PEMBIMBING:
dr. Kamal Basri Siregar, SP. B (K) Onk
DISUSUN OLEH:
KEVIN EFFENDI 120100131
FENNY 120100076
HESTI AFRIANI 120100036
SITI HALIMAH NOVITA 120100300
KASSATRIA HIA 120100358
ABRAHAM SIHOTANG 120100353
SARAH PANGARIBUAN 120100392
NURUL AKLA 120100349
RINI FITRI YANI 120100189
M. ARIEF FADHILLAH AULIA 120100333
MAISARA HISHAMUDIN 120100423
AHMAD FAHRUROZI LUBIS 090100088
KIRUBAH SAI PATNAIK 120100507
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan kasus kami yang
berjudul “Kanker Tiroid”.
Terima kasih kami ucapkan kepada dr. Kamal Basri Siregar, SP. B(K)
Onk, yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan
laporan kasus ini.
Adapun pembuatan laporan kasus ini bertujuan untuk mendiskusikan
kasus kanker tiroid, mulai dari pengertian hingga penatalaksanaan pada pasien
yang dirawat inap selama masa kepanitraan klinik di Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik Medan. Laporan kasus ini diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman dan mendukung penerapan klinis yang lebih baik sehingga dapat
memberikan kontribusi positif dalam sistem pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan yang telah disusun ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk laporan kasus ini. Akhir kata, semoga laporan kasus ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan semua pihak yang terlibat dalam
pelayanan kesehatan di Indonesia.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan....................................................................................................................2
1.3. Manfaat..................................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1. Kelenjar Tiroid 3
2.1.1. Embriologi Kelenjar Tiroid 3
2.1.2. Anatomi Kelenjar Tiroid 4
2.1.3. Histologi Kelenjar Tiroid 5
2.1.4. Fisiologi Kelenjar Tiroid.....................................................................6
2.1.5. Kelainan pada Tiroid...........................................................................13
2.1.5.1. Neoplasma Jinak…..............................................................20
2.1.5.2. Neoplasma Ganas.................................................................21
2.2. Kanker Tiroid 25
2.2.1. Definisi Kanker Tiroid 25
2.2.2. Epidemiologi Kanker Tiroid 26
2.2.3. Faktor Risiko dan Patogenesis Kanker Tiroid 27
2.2.4. Patofisiologi, Gejala dan Tanda Klinis Kanker Tiroid 30
2.2.5. Biomolekuler Kanker Tiroid 38
2.2.6 Diagnosis Kanker Tiroid4 42
2.2.7. Penatalaksanaan 44
BAB 3 STATUS ORANG SAKIT
BAB 4 DISKUSI KASUS
BAB 5 FOLLOW UP
BAB 6 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Untuk itu, diagnosis pada stadium awal sangat berperan penting untuk
tercapainya pengobatan yang maksimal. Sebagian besar kanker tiroid dapat
diobati dalam banyak kasus dengan cara pembedahan dan pengobatan lainnya.
Pembedahan yaitu tiroidektomi sering dilakukan sebagai penatalaksanaan
definitif, yang tentunya memerlukan biaya yang cukup mahal sehingga dapat
menjadi permasalahan yang serius dalam sistem pembiayaan pelayanan kesehatan
di dunia dan di Indonesia sehingga diperlukan perhatian khusus dalam mengatasi
permasalahan ini.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan kasus ini adalah untuk melaporkan kasus
kanker tiroid dan membandingkannya dengan landasan teori yang sesuai.
Penyusunan laporan kasus ini sekaligus untuk memenuhi persyaratan kegiatan
Program Profesi Dokter (P3D) di Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
1.3 Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada masa embrional minggu ke-4, kelenjar tiroid mulai terbentuk dari
penebalan entodermal (divertikulum tiroid) pada dasar primitif faring, dan
terhubung dengan foramen sekum oleh duktus tiroglosus. Kemudian, pada masa
embrional minggu ke-7, kelenjar tiroid sudah turun, dan posisi terakhirnya berada
di ventral trakea, setingkat vertebra servikal C5, C6, dan C7 serta vertebra torakal
T1, sedangkan duktus tiroglosus rudimenter kadang masih tersisa, yang kemudian
bisa kita jumpai sebagai lobus piramidalis, yang terletak di isthmus menuju hyoid
(50%). Kelenjar tiroid janin secara fungsional mulai mandiri padaminggu ke-12
masa kehidupan intrauterine dan pada minggu ini, folikel tiroid pertama mulai
4
terisi koloid.
