Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem Respirasi merupakan salah satu proses vital dalam kehidupan karena
memiliki fungsi untuk mengambil oksigen dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan
untuk mentranspor karbon dioksida yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke
atmosfer.
Namun dibalik pentingnya sistem respirasi bagi manusia, tidak jarang terjadi
gangguan pada saluran pernafasan manusia, khususnya yang berhubungan dengan
keefektifan transpor oksigen dan karbon dioksida dalam paru.
Akan tetapi masyarakat tidak perlu khawatir, sebab sudah terdapat beberapa
alternative pemeriksaan maupun obat-obatan yang dapat mendeteksi sejak dini serta
mengobati langsung gangguan-gangguan tersebut.
Analisa Gas Darah adalah tes yang dilakukan pada darah dari arteri dengan tujuan
untuk mengevaluasi seberapa efektif paru-paru memberikan oksigen ke darah,
mengukur jumlah karbon dioksida dalam darah, serta seberapa baik paru-paru dan
ginjal yang berinteraksi untuk menjaga pH darah normal (keseimbangan asam-basa).
Tes ini biasanya dilakukan untuk menilai penyakit khususnya pernapasan dan kondisi
lain yang dapat mempengaruhi paru-paru, dan sebagai pengelolaan pasien untuk
terapi oksigen (terapi pernapasan).
Selain dengan Analisa Gas Darah, pemeriksaan yang dapat dikakukan untuk
mengetahui seberapa efektif paru-paru bekerja adalah pemeriksaan spirometri.
Spirometri adalah suatu proses yang menggunakan sebuah metode sederhana untuk
meneliti ventilasi paru dengan cara merekam volume pergerakan udara yang masuk
dan keluar dari paru-paru.
Sedangkan untuk penanganan dengan menggunakan obat, bagi para penderita
gangguan saluran pernapasan khususnya yang mengalami obstruksi saluran napas
dapat diberikan Bronkodilator.
Bronkodilator adalah sebuah substansi yang dapat memperlebar luas permukaan
bronkus dan bronkiolus pada paru-paru, dan membuat kapasitas serapan oksigen paru-
paru meningkat. Bronkodilator merupakan obat utama untuk mengatasi atau
mengurangi obstruksi saluran napas yang terdapat pada penyakit paru obstruktif.

1
Oleh sebab itu di dalam makalah ini penulis akan memberikan penjelasan
yang lebih lengkap berhubungan dengan Analisa Gas Darah, Spirometri dan
Bronkodilator, agar pembaca dapat lebih memahami mengenai materi ini, serta
dapat menghindari dan mengatasi masalah-masalah yang sering dijumpai pada
sistem pernapasan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Analisa Gas Darah, Spirometri dan Bronkodilator ?
2. Apa tujuan dari pemeriksaan Analisa Gas Darah dan Spirometri ?
3. Apa tujuan dari pemberian Bronkodilator ?
4. Bagaimana cara pengambilan Analisa Gas Darah ?
5. Bagaimana cara pemberian Bronkodilator ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai pengertian dari
Analisa Gas Darah, Spirometri dan Bronkodilator
2. Untuk menyampaikan tujuan pemeriksaan Analisa Gas Darah dan Spirometri
3. Untuk menyampaikan tujuan dari pemberian Bronkodilator
4. Untuk menyampaikan cara pengambilan Analisa Gas Darah
5. Untuk menyampaikan cara pemberian Bronkodilator
6. Untuk memenuhi tugas perkuliahan pada Sistem Respirasi

2
BAB II
PEMBAHASAN
ANALISA GAS DARAH
A. DEFINISI
Analisa gas darah, juga disebut gas darah arteri (ABG) analisis, adalah tes yang
dilakukan pada darah dari arteri bertujuan untuk mengukur jumlah oksigen dan karbon
dioksida dalam darah, serta keasaman darah (pH) . (Wilson,2006)
Prosedur memerlukan beberapa keterampilan tetapi bila dikerjakan dengan tepat akan
hanya sedikit berisiko. Komplikasi, terjadi 0,58% dari waktu termasuk episode
vasovagal, nyeri lokal, dan hematoma kecil. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah
secara luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit
berat yang akut dan menahun. Meskipun biasanya pemeriksaan ini menggunakan
spesimen dari darah arteri, jika sampel darah arteri tidak dapat diperoleh suatu sampel
vena campuran dapat digunakan. Pemeriksaan analisa gas darah (AGD) penting untuk
menilai keadaan fungsi paru-paru.
Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang
yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian
analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.

Tabel nilai normal gas darah dari sampel arteri dan vena campuran

Parameter Nilai normal gas darah arteri Nilai normal gas darah vena
campuran
Ph 7,35 - 7,43 7,33 - 7,43
Rata-rata 7,40 Rata-rata 7,38
PO2 80 - 100 mmHg 34 - 49 mmHg
Saturasi O2 95% - 100% 70% - 75%
PCO2 34 – 45 mmHg 41 – 51mmHg
HCO3 22 – 26 mEq/L 24 – 28 mEq/L
Kelebihan basa (base -2 sampai +2 0 sampai +4
excess/BE)
(Sumber : Hudak & Gallo 1997)

3
B. TUJUAN
Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH darah (dan juga keseimbangan
asam basa), oksigen dalam darah, kadar karbondioksida darah, kadar bikarbonat, saturasi
oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa. Analisis gas darah diindikasikan untuk
mengkaji sifat, rangkaian, dan beratnya gangguan metabolik dan pernapasan.
Penelitian ini biasanya dilakukan untuk menilai penyakit khususnya pernapasan dan
kondisi lain yang dapat mempengaruhi paru-paru, dan sebagai pengelolaan pasien untuk
terapi oksigen (terapi pernapasan). Komponen asam-basa dari uji tes dapat memberikan
informasi tentang fungsi ginjal. Secara ringkas dapat kita ambil kesimpulan tujuan GDA
yaitu untuk :
1. Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa
2. Mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler
3. Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh.
Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung pada konsentrasi ion
H+ dan dapat dipertahankan dalam batas normal melalui 3 faktor, yaitu:

1. Mekanisme dapar kimia

Terdapat 4 macam dapar kimia dalam tubuh, yaitu:

a. Sistem dapar bikarbonat-asam karbonat

 Merupakan jumlah terbesar dalam cairan ekstrasel.


