Anda di halaman 1dari 46

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Merokok merupakan kegiatan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh

kerena menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) rokok merupakan zat adiktif

yang memiliki kandungan kurang lebih 4000 elemen, dimana 200 elemen

didalamnya berbahaya bagi kesehatan tubuh (Kumbayono, 2010 dalam Iksan

2012). Prevelansi merokok di Indonesia sangat tinggi diberbagai lapisan

masyarakat, terutama pada laki-laki mulai dari anak-anak, remaja dan dewasa.

Kecenderungan merokok terus meningkat dari tahun ke tahun baik pada laki-laki

maupun perempuan. Menurut data Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

dan Riskesdas menunjukkan bahwa prevalansi merokok untuk semua kelompok

umur mengalami peningkatan (Infodatin, 2010:4). The national institutes of

health (Yayasan Kesehatan Nasional) menyebutkan bahwa asap rokok yang

dihirup oleh orang yang bukan perokok telah menyebabkan kematian lima ribu

orang setiap tahunya dan bahwa perokok yang pasif juga menyebabkan terserang

penyakit jantung, memperparah penyakit asma, dan menghambat siklus aliran

darah (Nururrahman, 2014:78).

Bahaya yang bisa ditimbulkan oleh orang yang terkena paparan asap

rokok adalah meningkatnya resiko stroke, kanker paru-paru dan infeksi saluran

pernafasan (Pessing, et al.2015). Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdes,

2013:175) sebesar 85% rumah tangga Indonesia terpapar asap rokok, estemasinya
2

adalah delapan orang perokok meninggal karena perokok aktif, satu perokok

pasif meninggal karena terpapar asap rokok orang lain, berdasarkan rasio ini

maka sedikitnya 25.000 kematian di Indonesia terjadi di karenakan asap rokok

orang lain. Sedangkan menurut riset kesehatan dasar (2010:406) menyatakan

bahwa dari setiap 10 kematian 1 diantaranya disebabkan oleh paparan asap

rokok.

Pemerintah dan berbagai pihak dalam rangka mengurangi dampak asap

rokok terhadap perokok pasif. Salah satu kebijakan yang diambil adalah adanya

peraturan Walikota Kota Batu yang menerapakan kawasan tanpa rokok (KTR)

dan kawasam terbatas merokok (KTM) yang ditetapkan di tempat-tempat umum

untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh asap rokok. Didalam KTR &

KTM pengelola harus menyediakan tempat khusus untuk merokok (smoking area)

sehingga asap rokok yang dikelurkan oleh perokok tidak dihirup oleh orang yang

ada disekitar (Peraturan Walikota Batu No. .25 tahun 2015). Smoking area sendiri

adalah tempat yang dikhususkan untuk merokok. Dibangunya Smoking area

bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan mengurangi dampak

negatif asap rokok terhadap orang orang di sekitar perokok (WHO Repot on the

Global Tobacco Epidemic, 2009:27). Perokok aktif sering melakukan kegiatan

merokok di tempat umum seperti bandara, stasiun, terminal, pasar, tempat

hiburan sehingga orang yang ada disekitar perokok akan ikut menghirup asap

rokok.

Penggunaan smoking area diperlukanya kesadaran dari pengunjung.

Tingkat kesadaran masyarakat pada akhirnya akan menimbulkan partisipasi dari


3

masyarakat untuk ikut mengelola lingkungan. Partisipasi merupakan kemampuan

dari masyarakat untuk bertindak dalam keberhasilan (keterpaduan) yang teratur

untuk menanggapi kondisi lingkungan sehingga masyarakat tersebut dapat

bertindak sesuai dengan logika dari yang dikandung oleh kondisi lingkungan

tersebut (Azkha, 2013:173). Ada beberapa hal yang mempengaruhi kesadaran

sesorang salah satunya adalah pengetahuan, walaupun diharapkan agar setiap

orang peduli akan lingkungan, namun kenyataannya masih banyak manusia yang

belum sadar akan makna lingkungan itu sendiri. Oleh karena itu kesadaran

masyarakat mengenai pentingnya peranan lingkungan perlu terus ditingkatkan

melalui penyuluhan, penerangan, pendidikan, penegakan hukum disertai

pemberian rangsangan atau motivasi atas peran aktif masyarakat menjaga

lingkungan sekitarnya (Yanti, 2009).

Kepatuahan sesorang dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor di

antaranya adalah pengetahuan, tingkat pendidikan, dan trauma seseorang

(Martoni, Arifin, dan Ravaenal, 2012). Sedangkan penelitian Budiman Mauliku

dan Anggraeni (2010) menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi kepatuhan di antaranya adalah usia, pendidikan, petugas,

pengetahuan, penghasilan dan sikap. Sedangkan Penelitian Bagiadi dan Primasari,

(2010) didapatkan bahwa terdapat ada beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidakpatuhan yaitu jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, edukasi , dan jarak

rumah, sedangkan pada penelitian Wambrau, (2006) didapatkan bahwa terdapat

ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan yaitu pengetahuan,

sikap, keyakinan dan ketersedian obat.


4

Dari observasi peniliti di smoking area Alun-alun Batu pada hari kamis

tanggal 1 September 2016, rata-rata pengujung alun-alun Kota Batu telah

menggunkan smoking area untuk melakukan kegiatan merokok namun masih tetap

ada pengunjung yang melanggar dan merokok di dalam maupun dipinggir alun

alun kota batu sehingga asap rokok yang dikeluarkan terhirup oleh pengunjung

lainya. Dari 30 perokok yang merokok di alun-alun Kota Batu, 26 pengunjung

sudah menggunakan smoking area untuk merokok dan 4 pemgunjung merokok di

luar smoking area sehingga asapnya mengaanggu orang yang berjalan di alun-alun

Batu. Di alun-alun Kota Batu sudah ada peringatan berupa pemberitahuan suara

yang mengintruksikan agar para perokok menggunakan smoking area tetapi masih

ada pengunjung yang tetap merokok di luar smoking area.

Berdasarkan data yang diuraikan peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan penggunaan

smoking area di alun-alun Kota Batu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana gambaran ketidakpatuhan penggunaan smoking area?

2. Bagaimana gambaran faktor-faktor ketidakpatuhan penggunaan smoking area?

3. Menganalisa faktor yang dominan/ paling mempengaruhi ketidakpatuhan

penggunaan smoking area?

4.
5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketidak patuhan

penggunaan smoking area.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan gambaran ketidakpatuhan penggunaan smoking area?

2. Mendeskripsikan gambaran faktor-faktor ketidakpatuhan penggunaan smoking

area?

