Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan Kegiatan Internship I
Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
HILDA ISLAMIATI
NPM: 130104140029
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM DIPLOMA IV KEBIDANAN
SUMEDANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Asuhan Kebidanan Remaja pada Nn. T usia 13 tahun di Desa Cilayung
” dengan lancar dan tepat waktu.
Saya menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna
karena kurangnya pengalaman, pengetahuan, dan terbatasnya referensi yang saya
dapatkan. Oleh karena itu, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya atas
kesalahan maupun kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Saya akan
menerima dengan senang hati masukan-masukan, kritik serta saran yang
membangun untuk penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting
dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis..
Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat
remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, hal tersebut akan sangat
berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja bila ia tidak memiliki pengetahuan dan
informasi yang tepat.
1.2.Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari studi kasus ini adalah untuk memahami dan
memperoleh gambaran dalam melakukan asuhan kebidanan remaja
secara komprehensif pada Nn. T
2.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengumpulkan data dasar pada Nn. T
2. Menginterpretasi data dasar pada Nn. T
3. Menentukan masalah potensial pada Nn. T
4. Menentukan tindakan segera pada Nn. T
1
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
yang canggih (VCD, buku stensilan, Photo, majalah, internet, dan lain-
lain) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode
ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa dilihat atau didengar dari
media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui
masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya.
5) Orangtua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya
yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak,
menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat
jarak dengan anak dalam masalah ini.
6) Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam
masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita,
sehingga kedudukan wanita semakin sejajar dengan pria.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Seks Pada Remaja, antara lain :
1) Faktor personal
Variabel-variabel yang termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan
mengenai HIV/AIDS, Penyakit Menular Seksual (PMS), aspekaspek kesehatan
reproduksi, sikap terhadap layanan kesehatan seksual & reproduksi, kerentanan
yang dirasakan terhadap resiko kesehatan reproduksi, gaya hidup, pengendalian
diri, aktifitas sosial, rasa percaya diri dan variabel-variabel demografi seperti:
usia, agama dan status perkawinan.
2) Faktor lingkungan
Variabel-variabel yang termasuk didalam faktor ini adalah akses dan
kontak dengan sumber-sumber informasi, sosial-budaya, nilai dan norma sebagai
pendukung sosial untuk perilaku tertentu.
3) Faktor perilaku
Variabel-variabel yang termasuk didalam faktor ini adalah gaya hidup
seksual (orientasi seksual, pengalaman seksual, jumlah pasangan), peristiwa-
peristiwa kesehatan (PMS, kehamilan, aborsi) dan penggunaan kondom serta alat
kontrasepsi
4) Gaya hidup
merupakan pilihan responden terhadap jenis pakaian, makanan, musik,
12
majalah/novel, dan acara TV. Diukur menggunakan rentang nilai lima sampai lima
belas yang dikategorikan kedalam empat kategori mulai dari gaya hidup yang
sangat tradisional sampai gaya hidup yang sangat modern. Angka/nilai yang lebih
tinggi menunjukkan gaya hidup yang lebih modern.
berusia antara 13-16 tahun, atau mereka yang bersekolah di sekolah menengah
pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA).
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi
yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada
disekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap
dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.
Sebuah survei terbaru terhadap 8084 remaja laki-laki dan remaja putri usia
15-24 tahun di 20 kabupaten pada empat propinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur dan Lampung) menemukan 46,2% remaja masih menganggap bahwa
perempuan tidak akan hamil hanya dengan sekali melakukan hubungan seks.
Kesalahan persepsi ini sebagian besar diyakini oleh remaja laki-laki (49,7%)
dibandingkan pada remaja putri (42,3%) (LDFEUI & NFPCB, 1999a:92).
Dari survei yang sama juga didapatkan bahwa hanya 19,2% remaja yang
menyadari peningkatan risiko untuk tertular PMS bila memiliki pasangan seksual
lebih dari satu. 51% mengira bahwa mereka akan berisiko tertular HIV hanya bila
berhubungan seks dengan pekerja seks komersial (PSK) (LDFEUI & NFPCB,
1999b:14)
tidak tahu harus mulai dari mana, kekakuan, kebingungan dan kehabisan bahan
pembicaraan.
Dalam memberikan pendidikan seks pada anak jangan ditunggu sampai
anak bertanya mengenai seks. Sebaiknya pendidikan seks diberikan dengan
terencana, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak. Sebaiknya pada saat anak
menjelang remaja dimana proses kematangan baik fisik, maupun mentalnya mulai
timbul dan berkembang kearah kedewasaan.
Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual, seperti yang
diuraikan oleh Singgih D. Gunarsa (1995) berikut ini, mungkin patut anda
perhatikan:
1. Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-
ragu atau malu.
2. Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan
yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi,
boleh mempergunakan contoh atau simbol seperti misalnya : proses
pembuahan pada tumbuh-tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa uraiannya
tetap rasional.
3. Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan
kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9
atau 10 tahun belum perlu menerangkan secara lengkap mengenai perilaku
atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena perkembangan dari seluruh
aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap kematangan untuk
dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.
4. Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya
pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak
sama buat setiap anak. Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi
uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak.
5. Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan
pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu
untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap
oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat
17
Beri sentuhan dan pelukan kepada anak agar mereka merasakan kasih
sàyang dari orangtuanya secara tulus.
Bantu anak memahami perbedaan perilaku yang boleh dan tidak boleh
dilakukan di depan umum.Contohnya, saat anak selesai mandi harus
mengenakan baju di dalam kamar mandi atau di kamarnya. Orangtua
harus menanamkan bahwa tidak diperkenankan berlarian usai mandi
tanpa busana. Anak harus tahu bahwa ada hal-hal pribadi dari tubuhnya
yang tidak sèmua orang boleh lihat apalagi menyentuhnya.
Ajari anak untuk mengetahui perbedaan anatomi tubuh pria dan
wanita. Jelaskan proses tubuh seperti hamil dan melahirkan dalam
kalimat sederhana. Dari sini bisa dijelaskan bagaimana bayi bisa
berada dalam kandungan ibu. Tentu saja harus dilihat perkembangan
kognitif anak. Yang penting orangtua tidak membohongi anak
misalnya dengan mengatakan kalau adik datang dari langit atau dibawa
burung. Cobalah memosisikan diri Anda sebagai anak pada usia
tersebut. Cukup beritahu hal-hal yang ingin diketahuinya. Jelaskan
dengan contoh yang terjadi pada binatang.
Hindari perasaan malu dan bersalah atas bentuk serta fungsi tubuhnya.
Ajarkan anak untuk mengetahui nama yang benar setiap bagian tubuh
dan fungsinya. Katakan vagina untuk alat kelamin wanita dan penis
untuk alat kelamin pria ketimbang mengatakan burung atau yang
lainnya.
Bantu anak memahami konsep pribadi dan ajarkan mereka kalau
pembicaraan soal seks adalah pribadi.
Beri dukungan dan suasana kondusif agar anak mau datang kepada
orangtua untuk bertanya soal seks
b. Usia 6-9 tahun
Tetap menginformasikan masalah seks kepada anak, meski tidak
ditanya.
19
6. Gunakan istilah yang tepat, sesuai dengan usianya. Misalnya saja kalau
anak anda sudah beranjak remaja, maka gunakanlah bahasa gaul yang
biasa digunakan remaja, sehingga anak tidak merasa sungkan menanggapi
pembicaraan anda.
7. Gunakan pendekatan agama. Kita harus meyakini bahwa segala masalah
dan persoalan di dunia ini harus diselesaikan dengan nilai-nilai agama.
Karena nilai-nilai agama tidak akan pernah berubah sampai kapan pun.
Anak-anak juga harus diajak mempraktekkan ajaran agama dalam
kehidupan sehari-hari.
8. Mulai saat ini juga. Begitu anda membaca artikel ini, mulai susun strategi
apa yang akan anda gunakan untuk mulai mengajak anak berbicara. Yang
perlu diingat yaitu bahwa anak adalah orang tua di masa yang akan datang,
maka dari itu harus kita persiapkan sedemikian rupa agar menjadi generasi
yang siap menghadapi masa depan dengan segala rintangannya.
Percayalah, bahwa anda merupakan orang yang paling tepat dalam hal ini,
dengan mempercayai diri sendiri, anda pun telah memberikan kepercayaan
pada anak.
BAB III
TINJAUAN KASUS
IDENTITAS KLIEN
─ Nama : Nn. T
─ Usia : 13 Tahun
─ Suku : Sunda
─ Agama : Islam
─ Pendidikan : SD
─ Pekerjaan : Pelajar
─ Alamat : Dusun Bojong 02/06 Cilayung
Data Subjektif
1. Keluhan Utama: Klien tidak mengeluh apapun.
2. Riwayat Menstruasi
Klien belum mengalami menstruasi.