 Reaksi terhadap asam :
HCl+NaHCO3 → H2CO3+NaCl
H2CO3 →H2O + CO2

b. Sistem dapar fosfat

 Terdapat di dalam sel darah merah dan sel lain terutama di tubulus ginjal
 Terdapat dalam bentuk Na2HPO4 dan NaH2PO4
 Reaksi terhadap asam :
HCl + Na2HPO4 → NaCl + NaH2PO4
 Reaksi terhadap basa :
NaOH + NaH2PO4 → Na2HPO4 + H2O

4
c. Sistem dapar protein

 Terutama terdapat dalam sel jaringan dan juga plasma


 Bekerja sebagai asam lemah maupun basa lemah ataupun garam basa yang
dapat mengikat atau melepaskan ion H+

d. Sistem dapar hemoglobin

 Hb bekerja sebagai asam lemah dan membentuk sistem dapar dengan basa
kuat seperti bikarbonat dan fosfat.
 CO2 hasil metabolisme jaringan berdifusi ke plasma lalu ke SDM.
 CO2 + H2O →H2CO3 →H+ + HCO3-
H+ + Hb- → HHb
HCO3- + K+ → KHCO3 di dalam SDM
KHCO3 → K+ + HCO3- →masuk plasma
 Ion Cl- plasma mengimbangi masuk SDM → KC

2. Mekanisme pernafasan
3. Mekanisme ginjal
Mekanismenya terdiri dari:
a. Reabsorpsi ion HCO3-
b. Asidifikasi dari garam-garam dapar
c. Sekresi ammonia
C. INDIKASI
1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik.
2. Pasien deangan edema pulmo.
3. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS).
4. Infark miokard.
5. Pneumonia
6. Klien syok
7. Post pembedahan coronary arteri baypass.
8. Resusitasi cardiac arrest.
9. Klien dengan perubahan status respiratori.
10. Anestesi yang terlalu lama.

5
D. KOMPLIKASI
1. Apabila jarum sampai menebus periosteum tulang akan menimbulkan nyeri.
2. Perdarahan.
3. Cidera syaraf.
4. Spasme arteri.

E. LOKASI FUNGSI ARTERI

1. Arteri radialis dan arteri ulnaris (sebelumnya dilakukan allen’s test)


2. Arteri brakialis
3. Arteri femoralis
4. Arteri tibialis posterior
5. Arteri dorsalis pedis
Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya tidak digunakan jika masih ada
alternatif lain, karena tidak mempunyai sirkulasi kolateral yang cukup untuk
mengatasi bila terjadi spasme atau trombosis. Sedangkan arteri temporalis atau
axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya risiko emboli otak.

Contoh allen’s test:

Cara allen’s test:

Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan langsung
pada arteri radialis dan ulnaris, minta klien untuk membuka tangannya, lepaskan
tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan

6
harus memerah dalam 15 detik, warna merah menunjukkan test allen’s positif.
Apabila tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika
pemeriksaan negatif, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.

F. PROSEDUR PENGAMBILAN DAN NILAI - NILAI NORMAL GAS DARAH


ARTERI

Penemuan kembali teknik untuk pengukuran elektroda gas darah arteri telah
memungkinkan analisis laboratorium cepat terhadap ketidakseimbangan asam-basa.
Pada tahun 1960-an, gas darah arteri (GDA) diambil hanya oleh dokter. Sejak 1970-
an perawat telah dapat mengambil dengan aman.

Prosedur meskipun secara standar dasar nasional, namun agak beragam antar
institusi. Punksi arteri dipertimbangkan sebagai keterampilan lanjut pada semua
perawat unit kritis. Jangan mengubah tambahan oksigen pasien segera sebelum
pengambilan sampel. Perubahan terhadap sistem pengiriman oksigen memerlukan 15
menit untuk adaptasi. Pengecualian terhadap aturan ini adalah selama upaya
resusitasi.

Berikut tabel mengenai nilai normal gas darah arteri (GDA)

Tes Nilai normal GDA


Ph 7,35 - 7,43
Rata-rata 7,40
PO2 80 - 100 mmHg
Saturasi O2 95% - 100%
PCO2 34 – 45 mmHg
HCO3 22 – 26 mEq/L
Kelebihan basa (base excess/BE) -2 sampai +2

Nilai normal gas darah arteri dapat terlihat pada tabel di atas, perhatikan
bahwa hanya ada dua pengukuran, PO2 dan PCO2 adalah pengukuran gas darah
secara nyata. Namun semua nilai harus ditentukan dengan analisa gas darah. Ini

7
penting sekali bahwa pengukuran komponen non-pernapasan (metabolik)
dimasukkan, dan HCO3 aktual dan kelebihan basa paling berguna.
Orang tua memiliki nilai PO2 dan saturasi oksigen mendekati bagian yang
lebih rendah dari rentang normal, dan orang muda cenderung mempunyai nilai lebih
tinggi dari normal.
Asam adalah suatu substansi yang dapat mendonorkan ion H+ , yang dapat
dikatakan sebagai bagian paling penting dalam asam. Banyak substansi memiliki H+
dalam struktur kimianya, tetapi beberapa tidak dapat mendonorkan H+ karena
ikatannya terlalu kuat. Hanya substansi tertentu yang dapat melepaskan H+nya disebut
asam.
Basa adalah substansi yang dapat menerima atau berikatan dengan H+. Istilah
basa dan alkali digunakan dengan cara saling bertukaran.
Pengukuran pH adalah satu-satunya cara untuk menentukan apakah tubuh
terlalu asam atau terlalu alkali. Angka pH rendah (dibawah 7,35) menunjukkan status
asam dan angka pH tinggi (diatas 7,45) menunjukkan status alkali.