3
4
Kelenjar tiroid terletak di leher, yaitu antara fasia koli media dan fasia
prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terdapat trakea, esofagus, pembuluh
darah besar dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea dan fascia pretrakealis
dan melingkari trakea dua pertiga bahkan sampai tiga perempat lingkaran.
Keempat kelenjar paratiroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar
tiroid, tetapi letak dan jumlah kelenjar ini dapat bervariasi. Arteri karotis komunis,
vena jugularis interna dan nervus vagus terletak bersama dalam suatu sarung
tertutup di latero dor rsal tiroid. Nervus rekurens terletak di dorsal tiroid sebelum
masuk laring. Nervus frenikus dan trunkus simpatikus tidak masuk ke dalam
4
ruang antara fasia media dan prevertebralis.
Vaskularisasi kelenjar tiroid berasal dari empat sumber antara lain arteri
karotis superior kanan dan kiri, cabang arteri karotis eksterna kanan dan kiri dan
kedua arteri tiroidea inferior kanan dan kiri, cabang arteri brakhialis. Kadang kala
dijumpai arteri tiroidea ima, cabang dari trunkus brakiosefalika. Sistem vena
terdiri atas vena tiroidea superior yang berjalan bersama arteri, vena tiroidea
media di sebelah lateral dan vena tiroidea inferior. Terdapat dua macam saraf yang
mensarafi laring dengan pita suara (plica vocalis) yaitu nervus rekurens dan
4
cabang dari nervus laringeus superior.
5
Kelenjar tiroid terdiri dari sel folikel-folikel. Pada folikel terdapat sel
folikuler yang menghasilkan hormone yang mengandung iodium, yaitu hormon
tiroid (tetraiodo-thyronin / T4 dan triiodothyronin / T3 ). Di ruang interstitium di
antara folikel-folikel terdapat sel parafolikuler atau sel C yang mensekresi hormon
9
kalsitonin.
Produksi hormon tiroid diatur oleh otak melalui Thyrotropin Releasing
Hormone (TRH ) yang dihasilkan oleh hipotalamus yang akan masuk ke vena
hypophyseal dan mengalir ke hipofisis anterior, menstimulasi sel Thyrotroph
untuk mensekresi Thyroid Stimulating Hormone (TSH). TSH akan menstimulasi
8
kelenjar tiroid untuk pembentukan dan sekresi dari hormon tiroid (T3 dan T4).
Pelepasan TRH dan TSH dipengaruhi oleh kadar T3 dan T4 dalam darah. Jika
kadar T3 dan T4 berlebihan dalam darah, maka akan memberikan efek negatif
terhadap hipotalamus dan hipofisis sehingga kadar TRH dan TSH akan menurun dan
kemudian sel sel folikuler kelenjar tiroid mengurangi produksi hormon T3 dan T4,
dan sebaliknya rendahnya kadar T3 dan T4 dalam darah menstimulasi sekresi
7
TRH oleh hipotalamus yang juga akan menstimulasi sekresi TSH dan menstimulasi
8,10
produksi T3 dan T4. Inilah yang disebut negative feed back mechanism.
Bahan dasar untuk sintesis hormone tiroid adalah tirosin dan iodium, yang
keduanya harus diserap dari darah oleh sel-sel folikel. Pembentukan dan
penyimpanan, dan sekresi hormone tiroid terdiri dari langkah-langkah berikut:
1. Pengambilan iodida. Sel folikuler tiroid menangkap iodida secara
transport aktif dari darah ke sitosol. Hampir semua iodium di tubuh
dipindahkan ke kelenjar tiroid untuk mensintesis hormon tiroid, sehingga
8,9
kelenjar tiroid mengandung sebagian besar iodin dalam tubuh.