3. Riwayat Penyakit yang Lalu : tidak ada
4. Pola Nutrisi
Makan: 3x/hari
Minum: 6-8 gelas air putih/hari
5. Pola Eliminasi
BAB : 1x/hari
BAK : 5-6x/hari
6. Pola Tidur
Malam : 8 jam
25
26
7. Pola Hidup
Merokok : tidak
Masalah : tidak ada
Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
K/U : baik
Kesadaran : composmentis
BB : 39 kg
TB : 149 cm
IMT : 17,5 (kurus)
TTV : Nadi : 80x/menit
Suhu : 36 oC
TD : 100/60 mmHg
Respirasi : 17x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Mata : Konjungtiva : sedikit pucat
Sklera : putih
Dada
Mamae : Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas
Oedema : tidak ada
Varices : tidak ada
Turgor : baik
Pemeriksaan dalam : Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Data Penunjang (LABORATORIUM)
Tidak dilakukan pemeriksaan
27
ASSESMENT :
Nn. T usia 13 tahun dengan kemungkinan anemia.
Planning
1. Memberitahu hasil pemeriksaan pada klien. Klien mengetahui hasil
pemeriksaan.
2. Memberikan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi remaja
tentang Free Sex. Klien mengerti.
3. Memberitahu mengenai gizi yang dibutuhkan dalam masa
pertumbuhan.Klien mengerti.
4. Memberitahu mengenai personal hygine yang baik. Klien
mengerti.
5. Menjadwalkan kunjungan ulang 2 minggu kemudian dan
disesuaikan dengan waktu yang klien bisa. Klien menyetujui waktu
kunjungan.
Data Subjektif
1. Keluhan Utama:
Klien tidak ada keluhan apapun.
2. Riwayat Menstruasi
Klien belum mengalami menstruasi.
3. Riwayat Penyakit yang Lalu : tidak ada
4. Pola Nutrisi
Makan: 3x/hari
Minum: 6-8 gelas air putih/hari
28
5. Pola Eliminasi
BAB : 1x/hari
BAK : 5-6x/hari
6. Pola Tidur
Malam : 8 jam
7. Pola Hidup
Merokok : tidak
Masalah : tidak ada
Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
K/U : baik
Kesadaran : composmentis
BB : 39 kg
TB : 149 cm
IMT : 17,5 (kurus)
TTV : Nadi : 84x/menit
Suhu : 36,3oC
TD : 90/60 mmHg
Respirasi : 18x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Mata : Konjungtiva : pucat
Sklera : putih
Dada
Mamae : Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan dalam : Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Data Penunjang (LABORATORIUM)
Tidak dilakukan pemeriksaan
29
ASSESMENT :
Nn. T usia 13 tahun dengan kemungkinan anemia.
PLANNING :
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada klien bahwa keadaan klien
dalam keadaan baik. Klien mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Mengulang atau mengevaluasi kembali materi penyuluhan
kesehatan reproduksi remaja Free Sex. Klien dapat mengulang dan
mengerti.
3. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai menstruasi. Klien
mengerti.
4. Menjadwalkan kunjungan ulang kurang lebih 1 minggu
disesuaikan dengan waktu yang klien bisa. Klien menyetujui waktu
kunjungan.
Data Subjektif
1. Keluhan Utama:
Klien mengeluh pusing.
2. Riwayat Menstruasi
Klien belum mengalami menstruasi.
3. Riwayat Penyakit yang Lalu : tidak ada
4. Pola Nutrisi
Makan: 3x/hari
Minum: 6-8 gelas air putih/hari
5. Pola Eliminasi
30
BAB : 1x/hari
BAK : 5-6x/hari
6. Pola Tidur
Malam : 8 jam
8. Pola Hidup
Merokok : tidak
Masalah : tidak ada
Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
K/U : baik
Kesadaran : composmentis
BB : 39 kg
TB : 149 cm
IMT : 17,5 (kurus)
TTV : Nadi : 82x/menit
Suhu : 36,3oC
TD : 100/60 mmHg
Respirasi : 18x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Mata : Konjungtiva : pucat
Sklera : putih
Dada
Mamae : Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan dalam : Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Data Penunjang (LABORATORIUM)
Hb 11,5 g/dl
31
ASSESMENT :
Nn. T usia 13 tahun dengan anemia ringan.
PLANNING :
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada klien bahwa keadaan klien
dalam keadaan baik. Klien mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Memberitahu klien mengenai nutrisi yang baik untuk pertumbuhan dan
perkembangan serta menganjurkan banyak makan sayuran hijau, buah-
buahan, dan protein hewani sepertiikan, daging, dan hati. Klien
mengerti.
3. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai HIV dan AIDS. Klien
mengerti.
4. Memberi penyuluhan mengenai SADARI ( periksa payudara sendiri).
Klien mengerti
5. Menjadwalkan kunjungan ulang kurang lebih 2 minggu disesuaikan
dengan waktu yang klien bisa. Klien menyetujui waktu kunjungan
BAB IV
PEMBAHASAN
32
33
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
iii