Anda di halaman 1dari 11

DINAMIKA PENDUDUK

KOREA SELATAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh :
1. Mila Irmawati
2. Dadang Adriana
3. Risnadi Eka P.
4. Nono Carsono
5. Rizki Maulana

SMP NEGERI 2 RANCAH


KECAMATAN RANCAH KABUPATEN CIAMIS
2019
PENDAHULUAN

Korea Selatan adalah sebuah negara di Asia Timur yang meliputi bagian selatan
Semenanjung Korea. Di sebelah utara, Republik Korea berbataskan Korea Utara, di
mana keduanya bersatu sebagai sebuah negara hingga tahun 1948. Laut Kuning di
sebelah barat, Jepang berada di seberang Laut Jepang yang sering disebut ‘Laut Timur’
oleh orang-orang Korea dan Selat Korea berada di bagian tenggara. Ibu Kota Korea

Selatan adalah Seoul. Negara Korea ini dikenal dengan nama Hanguk (한국; 韓國)

oleh penduduk Korea Selatan dan disebut Namchosŏn (남조선; 南朝鮮;) ‘Chosŏn

Selatan’ di Korea Utara.


Penemuan arkeologis menunjukkan bahwa Semenanjung Korea telah didiami
sejak Masa Paleolitik Awal. Sejarah Korea dimulai dari pembentukan Gojoseon pada
2333 SM. oleh Dan-gun. Setelah unifikasi (penyempurnaan) Tiga Kerajaan Korea
dibawah Silla pada 668 M, Korea menjadi satu dibawah Dinasti Goryeo dan Dinasti
Joseon hingga akhir Kekaisaran Han Raya pada 1910 karena dianeksasi (direbut paksa)
oleh Jepang. Setelah liberalisasi dan pendudukan oleh Uni Soviet dan Amerika Serikat
pada akhir Perang Dunia II, Wilayah Korea akhirnya dibagi menjadi Korea Utara dan
Korea Selatan.
PEMBAHASAN