2. Sintesis tiroglobulin. Disaat sel folikuler menangkap iodida, sel folikuler
juga mensintesis tiroglobulin (TGB), glikoprotein yang dihasilkan oleh
kompleks golgi/retikulum endoplasma sel folikel tiroid. Tirosin menyatu
ke dalam molekul triglobulin sewaktu molekul besar ini diproduksi.
Setelah diproduksi, tiroglobulin yang mengandung tirosin dikeluarkan dari
9
sel folikel ke dalam koloid melalui eksositosis.
8
11
Gambar 2.5 Fisiologi Tiroid
Hormone tiroid yang bebas akan masuk ke membrane sel dengan cara difusi
atau dibawa oleh karier spesifik dan dibawa ke membrane nuclear dengan cara
10
5. Hormone ini juga memiliki efek inotropik positif dan kronotropik pada
2+
jantung dengan cara meningkatkan Ca ATPase di reticulum
sarkoplasma dan meningkatkan jumlah reseptor β-adrenergik dan
konsentrasi dari protein G.
6. Meningkatkan beberapa efek katekolamin (norepinefrin dan epinefrin)
karena hormone ini menambah jumlah reseptor beta. Karena hal ini,
gejala dari hipertiroid yaitu meningkatnya detak jantung, detak jantung
lebih kuat, dan meningkatnya tekanan darah.
7. Hormon ini juga meningkatkan motilitas gastrointestinal. Sehingga
pada hipertiroid menunjukkan gejala diare, sedangkan hipotiroid sering
menyebabkan konstipasi.
8. Meningkatkan laju respiratorik karena meningkatnya kebutuhan
oksigen untuk metabolisme dan meningkatkannya pembentukan
karbondioksida.
9. Meningkatkan sekresi dari kebanyakan kelenjar endokrin lainnya
disertai juga meningkatkan kebutuhan jaringan terhadap hormon
tersebut. Misalnya, meningkatnya sekresi tiroksin meningkatkan
metabolisme glukosa dan oleh karena itu menyebabkan meningkatnya
seksresi insulin oleh pankreas. Selain itu hormon tiroid juga
meningkatkan aktifitas metabolik yang berhubungan dengan
pembentukan tulang sehingga meningkatkan paratiroid hormon.
12
Gambar 2.6 Pengaruh hormon tiroid terhadap tubuh
12
13
Gambar 2.7. Graves’ disease
1.2. Toxic Nodular Goitre
Merupakan sebuah nodul goiter yang muncul dalam jangka waktu yang
lama sebelum terjadinya hipertiroidisme, biasanya muncul pada usia pertengahan
14
atau pada usia lanjut, dan sering tidak berhubungan dengan gejala pada mata.
Toxic nodular goitre ini disebut juga tirotoksikosis sekunder. Pada sejumlah kasus,
nodul pada toxic nodular goitre bersifat inaktif, tetapi jaringan tiroid
internodularnya bersifat overeaktif. Akan tetapi, pada beberapa toxic nodular
goitre, satu atau beberapa nodulnya bersifat overeaktif dan hal ini dikarenakan
13
adanya autonomous thyroid tissue yang dikenal dengan toxic adenoma.
1.3. Toxic Nodule
Adalah nodul soliter yang bersifat overeaktif, yang merupakan toxic
adenoma yang sebenarnya. Hipertrofi dan hiperplasia dari nodul ini tidak
berhubungan dengan TSH-RAb. Sekresi TSH ditekan oleh tingginya kadar
sirkulasi dari hormon tiroid dan jaringan tiroid normal sekitar nodul tertekan
13
sendiri dan menjadi inaktif.
Gejala dan tanda penyakit hipertiroid ini merupakan manifestasi
peningkatan metabolisme di semua sistem tubuh dan organ yang mungkin secara
klinis terlihat jelas. Adapun gambaran klinis dari penyakit hipertiroid ini adalah
keringat berlebihan, tremor tangan, toleransi terhadap panas menurun, berat badan
menurun, emosi tidak stabil, insomnia, mengalami gangguan menstruasi berupa
amenora, dan sering buang air besar. Secara klinis, sering dijumpai adanya
pembesaran kelenjar tiroid, dan kadang terdapat juga manifestasi pada mata,
4
berupa eksoftalmos, dan miopati otot bola mata.
