Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI VETERINER II
SISTEM EKSKRESI

Brechmans Nicolans Trison


1809010046

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERS2ITAS NUSA CENDANA
2019
BAB I.
PENDAHULUAN

 Latar belakang
Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme baik berupa zat cair
ataupun zat gas. Zat-zat sisa tersebut dapat berupa urine (ginjal), keringat (kulit), empedu
(hati), dan CO2 (paru-paru). Zat-zat ini harus dikeluarkan dari dalam tubuh jika tidak
dikeluarkan dari dalam tubuh akan mengganggu proses yang ada di dalam tubuh bahkan
meracuni tubuh
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari
dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini
berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang
terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal
dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan
hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu
merupakan zat yang steril. Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi.
Ginjal merupakan organ vital karena mempunyai fungsi multipel yang tidak dapat
digantikan oleh organ lain. Fungsinya antara lain: ekskresi produk sisa metabolic dan
bahan asing, pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit, pengaturan osmolalitas
cairan tubuh dan kosentrasi elektrolit, pengaturan tekanan arteri, pengaturan
keseimbangan asam basa, sekresi-metabolisme-ekskresi hormon, dan glukoneogenesis
Pada sistem urinari, ginjal memiliki peranan yang sangat penting karena ia memiliki
dua fungsi utama, yaitu filtrasi dan reabsorpsi. Selain itu, ginjal juga memiliki peranan
penting dalam sistem sirkulasi darah. Ginjal turut berperan dalam proses pembentukan sel
darah merah dan menjaga tekanan darah (Ramdhany, 2014: 86).
Struktur ginjal terdiri dari : kulit ginjal (korteks), sumsum ginjal (medula) dan rongga
ginjal (pelvis). Pada bagian kulit ginjal terdapat jutaan nefron yang berfungsi sebagai
penyaring darah. Setiap nefron tersusun dari Badan Malpighi dan saluran panjang
(Tubula) yang bergelung. Badan Malpighi tersusun oleh Simpai Bowman (Kapsula
Bowman) yang didalamnya terdapat Glomerolus

 Tujuan
Mempelajari pengaruh minum berbagai larutan terhadap pembentukan urin (diuresis)
dan berat jenis urin.
BAB II METODE PRAKTIKUM
 Waktu dan tempat praktikum
- Hari / tanggal : Rabu / 29 Mei 2019
- Tempat : Lab Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana
 Alat dan bahan
- Subyek percobaan (4 orang mahasiswa)
- Air mineral
- Larutan garam
- Larutan kopi
- Larutan Gula
- Spoit 6 ml
 Prosedur kerja
- Mahasiswa yang ikut dalam percobaan ini harus mempunyai jantung yang kuat dan
makan sekurang-kurangnya 3 jam sebelum percobaan dimulai
- Mahasiswa dibagi dalam kelompok dan menyiapkan 4 orang mahasiswa untuk
percobaan terhadap larutan kopi, gula, garam, dan air mineral.
- Sebelum percobaan dimulai, mahasiswa mengeluarkan urin sampai kandung kemih
kosong.
- Kemudian mahasiswa melakukan percobaan terhadap larutan kopi, gula, garam, dan
air mineral.
- Urin ditampung, diukur volume dan berat urin setiap 15 menit selama tiga kali.
BAB. III
HASIL DAN PEMBAHASAN
 Hasil
Dalam praktikum kali yang membahas tentang sistem ekskresi, dimana mahasiswa
telah dibagi menjadi beberapa kelompok. Didalam tiap kelompok tersebut dipilih 4 orang
anggota kelompok dimana 1 orang dipilih secara volunter untuk melakukan percobaan
terhadapap larutan kopi, gula, garam dan air mineral. Hasil yang didapatkan dalam percobaan
ini sebagai berikut :
- Kelompok 1
Waktu Kopi Gula Garam Air mineral
15 menit pertama 220 ml 16,2 ml 40,2 ml 9,2 ml
15 menit kedua 61 ml 6,4 ml 8,8 ml 7,8 ml
15 menit ketiga 18 ml 4,2 ml 6,2 ml 6,8 ml
Rata-rata 99,6 ml 8,93 ml 18,4 ml 7,9 ml