3. Menganalisa faktor yang dominan/ paling mempengaruhi ketidakpatuhan

penggunaan smoking area?

1.4 Manfaat penelitian

1. Bagi pengguna smoking area

Penelitian diharapkan dapat menanmbah pengetahuan dan informasi bagi

pengguna smoking area dalam rangka mengurangi pentingnya menggunakan

smoking area. Sehingga dapat mengurangi dampak pada orang orang sekitar

2. Bagi perawat

Sebagai bahan dalam menambah ilmu keperwatan terutama dalam factor

factor ketidakpatuhan penggunaan smoking area

3. Bagi institusi pendidikan


6

Menjadi bahan referensi dan memberikan bekal kompetensi bagi

mahasiswa sehingga mampu menerapkan ilmu yang di dapat kepada masyarakat

4. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan peneliti dan

dapat mengaplikasikan beberapa ilmu yang telah didapat serta menjadi

pengalaman berharga untuk penelitian kemudian sebagaia referensi untuk

penelitian berikutnya

1.5 Keaslian penelitian

Berdasarkan Penelitian Martoni, Arifin, dan Raveinal1, (2012) didapatkan

bahwa terdapat ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien

HIV/AIDS terhadap terapi antiretroviral di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M.

Djamil Padang pada bulan Desember 2011-Maret 2012 dalam penelitian tersebut

ada tiga variable yang mempengaruhi yaitu faktor pengetahuan, tingkat

pendidikan dan beck deppresion inventory perbedaan penelitian yang dilakukan

oleh Martoni dkk dengan yang saya lakukan adalah pada subyek diteliti yaitu pada

Martoni adalah kepatuhan pasien HIV/AIDS terhadap terapi antiretroviral

sedangkan saya adalah ketidakpatuhan penggunaan smoking area.

Berdasarkan Penelitian Bagiadi dan Primasari, (2010) didapatkan bahwa

terdapat ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan penderita

tuberkolosis dalam berobat dipoliklinik DOTS RSUP Sanglah Denpasar dalam

penelitian tersebut ada bebarapa variable yang mempengaruhi yaitu jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, edukasi tentang TB, dan jarak rumah perbedaan penelitian
7

yang dilakukan oleh Bagiadi dan Primasai dengan yang saya lakukan adalah pada

subyek diteliti yaitu pada Bagiadi dan Primasai adalah ketidakpatuhan penderita

TB dalm berobat sedangkan pada penelitian ini adalah ketidakpatuhan

penggunaan smoking area

Berdasarkan Penelitian Wambrau, (2006) didapatkan bahwa terdapat ada

beberapa faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan Dokter dalam penulisan

resep sesuai dengan formalarium rumah sakit umum R.A Kartini Jepara dalam

penelitian tersebut ada bebarapa variable yang mempengaruhi yaitu pengetahuan,

sikap, keyakinan dan ketersedian obat perbedaan penelitian yang dilakukan oleh

Wambrau dengan yang saya lakukan adalah pada subyek diteliti yaitu pada

Wambrau adalah ketidakpatuhan dokter dalam menulis resep pada penelitian ini

adalah ketidakpatuhan penggunaan smoking area

Berdasarkan Penelitian Budiman, Mauliku dan Agraini (2010) didapatkan

bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat

pasien TB paru pada pasien intensif di Rumah Sakit umum Cibabat Cimahi. yaitu

umur, pendidikan, petugas, pengetahuan, penghasilan dan sikap pasien

perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Budiman dkk dengan yang saya

lakukan adalah pada subyek diteliti yaitu pada Budiman dkk adalah kepatuhan

minum obat pasien TB paru pada pasien intensif pada penelitian ini adalah

ketidakpatuhan penggunaan smoking area

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada

penelitian-penelitian dari Martoni, Arifin dan Raveinal1 (2012), Bagiadi dan

Primasari (2010), Wambrau (2006), dan Budiman, Mauliku dan Agraini (2010).
8

Belum ada yang membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

ketidakpatuhan penggunaan smoking area menggunakan kuesioner, Akan tetapi

penelitian sebelumnya banyak membahas ketidakpatuhan pada menggunakan

variable yang sama melainkan menggunakan variable yang lain.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Rokok

2.1.1 Definisi Rokok

Rokok adalah salah satu hasil olahan tembakau dengan

menggunakan bahan ataupun tanpa bahan tambahan. Rokok berbentuk silinder

dari kertas berukuran sekitar 120 milimeter dengan diameter sekitar 10 milimeter

yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah (Nururahman, 2014:77).

Konsumsi rokok di sebut sebagai merokok. Sedangkan Ikhsan (2012) merokok

adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan

menghembuskannya kembali keluar. Definisi perokok menurut WHO untuk

sekarang adalah mereka yang merokok setiap hari untuk jangka waktu minimal 6

bulan selama hidupnya.

2.1.2 Jenis rokok

Menurut (Sugito, 2007,25) jenis-jenis rokok yaitu:

1. Rokok klobot

Rokok ini terbuat dari campuran tembakau dan cengkeh. Disebut

rokok klobot karena pembungkusnya terbuat dari bahan daun jagung

kering.
10

2. Rokok kawung

Rokok kawung hampir sama dengan rokok klobot. Bahan rokok

ini adalah tembakau cengkeh dan pembungkusnya terbuat dari daun

kawung.

3 Rokok kretek

Disebut sebagai rokok kretek karena suara rokok ini saat disulut

api berbunyi kretek-kretek, suara ini berasal dari cengkeh yang terbakar

api, awalnya rokok ini dibungkus dengan daun jagung kering, namun

sekerang bahan pembungkusnya sudah diganti kertas.

4. Rokok filter

Bahan pembuat rokok filter hamper sama dengan rokok kretek

yang membedakan yaitu ditambahkanya saringan yang terbuat dari gabus

berserat lembut yang digunakan untuk menyaring asap rokok.

5. Rokok mild

Rokok mild termasuk rokok filter. Bedanya pada kardar nikotin

dan tar yang lebih rendah dari rokok filter pada umumnya.

6. Rokok cerutu

Cerutu berbeda dengan rokok lain dalam hal ukuan dan pembungkusnya.

Ukuran cerutu lebih besar daripada rokok pada umumya.

Pembungkusnya tembakau, bukan daun kering maupun kertas.


11

2.1.3 Jenis-jenis Perokok

Menurut Irmati (2011:55) perokok dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Perokok pasif

Perokok pasif atau yang disebut juga Involuntary Smoking adalah

istilah yang diberikan kepada orang yang tidak merokok tapi ikut

menghirup asap rokok yang dari orang yang merokok di sekitarnya.

