisir pantai Minahasa Utara. Sejarah seiring waktu yang berjalan maka
munculnya Airmadidi diketahui melalui Maadono dari pulau Manado Tua
cerita rakyat setempat, bahwa raja berpindah ke kota Manado sekarang, dan
Loloda memainkan tarian cakalele dan sejak saat itulah kata Manado dikenal,
menancapkan keris ke tanah yang seperti halnya kata “Mollucas” oleh
kemudian memancarkan air dari Portugis, “Mollukken” oleh Belanda, dan
dalamnya yang hingga kini padanya “Al-Muluk” oleh bangsa Arab dan
dibuat tugu di tengah-tengah kota akhirnya menjadi Maluku saat ini.
Airmadidi saat ini. Pangeran tersebut Loloda dan Kerajaan Bolaang
bernama Sibu. Mongondow sangat erat hubungannya di
Kerajaan Maadono yang akhirnya mana setelah kerajaan Mongondow
dianeksasi oleh Kerajaan Bolaang menyerang kerajaan Maadono di
Mongondow menyebabkan rakyat Minahasa Utara otomatis para raja dan
kerajaan Maadono bercerai-berai dan pangerannya harus bergabung dengan
sebahagiannya menghuni pulau Manado kerajaan Bolaang Mongondow yang
Tua yang saat itu belum miliki nama. berinduk dari Loloda, seiring
Penduduk pertama yang menghuni pulau bergabungnya pengikut Maadono ke
itu adalah rakyat kerajaan Maadono. Mongondow, proses kawin-mawin pun
Maadono dalam bahasa-bahasa daerah di terjadi.
Sulawesi Utara baik Minahasa, Sangir, Salah seorang pangeran telah lahir
Bolaang Mongondow, Gorontalo, yang dari Loloda dan Mongondow dan salah
ternyata tidak ada kaitannya dengan kata satu raja yang lahir saat itu adalah
Maadono itu sendiri. Maadono untuk Mokoagow atau Datu Minangkang yang
kosa kata dalam bahasa Loloda memimpin perang melawan Minahasa, di
Halmahera berarti telah tiba (torang so mana Mongondow dibantu oleh Spanyol
sampe) di tempat terakhir. dan Minahasa dibantu oleh Belanda.16

10. Pola hubungan sosial budaya


antara Loloda dengan 16
Arend L. Mapanawang, Loloda Kerajaan
masyarakat di tempat baru Pertama Moluccas (Sejarah Kerajaan Loloda
Maluku), (Tobelo: Yayasan Medika Mandiri
Halmahera, 2012), h. 53.