Definisi

Asam : substansi yang dapat mendonorkan ion hidrogen, H+. Contohnya :


H2CO3 H+ + HCO3-
(asam)

Basa : substansi yang dapat menerima ion hidrogen, H+. Semua basa adalah substansi
alkalin. Contohnya:
HCO3- + H+ H2CO3
(basa)

PROSEDUR UNTUK PENGAMBILAN ANALISA GAS DARAH ARTERI


A. Alat
1. Spuit gelas atau plastik 5 atau 10 ml
2. Botol heparin 10 ml, 1000 unit / ml (dosis multi)
3. Jarum nomor 22 atau 25 (bevel pendek)
4. Penutup udara dari karet

8
5. Kapas alkohol
6. Wadah berisi es ( baskom atau kantong plastik )
7. Beri lebel untuk menulis status klinis pasien yang meliputi :
a. Nama, tanggal, dan waktu
b. Apakah menerima O2 dan bila ya berapa banyak dan dengan rute apa
c. Suhu

B. Teknik
1. Arteri radialis umumnya dipakai meskipun brakhialis juga dapat digunakan
2. Bila menggunakan pendekatan arteri radialis lakukan tes Allen’s. Secara terus
menerus bendung arteri radialis dan ulnaris. Tangan akan putih kemudian
pucat. Lepaskan aliran arteri ulnaris. Tes Allen’s positif bila tangan kembali
menjadi bewarna merah muda. Ini meyakinkan aliran arteri bila aliran arteri
radialis tidak paten
3. Pergelangan tangan dihiperektensikan dan tangan dirotasi luar.
a. Penting sekali melakukan hiperektensi pergelangan tangan-biasanya
menggunakan gulungan handuk untuk melakukan ini.
b. Untuk fungsi arteri brakialis, siku dihiperektensikan setelah
meletakkan handuk dibawah siku.
4. 1 ml Heparin diaspirasi kedalam spuit, sehingga dasar spuit basah dengan
heparin, dan kelebihan heparin dibuang melalui jarum, dilakukan perlahan
sehingga pangkal jarum penuh dengan heparin dan tak ada gelembung udara.
5. Arteri brakialis atau radialis dilokalisasi dengan palpasi dengan jari tengah dan
jari telunjuk, dan titik maksimum denyut ditemukan. Bersihkan tempat
tersebut dengan kapas alkohol.
6. Jarum dimasukkan dengan perlahan kedalam area yang mempunyai palpasi
penuh. Ini akan paling mudah dengan memasukkan jarum dan spuit kurang
lebih 45-90 derajat terhadap kulit.
7. Sering kali jarum masuk menembus pembuluh arteri dan hanya dengan jarum
ditarik perlahan darah akan masuk ke spuit.
8. Indikasi satu-satunya bahwa darah tersebut darah arteri adalah adanya
pemompaan darah kedalam spuit dengan kekuatannya sendiri
a. Bila kita harus mangaspirasi darah dengan menarik plunger spuit. Ini
kadang-kadang diperlukan pada spuit plastik yang terlalu keras..

9
sehingga tak mungkin darah tersebut positif dari arteri. Hasil gas
darah tidak memungkinkan kita untuk menentukan apakah darah dari
arteri atau dari vena.
9. Setelah dara 5 ml diambil, jarum dilepaskan dan petugas yang lain menekan
area yang dipungsis selama sedikitnya 5 menit (10 menit untuk pasien yang
mendapat antikoagulan)
10. Gelembung udara harus dibuang keluar spuit. Lepaskan jarum dan tempatkan
penutup udara pada spuit. Putar spuit diantara telapak tangan untuk
mencampurkan heparin.
11. Spuit diberi lebel dan segera tempatkan dalam es atau air es, kemudian bawa
ke laboratorium.
12. Catatan :
a. Bila saturasi O2 juga diukur, ini memberikan pencocokan-silang untuk
keakuratan PO2 (gunakan PO2 dan pH untuk menghitung saturasi O2
pada aturan mikroskopik gas darah dan melihat apakah saturasi O2
yang dihitung ini sesuai dengan saturasi O2 yang diukur ditambah
karboksihemoglobin (saturasi O2 yang terhitung = saturasi O2 yang
diukur + karboksihemoglobin)
b. Bila kandungan CO2 juga diukur, ini memberikan pencocokan-silang
untuk keakuratan PCO2 ( gunakan PCO2 dan pH untuk menghitung
kandungan CO2 pada aturan mikroskopik gas darah dan melihat apakah
kandungan CO2 yang dihitung sesuai dengan kandungan CO2 yang
diukur)
c. Cara lain untuk meyakinkan keakuratan yaitu dengan melakuakn tes
duplikat ada dua penganalisa gas darah yang berbeda. Bila ada
perbedaan dalam dua penentuan, tes harus dilakuakan untuk ketiga
kalinya.
d. Teknisi melakukan analisa dan harus melaporkan adanya kecurigaan
bahwa hasil tidak benar. Contoh :
1) Bila spuit datang dengan ada gelembung udara
2) Bila saturasi O2 yang dihitung dan dan saturasi O2 yang di ukur
tidak sesuai
3) Bila kandungan CO2 yang dihitung dan kandungan CO2 yang
diukur tidak sesuai.

10
G. LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENILAI GAS DARAH

1. Pertama-tama perhatikan pH (jika menurun klien mengalami asidemia, dengan


dua sebab asidosis metabolik atau asidosis respiratorik; jika meningkat klien
mengalami alkalemia dengan dua sebab alkalosis metabolik atau alkalosis
respiratorik; ingatlah bahwa kompensasi ginjal dan pernafasan jarang
memulihkan pH kembali normal, sehingga jika ditemukan pH yang normal
meskipun ada perubahan dalam PaCO2 dan HCO3 mungkin ada gangguan
campuran)
2. Perhatikan variabel pernafasan (PaCO2 ) dan metabolik (HCO3) yang
berhubungan dengan pH untuk mencoba mengetahui apakah gangguan primer
bersifat respiratorik, metabolik atau campuran (PaCO2 normal, meningkat atau
menurun; HCO3 normal, meningkat atau menurun; pada gangguan asam basa
sederhana, PaCO2 dan HCO3 selalu berubah dalam arah yang sama;
penyimpangan dari HCO3 dan PaCO2 dalam arah yang berlawanan menunjukkan
adanya gangguan asam basa campuran).
3. Langkah berikutnya mencakup menentukan apakah kompensasi telah terjadi (hal
ini dilakukan dengan melihat nilai selain gangguan primer, jika nilai bergerak
yang sama dengan nilai primer, kompensasi sedang berjalan).
4. Buat penafsiran tahap akhir (gangguan asam basa sederhana, gangguan asam basa
campuran).