A. Jumlah dan Sebaran Penduduk


Jumlah penduduk Korea Selatan Tahun 2018 mencapai 51.164.435 jiwa
(sumber: worldometers) dengan sebaran penduduk laki-laki 50,04% dan peduduk
perempuan 49,96%. Data yang diperoleh dapat berubah-ubah setiap waktu baik itu
bertambah atau berkurang. Pertumbuhan penduduk Korea Selatan mencapai 0,36%
atau bertambah sekitar 182.223 jiwa dari tahun sebelumnya. Berikut ini
perkembangan jumlah penduduk Korea Selatan dari tahun ke tahun:
1. Tahun 1950 : 19.211.385 jiwa
2. Tahun 1960 : 25.340.918 jiwa
3. Tahun 1970 : 32.209.214 jiwa
4. Tahun 1980 : 38.050.424 jiwa
5. Tahun 1990 : 42.923.131 jiwa
6. Tahun 2000 : 47.386.312 jiwa
7. Tahun 2010 : 49.552.855 jiwa
8. Tahun 2015 : 50.593.662 jiwa
9. Tahun 2017 : 50.982.212 jiwa
10. Tahun 2018 : 51.164.435 jiwa
Sebaran penduduk Korea Selatan paling banyak mendiami daerah
perkotaan.Hal ini terjadi karena adanya migrasi secara masif dari daerah pedesaan
yang berlangsung pada saat terjadinya ekspansi ekonomi pada periode 1970, 1980
dan 1990. Kota Seoul adalah kota dengan penduduk paling padat di Korea Selatan.
Data pada tahun 2005 menunjukkan bahwa jumlah penduduk kota Seoul lebih
dari sembilan juta jiwa disusul wilayah Busan yang mencapai 3,4 juta jiwa,
kemudian kota Incheon dengan kepadatan 2,4 juta jiwa, wilayah Daegu juta dengan
kepadatan 2,3 juta, wilayah Daejeon yang mencapai 1,4 juta jiwa, daerah Gwangju
mencapai 1,4 juta jiwa dan wilayah Suwon mencapai 1 juta.
Penduduk Korea adalah suatu masyarakat yang berasal dari satu etnis yang
sama. Menurut penelitian, penduduk Korea berasal dari etnis Tungusik yang
merupakan keturunan dari orang Mongol yang bermigrasi ke Peninsula Korea dari
Asia Tengah pada zaman dahulu.
B. Komposisi Penduduk
Korea Selatan adalah salah satu negara dengan penduduk yang paling padat
di dunia, dengan estimasi 425 jiwa per kilometer persegi pada tahun 1989 – 16 kali
lebih padat dibanding Amerika Serikat pada akhir dekade 1980-an. Sebagai
perbandingan, pada saat itu Republik Rakyat Tiongkok memiliki kepadatan
penduduk 114 jiwa per km persegi, Jerman Barat 246 jiwa, dan Jepang 323. Karena
70 persen daratan Korea Selatan merupakan dataran bergunung-gunung dan
populasi terkonsentrasi di dataran rendah, kepadatan penduduk aktual sebenarnya
lebih tinggi dibanding kepadatan penduduk rata-rata. Pada awal tahun 1975 saja
dari 35 kota dengan populasi 50.000 jiwa atau lebih kepadatan per kilometer
perseginya adalah 3700 jiwa dan menjelang akhir tahun 1980-an angka tersebut
pasti melonjak dikarenakan pesatnya urbanisasi.
Pada tahun 1988, daerah ibu kota Seoul mempunyai kepadatan sampai
17.030 jiwa per km², melonjak dari 13.816 jiwa pada tahun 1980. Kota terbesar ke-
2, Busan, mempunyai kepadatan 8.504 jiwa per km² pada tahun 1988, lebih tinggi
dari tahun 1980 yang mencapai 7.272 jiwa. Provinsi yang memiliki penduduk
terpadat adalah provinsi Gyeonggi, yang mempunyai banyak kota urban seperti
Incheon dan Suwon. Sementara wilayah dengan penduduk yang paling jarang
adalah provinsi Gangwon.
Kepadatan penduduk yang luar biasa menjelang dekade 1990-an bukan hanya
dikarenakan faktor perkembangan ekonomi dan standar hidup yang meningkat
sangat pesat, tapi juga dikarenakan meningkatnya perilaku sosial dan hubungan
antar masyarakat. Dibandingkan dengan bangsa manapun di dunia, orang Korea
harus beradaptasi untuk hidup dengan rukun bersama orang lain di dalam
permukiman dan ruang yang terbatas dikarenakan kompetisi dalam memanfaatkan
sumber daya yang tidak banyak tersedia, termasuk tanah untuk tempat tinggal.
Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat berarti ruang untuk tinggal atau
bekerja akan semakin sempit. Berdasarkan Badan Perencanaan Ekonomi
pemerintah, kepadatan penduduk akan menjadi 530 jiwa per km² pada tahun 2023,
tahun dimana populasi Korea Selatan akan berhenti tumbuh.

C. Budaya
1. Pakaian korea

(Gambar 2.1. Pakaian Korea/ Hanbok)