- Kelompok 2
Waktu Kopi Gula Garam Air mineral
15 menit pertama 27,4 ml 14,4 ml 19,2 ml 47,6 ml
15 menit kedua 31,6 ml 0,8 ml 3 ml 36,2 ml
15 menit ketiga 74 ml 3,6 ml 0,6 ml 5 ml
Rata-rata 43,33 ml 6,26 ml 7,6 ml 29,12 ml

- Kelompok 3
Waktu Kopi Gula Garam Air mineral
15 menit pertama 18,6 ml 13 ml 7,8 ml 7 ml
15 menit kedua 15,8 ml 7 ml 3 ml 3 ml
15 menit ketiga 10,4 ml 5 ml 2,2 ml 2 ml
Rata-rata 14,93 ml 8,3 ml 2 ml 4 ml

- Kelompok 4
Waktu Kopi Gula Garam Air mineral
15 menit pertama 11,2 ml 2 ml 20,6 ml 32,2 ml
15 menit kedua 5 ml 2,6 ml 7,8 ml 19 ml
15 menit ketiga 2,2 ml 2,6 ml 11 ml 11 ml
Rata-rata 6,13 ml 2,4 ml 13,13 ml 20,73 ml

- Kelompok 5
Waktu Kopi Gula Garam Air mineral
15 menit pertama 8 ml 6,2 ml 26 ml 240 ml
15 menit kedua 2 ml 9 ml 9 ml 109 ml
15 menit ketiga 1 ml 28,2 ml 6 ml 97 ml
R ata-rata 3,6 ml 14,46 ml 13,6 ml 148,6 ml