Tes Rentang normal dewasa Interpretasi


PaO2 80-100 mmHg
PaCo2 35-45 mmHg
Ph 7,35-7,43
HCO3 22 – 26 mEq/L
SaO2 95% - 100%

Nilai gas darah normal :

 Tekanan parsial oksigen (PaO2) : 80-100 mm Hg


 Tekanan parsial karbon dioksida (PaCO2) : 35-45 mmHg
 Oksigen konten (O2CT): 15-23%
 Saturasi oksigen (SaO2): 95-100%
11
 Bikarbonat (HCO3): 22-26 mEq / liter

Istilah Asam-Basa

Pengukuran pH : Hanya satu-satunya cara untuk memberitahukan bila tubuh terlalu asam atau
terlalu alkali
Asidemia : Kondisi asam darah pH < 7.35
Alkelemia : Kondisi alkalin darah pH > 7,45
Asidosis : Proses penyebab asidemia
Alkalosis : Proses penyebab alkalemia

Bila angka lebih rendah dari 7,35, terjadi asidemia dan bila lebih tinggi dari 7,45
terjadi alkelemia. Asidemia berarti kondisi dimana darah terlalu asam. Asidosis berarti
proses pada pasien yang menyebabkan asidemia. Kata sifat dari proses ini adalah
asidotik. Alkalosis berarti proses pada pasien yang menyebabkan alkalamia, dan kata
sifat proses ini adalah alkalotik.

Perhatian yang besar terhadap hal ini telah diberian untuk mendefenisikan istilah
karena akan ada lebih dari satu proses yang terjadi pada pasien pada waktu yang
bersamaan. Sebagai contoh bila asidosis dan alkalosis terjadi bersamaan, pH
menunjukkan proses mana yang lebih kuat diantara keduanya. pH dibawah 7,35 bila
asidosis lebih kuat, di atas 7,45 bila alkalosis lebih kuat, dan diantara 7,35 dan 7,45 bila
asidosis dan alkalosis hampir sama kuatnya. Nilai pH darah menunjukkan rata-rata
asidosis dan alkalosis yang terjadi.

12
H. TANDA DAN GEJALA GANGGUAN ASAM-BASA

Tanda dan Gejala Gangguan Asam-Basa

Gangguan Asam-Basa Tanda dan Gejala

Asidosis Respiratori Tanda-tanda narkosis CO2 :


- Sakit kepala
- Letargi
- Mengantuk
- Koma
- Peningkatan frekuensi jantung
- Hipertensi
- Berkeringat
- Penurunan responsivitas
- Tremor/asteriksis
- Papiledema
- Dipsnea (bisa ada atau tidak)

Alkalosis Respiratori Gejala tidak jelas :


- Pusing
- Kebas
- Kesemutan (parastesia)
- Ekstremitas
- Kram otot
- Tetani
- Kejang
- Peningkatan refleks tendon dalam aritmia
- Hiperventilasi

Pernapasan Kassmaul
Asidosis Metabolik Hipotensi
Letargi
Mual dan muntah

13
Non-spesifik :
Alkalosis Metabolik - Refleks hiperaktif
- Tetani
- Hipertensi
- Kram otot
- Kelemahan

I. ABNORMALITAS PERNAPASAN

Parameter Kondisi Mekanisme

PCO2 Asidosis Respiratori Penurunan dalam pengeluaran gas CO2 oleh


paru ( hipoventilasi )

PCO2 Alkalosis Respiratori Peningkatan pengeluaran gas CO2 oleh paru


( hiperventilasi )

HCO3- Alkalosis non-respiratori 1. Asam non-volatil hilang


(metabolik)
BE 2. HCO3- meningkat

HCO3- Asidosis non-respiratori 1. Asam non-volatil ditambahkan


(metabolik) (menggunakan HCO3- )

BE 2. HCO3- hilang

14
SPIROMETRI

A. DEFINISI

Merupakan suatu metode sederhana yang dapat mengukur sebagian terbesar volume
dan kapasitas paru- paru. Spirometri merekam secara grafis atau digital volume ekspirasi
paksa dan kapasitas vital paksa. Volume Ekspirasi Paksa atau Forced Expiratory Volume
(FEV) adalah volume dari udara yg dihembuskan dari paru- paru setelah inspirasi
maksimum dengan usaha paksa minimum, diukur pada jangka waktu tertentu. Biasanya
diukur dalam 1 detik (FEV1) . Kapasitas Vital paksa atau Forced Vital Capacity (FVC)
adalah volume total dari udara yg dihembuskan dari paru- paru setelah inspirasi
maksimum yang diikuti oleh ekspirasi paksa minimum.

Pemeriksaan dengan spirometer ini penting untuk pengkajian fungsi ventilasi paru
secara lebih mendalam. Jenis gangguan fungsi paru dapat digolongkan menjadi dua yaitu
gangguan fungsi paru obstruktif (hambatan aliran udara) dan restriktif (hambatan
pengembangan paru).Seseorang dianggap mempunyai gangguan fungsi paru obstruktif
bila nilai FEV1 kurang dari 75% dan menderita gangguan fungsi paru restriktif bila nilai
kapasitas vital kurang dari 80% dibanding dengan nilai standar(Algasaff, 2005: 44).

B. PRINSIP KERJA SPIROMETER

Spirometer menggunakan prinsip salah satu hukum dalam fisika yaitu hukum
Archimedes. Hal ini tercermin pada saat spirometer ditiup, ketika itu tabung yang berisi
udara akan naik turun karena adanya gaya dorong ke atas akibat adanya tekanan dari

15
udara yang masuk ke spirometer. Spirometer juga menggunakan hukum newton yang
diterapkan dalam sebuah katrol . Katrol ini dihubungkan kepada sebuah bandul yang
dapat bergerak naik turun. Bandul ini kemudian dihubungkan lagi dengan alat pencatat
yang bergerak diatas silinder berputar.
Prinsip spirometri adalah mengukur kecepatan perubahan volume udara di paru-paru
selama pernafasan yang dipaksakan atau disebut forced volume capacity (FVC).
Prosedur yang paling umum digunakan adalah subyek menarik nafas secara maksimal
dan menghembuskannya secepat dan selengkap mungkin Nilai FVC dibandingkan
terhadap nilai normal dan nilai prediksi berdasarkan usia, tinggi badan dan jenis kelamin.
Tujuannya mengukur volume paru secara statis dan dinamik serta menilai perubahan
atau gangguan pada faal paru.