Hanbok (korea selatan) atau choson-ot(korea utara) adalah pakayan


tradisional masyarakat korea. Hanbok pada umumnya memiliki warna yang
cerah, dengan garis yang sederhana serta tidak memiliki saku walaupun secara
harfiah berarti “pakaian orang korea”, hanbok pada saat ini mengacu pada
“pakaian gaya dinasti joseon”. Yang bisa dipakai secara formal atau semi
formal dalam perayaan atau festival tradisional. Beberapa elemen dasar
hanbok pada saat ini seperti jeogori atau baju, baji (celana) dan chima(rok)
diduga telah dipakai sejak waktu yang lama, namun pada zaman Tiga
Kerajaanlah pakaian sejenis ini mulai berkembang. Lukisan pada situs makam
Goguryeo menunjukkan gambar laki-laki dan wanita pada saat itu memakai
celana panjang yang ketat dan baju yang berukuran sepinggang. Struktur
tersebut sepertinya tidak banyak berubah sampai saat ini.
Pada akhir masa Tiga Kerajaan, wanita dari kalangan bangsawan mulai
memakai rok berukuran panjang dan baju seukuran pinggang yang diikat di
pinggang dengan celana panjang yang tidak ketat, serta memakai jubah
seukuran pinggang dan diikatkan di pinggang. Pada masa ini, pakaian
berbahan sutra dari Tiongkok (Dinasti Tang) diadopsi oleh anggota keluarga
kerajaan dan pegawai kerajaan. Ada yang disebut Gwanbok, pakaian
tradisional untuk pegawai kerajaan pada masa lalu Pada masa Dinasti Joseon,
jeogori wanita secara perlahan menjadi ketat dan diperpendek. Pada abad ke-
16, jeogori agak menggelembung dan panjangnya mencapai di bawah
pinggang. Namun pada akhir abad ke-19, Daewon-gun memperkenalkan
Magoja, jaket bergaya Manchu yang sering dipakai hingga saat ini. Chima
pada masa akhir Joseon dibuat panjang dan jeogori menjadi pendek dan ketat.
Heoritti atau heorimari yang terbuat dari kain linen difungsikan sebagai korset
karena begitu pendeknya jeogori.
Kalangan atas memakai hanbok dari kain rami yang ditenun atau bahan
kain berkualitas tinggi, seperti bahan yang berwarna cerah pada musim panas
dan bahan kain sutra pada musim dingin. Mereka menggunakan warna yang
bervariasi dan terang. Rakyat biasa tidak dapat menggunakan bahan
berkualitas bagus karena tidak sanggup membelinya. Umumnya dahulu kaum
laki-laki dewasa mengenakan durumagi (semacam jaket panjang) saat keluar
rumah. Baik pria maupun wanita memelihara rambut mereka menjadi panjang.
Pada saat mereka menikah, mereka mengkonde rambutnya. Pria mengkonde
(mengikat) rambutnya sampai atas kepala sangtu, sedangkan wanita
mengkonde sampai batas di belakang kepala atau di atas leher belakang.
Wanita berkedudukan sosial tinggi seperti kisaeng, memakai aksesori wig yang
disebut Gache. Gache sempat dilarang di istana pada abad ke-18. Pada akhir
abad ke-19, gache semakin populer di antara kaum wanita dengan bentuk yang
semakin besar dan berat.
Jokduri, jenis gache yang lebih kecil. Tusuk konde binyeo, ditusukkan
melewati konde rambut sebagai penguat atau aksesori. Bahan pembuatan
binyeo bervariasi sesuai kedudukan sosial pemakainya. Wnita juga
mengenakan jokduri pada hari pernikahan mereka dan memakai ayam untuk
melindungi tubuh dari cuaca dingin. Pria menggunkan gat, topi dari rambut
kuda, yang juga bervariasi sesuai status atau kelas.

2. Tahun Baru Korea

Tahun Baru Korea (Korea: seolnal; hangul: 설날 atau Gujeong 구정,

hanja: 舊正) adalah hari pertama dalam kalender lunar (kalender Korea).

Seollal adalah hari raya rakyat Korea yang paling besar dan juga paling
penting. Seollal terbagi dalam perayaan-perayaan meriah. Hari libur seollal
berlangsung selama 3 hari. Seollal dianggap rakyat Korea lebih penting
daripada hari tahun baru kalender Gregorian.[1] Walaupun tidak terlalu

populer, istilah Seollal juga berarti Yang-nyeok Seollal (양력설날, tahun baru

kalender Gregorian) yang disebut Shinjeong (hangul: 신정).