2. Perokok aktif

Perokok aktif yaitu orang yang secara langsung melakukan

aktivitas merokok. Kebiasaan merokok sudah menjadi kebiaasaan sehari-

hari.

Sedangkan menurut (Roszkwiski ,2014:20) dapat dibedakan menjadi:

a. perokok aktif ialah individu yang benar-benar memiliki kebiasaan

merokok. Merokok sudah menjadi kebiasaan sehingga rasanya tidak enak

apibila sehari tidak merokok.

b. Perokok pasif

Yaitu individu yang tidak memiliki kebiasaan merokok, namun

terpaksa menghirup asp rokok yang dihembuskan orng lain yang ada di

dekatnya. Tipe perokok ini banyak ditemui di halte bus, didalam kereta

atau ditempat pertemuan yang didekat mereka ada yang merokok.

Perokok pasif disebut juga korban dai perokok aktif.


12

2.1.4 Penyebab Kebiasaan Merokok

Menurut Sugito (2007:10) penyebab orang merokok yaitu:

1. Hasrat

Salah satu yang paling kuat memaksa seseorang adalah hasrat,

karena dengan merokok dapat memuasakan selea yang telah ada dalam

diri orang yang menghisapnya, sehingga dari sana perkara yang lebih sulit

untuk berhenti merokok karena telah memuaskan hasrat kecanduan

2. Merokok itu jantan

Kalangan muda menyatakan merokok itu jantan sebagai alas an

mereka merokok, mereka terobsesi dengan propaganda iklan yang

mengindentifisikan rokok. Bila ditinjau mengenai kandungan maka akan

diketahui bahwa rokok dapat menyebabkan impotensi. Jelas ini

bertentangan dengan propaganda iklan rokok.

3. Toleransi dengan teman

Orang yang merokok dengan alasan toleransi sebenarnya tidak

ada keinginan untuk merokok dalam dirinya sendiri. Namun lingkungan

sekitar yang membuatya rajin merokok. Umumnya hal ini menimpa orang

yang suka berkumpul dengan oang yang mempunyai kebiasaan merokok

4. Rokok menghilangkan pusing dan stress

Alasan merokok untuk menghilangkan pusing dan stes tak dapat

dipungkiri, karena nikotin yang terdapat dalam rokok dapat membawa

ketenangan. Dengan demikian pusing dan stress akan hilang.


13

5. Lebih bisa mikir

Orang yang mencari ide atau inspirasi sering menggunakan rokok

sebagai alasan untuk mengeluarkan ide. Tak hanya mengeluarkan ide

merokok juga dapat menghilangkan kejenuhan saat pekerjaan

menumpuk, bahkan perokok menganggap merokok dapat meningkatkan

produktivitas.

Oskam dalam Nasution (2008) menyatakan motif seseorang merokok

terbagi menjadi dua motif utama yaitu :

1. Faktor Psikologis Pada umumnya dibagi ke dalam lima bagian, yaitu :

a. Kebiasaan

Perilaku merokok menjadi sebuah perilaku yang harus

tetap dilakukan tanpa adanya motif yang bersifat negatif ataupun

positif. Seseorang merokok hanya untuk meneruskan perilakunya

tanpa tujuan tertentu.

b. Reaksi emosi yang positif

Merokok digunakan untuk menghasilkan emosi yang

positif, misalnya rasa senang, relaksasi, dan kenikmatan rasa.

Merokok juga dapat menunjukkan kejantanan (kebanggaan diri)

dan menunjukkan kedewasaan.

c. Reaksi untuk penurunan emosi

Merokok ditujukan untuk mengurangi rasa tegang,

kecemasan biasa, ataupun kecemasan yang timbul karena adanya

interaksi dengan orang lain.


14

d. Alasan sosial

Merokok ditujukan untuk mengikuti kebiasaan kelompok

(umumnya pada remaja dan anak-anak), identifikasi dengan

perokok lain, dan untuk menentukan image diri seseorang.

Merokok pada anak-anak juga dapat disebabkan adanya paksaan

dari teman-temannya.

e. Kecanduan atau ketagihan

Seseorang merokok karena mengaku telah mengalami

kecanduan. Kecanduan terjadi karena adanya nikotin yang

terkandung di dalam rokok. Semula hanya mencoba-coba rokok,

tetapi akhirnya tidak dapat menghentikan perilaku tersebut karena

kebutuhan tubuh akan nikotin.

2. Faktor biologis

Faktor ini menekankan pada kandungan nikotin yang ada

di dalam rokok yang dapat mempengaruhi ketergantungan

seseorang pada rokok secara biologis Selain motif-motif diatas,

individu juga dapat merokok dengan alasan sebagai alat dalam

mengatasi stress.
15

2.1.5 Zat Yang Tekandung Dalam Rokok

Menurut Sugito (2007:41) ada tiga zat utama yang terkandung dalam

rokok yaitu

1. Nikotin

Senyawa kimia yang terkandung dalam tembakau, merupakan

senyawa yang sangat adikitif, bahkan sama adiktifnya dengan heroin dan

kokain. Apabila seseorang terus merokok maka tubuh akan semakin

tergantung secara fisik dan psikologis terhadap nikotin. Penelitian

menunjukkan perokok harus mampu mengatasi kedua ketergantungan ini

agar bisa lepas dari ketergantungan. Selain menjadi penyebab utama

ketagiahan pada perokok. Sejak nikotin sering duganakan sebagai

insektisida. Nikotin memproduksi perasaan senang yang membuat para

perokok ingin terus merokok. Setelah sistem saraf berdaptasi dengan

nikotin perokok cenderung menambah jumlah batang rokok yang

dihisap. Akibatnya kadar nikotin dalam darah juga ikut meningkat. Dosis

30-60 mg dari nikotin dianggap sebagai dosis yang mematikan pada

manusia. Nikotin adalah racun yang bekerja sangat cepat

2. Tar

Tar diartikan sebagai bahan partikulasi (bahan padat halus yang

berukuran lebih kecil dari debu ) yang turut masuk ke dalam tubuh saat

perokok menghisap asap rokok dari lintingan rokok yang menyala. Setiap
16

partikel tar merupakan komposisi dari bahan kimia organik dan

anorganik. Sebagian besar berupa nitrogen, oksigen, hydrogen,

karbondioksida dan bahan kimia lain yang mudah menguap. Tar

merupakaan bahan kimia yang menyebabkan noda kuning keclokatan

pada kuku dan gigi para perokok. Selain itu tar juga dapat membuat flek

pada paru-paru. Benzopyrene ( senyawa polycynyc aromatic hydrocarbon) adalah

salah satu karsinogen yang terkandung dalam tar.