 Pembahasan
Praktikum tentang pengaruh minum berbagai larutan terhadap volume dan berat jenis urin
didapatkan hasil bahwa, ekskresi urin dalam tubuh dipengaruhi oleh larutan hipotonis,
isotonis dan sitrat kafein. Berdasarkan hasil percobaan secara umum, urin yang dihasilkan
lebih sedikit dari pada jumlah cairan yang diminum. Hal ini terjadi karena air terabsorpsi
kedalam jaringan tubuh, sebelum keluar menjadi urine. Tetapi hal itu tidak berlakuk ketika
meminum kopi, urin yang dihasilkan lebih besar dari cairan yang diminum. Karena kopi
menggandung anti diuretik yang meningkatkan kerja pacu jantung dan urinasi.
Air yang masuk dalam tubuh dimanfaatkan sebagai pertahanan osmotik tubuh dan ion-ion
terlarutnya dimanfaatkan oleh tubuh, hal inilah yang menyebabkan air yang masuk akan lebih
banyak dari pada yang dikeluarkan. Banyaknya urin selain dipengaruhi banyaknya cairan
yang masuk tubuh, hormon ADH, saraf renalis, tetapi juga disebabkan karena terlampau
banyak protein dimakan, sehingga tersedia cukup yang diperlukan untuk melarutkan
ureannya (Ganong 2008).
Berdasarkan hasil percobaan, praktikan yang meminum air putih saja menghasilkan urin
yang relatif sedang. Hal tersebut dikarenakan dalam air putih tidak memiliki sifat apapun
sehingga tidak mempengaruhi volume urine yang dihasilkan. Apabila kita bandingkan
dengan data perlakuan lain, praktikan yang minum air memiliki volume urine yang relatif
besar, hal ini disebabkan karena perbedaan kesehatan antar praktikan dan aktivitas yang
dilakuakan praktikan sebelum melakukan percobaan. Volume maksimal urin yang
dikeluarkan yaitu pada menit 45. Nilai BJ (berat jenis) urin dengan perlakuan minum air
putih didapatkan nilai BJ yang semakin kecil dari 15 menit pertama hingga menit 60. Nilai BJ
ini didapatkan karena, pada menit awal ginjal memproduksi urin masih pekat atau kandungan
zat-zat (kepekatan) yang masih tinggi, dengan sifat hemoestasis tubuh untuk mengeluarkan
urin, berat jenis urin semakin menurun. Volume dan BJ urin dibandingkan dengan yang lain
berada pada rentang normal. Percobaan praktikan yang meninum larutan NaCL didapatkan
hasil bahwa volume dan BJ maksimal pada 30 menit pertama. Didapatkan hasil pengujian
volume urine yang dikeluarkan sangat rendah pada setiap pengukuran tetapi dihasilkan BJ
urine yang sangat tinggi apabila dibandingkan dengan yang lain. Hal ini dikarenakan NaCl
merupakan zat antidiuretik yang dapat menghambat pengeluaran urine. Kerja NaCl pada
sistem ekskresi dapat meningkatkan jumlah hormon ADH (Anti Diuretic Hormone), yang
menyebabkan banyaknya penyerapan air sehingga urine yang dihasilkan sedikit dan kental
(Pearce 2008).
Nilai BJ urine maksimal setelah minum larutan gula yaitu pada 15 menit pertama.
Sedangkan, volume maksimal pada menit 30. Berdasarkan pengamatan grafik tersebut,
terlihat bahwa volume urin pada minuman yang ditambahkan gula, lebih rendah
dibandingkan dengan perlakuan lain karena mengandung gula sederhana yang cepat diserap
oleh tubuh. Glukosa yang ada dalam tubuh di absobsi untuk menjadi energy sehingga
pengeluaran zat sisanya (BJ) pun akan lebih kecil dibandingkan minuman yang lain (Pearce
2008).
Pada praktikan yang meminum larutan kopi atau Caffeine, didapat volume urine yang
lebih banyak dibanding perlakuan lain. Volume urine maksimal dihasilkan pada menit 45 dan
BJ urine maksimal pada menit 15. Hal tersebut disebabkan karena senyawa Caffein
merupakan zat diuretik atau peluruh air seni. Prinsip kerja caffein pada sistem ekskresi
berpengaruh terhadap berkurangnya produksi hormon ADH yang menyebabkan kurangnya
penyerapan air pada bagian tubulus distal yang menghasilkan volume urine yang banyak dan
encer. Caffein juga menyebabkan meningkatnya kontraksi jantung sehingga mempercepat
filtrasi darah di ginjal yang mengkibatkan jumlah urin yang di keluarkan semakin banyak
(Sweetman 2007).
BAB. IV
KESIMPULAN DAN SARAN
 Kesimpulan
Jumlah urin lebih sedikit dari pada jumlah cairan yang diminum. Jumlah urin
dipengaruhi banyaknya cairan yang diminum, hormon ADH, saraf renalis, jumlah Protein
serta aktivitas fisik. Berdasarkan empat perlakuan didapatkan bahwa volume urin terbanyak
pada perlakuan minum kopi dan volume urin terkecil terjadi pada perlakuan larutan NaCl.
Nilai BJ terbesar pada urine yang mengalami pelakuan minum larutan NaCL dan Terkecil
pada pelakuan larutan kopi. Berdasarkan dampak fisiologis yang ditimbulkan, larutan kopi
memiliki dampak yang paling besar dibandingkan dengan perlakuan lain.
.
 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan praktikan menyarankan ketika
melakukan praktikum agar praktikan tidak berbuat gaduh/keramaian sehingga praktikum
lebih berjalan dengan efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Ganong, William F . 2008 . Edisi 20 . Fisiologi Kedokteran . Jakarta(ID) : EGC

Pearce, Everlyn C . 2008 . Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis . Jakarta (ID) :
Gramedia

Sweetman S. C. 2007. Martindale : The Complete Drug Reference 35th Edition (Electronic
Version). London (ENG) . The Pharmaceutical Press

Anda mungkin juga menyukai