234
Buletin Al-Turas:
Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXII, Januari 2016

(Minahasa Utara) juga anak dari Pendeta


Missionaris Ridel di Tondano, yang
dalam catatannya mengatakan bahwa
orang-orang Bacan di Halmahera telah
menduduki Manado Tua dan Minahasa
bagian Utara.
Dari rekaman sejarah ini maka dapat
dipastikan bahwa pulau di sekitar
Minahasa Utara termasuk pulau Lembe
dikuasai kerajaan Maadono, sebagai
Peta Kotamobagu ibukota Bolaang Mongondow bukti saat ini bahwa pulau Lembe pada
salah satu tempat utama keturunan Kerajaan
Loloda berdiaspora di Sulawesi Utara (Sumber:
awalnya diduduki oleh suku Loloda, di
facebook.com, Peta Sulawesi Utara, oleh Madjid, mana suku ini bekerja menanam kelapa,
2010, direproduksi tahun 2015). di sepanjang pantai Kora-kora, dengan
komunitas penduduk yang masih sedikit
Peperangan terjadi dengan sangat jumlahnya waktu itu, namun sisanya
dahsyat yang berakhir dengan masih ada yang berdomisili di desa Batu
perdamaian di Minahasa tepatnya di Likupang, Bahoi, Gangga, dan beberapa
Poigar yang akhirnya Poigar sebagian desa yang lainnya lagi seperti di Singkil.
masuk ke wilayah adat Mongondow dan Pada masa sesudah gunung
sebagian masuk Minahasa. Kerajaan Karangetan dan Awu meletus komunitas
Loloda dalam beberapa sumber Sangir mendominasi pulau-pulau di
dikatakan sebagai kerajaan tertua di sekitarnya gunung itu termasuk pulau
Maluku Utara, di mana kehadiran Lembe, Gangga, dan lain-lain. Tetapi
kerajaan ini sudah ada sejak zaman pada awalnya pulau Lembe dihuni oleh
Majapahit. Kerajaan Loloda dipimpin komunitas Loloda.
pertama kali oleh seorang ratu (Jocici) di Di pulau Lembe saat ini ada tiga desa
sekitar tahun 1200 M yang akhirnya pada yang dihuni oleh suku Loloda yaitu desa
era kerajaan-kerajaan lain seperti Ternate Lirang, desa Puloputus, desa Nusu
yang terbentuk pada tahun 1250 dan (campuran Loloda-Sangir) juga ada di
Jailolo 1230, Bacan 1322, maka praktis pantai Kora-Kora Tondano Gangga, Desa
kerajaan Loloda tidak begitu berperan. Batu kecamatan Likupang, dan beberapa
Pada tahun 1627 Kerajaan Loloda desa lainnya, termasuk dua pulau yang
dianeksasi oleh Kerajaan Ternate berada di antara Halmahera dan Sulawesi
sewaktu Sultan Hamzah memimpin Utara, terdapat suku Loloda Tafure dan
Ternate. Dalam keadaan tertekan inilah Mayawu yang saat ini masuk kecamatan
terjadi konflik internal di kerajaan pulau Ternate.
Loloda yang akhirnya salah satu
pangerannya meninggalkan Loloda C. Kesimpulan
tepatnya pergi ke desa Lilang Minahasa
Undang-Undang Otonomi Daerah
Utara saat ini (kerajaan Maadono).
(Otoda) Nomor 22 Tahun 1992 sampai
Berbagai sumber penyebab perginya
Otoda No. 32 Thn. 2004, berdampak
pangeran dari Loloda Halmahera ini juga
pada semakin menguatnya semangat
direkam oleh seorang pendeta terkenal
tokoh-tokoh masyarakat dan segenap
yang pada waktu itu bertugas di Ambon
generasi muda Loloda untuk
dalam tahun 1600-an, yaitu Francois
mewujudkan impiannya, merubah status
Valentijn, di mana pangeran Loloda
daerahnya dari kecamatan menjadi
membentuk kerajaan di Sulawesi Utara
kabupaten dengan nama kabupaten

235
Loloda Pasifik atau yang lainnya, seiring Loloda, sehingga tidak memungkinkan
dengan dimekarkannya sembilan lagi peretemuan Moti itu dihadirinya;
kabupaten/kota yang lainnya di Maluku keempat, faktor genealogis. kerajaan
Utara. Loloda adalah bagian tidak terpisahkan
Semangat otoda kemudian menjadi dari kerajaan-kerajaan besar Moloku Kie
landasan bersikap segenap generasi muda Raha.
Loloda termasuk para kaum Dengan demikian meskipun kerajaan
intelektualnya untuk terus berusaha Loloda Mandiri ketika itu, dia tetap
merumuskan kembali indentitas dirinya ditolak karena kesatuan raja-raja Maluku
sebagai bagian dari masyarakat Maluku Utara menganut sistem garis keturunan
Utara, dan Indonesia. Salah satu upaya laki-laki (patrilineal), yang berpatokan
mereka adalah melakukan kajian pada anak laki-laki keturunan langsung.
kembali, penelitian, dan bahkan publikasi Seandainya Sagarnawi adalah seorang
sejarah Loloda, sebagaimana apa yang laki-laki, maka kemungkinan besar
mereka pahami. Loloda akan diterima secara mutlak
Loloda adalah salah satu kerajaan dari sebagai anggota persekutuan Motir
lima kerajaan utama di kawasan laut dan Verbond 1322-1343.
kepulauan Maluku di bagian utara Loloda-Halmahera (Utara dan Barat)
(kepulauan rempah-rempah) yang tidak memiliki hubungan historis yang sangat
terkonfigurasi ke dalam Motir Staten kuat dengan Sulawesi Utara, ketika tidak
Verbond (Perekutuan Raja dan Kerajaan berhasil mengikuti Pertemuan Moti
dari Moti) berdasarkan Pertemuan Moti (Motir Verbond) di tahun 1322. Utusan
1322 atau dalam bahasa lokalnya Kolano kerajaan Loloda memutuskan untuk
Dokunena Ngaruha Moloku Kie Raha berangkat ke Sulawesi Utara yang
(Empat Kerajaan Gunung Maluku meliputi Bolaang Mongondow,
Bersudara). Alasan ketidakhadiran Minahasa, dan Manado. Sulawesi Utara
Loloda dalam pertemuan Moti dapat telah menjadi alternatif orang-orang
dianalisa dari faktor-faktor berikut: Loloda untuk melakukan integrasi
Pertama, adalah karena faktor alamiah. wilayah. Sulawesi Utara telah menjadi
Perahu utusan raja Loloda dilanda badai tempat orang-orang Loloda melakukan
ketika melakukan perjalanan menuju diasporan dengan penduduk asli Manado,
tempat pertemuan tersebut. Badai itu Minahasa, Bolaang Mongondow, dan
mendamparkan perahu dan utusan raja daerah-daerah sekitarnya di Sulawesi
Loloda di pantai Dufa-dufa Ternate Utara. Bahkan dalam sejarahnya, Loloda
(aspek geografis); kedua, faktor politik telah membangung ruang politik dan
internal, ialah bahwa Raja Loloda tidak politik ruangnya di tempat baru itu, tetapi
ingin turun derajatnya sebagai kerajaan sejauh ini penelitian mendalam tentang
senior di Maluku dengan menghadiri ini masih perlu diperdalam.
Pertemuan Moti bersama empat kerajaan-
kerajaan Moloku Kie Raha. D. Daftar Pustaka
Kehormatan adalah segalanya, Abdurrachman, Paramita R. 2008. Bunga
sehingga rakyat Loloda menolak Angin Portugis di Nusantara:
menghadirkan rajanya untuk ikut dalam Jejak-Jejak Kebudayaan Portugis
pertemuan itu; ketiga, faktor hegemoni di Indonesia. Jakarta: LIPI Press-
Ternate dan Tidore yang diduga hanya Asosiasi Persahabatan dan Kerja
ingin menjadikan Loloda sebagai ajang sama Indonesia-Portugal dan
perebutan, sehingga utusan raja Loloda Yayasan Obor Indonesia.
berkeputusan untuk pergi meninggalkan