3. Karbon monoksida

Asap tembakau mengandung karbon monoksida, yakni gas tidak

bewarna, tidak berbau, dan sangat mematikan, karbon monoksida

merupakan gas yang akan berbaur dengan darah dan menghambat asupan

oksigen paru-paru. Saat karbon monoksida dihirup. Ia akan terikat pada

hemoglobin dalam darah yang disebut karboksilhemoglobin.

2.1.6 Bahaya Rokok

Menurut Husaini (2006:62) ada berbagai macam gangguan yang

ditumbulkan oleh rokok yaitu :

1. Diabetes

Pasien yang mempunyai kebiasaan merokok membutuhkan

tetesan insulin yang lebih banyak dibandingkan pasien yang tidak

merokok. Hal ini disebabkan karena rokok telah memperlambat kerja

aliran darah darah dalam kulit dan menyebabkan lambat dalam menyerap
17

insulin kedalam darah. Serta menjadikan efektifitas kerja insulin dalam

darah itu sendiri menjadi berkurang. Berbagai penelitian dan uji coba

pada diri pasien diabetes tipe 2 yang umumnya terbiasa merokok

membuktikan bahwa presentase kemungkinan mereka untuk bisa terkena

penyakit jantung coroner, penyakit pada pembuluh darah. Infeksi pada

otot dan sejenisnya, lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak

merokok. Demikian pula kemungkinan menderita diabetes bagi mereka

yang merokok umunya lebih tinggi disbanding mereka yang tidak

merokok (Xie et al, 2009:784)

2. Mengurangi efektivitas kerja obat

Sebagian obat pengurang rasa sakit, obat depresi dan obat

penenang seperti valium dan obat lain yang digunakan untuk

menyembuhkan asma seperti aminofelem, akan berkurang efektivitas

kerjanya bila terdapat nikotin dalam tubuh dalam jumlah yang cukup

besar.

beberapa penyakit akibat merokok menurut Badan POM RI

antara lain:

a. Penyakit jantung dan stroke.

Satu dari tiga kematian di dunia berhubungan dengan penyakit

jantung dan stroke. Kedua penyakit tersebut dapat menyebabkan sudden

death ( kematian mendadak).


18

b. Kanker paru.

Satu dari sepuluh perokok berat akan menderita penyakit kanker

paru. Pada beberapa kasus dapat berakibat fatal dan menyebabkan

kematian, karena sulit dideteksi secara dini. Penyebaran dapat terjadi

dengan cepat ke hepar, tulang dan otak (Cohen et al, 2007:113)

c. Kanker mulut.

Merokok dapat menyebabkan kanker mulut, kerusakan gigi dan

penyakit gusi.

d. Osteoporosis.

Karbonmonoksida dalam asap rokok dapat mengurangi daya

angkut oksigen darah perokok sebesar 15%, mengakibatkan kerapuhan

tulang sehingga lebih mudah patah dan membutuhkan waktu 80% lebih

lama untuk penyembuhan. Perokok juga lebih mudah menderita sakit

tulang belakang.

e. Katarak.

Merokok dapat menyebabkan gangguan pada mata. Perokok

mempunyai risiko 50% lebih tinggi terkena katarak, bahkan bisa

menyebabkan kebutaan.
19

f. Psoriasis.

Perokok 2-3 kali lebih sering terkena psoriasis yaitu proses

inflamasi kulit tidak menular yang terasa gatal, dan meninggalkan guratan

merah pada seluruh tubuh.

g. Kerontokan rambut.

Merokok menurunkan sistem kekebalan, tubuh lebih mudah

terserang penyakit seperti lupus erimatosus yang menyebabkan

kerontokan rambut, ulserasi pada mulut, kemerahan pada wajah, kulit

kepala dan tangan.

h. Dampak merokok pada kehamilan.

Merokok selama kehamilan menyebabkan pertumbuhan janin

lambat dan dapat meningkatkan risiko Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR). Risiko keguguran pada wanita perokok 2-3 kali lebih sering

karena Karbon Monoksida dalam asap rokok dapat menurunkan kadar

oksigen.

i. Impotensi.

Merokok dapat menyebabkan penurunan seksual karena aliran

darah ke penis berkurang sehingga tidak terjadi ereksi.


20

j. Gangguan pola tidur

Menurut merokok juga dapat menggangu frequensi tidur

seseorang karena nikotin yang terkandung dalam merokok dapat

menyebabkan susah tidur (Zhang et al, 2006:529)

2.2. Konsep Asap Rokok

2.2.1 Jenis Asap Rokok

Menurut Husaini (2006:100) ada dua jenis asap rokok yaitu:

1. Mainstream Smoke

Asap yang dihasilkan dari perokok aktif selama proses merokok atau asap

yang keluar dari perokok aktif yang sedang merokok

2. Sidestream Smoke

Merupakan asap yang dihasilkan dari rokok yang menyala atau asap yang

keluar dari rokok yang dibakar

2.2.2 Kandungan Asap Rokok

Menurut Dodds (2008:34) asap rokok memiliki beberapa kandungan

yaitu:Butana, Karbon monoksida, Karbon sulfide, Logam halus, Magnesium,

Merkuri, Metana, Nikel, Oksida sendawa (nitic oxide), DDT, Asam fomic,

Gliserol, Hidogen sianida,

Sedangkan menurut Jabbar (2008:75) didalam sap terkandung: polonium-

201 (bahan radioaktif), acetone (bahan pembuat cat), ammonia (bahan untuk
21

pencuci lantai), napbalane (bahan kapur barus), arsenic (bahan racun serangga),

hidigen cyanide (gas beracun yang digunakan didalam kama hukuman mati),

methanol (bahan bakar roket), vinyil chorida (bahan plastic PVC), phenol bhutane

(bahan bakar korek api), carbon monoxide (asap dari kenalpot kendaraan), naftalen

(kamper), toloune (pelarut industry).

2.2.3 Bahaya Asap Rokok

Menurut Husaini (2006:105) asap rokok memiliki beberapa bahaya yaitu :

1. Bagi anak kecil

Bahaya umum yang di alami oleh anak anak yang menghirup asap

rokok di antaranya: sulit bernafas, mudah cemas dan tidak befungsinya

organ hidung dan mata dengan baik. Berbagai penelitian mengungkapkan

bahwa anak anak yang terbiasa menghirup asap rokok, umumnya rentan

terhadap berbagai penyakit pernafasan disbanding teman sebayanya yang

menghirup udara segar.

