Anda di halaman 1dari 27

UTS MANAJEMEN RISIKO

PT ANGKASA PURA 1

Juan Edbert Julianto


16.G1.0214

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2019

Daftar Isi

1. Profil Perusahaan
2. Proses Manajemen Risiko Perusahaan
3. Coso PT Angkasa Pura 1
4. Iso PT Angkasa Pura 1
5. Kesimpulan Bagaimana PT Angkasa Pura 1
6. Daftar Pustaka
Bagian 1 : Profil Perusahaan

1. Sejarah Perusahaan
Sejarah PT Angkasa Pura I (Persero) - atau dikenal juga dengan Angkasa Pura
Airports - sebagai pelopor pengusahaan kebandarudaraan secara komersial di
Indonesia bermula sejak tahun 1962. Ketika itu Presiden RI Soekarno baru kembali
dari Amerika Serikat. Beliau menegaskan keinginannya kepada Menteri Perhubungan
dan Menteri Pekerjaan Umum agar lapangan terbang di Indonesia dapat setara dengan
lapangan terbang di negara maju.
Tanggal 15 November 1962 terbit Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 Tahun 1962
tentang Pendirian Perusahaan Negara (PN) Angkasa Pura Kemayoran. Tugas
pokoknya adalah untuk mengelola dan mengusahakan Pelabuhan Udara Kemayoran
di Jakarta yang saat itu merupakan satu-satunya bandar udara internasional yang
melayani penerbangan dari dan ke luar negeri selain penerbangan domestik.
Setelah melalui masa transisi selama dua tahun, terhitung sejak 20 Februari 1964 PN
Angkasa Pura Kemayoran resmi mengambil alih secara penuh aset dan operasional
Pelabuhan Udara Kemayoran Jakarta dari Pemerintah RI. Tanggal 20 Februari 1964
itulah yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi perusahaan.
Pada tanggal 17 Mei 1965, berdasarkan PP Nomor 21 tahun 1965 tentang Perubahan
dan Tambahan PP Nomor 33 Tahun 1962, PN Angkasa Pura Kemayoran berubah
nama menjadi PN Angkasa Pura, dengan maksud untuk lebih membuka
kemungkinan mengelola bandar udara lain di wilayah Indonesia.
Secara bertahap, Pelabuhan Udara Ngurah Rai (Denpasar), Pelabuhan Udara Halim
Perdanakusumah (Jakarta), Pelabuhan Udara Polonia (Medan), Pelabuhan Udara
Juanda (Surabaya), Pelabuhan Udara Sepinggan (Balikpapan), dan Pelabuhan Udara
Hasanuddin (Ujungpandang) kemudian berada dalam pengelolaan PN Angkasa Pura.
Selanjutnya, berdasarkan PP Nomor 37 tahun 1974, status badan hukum perusahaan
diubah menjadi Perusahaan Umum (Perum).
Dalam rangka pembagian wilayah pengelolaan bandar udara, berdasarkan PP Nomor
25 Tahun 1986 tanggal 19 Mei 1986, nama Perum Angkasa Pura diubah menjadi
Perusahaan Umum Angkasa Pura I. Hal ini sejalan dengan dibentuknya Perum
Angkasa Pura II yang sebelumnya bernama Perum Pelabuhan Udara Jakarta
Cengkareng, secara khusus bertugas untuk mengelola Bandara Soekarno-Hatta
Jakarta.
Kemudian, berdasarkan PP Nomor 5 Tahun 1992, bentuk Perum diubah menjadi
Perseroan Terbatas (PT) yang sahamnya dimiliki sepenuhnya oleh Negara Republik
Indonesia sehingga namanya menjadi PT Angkasa Pura I (Persero). Saat ini, Angkasa
Pura Airports mengelola 13 (tiga belas) bandara di kawasan tengah dan timur
Indonesia, yaitu:
1. Bandara I Gusti Ngurah Rai - Denpasar
2. Bandara Juanda - Surabaya
3. Bandara Sultan Hasanuddin - Makassar
4. Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan - Balikpapan
5. Bandara Frans Kaisiepo - Biak
6. Bandara Sam Ratulangi - Manado
7. Bandara Syamsudin Noor - Banjarmasin
8. Bandara Ahmad Yani - Semarang
9. Bandara Adisutjipto - Yogyakarta
10. Bandara Adi Soemarmo - Surakarta
11. Bandara Internasional Lombok - Lombok Tengah
12. Bandara Pattimura - Ambon
13. Bandara El Tari - Kupang
Selain itu, Angkasa Pura Airports saat ini memiliki 5 (lima) anak perusahaan, yaitu
PT Angkasa Pura Logistik, PT Angkasa Pura Properti, PT Angkasa Pura Suport, PT
Angkasa Pura Hotel, dan PT Angkasa Pura Retail.
1962 – 15 November
Pemerintah RI mengeluarkan PP No.33 Tahun 1962 tentang Pendirian Perusahaan
Negara (PN) Angkasa Pura Kemayoran, yang ditandatangani oleh Pejabat Presiden RI
Ir. Djuanda. Tugas pokoknya adalah pengelolaan dan pengusahaan Bandar Udara
Kemayoran Jakarta yang saat itu merupakan satu-satunya bandar udara internasional
yang melayani penerbangan dari dan keluar negeri selain penerbangan domestik.