236
Buletin Al-Turas:
Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXII, Januari 2016

Andaya, Leonard. 1993. The world of Widjojo, Muridan Satrio. 2007. Cross-
Maluku. Honolulu: University of Cultural Alliance-Making and
Hawaii. Local Resistance in Maluku
Coolhaas, W. Ph. 1923. ”Kroniek van het during the Revolt of Prince Nuku,
Rijk Batjan”, Overgedrukt uit Het c. 1780-1810. Leiden: De
Tijdschrijft van Het Koning voltooiing van dit proefschrift
Batjan. Genootschap van Kunsten werd gesubsidieerd door het
en Wetenschap, deel LXIII, afl.2. TANAP (Towards A New Age of
Fraassen, Ch. F. Van.1985. Ternate, de Partnership) programma.
Molukken en de Indonesische Proefschrift ter verkrijging van de
Archipel: van Soa Organisatie en graad van Doctor aan de
Vier Deling-Een Studie van Universiteit Leiden (dissertation).
Traditionale Samenleving en en Internet:http://Collectie Tropenmuseum
culture in Indonesie, 1 Vol. Portret van een groep mannen
Leiden: Leiden Universiteit. Loloda baai TMnr 60052426. jpg
---------.1987. Ternate, de Molukken en (700 × 480 pixels, file size: 102
de Indonesische Archipel: van KB, MIME type: image/jpeg).
Soa Organisatie en Vier Deling- English: Portrait of a group men,
Een Studie van Traditionale Loloda Bay Nederlands: Foto.
Samenleving en en culture in Militaire Exploratie van
Indonesie, 2 Vols. Leiden: Leiden Nederlands Nieuw-Guinea 1907-
Universiteit. 1915. Portret van een groep
Hasan, Abdul Hamid. 2001. Aroma mannen, Loloda-baai, bertahun
Sejarah dan Budaya Ternate. 1900-1920. Diakses pada 3
Jakarta: Antara Pustaka Utama. Februari 2015, pukul 0:17 WIB.
Leirissa, R.Z. 1996. Halmahera Timur Internet:Loloda, https: // www. facebook.
dan Raja Jailolo: Pergolakan com/Tuzere/posts/504282149614
Sekitar Laut Seram Awal Abad 322-Loloda, Ngara Ma Beno
Ke-19. Jakarta: Balai Pustaka. Sejarah sosial di Maluku dimasa
Mapanawang, Arend. L. 2012. Loloda lampau tidak dapat dipisahkan
Kerajaan Pertama Moluccas dengan gerak perdagangan
(Sejarah Kerajaan Loloda internasional, dimana rempah.
Maluku). Tobelo: Yayasan Galela Tempo Doeloe. Diakses
Medika Mandiri Halmahera. pada 3 Februari 2015, pukul 0:13
WIB.

237

Anda mungkin juga menyukai