2. Bagi perokok pasif

Asap rokok yang terserap perokok pasif dapat menimbulkan

berbagai penyakit yaitu: penyakit asma, penyakit jantung, menghambat

siklus aliran darah. Dampak yang dialami oleh perokok pasif berbeda-

beda tergantung dari beberapa factor yaitu:

a. Jenis tembakau yang digunakan. Umumya kandungan okok terdiri

dari kandungan nikotin dan tar yang bebeda satu dengan yang
22

lainya. Semakin meningkat kandungan nikotin dalam sebatang

rokok, semakin meningkat pula bahaya dari asap yang

dihasilkannya yang kelak terhiup oleh perokok pasif (Husaini,

2006:102)

b. Gaya meokok. Asap yangdihasilkan dari hisapan yang ringan

yakni bukan dihisap secara dalam, umumnya masih memiliki

setengah andungan padat dari kandungan asalnya. Sedangkan

asap yang dihasilkan dari hisapan yang dalam, hanya memiliki

sepertujuh kandungan uap dan kandungan padat dari kandungan

aslinya. Gas karbonmoniksida yang adapun berkurang setengah

dari aslinya. Halter tersebut terjadi karena sebagian besar

kandungan yang hilang tersebut telah diserap oleh perokok itu

sendiri melalui hisapan yang dalam (Husaini, 2006:102).

3. Bagi ibu hamil dan janin

Masalh yang biasa dialami oleh wanita hamil dan merokok atau

ikut menghirup asap rokok yaitu: susah waktu persalinan, kematian pre-

natal anaknya, BLBR (Berat Badan Lahir Rendah <2500 gr).

4. Bagi lingkungan

Bila kebiasan merokok dilakukan ditempat-tempat yang memiliki

sirkulasi udara kurang begitu memadai. Seperti dikantor. Mobil ataupun

restoran kecil, maka gas yang dihasilkan akan menjadi konsetrat dan

melebihi kadar yang diperbolehkan keberadaanya dilingkingan tersebut.


23

Dengan kadar yang melebihi normal akan membahayakan kesehatan

manusia.

2.2.4 Cara Menghindari Asap Rokok

Menurut (Halo.sehat.com) untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan

akibat asap rokok beberapa upaya yang dapat dilakukan yaitu :

1. Komunikasi dan informasi tentang bahaya asap rokok, baik bagi perokok

aktif maupun perokok pasif

2. Menyediakan tempat tempat khusus untuk bagi orang-orang yang

merokok sehingga yang bukan perokok tidak terkena dampaknya

3. Jangan merasa segan untuk menegur perokok, jika merasa terganggu.

4. Menghindar dari jangkauan oang yang melakukan aktivitas merokok

2.3 Konsep Kepatuhan

2.3.1 Definisi Kepatuhan

Kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan atau

pasrah pada tujuan yang telah ditentukan (Budiman, 2012). Kepatuhan memiliki

nada yang cenderung manipulative atau dimana penyelenggaraan perawat

kesehatan atau pendidik dianggap sebagai tokoh yang berwenang, dan konsumen

atau peserta didik dianggap bersikap patuh. Istilah itu belum dapat diterima

dengan baik dalam keperawatan, mungkin karena adanya falsafah yang

menyatakan bahwa klien berhak untuk membuat keputusan perawatan


24

kesehatanya sendiri dan tidak perlu mengikuti rangkain tindakan yang telah

ditentukan oleh professional perawatan kesehatan

Menurut Snewe(2012), kepatuhan menuntut adanya perubahan perilaku

yang dipengaruhi positif oleh:

1. Rasa yang terbentuk sejak awal dan berkelanjutan terhadap tenaga kesehatan

pofesional

2. Penguatan dari orang terdekat

3. Persepsi tentang kerentanan diri terhadap penyakit

4. Persepsi bahwa penyakit yang diderita serius

5. Bukti bahwa kepatuhan mampu mengontrol munculnya gejala atau penyakit

6. Efek samping bila ditoleransi, tidak terlalu menggangu aktifitas keseharian

individu atau orang tedekat lainya

7. Terapi lebih memberikan keuntungan daripada kerugian

8. Rasa positif terhadap diri sendiri

2.3.2 Jenis-Jenis kepatuahan

Menurut Bagiadi (2010:160) kepatuhan dapat dibedakan menjadi:

1. Kepatuan penuh (Total Complience)

Pada keadaan ini penderita tidak hanya berobat secara teratur sesuai

batas waktu yang ditentukan juga patuh memakai obat secara teratur sesuai

petunjuk.
25

2. Penderita sama sekali tidak patuh (Non Complience)

Penderita yang putus berobat tidak menggunakan obat sama sekali

2.3.3 Faktor-Faktor yang Mendukung Kepatuhan Pasien

Menurut (Martoni, 2012:51) ada beberapa faktor yang dapat mendukung

sikap patuh pasien diantaranya:

a. Pendidikan

Pendidikan dapat meningkatakan kepatuahan sepanjang pendididkan

tersebut pendididkan yang aktif seperti penggunaan buku dan lain lain.

b. Akomodasi

Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian pasien

yang dapat mempengaruhi kepatuhan. Pasien yang lebih mandiri, harus

dilibatkan secaa aktif dalam progam pendidikan sementara pasien yang

ansietasnya tinggi harys diturunkan lrbih dahulu. Tingkay ansietas yang terlalu

tinggi atau rendah, akan membuat kepatuhan pasien berkurang.

c. Modifikasi factor lingkungan dan sosial

Membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman sangat

penting. Kelompok pendukug dapat dibentuk untuk membantu memahami

kepatuhan terhadap progam pengobatan. Seperti pengurangan berat badan

dan lainya.
26

d. Perubahan Model Terapi

Progam pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan pasien

terlibat aktif dalam pembuatan progam tersebut.

e. Meningkatkan Interaksi Profesional Kesehatan Dengan Pasien

Suatu yang penting untuk membeikan umpan balik pada pasien

setelah memperoleh informasi diagnosis.

Sedangkan menurut InfoPOM (2006:1) Untuk meningkatkan

kepatuhan pasien adalah :

1. pasien memerlukan dukungan bukan di salahkan

2. Konsekuensi dari ketidakpatuhanterhadap terapi jangka panjang adalah tidak

tercapainya tujuan terapi dan meningkatnya biaya pelayanan kesehatan

3. Peningkatan kepatuhan pasien dapat meningkatkan keamanan penggunaan

obat.

4. Kepatuhan merupakan faktor penentu yang cukup penting dalam mencapai

efektifitas suatu system kesehatan.