Gambar. Spirometer Portable

16
Gambar. Spirometer Manual

C. TUJUAN PEMERIKSAAN SPIROMETRI


- Menilai status faal paru (normal, restriksi, obstruksi, campuran)
- Menilai manfaat pengobatan
- Memantau perjalanan penyakit
- Menentukan prognosis
- Menentukan toleransi tindakan bedah

17
BRONKODILATOR
A. DEFINISI

Bekerja langsung pada otot bronkus untuk mengurangi bronkospasme. Biasanya


dibedakan menjadi dua grup yaitu sebagai berikut :

1) β-adrenergik, seperti Albuterol (Ventolin).


2) Theophyline, seperti Aminophyline.

Efek samping yang biasanya terjadi adalah peningkatan denyut jantung (heart rate),
palpitasi, nervousness, tremor, mual (nausea) dan anoreksia.

B. Ventolin

Ventolin adalah preparat untuk obat batuk inhalasi. Dimasukkan dalam Nebulizer
untuk dibuat menjadi partikel gas dan dihirup. Penggunaan Ventolin dengan alat
nebulizer ini jauh lebih efektif meredakan batuk dan mencairkan lendir kental yang
menyumbat saluran pernafasan.

a. Deskripsi
 Nama dan struktur kimia: 2Hydroxy 4-1-cl Hydroxy - 2tert-Butylamino-1-(4-
hydroxy-3-hydroxymethylphenyl)ethanol / (Salbutamol)
 Sifat fisiokimia:
- Serbuk berbentuk kristal,
- Berwarna putih atau hampir putih.
- Larut dalam alkohol, sedikit larut dalam air.
- Terlindung dari cahaya.

18
 Indikasi: Pengobatan dan pencegahan asma serta pencegahan timbulnya asma akibat
olah tubuh
 Dosis, cara pemberian dan lama pemberian:
- Oral (Lebih dipilih dengan inhalasi) :
1. Dewasa : Dosis 4mg (orang lanjut usia dan penderita yang peka awali dengan dosis
awal 2 mg) 3-4 kali sehari; dosis maksimal 8mg dalam dosis tunggal ( tetapi jarang
memberikan keuntungan ekstra atau dapat ditoleransi dengan baik).
2. Anak-anak dibawah 2 tahun : 100 mcg/kg 4 kali sehari (unlicensed); 2-6 tahun 1-2
mg 3-4 kali sehari; 6-12 tahun 2 mg 3-4 kali sehari.
Injeksi s.c / i.m 500mcg ulangi tiap 4 jam bila perlu.
Injeksi IV bolus pelan 250 mcg diulangi bila perlu.
IV infus, dosis awal 5mcg/menit, disesuaikan dengan respon dan nadi, biasanya
dalam interval 3-20 mcg/menit, atau lebih bila perlu. Anak-anak 1-12 bulan 0,1-1
mcg/kg/menit (unlicensed).
- Inhalasi :
1. Dewasa : 100-200 mcg (1-2 semprot); untuk gejala yang menetap boleh diberikan
sampai 4 kali sehari;
2. Anak-anak : 100mcg (1 semprot), dapat ditingkatkan sampai 200 mcg (2 semprot)
bila perlu; untuk gejala menetap boleh diberikan sampai 4 kali sehari.
- Profilaksis pada exercise-induced bronchospasm, Dewasa 200mcg (2 semprot); anak-
anak 100mcg (1 semprot), ditingkatkan sampai 200mcg (2 semprot) bila perlu.
- Serbuk inhalasi : Dewasa 200-400 mcg; untuk gejala yang menetap boleh diberikan
sampai 4 kali sehari; anak-anak 200mcg. Profilaksis untuk exercise-induced
bronchospasm Dewasa 400mcg; anak-anak 200 mcg.
- Inhalasi dengan larutan nebulizer, bronkospasme kronik yang tidak respon terhadap
terapi konvensional dan pada terapi asma akut berat.
1. Dewasa dan anak lebih dari 18 bulan 2.5 mg, diulang sampai 4 kali, dapat
ditingkatkan menjadi 5 mg bila perlu, tetapi perlu mempertimbangkan penilaian
medis karena kemungkinan terapi alternatif dapat diindikasikan.
2. Anak dibawah 18 tahun (unlicensed) (hipoksemia transient dapat terjadi-
pertimbangkan penggunaan suplemen oksigen), 1.25-2.5 mg sampai 4 kali sehari
tetapi administrasi yang lebih sering kemungkinan diperlukan pada kasus-kasus
parah.

19
 Stabilitas penyimpanan
- HFA aerosol: simpan pada suhu 15°C sampai 25°C. Larutan inhalasi simpan pada
suhu 2°C sampai 25°C, jangan digunakan apabila cairan berubah warna atau menjadi
keruh
- Gunakan dalam waktu 1 minggu setelah dibuka Nebulization 0.5% solution: simpan
pada suhu 2°C sampai 30°C.
- Sediaan dalam bentuk sirup: simpan pada suhu 2°C sampai 30°C.
- Sediaan dalam bentuk tablet: simpan pada suhu 2°C-25°C.
 Kontra indikasi : Reaksi hipersensitivitas terhadap salbutamol/albuterol, adrenergic
amines.
 Efek samping
- Kardiovaskular : Palpitasi, Takiaritmia
- Endocrine metabolic : Hipokalemia
- Neurologic : Tremor
- Psychiatric : Nervousness
- Dermatologic : Erythema multiforme, Stevens-Johnson syndrome ( merupakan efek
yang cukup parah)
 Parameter monitoring
- Tes fungsi paru (misalnya FEV1, peak flow), tekanan darah, detak jantung, stimulasi
CNS, kadar gula darah, kadar potasium dalam darah, gejala asma, arterial atau
capillary blood gases (apabila keadaan pasien mengkhawatirkan).
 Bentuk sediaan
- Sirup 2 mg/5ml, 1 mg/5ml, Easyhaler 200 mcg/dosis, 200 dosis MDI 10 ml, 0.1
mg/tiap Semprot Aerosol Inhalasi, 0.5 mg/ml Injeksi,
- Inhaler Dosis 200 dan Dosis 400, 2.5 mg/2.5 ml NaCl Digunakan Dengan Nebulizer.
(5,6). Tablet 2 mg, 4 mg, dan 8 mg, Serbuk Inhalasi, Kapsul 2 mg, Kaplet 4 mg
 Peringatan
1. Kelainan pada sistem cardiovascular , khususnya coronary insufficiency, cardiac
arrhythmias, and hipertensi; dapat menyebabkan perubahan pada pulse rate, tekanan
darah, electrocardiogram.
2. Kelainan convulsive.
3. Diabetes mellitus.
4. Hyperthyroidism.
5. Hypokalemia.

