mengidentifikasi adanya batu. Keluhan yang pertama timbul dan memicu pasien mencari
pertolongan medis biasanya adalah kolik renal.
Anamnesis
Gejala utama yang dapat muncul pada batu ginjal adalah adanya nyeri perut atau pinggang, atau
hematuria. Hal-hal yang perlu digali pada anamnesis, yaitu:
Nyeri pinggang berat yang tiba-tiba dan nyeri kolik yang menjalar hingga perut bagian
bawah
Penjalaran nyeri hingga ke testis atau daerah vulva
Mual yang dengan atau tanpa muntah
Batu di sepertiga ureter distal menimbulkan penjalaran nyeri ke selangkangan atau testis (pada
pria) atau labia mayora (pada wanita) karena iritasi nervus illioinguinalis atau genitofemoralis.
Gejala berkemih yang iritatif (peningkatan frekuensi dan disuria atau anyang-anyangan)
Bila terjadi di ureter intramural, gejala dapat menyerupai sistitis atau uretritis, atau pada
wanita bisa menyerupai radang panggul (pelvic inflammatory disease / PID), ruptur atau
torsio kista ovarium, gejala berupa:
o Nyeri suprapubik
o Peningkatan frekuensi berkemih dan tidak dapat ditahan (frequency and urgency)
o Disuria
o Stranguria
o Nyeri pada ujung penis (pada pria)
o Gejala gangguan usus seperti diare dan tenesmus
Batu yang sudah memasuki kandung kemih : Asimtomatik, bisa keluar batu saat
berkemih sampai dapat menyebabkan retensio urin
Kolik Renal
Pada serangan nyeri kolik ginjal, dermatom saraf yang terkena yaitu dermatom dari T10 sampai
S4 selama 3 – 18 jam dengan puncaknya pada jam kedua. Nyeri kolik ini terjadi tiga fase, yaitu:
Fase akut dengan ciri serangan mendadak dan akut. Nyeri kolik yang timbul bersifat terus
menerus, terasa sangat parah dan menyiksa. Nyeri bertambah hingga intensitas nyeri
maksimal bisa dicapai dalam 30 menit – 6 jam setelah serangan (umumnya timbul pada 1
– 2 jam)
Fase konstan. Setelah intensitas mencapai maksimal, nyeri akan menetap sampai diobati
atau hilang. Durasi pada fase konstan pada umumnya 1 – 4 jam, dalam beberapa kasus
dapat timbul sampai lebih dari 12 jam
Fase penurunan nyeri. Nyeri berangsur menghilang. Durasi pada umumnya 1.5 – 3jam
Gejala penyerta yang dapat timbul antara lain mual, muntah dan nyeri perut. Gejala ini dapat
timbul karena inervasi nervus celiacus dengan inervasi ginjal, yaitu inervasi ke perut dan usus.
Pemeriksaan Fisik
Diagnosis Banding
Diagnosis banding batu ginjal (nefrolitiasis) bergantung pada gejala yang muncul.
Kolesistitis - Demam
- Leukositosis
- USG dan CT Scan menunjukkan adanya batu empedu
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada batu ginjal (nefrolithiasis) bertujuan untuk menegakkan diagnosis
dan mencari penyakit yang mendasari. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah :
Midstream Urinalisis
Pada midstream urinalisis atau uji dipstick hasil yang didapatkan adalah peningkatan leukosit dan
bisa juga ditemukan darah
Kultur Urin
Kultur urin jarang diperlukan. Kultur urin dapat digunakan pada kasus-kasus yang tidak respon
dengan pengobatan adekuat atau pada kasus yang dicurigai adanya ko-infeksi.
Laboratorium Darah
Pemeriksaan laboratorium darah digunakan untuk menunjang penegakkan diagnosis batu ginjal
dan kemungkinan komplikasi. Pada pemeriksaan laboratorium darah dapat diperiksa kreatinin
darah untuk menilai fungsi ginjal. Dapat juga diperiksa :
Natrium (pemasukan normal: 100 mEq per hari) dan klorida (pemasukan normal 100
mEq per hari)
Kalium (pemasukan normal 40 – 60 mEq per hari)
Kalsium (pemasukan normal <= 250 – 300 mg per hari)
Magnesium (pemasukan normal 30 – 120 mg per hari)
Oksalat (pemasukan normal < 45 mg per hari). Ditemukan pada malabsorpsi lemak di
usus dan setelah operasi bariatrik. Nilai > 100 mg/hari mengindikasikan adanya
hiperoksaluria primer
Asam urat (pemasukan normal 600 – 800 mg per hari). Ditemukan pada diet tinggi purin
seperti daging, hewan ternak dan ikan
Sulfat (pemasukan normal <=25 – 30 mmol). Sebagai penanda diet kaya asam [2]
Radiologi
Pada kondisi klinis yang diyakini kolik renal dan pada keadaan dimana fasilitas kesehatan mudah
dijangkau pasien, pemeriksaan radiologi dapat tidak dilakukan. Pemilihan waktu melakukan
pemeriksaan radiologi tergantung pada ketersediaan alat dan protokol lokal. Pertimbangan lain
melakukan pemeriksaan ini adalah adanya gambaran klinis dimana diagnosis banding sangat
mungkin atau terdapat kecurigaan komplikasi. Pencitraan yang dapat dilakukan:
CT-Scan abdomen tanpa kontras atau disebut juga CT KUB, adalah modalitas yang
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Pemeriksaan ini mampu menunjukkan
posisi batu, mengukur besar batu, dan menyingkirkan diagnosis banding seperti
appendicitis atau pankreatitis.
Foto polos abdomen dapat memperlihatkan gambaran opak pada batu radioopak yaitu
batu kalsium, batu jenis lain seperti asam urat dan sistin tidak tampak pada foto ini
USG ginjal dapat dilakukan pada pasien kontraindikasi Xray seperti pada kehamilan.
Pemeriksaan ini mungkin saja tidak menemukan batu namun mampu melihat adanya
hidrinefrosis. Kekurangan dari USG ginjal adalah hasilnya sangat bergantung pada
kemampuan operator dan sikap tubuh pasien. Dapat menjadi pilihan apabila diagnosis
banding dicurigai berhubungan dengan lesi ovarium atau adneksa, seperti torsio kista
ovari atau salfingitis, atau bahkan torsio testis.
Kombinasi foto polos abdomen dan USG ginjal direkomendasikan pada pasien yang
tidak dapat menjalani CT-scan
Intravenous Pyelography (IVP) dapat memberikan informasi anatomis dan fungsional,
tetapi sudah jarang digunakan bila memungkinkan dilakukan CT-Scan. [2]
USG batu ginjal kiri. Sumber:
stockdevil, Freedigitalphotos, 2016.
Gambar: USG ginjal merupakan pemeriksaan pilihan pada pasien kontraindikasi sinar-X.
Gambar di atas menunjukkan hasil USG adanya batu ginjal kiri yang ditunjukkan oleh anak
panah.