5. Memperbaiki kepatuhan dapat merupakan intervensi terbaik dalam

penanganan secara efektif suatu penyakit kronis

6. Sistem kesehatan harus terus berkembang agar selalu dapat menghadapi

berbagai tantangan baru

7. Diperlukan pendekatan secara multidisiplin dalam menyelesaikan masalah

ketidakpatuhan.
27

2.3.4 Pendekatan Praktis Untuk Meningkatkan Kepatuhan Pasien

Menurut Dinocole dan Dimatteo dalam (Bagiadi, 2010), menyebutkan

ada beberapa faktor pendekatan yang dapat dilakukan dalam meningkatkan

kepatuhan pasien yaitu:

a. Buat intruksi tertulis yang mudah diinterpretasikan

b. Berikan infomasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal lain.

c. Jika seseorang diberi daftar tertulis tentang hal-hal yang harus diingat maka

aka nada keunguulan yaitu mereka aka nada keunggulan dan berusaha

mengingat hal yang pertama ditulis.

d. Intruksi-Intruksi harus ditulis dengan umum (non-verbal) dalam hal yang

perlu ditekankan.

2.3.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Menurut Niven ( 2002 dalam Evadewi & Sukmayanti, 2013:34), faktor-faktor

yang mempengaruhi ketidakpatuhan antara lain

a. Pemahan tentang intruksi

Tidak seorangpun dapat memahami intruksi, jika ia salah paham tentang

intruksi yang diterima. Ley dan Spetman menentuan lebih dari 60% yang

diwawancarai dokter salah mengerti tentang intruksi yang diberikan kepada

mereka. Hal ini disebabkan kegagalan petugas kesehatan dalam memberikan

informasi yang lengkap dan banyaknya intruksi yang harus diingat dan

penggunaan istilah medis


28

b. Kualitas interaksi

Menurut Korchs dan Negrete, kualitas interaksi antara petugas

kesehatan dan pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan

derajat kepatuhan. Ada beberapa keluhan, antara lain kurangya minat yang

diperlihatkan oleh dokter, kurangnya empati, tidak memperoleh kejelasan

mengenai penyakitnya. Pentingnya ketrampilan interpersonal dalam memacu

kepatuhan terhadap kepatuhan.

c. Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat mempengaruhi dalam

menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat menentukan

tentang pengobatan yang mereka terima.

d. Keyakinan, Sikap dan Kepribadian

Keyakinan seseorang tentang kesehatan berguna untuk memperkirakan

adanya ketidakpatuhan. Orang-orang yang tidak patuh adalah orang yang

mengalami depresi, ansietas sangat memperhatikan kesehatanya, memiliki ego

yang lemah dan yang kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada

diri sendiri.

Pendapat lain dari Yuliantika dkk (2012) ketidakpatuhan di pengaruhi

oleh :

a. Penjelasan yang tidak adekuat.

b. Perbedaan pendapat antara klien dengan tenaga kesehatan.

c. Terapi jangka panjang.


29

d. Tingginya komplektisitas atau biaya pengobatan.

e. Tingginya jumlah dan tingkat keparahan efek samping.

2.3.6 Strategi Untuk meningkatkan Kepatuhan

Menurut Niven (2002 dalam Noviana(20013:34) strategi untuk

meningkatkan kepatuhan dibagi menjadi empat yaitu :

1. Dukungan profesioanal kesehatan

Dukungan profesioanal kesehatan sangat diperlukan sangat

diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan, contoh yang paling sederhana

dlam hal dukungan tersebut adalah dengan adanya teknik komunikasi,

Komunikasi memegang peranan penting kerena komunikasi yang baik

dibeikan oleh profesioanal kesehatan baik Dokter/ perawat dapat

menanamkan ketaayan bagi pasien (Van Der Wall et al, 2006;434)

2. Dukungan sosial

Dukungan sosial yang dimaksud adalah keluarga atau pasangan. Para

profesioanal kesehatan yang dapat menyakinkan keluarga atau pasangan

pasien untuk menunjang peningkatan kesehatan pasien maka ketidakpatuhan

dapat dikurangi (Pratita, 2012)

3. Perilaku sehat

Modifaksi perilaku sehat sangat diperlukan. Untuk pasien dengan

hipertensi diantaranya adalah tentang bagaimana cara menghindari dari

komplikasi lebih lanjut apabila sudah menderita hipertensi. Modifikasi gaya


30

hidup dan control secara teratur atau minum obat anti hipertensi sangat perlu

bagi pasien hipertensi.

4. Pemberian informasi

Pemberian informasi yang jelas pada pasien dan keluarga mengenai

penyakit yang diderita serta cara pengobatanya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ramadona (2011). Di

dapatkan bahwa kepatuhan meminum obat pada pasien hipertensi yang

berusia antara 45-59 tahun lebih banyak yang tidak mematuhi proses

pengobatan. Pasien yang sudah lama mengalami penyakit hipertensi

cenderung lebih patuh dalam proses pengobatan. Sedangkan pada

kepribadian, pasien dengan kepibadian A lebih banyak yang mematuhi proses

pengobatan daripada pasien yang mempunyai kepribadian B.

2.4 Konsep Smoking Area

2.4.1 Definisi Smoking Area

Smoking area adalah tempat khusus untuk kegiatan merokok yang berada

didalam kawasan tanpa rokok. (Peratuan Wali Kota Batu Tahun 2015).

Sedangkan menurut Mahany dalam Aeron dan Edwin (2012:193) smoking area

adalah suatu tempat di dalam café atupun restoran yang diijinkan untuk merokok

yang diposisikan sedemikian rupa sehingga terdapat system ventilasi dan

penghalang yang digunakan untuk menghalangi asap rokok agar asap rokok tidak

dapat memasuki area yang lain.


31

2.4.2 Manfaat Smoking Area

Menurut Aeron (2012:194) manfaat dari dibangunya smoking area adalah:

1. Kenyamanan

Dengan adanya fasilitas smoking area yang berfungsi dengan baik hal ini dapat

memberikan kenyamanan pada konsumen perokok dan konsumen non perokok.

2. Menarik Minat Konsumen

Dengan adanya fasilitas smoking area yang berfungsi dengan baik hal ini

dapat menarik minat konsumen perokok dan konsumen non perokok.

3. Menciptakan lingkungan yang bebas dari asap rokok

4. Mengurangi dampak negatif bagi orang-orang sekitarr karena perokok melakukan

aktivitas merokok di dalam ruangan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pessing,et al. (2015)

menunjukkan Bandara yang diberi smoking area, polusi dari asap tembakau yang diluar

jauh memiliki kadar polusi asap tembakau yang lebih rendah meskipun mash ada

kebocoran yang terjadi pada smoking room.

Kawasan Khusus Merokok yang terusik dengan tempat beraktivitas orang

banyak, maka jumlah perokok pasif tentu saja akan menurun drastis. Hal ini terutama

diakibatkan oleh berkurangnya kontak antara perokok pasif dengan asap rokok.