20
 Informasi ke pasien

Penggunaan inhalasi :
- Informasikan kepada pasien tentang cara penggunaan, pembersihan/perawatan dan
penyimpanan inhaler dan spacer (bila pasien menggunakan spacer).
- Kocok inhaler setiap kali sebelum dipakai.
- Hindari semprotan ke dalam mata.
- Lakukan test semprotan ke udara pertama kali sebelum digunakan. Bila inhaler tidak
digunakan dalam waktu >2 minggu, lakukan 4 kali semprotan dulu ke udara sebelum
digunakan.
- Kumur mulut dengan air setelah inhalasi. Diberitahukan kepada pasien untuk segera
menghubungi dokter bila dijumpai efek-efek samping atau kondisi yang bertambah
parah.

Penggunaan Oral :
- Diminum dengan air satu jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan.
 Monitoring penggunaan obat
- Teknik penggunaan inhalasi yang benar.
- Perbaikan gejala asma.
- Tes fungsi paru.

21
C. Aminophyline/ Aminofilin

a. Deskripsi
 Nama dan struktur kimia: Theophyllinum et Ethylenediaminum
 Sifat fisikokimia:
- Serbuk berwarna putih atau sedikit kekuningan. Bersifat anhydrous atau tidak
mengandung lebih dari 2 molekul air.
- Aminofilin mengandung tidak kurang dari 84.0% dan tidak lebih dari 87.4%
teofilin anhydrous, serta mengandung 13.5% sampai 15% anhydrous
ethylenediamine.
- Larut dalam air (larutan menjadi keruh akibat pengaruh karbon dioksida), tidak
larut dalam dehydrated alkohol. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan
terlindung cahaya.
 Indikasi: Asma dan penyakit paru obstruksi kronis
 Dosis, cara pemberian dan lama pemberian:
- Cara pemberian:
1. Oral : dapat digunakan bersama dengan makanan maupun tidak.
2. Intravenous:
 Dapat diberikan dengan injeksi lambat IV bolus atau dapat diberikan
dengan IV infus.
 Jangan dicampur dengan obat lain didalam syringe.
 Hindari penggunaan obat-obat yang tidak stabil dalam suasana asam
bersamaan dengan aminofilin.

22
 Jangan digunakan jika terdapat kristal yang terpisah dari larutan.
 Jangan digunakan jika larutan tidak jernih.
- Dosis
1. Dewasa : Asma akut berat yang memburuk dan belum mendapat terapi dengan
Teofilin. Injeksi IV pelan : 250-500mcg (5 mg/kg) (diinjeksikan lebih dari 20
menit) dengan monitoring ketat, selanjutnya dapat diikuti dengan dosis pada
asma akut berat.
2. Dewasa : Asma akut berat : IV infus 500 mcg/kg/jam (dengan monitoring
ketat) disesuaikan dengan konsentrasi plasma Teofilin.
3. Anak-anak : Asma akut berat yang memburuk dan belum mendapat terapi
dengan Teofilin. Injeksi IV pelan : 5 mg/kg (diinjeksikan lebih dari 20 menit)
dengan monitoring ketat, selanjutnya dapat diikuti dengan dosis pada asma
akut berat.
4. Anak-anak : Asma akut berat: IV infus: anak usia 6 bulan - 9 tahun
1mg/kg/jam anak usia 10 - 16 tahun 800 mcg/kg/jam disesuaikan dengan
konsentrasi teofilin dalam plasma.
 Farmakologi
- Absorpsi : Oral, tablet: waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kadar puncak 10
mcg/mL (range 5-15 mcg/mL) adalah 1-2 jam setelah pemberian dosis 5mg/kg
pada dewasa. Adanya makanan tidak mempengaruhi absorpsi.
- Ekskresi :
 Pada ginjal: (pasien dengan usia lebih dari 3 tahun), 10% tidak berubah;
(neonatus), 50% tidak berubah. Teofilin, terdialisis pada hemodialysis;
tidak terdialisis pada peritoneal dialysis. 3-methylxanthine,
 Ginjal: (pasien dengan usia lebih dari 3 tahun), merupakan rute utama.
 Stabilitas penyimpanan
- Sediaan oral: Tablet harus di simpan pada suhu ruang 20°C-25°C, terlindung
cahaya dan lembab.
- Sediaan parenteral: Simpan pada suhu 15°C-30°C, terlindung dari cahaya. Simpan
dalam kardus sampai pada waktu ingin digunakan. Aminofilin merupakan larutan
yang stabil pada suhu ruangan.