2. Hipotiroid
Kretinisme (Hipotiroid Fetus atau Infantil)
Kretinisme merupakan salah satu konsekuensi dari produksi hormon tiroid
yang tidak adekuat selama perkembangan pada masa fetus dan neonatal. Selain
itu, ada juga dikenal dengan istilah kretinisme endemik. Kretinisme endemik
disebabkan oleh karena defisiensi diet yodium, dimana pada kasus sporadik sering
disebabkan oleh kesalahan metabolism tiroid bawaan atau karena agenesis
kompleks atau parsial dari kelenjar. Tangisan yang serak, makroglosia, dan hernia
umbilikalis pada neonates dengan gejala kegagalan tiroid menunjukkan diagnosis
dari penyakit ini. Diagnosis dan terapi segera dalam beberapa hari setelah lahir
penting untuk mencegah kerusakan yang progresif dan perkembangan fisik dan
15
mental dapat menjadi normal. Pada area non-endemik dan masyarakat yang
menggunakan garam beryodium, hipotiroid sporadic ternyata juga terjadi dengan
perbandingan 1:4.000 kelahiran hidup dan skrining biokemikal dengan
menggunakan penilaian TSH dan T4 dari sampel darah yang diambil dari tumit
neonates masih banyak digunakan.Wanita hamil yang mengkonsumsi obat anti-
tiroid akan melahirkan bayi dengan hipotiroid dan iodin radioaktif tidak boleh
13
diberikan pada wanita hamil.
Hipotiroid pada Orang Dewasa
Istilah myxoedema seharusnya digunakan pada kegagalan tiroid yang berat
dan tidak diaplikasikan pada defisiensi tiroid ringan. Adapun tanda-tanda dari
13
defisiensi tiroid meliputi:
1. Bradikardi
2. Ekstremitas yang dingin
3. Kulit dan rambut yang kering
4. Bengkak pada periorbital
5. Suara serak
6. Bradikinesis dan pergerakan yang lambat
7. Fase relaksasi yang terlambat pada hentakan pergelangan kaki
1. Kelelahan
2. Kelemahan mental
3. Intoleransi terhadap dingin
4. Peningkatan berat badan
5. Konstipasi
6. Gangguan menstruasi
7. Carpal tunnel syndrome
4
3. Struma Nodosa
Struma endemik, biasanya dalam bentuk struma nodosa atau struma
adenomatosa, terutama ditemukan di daerah pegunungan yang airnya kurang
mengandung yodium. Di luar daerah endemik, struma nodosa dijumpai pada
16
13
Gambar 2.8 Nodul Koloid
13
Gambar 2.9 Multinodular Goiter
4. Tiroiditis
Merupakan inflamasi pada kelenjar tiroid, dapat terjadi secara akut, subakut,
atau kronik. Setiap tipe tiroiditis memiliki karakteristik berupa inflamasi, fibrosis,
14
atau infiltrasi dari limfosit pada kelenjar tiroid.
1. Tiroiditis Akut
Tiroiditis akut merupakan suatu gangguan yang jarang yang disebabkan
oleh infeksi pada kelenjar tiroid oleh bakteri, jamur, mikrobakteri, atau parasit.
18
pelopor kanker kecuali dalam kasus yang jarang terjadi. Walaupun sebagian besar
adenoma tidak berfungsi, sebagian kecil menghasilkan hormon tiroid dan
menyebabkan tirotoksikosis yang jelas secara klinis. Produksi hormon dalam
adenoma fungsional ("toksik adenoma ") terjadi terlepas dari stimulasi TSH dan
merupakan contoh tiroid lainnya otonomi, analog dengan goiter beracun
16
multinodular.
Sekitar 8 dari 10 kanker tiroid adalah kanker papiler (disebut juga karsinoma
papiler atau adenokarsinoma papiler). Kanker papiler cenderung tumbuh sangat
perlahan dan biasanya berkembang hanya dalam satu lobus kelenjar tiroid. Meskipun
mereka tumbuh secara perlahan, kanker papiler sering menyebar ke kelenjar getah
bening di leher. Tetap saja, ini kanker yang telah menyebar ke kelenjar getah bening
sering dapat diobati dengan sukses dan jarang fatal.