Dengan demikian, lingkungan kampus menjadi lebih ramah bagi mahasiswa dan

personel universitas yang tidak merokok. Kondisi kampus yang kondusif membuat

produktifitas bertambah.
32

Menurut Azkha (2013:171Kawasan Khusus Merokok menjadi salah satu

faktor untuk mengurangi jumlah konsumsi tembakau. Sebagaimana telah dijelaskan

akses terhadap Kawasan Khusus Merokok tidak semudah biasanya karena lokasinya

yang terpencil. Kerepotan ditawarkan seringkali dapat membuat para perokok malas

untuk mencari Kawasan Merokok dan akhirnya membatalkan niatnya.

2.4.3 Standart Ruangan Smoking Area

Syarat agar suatu tempat dijadikan smoking area adalah :

1. Jauh dari keramaian

2. Ruang yang akan dijadikan smoking area harus terpisah dari gedung utama

agar asap rokok tidak mencemai orang-orang sekitar

3. Tidak boleh tertutup rapat, apabila tertutup harus ada kipas penyedot.

Menurut (Pasal 5 Peraturan Bersama 188/2011) tempat kerja dapat

menyediakan tempat khusus untuk merokok dengan memenuhi persyaratan:

a. Merupakan ruang terbuka atau ruang yang berhubungan langsung dengan

udara luar sehingga udara dapat bersirkulasi dengan baik.

b. Terpisah dari gedung/tempat/ruang utama dan ruang lain yang

digunakan untuk beraktivitas;

c. Jauh dari pintu masuk dan keluar

d. Jauh dari tempat orang berlalu-lalang.


33

B
34

V
35

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu yang vital dalam penelitian yang

memungkinkan suatu kontrol beberapa faktor yang bisa mempengaruhi validitas

suatu data dan merupakan hasil akhir suatu tahap keputusan yang dibuat oleh

peneliti berhubungan dengan bagaimana penelitian bisa diterapkan (Nursalam

2008) dalam penelitian ini yang digunakan adalah penelitian deskripsi. Penelitian

deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menjelaskan,

memberi, memberi suatu nama, situasi fenomena dalam menenmukan ide baru

(Nursalam, 2008). Dalam hal ini peneliti ingin mengindetifikasi faktor faktor yang

mempengaruhi ketidakpatuhan dalam penggunaan smoking area.


36

4.2 Kerangka Kerja

Populasi : Pengunjung alun alun Kota Batu


Populasi dan Sampel

Sampel : pengunjung alun-alun kota batu yang merokok dan tidak menggunakan
smoking area

Teknik sampling diambil dengan menggunakan incidental sampling

Variabel penelelitian: factor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan


penggunaan smoking area

Alat ukur : kuesioner

Distribusi frekuensi
prosentase

Pengolahan data

Kesimpulan
37

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi adalah kumpulan dari individu atau objek atau fenomena yang

secara potensial dapat diukur sebagai bagian dari penelitian (Nursalam, 2008:88).

Populasi yang diambil adalah pengunjung alun-alun kota Batu

4.3.2 Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008:91). Pada penelitian

ini sampel yang diambil yaitu perokok yang tidak menggunakan smoking area di

Alun-Alun Kota Batu.

4.3.3 Sampling

Sampling adalah teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel

(Setiawan dan Prsetyo, 2015:74). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

adalah incidental sampling. Incidental sampling penentuan sampel berdasarkan

kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/incidental bertemu dengan

peneliti dapat digunakan sebagai sampel (Hidayat, 2007:74). Incidental sasmpling

dalam penelitian ini perokok yang tidak menggunakan smoking area.

a) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik yang dapat dimasukkan atau layak untuk

diteliti, kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:


38

1) Pengunjung Alun-Alun Kota Batu yang merokok dan tidak menggunakan

smoking area

2) Perokok yang tidak menggunakan smoking area (mau bekerja sama).

3) Perokok yang tidak menggunakan smoking area yang bisa membaca dan

menulis.

b) Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah karakteristik sampel yang tidak dapat dimasukkan atau

tidak layak untuk diteliti, kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Pengunjung yang tidak merokok.

2) Pengunjung yang menggunakan smoking area

3) Perokok yang tidak menggunakan smoking area yang tidak bersedia

untuk menjadi responden atau tidak mau berkontribusi.

4.4 Variabel penelitian

Variable merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan

sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu penelitian.

Variable-variabel yang akan dipakai dalam penelitian harus ditentukan terlebih

dahulu sebelum melakukan pengumpulan data (Nusalam,2008,97). Variable yang

terdapat dalam penetian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

(pemahaman intruksi, kualitas interaksi, sosial keluarga dan sikap) ketidakpatuhan

penggunaan smoking area.

4.5 Definisi Operasional


39

Definisi operasional variable adalah mendefinisikan variable secara

opeasional dan berdasarkan karateristik yang diambil, memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap objek/

fenomena (Hidayat,2007,79). Definisi operasional dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Table 4.1. Definisi Operasional variable.

Variabel Definisi Paramet Alat ukur Sk Hasil


operasional er ala ukur

Identifikasi gut Ya= 1


faktor-faktor 1.Pengaruh yang Individu Kuesioner tm Tidak
yang berasal dari an =0
mempengaruh kurangnya
i pemahaman Petugas/ Kuesioner
ketidakpatuha intrruksi/aturan fasilitas
n penggunaan
smoking area: 2.Pengaruh dari
1.Pemahaman petugas dan fasilitas Teman/ Kuesioner
instruksi keluarga
2. Kualitas 3.Faktor yang
interaksi berasal dari orang
petugas dan sekitar dan keluarga Individu Kuesioner
fasilitas
3.Sosial dan 4.Pengaruh yang
keluarga berasal dari .
4. Keyakinan, keyakinan, sikap dan
sikap dan kepribadian
kepribadian responden

4.6 Tempat penelitian dan waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2016, di Alun-alun Kota

Batu
40

4.7 Istrumen penelitian

Insttumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner

bentuk tertutup atau berstuktur dimana angket tersebut dibuat sedemikian rupa

sehingga responden hanya tinggal memilih atau menjawab pada jawaban yang

sudah ada. Instumen disusun dan dikembangkan oleh peneliti dengan mengacu

pada indikator variable.(Nusalam, 2008:105)

Table 4.2 Kisi-kisi Kuesioner Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Ketidakpatuhan Penggunaan smoking area