23
- Pada pH 3.5-8.6, stabilitas dalam suhu kamar pada konsentrasi tidak kurang dari
40 mg/mL dapat dijaga hingga 48 jam. Stabilitas Aminofilin dalam plastic
syringes ± 5 jam.
- Aminofilin bersifat basa (pH sekitar 8.8) sehingga memiliki kecenderungan untuk
meluluhkan plastik dan karet, oleh karena itu tidak direkomendasikan
penyimpanan dalam plastic syringes dalam waktu lama.
- Larutan tidak boleh digunakan bila terjadi perubahan warna atau bila terbentuk
kristal.
 Kontra indikasi : Hipersensitivitas terhadap teofilin dan ethylendiamine.
 Efek samping
- Saluran cerna : diare, mual dan muntah
- Neurologi : pusing, sakit kepala, insomnia, dan tremor
- Renal : diuresis
- Cardiovascular : Atrial fibrilasi, Bradiaritmia apabila administrasi terlalu cepat
dapat menyebabkan Cardiac arrest.
- Takiaritmia Dermatologic : Erythroderma.
- Gastrointestinal : Necrotizing enterocolitis in fetus OR newborn.
- Immunologic : Immune hypersensitivity reaction.
- Neurologic : perdarahan pada intracranial, kejang.
b. Pengaruh
 Parameter monitoring
1. Penurunan gejala asma
2. Test fungsi paru
3. Serum Teofilin (rentang normal: 10-20 mcg/mL).
 Bentuk sediaan : Tablet 225 mg, Ampul 10ml
 Peringatan
1. Usia: neonatus (term and premature), anak - anak dibawah satu tahun, usia lanjut
(lebih dari 60 tahun) mengalami penurunan clearance; risiko terjadinya "fatal
theophylline toxicity" meningkat.
2. Active peptic ulcer; memperparah ulcer.
3. Penggunaan obat lain yang menghambat atau mempengaruhi metabolisme teofilin ;
meningkatkan risiko terjadinya efek samping yang serius dan potensi efek samping
yang fatal.

24
4. Demam; 102 derajat Fahrenheit (38.8 derajat celcius) atau lebih yang terjadi
selama 24 jam (atau bahkan lebih), atau peningkatan suhu yang lebih rendah yang
terjadi selama periode waktu yang lama, penurunan clearance teofilin,
meningkatkan risiko terjadinya efek samping yang serius dan potensi efek samping
yang fatal akibat keracunan teofilin.
 Informasi ke pasien
Oral :
- Penggunaan obat: sesuai yang dianjurkan doker; dapat diminum pada saat perut
kosong atau bersama makanan.
- Bila diminum pada saat perut kosong, maka seterusnya diminum pada saat perut
kosong, bila diminum bersama makanan maka seterusnya diminum bersama
makanan.
- Bila lupa minum obat: Gunakan secepatnya pada saat ingat. Bila saat ingat, sudah
hampir waktunya untuk minum dosis berikutnya, maka tidak perlu minum dosis
sebelumnya, cukup minum dosis berikutnya. Jangan mendobel dosis.
- Tanyakan pada dokter atau apoteker mengenai obat dan makanan lain yang perlu
dihindari. Konsultasikan ke dokter bila terjadi efek samping.

Injeksi :
- Obat dan makanan apa yang harus dihindari.
- Beritahukan pada dokter obat, makanan, vitamin atau herbal apa saja yang sedang
digunakan. Bila mengalami efek samping, beritahukan pada dokter.
 Monitoring penggunaan obat
1. Perbaikan pada gejala asma,
2. Tes fungsi paru,
3. Rentang terapeutik teofilin adalah 10 sampai 20 mcg/mL,
4. Serum teofilin (ambil sampel darah pada waktu kadar puncak yang diharapkan);
setelah awal pemberian terapi, sebelum dosis ditingkatkan, jika tanda terjadinya
toksisitas Teofilin muncul.

25
NEBULIZER
A. DEFINISI

Nebulizer adalah alat yang digunakan untuk merubah obat dari bentuk cair ke bentuk
partikel aerosol. Bentuk aerosol ini sangat bermanfaat apabila dihirup atau dikumpulkan
dalam organ paru. Efek dari pengobatan ini adalah untuk mengembalikan kondisi spasme
bronkus.
Aerosol merupakan suspensi berbentuk padat atau cair dalam bentuk gas. berfungsi
untuk menghantarkan obat dalam bentuk larutan air ke jalan napas, tenggorokan atau
hidung. Tujuannya untuk menghantarkan obat ke target organ dengan efek samping
minimal dan dengan keamanan dan efektifitas yang tinggi.
Alat dengan mesin tekanan udara yang membantu untuk pengobatan asma dalam
bentuk uap/ aerosol basah. Terdiri dari tutup, “ mouthpiece” yang dihubungkan dengan
suatu bagian atau masker, pipa plastik yang dihubungkan ke mesin tekanan udara.

B. JENIS NEBULIZER
1. Disposible nebulizer
Disposable nebulizer sangat ideal apabila digunakan dalam situasi kegawatdaruratan/
ruang gawat darurat atau di rumah sakit dengan perawatan jangka pendek. Apabila
nebulizer di tempatkan di rumah dapat digunakan beberapa kali lebih dari satu kali ,
apabila dibersihkan setelah digunakan. Dan dapat terus dipakai sampai dengan 2 minggu
apabila dibersihkan secara teratur. Dapat digunakan oleh orangtua, babysitter, saat
bepergian, sekolah, atau untuk persediaan apabila terjadi suatu serangan.

26
2. Re-usable nebulizer
Re-usable nebulizer dapat digunakan lebih lama sampai kurang lebih 6 bulan.
Keuntungan dari nebulizer jenis ini adalah desainnya yang lebih komplek dan dapat
menawarkan suatu perawatan dengan efektivitas yang ditingkatkan dari dosis
pengobatan. Keuntungan kedua adalah dapat direbus untuk proses desinfeksi.
Digunakan untuk terapi setiap hari .

C. MODEL-MODEL NEBULIZER
1. Nebulizer dengan penekan udara ( Nebulizer compressors )
Memberikan tekanan udara dari pipa ke tutup ( cup ) yang berisi obat cair. Kekuatan
dari tekanan udara akan memecah cairan ke dalam bentuk partikel- partikel uap kecil
yang dapat dihirup ke dalam saluran pernafasan.

27
2. Nebulizer ultrasonik ( ultrasonic nebulizer)
Menggunakan gelombang ultrasound, untuk secara perlahan merubah dari bentuk
obat cair ( catatan: pulmicort tidak dapat digunakan pada sebagian nebulizer
ultrasonic) ke bentuk uap/ aerosol basah.

3. Nebulizer generasi baru ( A new generation of nebulizer )


Digunakan tanpa menggunakan tekanan udara maupun ultrasound. Alat ini sangat
kecil, dioperasikan dengan menggunakan baterai, dan tidak berisik.

D. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI


Indikasi:
1. Rasa tertekan di dada
2. Peningkatan produksi secret.
3. Pneumonia ( kongesti) dan atau atelektasis.
Kontra Indikasi:
1. Tekanan darah tinggi ( autonomic hiperrefleksia)
2. Nadi yang meningkat/ takikardia
3. Riwayat reaksi yang tidak baik dari pengobatan.

E. KOMPLIKASI
1. Henti nafas.
2. Dosis yang kurang tepat karena kurang tepat dalam menggunakan alat ataupun
tekniknya.
3. Kurang dalam pemberian obat karena malfungsi dari alat tsb.

28
4. Pemberian dosis tinggi dari beta agonis akan menyebabkan efek yang tidak baik
pada system sekunder penyerapan dari obat tsb. Hipokalemia dan atrial atau
ventricular disritmia dapat ditemui pada pasien dengan kelebihan dosis.
5. Spasme bronkus atau iritasi pada saluran pernapasan
6. Alat aerosol atau adapter yang digunakan dan teknik penggunaan dapat
mempengaruhi penampilan karakter dari ventilator terhadap sensitifitas system
alarm.
7. Penambahan gas pada circuit ventilator dari nebulizer dapat meningkatkan volume,
aliran dan tekanan puncak saluran udara.
8. Penambahan gas pada ventilator dari nebulizer juga dapat menyebabkan kipas
ventilator tidak berjalan selama proses nebulasi.

F. PERAWATAN NEBULIZER

1. Setelah digunakan / sehabis dipakai


- Lepaskan masker atau mouthpiece dan juga bagian yang berbentuk T” dari tutup.
Pindahkan pipa atau selang dan rapikan disekitarnya. Selang atau pipa tidak boleh
dicuci atau dibilas Bilas masker atau mouthpiece dan bagian penghubung dengan air
hangat yang mengalir selama 30 detik. Gunakan air yang telah direbus atau air steril
untuk membilas apabila memungkinkan
- Keringkan masker atau mouthpiece dengan kertas tissue atau diangin-anginkan.
- Rangkai kembali bagian-bagian tersebut seperti semula dan sambungkan ke
kompresor
- Nyalakan mesin selama 10 – 20 detik untuk mengeringkan bagian dalam dari
nebulizer.
- Lepas kembali selang dari pipa kompresor. Masukkan nebulizer ke dalam tas plastic
tertutup
2. Satu kali sehari
- Lepaskan masker atau mouthpiece dan juga bagian yang berbentuk T” dari tutup.
Pindahkan pipa atau selang dan rapikan disekitarnya. Selang atau pipa tidak boleh
dicuci atau dibilas.
- Cuci masker atau mouthpiece dan bagian penghubung atau penyambung dengan air
mengalir atau sabun cuci dan air hangat.

29
- Bilas dengan disemprot air selama 30 detik. Gunakan dengan air yang telah direbus
atau air steril bila memungkinkan.
- Keringkan masker atau mouthpiece dengan kertas tissue atau diangin-anginkan.
- Rangkai kembali bagian-bagian tersebut seperti semula dan sambungkan ke
kompresor.
- Nyalakan mesin selama 10 – 20 detik untuk mengeringkan bagian dalam dari
nebulizer.
- Lepas kembali selang dari pipa kompresor. Masukkan nebulizer ke dalam tas plastic
tertutup

3. Satu kali atau dua kali dalam seminggu


- Lepaskan masker atau mouthpiece dan juga bagian yang berbentuk T” dari tutup.
Pindahkan pipa atau selang dan rapikan disekitarnya. Selang atau pipa tidak boleh
dicuci atau dibilas Cuci masker atau mouthpiece dan bagian penghubung atau
penyambung dengan air mengalir atau sabun cuci dan air hangat.
- Bilas dengan disemprot air selama 30 detik.
- Rendam selama 30 menit dalam cairan cuka dan air matang 1 : 2, dan cairan
tersebut sekali pakai.
- Bilas bagian-bagian nebulizer dan juga spuit obat dengan air hangat yang dialirkan
untuk 1 menit. Gunakan air matang atau air steril bila memungkinkan.
- Keringkan masker atau mouthpiece dengan kertas tissue atau diangin-anginkan.
- Rangkai kembali bagian-bagian tersebut seperti semula dan sambungkan ke
kompresor.
- Nyalakan mesin selama 10 – 20 detik untuk mengeringkan bagian dalam dari
nebulizer.
- Lepas kembali selang dari pipa kompresor. Masukkan nebulizer ke dalam tas plastic
tertutup.
- Bersihkan permukaan mesin kompresor dengan kain lembab, kain dibasahi sabun,
atau spons. Bisa juga dengan alcohol atau desinfektan.
“Jangan pernah meletakkan mesin kompresor udara dalam air”

30
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sistem Respirasi merupakan salah satu proses vital dalam kehidupan karena
memiliki fungsi untuk mengambil oksigen dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan
untuk mentranspor karbon dioksida yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke
atmosfer.
Namun dibalik pentingnya sistem respirasi bagi manusia tidak jarang terjadi
gangguan ( patologis ) pada saluran pernafasan manusia.
Akan tetapi masyarakat tidak perlu khawatir, sebab sudah terdapat beberapa
alternative pemeriksaan maupun obat-obatan yang dapat mendeteksi sejak dini
serta mengobati langsung gangguan-gangguan tersebut.
Untuk deteksi dini dapat melalui pemeriksaan seperti analisa gas darah dan
pemeriksaan spirometri, sedangkan melalui medikasi dapat dilakukan pemberian
bronkodilator.

B. SARAN
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini. Kami banyak berharap para pembaca bisa
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca.

31
Daftar Pustaka

Hudak & Gallo. 1997.keperawatan kritis, volume 1 (edisi 6). EGC. Jakarta

Somantri, Irman. 2012.asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pernapasan,
edisi 2. Salemba Medika. Jakarta

http://www.artikelkeperawatan.info/analisa-gas-darah-blood-gas-analisa-125.html. Diunduh
tanggal 23 November 2013.

http://www.depkes.go.id. Software PIO 2007.

http://www.diu.ff.unair.ac.id/files/drugs/AMINOFILIN%20ORAL.pdf. Diunduh tanggal 4


desember 2013.

32

Anda mungkin juga menyukai