Ada beberapa subtipe kanker papiler. Dari jumlah tersebut, subtipe folikel
(juga disebut varian papilary-follicular campuran) paling sering terjadi. Bentuk
papiler yang biasa kanker dan subtipe folikel memiliki prognosis baik yang sama
saat ditemukan awal, dan mereka diperlakukan dengan cara yang sama. Subtipe
lain dari karsinoma papiler (kolumnar, sel tinggi (tall cell), insular, dan sclerosing
15
diffuse) tidak begitu umum dan cenderung tumbuh dan menyebar lebih cepat.
21
Jenis ini juga dikenal sebagai karsinoma sel oxyphil. Tentang 3% kanker
tiroid tipe ini. Lebih sulit untuk menemukan dan mengobati. Karakteristik
makroskopik berupa adanya sel-sel poligonal dan hiperkromatik. Insidensi
10,15
metastasis ke kelenjar getah bening sedikit lebih tinggi dibanding FTC.
Subtipe kanker ini secara histopatologi terdiri dari anaplastic spindle cell,
giant cell dan small cell. Ke-3 sel ini menunjukkan aktivitas mitosis yang tinggi,
fokus nekrosis yang luas dan inflitrasi yang nyata. Dengan pewarnaan
immunohistokimia sering menunjukkan ekspresi keratin positif dan terkadang
10
positif pada tiroglobulin.
Limfoma Maligna
Sarkoma
Kanker paratiroid
Dibalik, namun melekat pada, kelenjar tiroid adalah 4 kelenjar kecil yang
disebut paratiroid. Itu kelenjar paratiroid membantu mengatur kadar kalsium
tubuh. Kanker paratiroid kelenjar sangat jarang - mungkin ada kurang dari 100
15
kasus setiap tahun di United States.
Kanker paratiroid yang lebih besar juga dapat ditemukan sebagai nodul di
dekat tiroid. Tidak penting berapa besar nodulnya, satu-satunya perawatan adalah
dengan mengeluarkannya secara operasi. Kanker paratiroid jauh lebih sulit
15
disembuhkan daripada kanker tiroid.
Kanker tiroid merupakan kanker yang berasal dari sel folikel tiroid.
Keganasan tiroid dikelompokkan menjadi karsinoma tiroid berdiferensiasi baik,
yaitu bentuk papilar, folikular, atau campuran keduanya, karsinoma medular yang
berasal dari sel parafolikular dan mengeluarkan kalsitonin, dan kasrsinoma
4
berdiferensiasi buruk/ananplastik.
25
Ditemukan bahwa insiden Kanker Tiroid Folikuler lebih tinggi terjadi pada
area goiter endemik yang berkaitan dengan rendahnya asupan iodium. Sedangkan
insiden Kanker Tiroid Papiler lebih sering berkaitan dengan goiter sporadik pada
27
area dengan asupan iodium yang cukup. Sebuah penelitian eksperimental pada
hewan coba yang sebelumnya dengan asupan iodium rendah kemudian diberikan
suplementasi iodium didapatkan terjadinya perubahan morfologi folikuler menjadi
papiler. Hal ini menunjukkan peranan kadar iodium lebih penting dalam
memodulasi morfologi tumor daripada inisiator pada karsinogenesis tiroid. Jika
propilaksis iodium diberikan, maka terjadi penurunan rata-rata TSH (Thyroid
Stimulating Hormone) serum dan peningkatan perbandingan rasio struktur papiler
: folikuler. Selain itu peningkatan iodium juga berkaitan dengan frekuensi mutasi
BRAF dengan mekanisme yang belum diketahui dan baru dibuktikan melalui
18,20
beberapa studi epidemiologi.
4
Karsinoma Tiroid
Karsinoma tiroid merupakan keganasan terbanyak ke-9 di antara 10 kanker
terbanyak. Karsinoma tiroid merupakan sekitar 3-5% dari semua keganasan.
Insidensnya lebih tinggi di negara endemik struma, terutama jenis folikular dan
jenis berdiferensiasi buruk/anaplastik. Nodul tiroid dapat dijumpai pada semua
usia. Insidensnya meningkat seiring dengan meningkatnya usia, dengan
puncaknya pada usia antara 21-40 tahun. Nodul tiroid didapatkan pada 5-8%
populasi; wanita 2-4 kali lebih sering mengalami nodul ini daripada laki-laki.