No Aspek Nomor Butir Jumlah Butir

1 Pemahaman intuksi 1-6 6

2 Kualitas interaksi petuagas dan 7-11 5

fasilitas

3 Teman dan keluarga 12-14 3

4 Sikap 15-22 8

4 Total 22

4.7.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur (Nursalam, 2008:103). Untuk mengetahui apakah

kuesioner yang susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur,

maka perlu di uji dengan uji korelasi antar scores (nilai) tiap tiap item pertanyaan
41

dengan scor total kuesioner tersebut. Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik

korelasi product moment dari kearl person yang rumusnya sebagai berikut :

N∑XY − (∑X)(∑Y)
𝑟𝑥𝑦 =
√{N∑X 2 − (∑X 2 )} {N∑Y 2 − (∑Y 2 )}

Keterangan:

Rxy = korelasi antara variable X dan Y

X = variable bebas

Y = variable terikat

X2 = kuadrat dari X

Y2 = kuadrat dari Y

N = jumlah responden

Taraf signifikan yang dapat dipakai dalam uji validitas ini adalah sebesar

5% kemudian hasil korelasinya dibandngkan dengan angka kritik pada table:

a. jika rxy > rtabel maka data yang dihasilkan dari peryataan tersebut adalah

dinyatakan valid.

b. jika rxy < rtabel mak data yang dihasilkan dari pernyataan tersebut tidak valid.

4.7.2 Uji Reliabilitas

Setelah mengukur validitas maka perlu mengukur reabilitas data. Uji

reabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat ukur

yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut
42

diulang. Rumus yang digunakan untuk menguji reabilitas instrument dalam

penelitian ini adalah koenfisien Alfa (α) yaitu :

K ∑𝜎𝑏2
r11= ((K−1))(1 − ) (Arikunto, 2006)
𝜎𝑡2

𝑟11 =reliabilitas instrument

K =banyaknya butir pertanyaan

∑𝜎𝑏2 =jumlah varians butir

𝜎𝑡2 =varians total

4.7 Prosedur Pengumpualan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan

proses pengumpulan karateristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2008,115).diman langkah langkah dalam pengumpulan data

tergantung dari desain penelitian dan teknik yang digunakan. Adapun langkah-

langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a. Peneliti meminta surat izin untuk melakukan studi pendahuluan dan

penelitian kepada Universitas Muhammadyah Malang

b. Peneliti mendatangi kantor Kota Batu untuk meminta permohonan izin

penelitian

c. Peneliti mendatangi Alun-Alun Kota Batu sesuai dengan surat izin

penelitian
43

d. Peneliti memberikan penjelasan singkat tentang maksut dan tujuan

penelitian kepada responden penelitian. Bila responden setuju untuk

berpatisipasi dalam kegiatan penelitian selanjutnya diberikan lembar

persetujuan penelitian

e Setelah mendapatkan perstujuan dari responden, peneliti memberikan

kuesioner pada responden kemudian memberikan penjelasan tentang cara

pengisian kuesioner dan diminta untuk memilih jawaban yang sesuai

point yang ada.

f. Kuesuoner yang telah diisi secara lengkap kemudian diserahkan kepada

peneliti, dan kemudian peneliti mengucapkan terima kasih.

4.8 Analisis dan Pengolahan Data

Analisis data merupkn kegiatan dalam penelitian dengan melakukan

analisis data yang meliputi persiapan, tabulasi, dan aplikasi data. Data yang telah

diperoleh kemudian diolah dan dianalisa melalui tahapan-tahapan editing, coding,

skroring dan tabulating data.

A. Editing data

Editing data (memeriksa) yaitu dilakukan semua data terkumpul melalui

pengecekan daftar isian (Arikunto, 2006). Tahap ini bertujuan untuk memeriksa

kelengkapan isian data. pada editing peneliti memeriksa kembali isi pada lembar

kuesioner tentang kelengkapan jawaban, keterbukaan tulisan, kesesuaian jawaban

dan suatu ukuran.


44

B. Coding data

Coading (memberi kode) yaitu memberikan kode pada kuesioner yang telah diisi

dengan tujuan untuk mempermudah proses pengolahan data selanjutnya

(Arikunto, 2006). Pada penelitian ini memberikan nomor responden pada

kuesioner.

C. Scoring data

Scoring yaitu memberikan nilai tertentu pada tiap jawaban. Selanjutnya hasil

penelitian dijumlah secara keseluruhan untuk kemudian dimasukkan kedalam

kategori yang sesuai (Arikunto, 2006). Pada penelitian ini, peneliti memberikan

kode jawaban pada masing-masing pertanyaan. Untuk item pertanyaan

pengetahuan tentang penyapihan dengan nilai benar diberi skor 1 dan jawaban

salah diberi skor 0. Sementara itu untuk item produksi ASI nilai jawaban ya diberi

skor 0 dan tidak diberi skor 1.

D. Tabulating data

Tabulating yaitu melakukan klasifikasi data, mengelompokkan data variael masing-

masing berdasarkan kuesioner untuk dimasukkan kedalam table (Arikunto, 2006).

Pada penelitian ini proses tabulasi menggunakan program Microsoft Excel yang

kemudian dianalisa menggunakan SPSS.


45

4.8.1 Analisis Univarat

Analisis univarat merupakan analisis satu variable untuk menghitung


prosentase frekuensi karateristik responden yang terdiri dari umur, pendidikan,
jenis kelamin, pekerjaan. Dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan.

∑𝒇
Rumus umum p = 𝒏 × 𝟏𝟎𝟎%

Keterangan :

P = prosentase

F = frekuensi

N = jumlah

4.9 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan izin

kepada yang bersangkutan untuk mendapat persetujuan melakukan penelitian di

Alun-Alun Kota Batu. Kemudian melakukan penelitian dengan menekankan

masalah etika yang meliputi.

4.9.1 Lembar Persetujuan Penelitian (Informed consent)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan membeikan lembar persetujuan. Informed consent

tersebut diberikan kepada responden sebelum melakukan penelitian dengan

tujuan subjek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampaknya

terhadap subjek penelitian selama pengumpulan data. Jika subjek bersedia diteliti
46

maka responden harus menandatangani lembar persetujuan dan bila subjek tidak

bersedia, maka peneliti harus menghormati keputusan tesebut.

4.9.2 Tanpa Nama (Annonimity)

Annonimity merupakan masalah etika dalam penelitian dengan cara tidak

memberukan nama responden pada lembar alat ukur hanya menuliskan kode

pada lembar pengumpulan data (Hidayat,2003,83). Untuk mejaga kerahasiaan

identitas responden, peneliti tidak mencamtumkan nama responden secara

lengkap pada lembar pengumpulan data tetapi diganti dengan inisial nama.

4.9.3 Kerahasiaan (Confidentiality)

Confidentiality merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

Anda mungkin juga menyukai