Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA

Osilator Wien Bridge

Nama : Syafira Az-zahra

NIM : 121331026

Kelas : 2A-Teknik Telekomunikasi

Nama Partner : Risma Gayatri (121331021)

Wildan Driantama (121331031)

Tanggal Percobaan : 19 Desember 2013

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
1. Tujuan Percobaan
a. Dapat merancang rangkaian osilator Wien Bridge.
b. Mengetahui frekuensi osilasi yang dihasilkan osilator wien bridge.
c. Mengetahui dan memahami gangguan pada proses osilasi.

2. Alat dan Bahan


a. 1 unit osiloskop
b. 1 unit multimeter
c. 1 protoboard
d. 1 Power Supply DC
e. 1 pasang kabel coaxial
f. Kabel banana plug dan capit buaya secukupnya
g. Jumper secukupnya
h. 1 buah OP-AMP 741
i. 3 buah resistor 1KΩ
j. 2 buah kapasitor 10 nF
k. 1 buah potensiometer 2KΩ

3. Landasan Teori
Pengertian
Osilator adalah rangkaian yang menghasilkan sinyal output secara periodik tanpa
ada sinyal input dari luar. Sinyal input rangkaian didapat dengan cara
mengumpanbalikkan sebagian/seluruh sinyal output ke input.
Ditinjau dari bentuk gelombang yang dihasilkan, pengertian yang lebih spesifik
adalah :
 Osilator : pembangkit sinyal dengan fungsi sinusoidal.
 Multivibrator : pembangkit sinyal dengan fungsi Non-sinusoidal.
Pada praktikum kali ini kita menggunakan osilator wien bridge yang memiliki ciri
osilasinya dibentuk oleh pasangan RC seri dan RC paralel.
Jenis Osilator
 Berdasarkan komponen utama (komponen penyebab osilasi):
 RC osilator
 LC osilator
 Kristal osilator
 Berdasarkan frekuensi osilasi:
 Audio frequency (AF) Oscillator
 Radio frequency (RF) Oscillator
 Berdasarkan bentuk sinyal output yang dihasilkan:
 Osilator sinusoidal
 Osilator non-sinusoidal (multivibrator)
Contohnya : generator sinyal kotak, sinyal segitiga, dan sinyal gigi gergaji.
Gangguan osilasi
Sifat/keadaan osilasi dapat juga terjadi pada rangkaian yang tidak didesain sebagai
osilator, sehingga dapat mengganggu fungsi kerja dari rangkaian itu sendri, contoh
penyebab osilasi yang sering terjadi adalah :
 Rangkaian penguat bertingkat dengan penguatan (Gain) yang terlalu besar untuk
tiap-tiap tingkatnya.
 Rangkaian untuk frekuensi tinggi, disebabkan adanya kapasitor parasit dan
perubahan sifat komponen oleh pengaruh frekuensi tinggi.
 Efek feedback yang tidak dikehendaki antara output dan input rangkaian, dan
lain-lain.
Implementasi
 Generator sinyal (Pembangkit pulsa)
 Osilator lokal untuk pemancar  penerima radio frekuensi
 VCO
 Multivibrator,dll
Kestabilan Osilator
Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan kerja osilator :
 Kestabilan frekuensi
 Self starting (mulai sendiri)
 Kestabilan amplituda
 Linieritas
Kestabilan frekuensi dipengaruhi oleh temperatur, faktor komponen, kapasitor-
kapasitor parasit dan beban output rangkaian. Tegangan bias pada catu daya penguat,
temperatur dapat berpengaruh pada saat self starting. Perolehan penguatan loop yang
tidak sama dengan satu dapat berpengaruh pada kestabilan amplituda (osilator adalah
regeneratif feedback). Ketidak linieran dapat menimbulkan harmonis pada sinyal
output osilator.

4. Langkah Kerja
 Rangkailah rangkaian osilator seperti gambar dibawah ini :

Vo
 Cari nilai R dan C yang dibutuhkan untuk menghasilkan frekuensi osilasi ±10 KHz
dengan menggunakan rumus perhitungan berikut:
1
𝑓𝑜𝑠 =
2𝜋𝑅𝐶
 Hubungkan output rangkaian Vo pada channel 1 osiloskop.
 Atur potensiometer pada rangkaian sampai sinyal output yang dihasilkan sempurna
(tidak ada cacat).
 Amati dan catat sinyal output yang dihasilkan.

5. Hasil Percobaan
1
𝑓𝑜𝑠 =
2𝜋𝑅𝐶
Karena komponen yang tersedia dilab tidak memungkinkan untuk menghasilkan
frekuensi osilasi 10KHz, maka frekuensi osilasi hasil perhitungan yang digunakan
±15,9 Khz dengan nilai R = 1 KΩ dan C = 10 nF.
Hasil pengukuran
Rf = 2 KΩ
𝑅𝑓
Maka, = 2 dengan frekuensi osilasi sebesar 14,3 KHz
𝑅1

6. Kesimpulan
 Frekuensi hasil pengukuran dan hasil perhitungan tidak berbeda jauh, perbedaan ini
disebabkan oleh beberapa faktor seperti toleransi alat ukur dan pembacaan
pengukuran.
 Osilator tidak akan bekerja jika tidak diberikan tegangan +15 V dan -15V pada IC
Op-Ampnya.
 Osilator tidak membutuhkan tegangan input untuk bekerja.
 Nilai R dan c sangat berpengaruh untuk menentukan besarnya nilai frekuensi
osilasi.

Anda mungkin juga menyukai