Beberapa kriteria klinis yang dapat menunjukkan bahwa suatu tumor tiroid
diperkirakan bersifat ganas dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 2.1. Ramalan keganasan pada kelenjar tiroid (menurut Riccabona) :
1. Umur < 20 tahun dan > 50 tahun
2. Riwayat terpapar radiasi leher pada masa kanak-kanak
3. Pembesaran kelenjar tiroid yang cepat
4. Struma dengan suara parau
5. Disfagia
6. Nyeri spontan
7. Riwayat keluarga menderita kanker
8. Struma hiperplasia yang tetap membesar setelah diobati dengan tiroksin
9. Sesak napas
M0 Tidak ada
M1 Ada
pada trakea, serta membantu diagnosis dengan melihat adanya kalsifikasi di dalam
jaringan tiroid. Foto thoraks dibuat untuk melihat kemungkinan ekstensi struma ke
retrosternum dan penyebaran karsinoma tiroid ke mediastinum bagian atas atau ke
paru.
Pemeriksaan CT-scan bermanfaat terutama pada karsinoma tiroid stadium
lanjut, yaitu untuk melihat ekstensi tumor ke jaringan sekitar, adanya pembesaran,
dan metastasis pada kelenjar getah bening leher. CT-scan juga berguna untuk
merencanakan pembedahan, tetapi tidak dapat membedakan ganas atau jinaknya
suatu nodul tiroid jika belum terjadi infiltrasi ke jaringan sekitarnya.
Pemeriksaan sidik radioaktif tiroid dilakukan dengan bahan radioaktif
yodium 131. Berdasarkan banyaknya yodium yang ditangkap oleh nodul tiroid,
dikenal adanya nodul dingin, yaitu nodul yang tidak menangkap atau sedikit
menangkap yodium dibandingkan dengan sel kelenjar normal. Nodul hangat
menangkap yodium radioaktif sama banyak dengan sel kelenjar normal, dan nodul
panas menangkap yodium radioaktif lebih banyak. Karsinoma papiler biasanya
kurang atau sama sekali tidak menangkap yodium.
Biopsi insisi tidak dianjurkan pada karsinoma tiroid yang layak bedah.
Biopsi aspirasi jarum halus (FNAB) merupakan cara diagnosis yang sangat baik
dan sederhana. Ketepatan diagnosis sangat bergantung pada teknik pengambilan,
persiapan slide, kejelian serta pengalaman ahli patologi di bidang sitologi.
Pada anamnesis ditemukan struma yang telah diderita cukup lama dan
kemudian membesar dengan cepat, disertai rasa nyeri dan penekanan terhadap,
atau infiltrasi ke, organ dan struktur. Salah satu gejala yang mungkin timbul
adalah suara menjadi parau pada penerita struma nodosa yang sudah lama, maka
harus dicurigai adanya degenerasi maligna, yaitu karsinoma anaplastik.
Pemeriksaan penunjang berupa foto roentgen toraks, leher dan seluruh tulang
dilakukan untuk mencari metastasis ke organ tersebut.
4.6. Limfoma
Limfoma primer pada kelenjar tiroid merupakan 5% dari seluruh kasus
limfoma dan merupakan 10% dari keganasan pada tiroid. Biasanya ditandai dengan
tumor pada kelenjar tiroid yang membesar dengan cepat, terutama pada penderita
yang sebelumnya sudah menderita struma multinodosa atau tiroiditis limfositik.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan massa padat, keras atau agak kenyal,
sering terfiksasi dan tidak nyeri. Biasanya massa cukup besar dan sering disertai
tanda-tanda hipotiroidisme.