Tahun baru Korea jatuh pada tanggal yang sama dengan tahun baru
Imlek, kecuali ketika bulan baru muncul antara jam 15:00 UTC (tengah malam
waktu Korea) dan 16:00 UTC (tengah malam waktu Tiongkok). Dalam kasus
ini (rata-rata terjadi 24 tahun sekali), bulan baru akan muncul “keesokan
harinya” di Korea dibanding di Tiongkok, dan Seollal akan dirayakan sehari
setelah Imlek di Tingkok.
3. Ritual

Seollal adalah tahun baru untuk semua keluarga. Warga Korea


merayakannya dengan memakai hanbok. Orang yang berada di kota besar
berduyun-duyun mudik (pulang kampung) untuk menemui orangtua atau
saudara yang tinggal di kota asal atau pedesaan. Pada saat ini biasanya jalan-
jalan di kota besar seperti Seoul akan macet total. Pada pagi harinya mereka
akan pergi sembahyang ke makam orangtua yang sudah meninggal untuk
memberi hormat. Di hari seollal juga banyak masyarakat Korea yang pergi
berwisata ke daerah-daerah seperti ke Gangneung dan Donghae di propinsi
Gangwon di pesisir timur untuk menyaksikan terbitnya matahari pertama di
tahun baru.

4. Sebae

Sebae adalah cara memberi hormat kepada orang tua atau kakek dan
nenek pada hari tahun baru. Anak-anak mengunjungi orang tua mereka dan
mengucapkan salam tahun baru sambil membungkukkan badan “saehae bok

manhi badeuseyo” (새해 복 많이 받으세요) yang artinya semoga mendapat

banyak keberuntungan tahun baru. Orangtua lalu memberi anak-anak mereka


angpao (saebaetdon). Dulu orang tua ada yang memberikan ddeok dan buah-
buahan.

5. Permainan Tradisional

Banyak orang bermain permainan tradisional seperti Yut, permainan


kartu Go-Stop, gasing, layangan dan jaegi chagi. Perempuan bermain nurtwigi,
permainan melompat dari jungkat-jungkit. Republik Korea (bahasa Korea:

Daehan Minguk (Hangul: 대한 민국; Hanja: 大韓民國); bahasa Inggris:

Republic of Korea/ROK) biasanya dikenal sebagai Korea Selatan, adalah


sebuah negara di Asia Timur yang meliputi bagian selatan Semenanjung
Korea. Di sebelah utara, Republik Korea berbataskan Korea Utara, di mana
keduanya bersatu sebagai sebuah negara hingga tahun 1948. Jepang berada di
seberang Laut Jepang (disebut “Laut Timur” oleh orang-orang Korea) dan
Selat Korea berada di bagian tenggara. Negara ini dikenal dengan nama

Hanguk (한국; 韓國) oleh penduduk Korea Selatan dan disebut Namchosŏn

(남조선; 南朝鮮; “Chosŏn Selatan”) di Korea Utara. Ibu kota Korea Selatan

adalah Seoul (서울).


KESIMPULAN

Republik Korea dalam bahasa Korea : Daehan Minguk Hangul: 대한민국. Hanja:

大韓民國 dan dalam bahasa Inggris Republic of Korea/ROK biasanya dikenal sebagai
Korea Selatan, adalah sebuah negara di Asia Timur yang meliputi bagian selatan
Semenanjung Korea. Setiap negara memiliki etika dan tata cara makannya masing-
masing, begitu juga dengan Korea. Susunan cara makan yang sedikit berbeda, dapat
membuat orang asing yang tinggal di Korea sedikit kesulitan untuk menyesuaikan
kebiasaan mereka dengan cara makan lokal.
DAFTAR PUSTAKA

Ade Satrio. 2014. Resep Masakan Korea.


http://sakutaroadachi.blogspot.com/2014/08/resep-masakan-korea.html, (diakses 20
september 2014)

Ervina.2013. Mengenal Sujeo Alat Makan Khas Korea.


http://www.teruskan.com/11248/mengenal-sujeo-alat-makan-khas-korea.html, (diakses
12 september 2014)

Fatimah.2010. Korean Cuisine. http://fishyoriga.wordpress.com/sharing/korean-cuisine/


, ( diakses 12 september 2014)

Wikipedia. 2019. Korea Selatan . https://id.wikipedia.org/wiki/Korea_Selatan, (diakses


12 september 2014)

Anda mungkin juga menyukai