37
Penelitian terhadap varias molekul yang bermutasi pada kanker tiroid salah
satu contoh nya adalah BRAF dan Gen RAS ( KRAS,HRAS,NRAS) sebagai
mana diketahui bahwa PTC reseptor dari tyrosine kinase (TRK) memiliki
hubungan yang dapat terdeteksi melalui jalur MAPK dimana dapat kita temukan
pada kanker papillary tiroid (PTC) dan mutasi RAS pada poliferasi gen 8- atau
peroxisome yang teraktifasi pada reseptor gamma (PAX8-PPARɤ) yang
berhubungan dengan identifikasi kanker folikular. Lipid kinase
phosphatidylinostol -3- kinase (PI3K/AKT) jalur yang memiliki sinyal yang
berbeda dari kanker tiroid . Adanya mutasi gen dari TP53 DAN cateninβ 1
(CTNNB1) yang terdapat pada poorly differentiated dan kanker anplastik, dimana
23
point mutasi terhadap lokasi pada RET terdapat di kanker tiroid medula.
Jalur pada mitogenis telah dijelaskan pada kanker tiroid yaitu adanya variasi
dari stimulasi dan inhibitor dari hormon, growth faktor dan neurotransmitter. Jalur
26
dari level molekul adalah titik paling penting dari perkembangan kanker tiroid.
Perubahan genetik adalah salah satu faktor penting dari tumorigenesis dan
progresi tiroid, berdasarkan penelitian yang terbaru bagaimana perkembangan dari
kanker tiroid. Baru ini telah ditemukan genetik penting dari kanker tiroid yaitu
onkogenik TI799A yang mutasi secara transversi dari BRAF (adalah gen yang
27
berupa B-type Raf kinase, BRAF).
Penemuan pada mutasi tersebut dapat dikatikan dengan hasil klinis yang
lebih buruk dan merupakan tanda prognostik molekuler yang tersendiri dalam
mengevaluasi marker pada kanker tiroid. Bahkan nilai dari evaluasi preklinik dan
klinik dapat digunakan untuk terapi secara spesifik dalam hal mitogen yang aktif
pada protein kinase inhibitor pada kanker tiroid dapat dicegah. Mutasi dari BRAF
ini memiliki dampak yang penting pada kanker tiroid dalam pemeriksanan secara
klinik
2.2.6 Diagnosis
Benjolan tersebut mungkin ditemukan secara kebetulan oleh penderita sendiri atau
oleh orang lain. Anamnesis lebih lanjut mengenai benjolan tersebut haruslah
dilakukan, meliputi kapan timbulnya benjolan, perubahan ukuran dan gejala yang
berhubungan dengan benjolan tersebut, seperti rasa nyeri, disfagia, dispnea, atau
perasaan tercekik. Selain itu, perlu juga ditanyakan adanya faktor risiko
karsinoma tiroid, seperti riwayat paparan radiasi serta ditanyakan pula riwayat
4,7
kanker tiroid pada keluarga.
Pada pemeriksaan fisik, tumor biasanya dapat dilihat dan dipalpasi dengan
mudah. Yang khas untuk tumor tiroid adalah tumor ikut dengan gerakan menelan.
Akan tetapi, pada stadium yang telah lanjut yang telah berinfiltrasi ke jaringan
sekitar, tumor menjadi terfiksasi, dan sering kali tidak lagi bergerak pada waktu
menelan. Hal ini sering menjadi indikator bahwa tumor sudah tidak dapat
diangkat. Palpasi kelenjar tiroid yang baik dilakukan dari arah belakang pasien
dengan posisi leher pasien sedikit ekstensi. Kartilago cricoidea merupakan
penanda yang penting, oleh karena isthmus terletak tepat dibawahnya. Selain
pemeriksaan pada kelenjar tiroid, perlu juga dilakukan pemeriksaan pada kelenjar
4,7
getah bening servikal dengan cara palpasi.
Terdapat beberapa modalitas radiologis yang dapat digunakan dalam
membantu penegakan diagnosis kanker tiroid, yaitu pemeriksaan foto roentgen,
ultrasonografi, CT, MRI ataupun PET scan. Pemeriksaan roentgen berguna untuk
melihat dorongan, tekanan, dan penyempitan pada trakea, serta membantu
diagnosis dengan melihat adanya kalsifikasi di dalam jaringan tiroid. Foto thoraks
dibuat untuk melihat kemungkinan ekstensi struma ke retrosternum dan
penyebaran karsinoma tiroid ke mediastinum bagian atas atau ke paru.
Pemeriksaan ultrasonografi merupakan pemeriksaan yang berguna untuk
mendeteksi nodul tiroid yang tidak dapat ditemukan dengan palpasi, membedakan
nodul solid dan kistik, serta mengidentifkasi adanya limfadenopati. Gambaran
kalsifikasi pada pemeriksaan ultrasonografi dengan pembesaran nodul regional
meningkatkan kemungkinan tumor yang ditemukan bersifat ganas. Pemeriksaan
ultrasonografi juga memiliki keunggulan oleh karena sifatnya yang tidak invasif,
7
tidak menghasilkan radiasi dan biayanya yang tidak terlalu mahal.
42
2.2.7. Penatalaksanaan
Apabila ada pasien yang datang dengan benjolan / nodul di leher pertama-
tama yang harus dilakukan adalah pemeriksaan klinis untuk menentukan apakah
nodul tiroid tersebut suspect benigna atau suspect maligna. Bila nodul tersebut
suspect maligna harus dibedakan apakah nodul tersebut operable atau inoperable.
Bila kasus yang dihadapi nodul tiroid suspect maligna inoperable maka dilakukan
tindakan biopsi insisi dengan pemeriksaan histopatologik secara blok paraffin.
10
Dilanjutkan dengan tindakan debulking dan radiasi eksterna atau kemoterapi.
Bila kasus yang dihadapi nodul tiroid supect maligna operable maka dilakukan
tindakan isthmolobektomi dan pemeriksaan potong beku ( VC ). Akan ada 5
16
kemungkinan hasil yang di dapat :
43
Bila kasus yang dihadapi telah ada metastasisnya maka penatalaksanaanya yaitu :
28
2. Penatalaksanaan kanker tiroid dengan metastase jauh
Syarat untuk melakukan radiasi interna adalah tidak boleh ada jaringan
tiroid normal yang akan bersaing dalam afinitas terhadap iodium radioaktif.
28
Follow Up
DAFTAR PUSTAKA
19. Führer, D., Bockisch, A., Schmid, K.W. 2012. Euthyroid Goiter With and
Without Nodules—Diagnosis and Treatment. Medicine, 2012; 109 (Suppl
29–30): 506–516.
20. Pellegriti, G., Frasca, F., Regalbuto, C., Squatrito, S.,Vigneri, R..
Worldwide Increasing Incidence of Thyroid Cancer: Update on
Epidemiology and Risk Factors. Hindawi, 2013; 1-7.
21. Schmid KW. Molecular pathology of thyroid tumors. Pathologe. 31(Suppl
2):229-33, 2010
22. Giusti F, Falchetti A, Franceschelli F, Marini F, Tanini A, Brandi ML.
Thyroid cancer: current molecular perspectives. J Oncol. 2010:351679,
2010.
23. Kimura ET, Nikiforova MN, Zhu Z, Knauf JA, Nikiforov YE, Fagin JA.
High prevalence of BRAF mutations in thyroid cancer: genetic evidence
for constitutive activation of the RET/PTC-RAS-BRAF signaling pathway
in papillary thyroid carcinoma. Cancer Res. 63(7):1454-7, 2003
48
24. Kato MA, Fahey TJ. 3rd. Molecular markers in thyroid cancer diagnostics.
Surg Clin North Am. 89(5):1139-55, 2009
25. Parameswaran R, Brooks S, Sadler GP. Molecular pathogenesis of
follicular cell derived thyroid cancers. Int J Surg. 8(3):186-93, 2010
26. Carter WB, Tourtelot JB, Savell JG, Lilienfeld H. New treatments and
shifting paradigms in differentiated thyroid cancer management. Cancer
Control. 18(2):96-103, 2011
27. Riesco-Eizaguirre G, Gutiérrez-Martínez P, García-Cabezas MA, Nistal M,
Santisteban P. The oncogene BRAF V600E is associated with a high risk of
recurrence and less differentiated papillary thyroid carcinoma due to the
impairment of Na+/I- targeting to the membrane. Endocr Relat Cancer.
13(1):257-69, 2006
28. NCCN guidelines for patients thyroid cancer, version 1, 2017.
http://www.nccn.org.>physician_gls>pdf