Perjalanan PT Angkasa Pura 1 dari awal berdiri sampai saat ini :

- 1964 – 20 Februari
Setelah melalui masa transisi selama dua tahun, terhitung mulai tanggal 20 Februari
1964 PN Angkasa Pura Kemayoran resmi mengambil alih secara penuh aset dan
operasional Bandara Internasional Kemayoran, Jakarta dari Kementerian
Perhubungan Udara. Tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi
Angkasa Pura Airports.
- 1965 – 17 Mei
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1965 tentang Perubahan dan
Tambahan PP Nomor 33 Tahun 1962, PN Angkasa Pura “Kemayoran” berubah nama
menjadi PN Angkasa Pura dengan maksud untuk lebih membuka kemungkinan
mengelola bandar udara lain di wilayah Indonesia.
- 1974 – 24 Oktober
Status badan hukum perusahaan diubah dari PN Angkasa Pura menjadi Perusahaan
Umum (Perum) Angkasa Pura I
- 1986 – 19 Mei
Wilayah pengelolaan bandar udara komersial di Indonesia di bagi dua, seiring dengan
perubahan Perum Angkasa Pura menjadi Perum Angkasa Pura I dan dibentuknya
Perum Angkasa Pura II. Perum Angkasa Pura I mengelola bandara di wilayah timur
Indonesia, sedangkan Perum Angkasa Pura II mengelola bandara di wilayah barat
Indonesia.
- 1992 – 04 Februari
Berdasarkan PP No. 5 Tahun 1992, bentuk Perum Angkasa Pura I diubah menjadi
Perseroan Terbatas (PT) yang sahamnya dimiliki sepenuhnya oleh Negara Republik
Indonesia sehingga namanya menjadi PT Angkasa Pura I (Persero).
- 2008 – 22 September
Peresmian Bandara Sultan Hasanuddin oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.
- 2011 – 20 Oktober
Peresmian Bandara Internasional Lombok (BIL) oleh Presiden RI Susilo Bambang
Yudhoyono.
- 2011 – 01 Desember
Groundbreaking proyek pembangunan Terminal 2 (T2) Bandara Juanda, Surabaya.
- 2011 - 30 Desember
Logo baru Angkasa Pura Airports sebagai salah satu identitas perusahaan (corporate
identity) resmi diluncurkan.
- 2012 – 06 Januari
Pembentukan Anak-anak Perusahaan, yaitu PT Angkasa Pura Hotel, PT Angkasa Pura
Properti, dan PT Angkasa Pura Logistik.
- 2012 – 09 Februari
Pembentukan Anak Perusahaan PT Angkasa Pura Suport.
- 2012 – 20 Februari
Peluncuran identitas perusahaan (corporate identity) berupa visi, misi, dan nilai-nilai
perusahaan baru. Turut pula dilaunching hymne dan mars serta seragam baru
perusahaan.
- 2013 – 02 Januari
Implementasi Project Enterprise Resource Planning (ERP) tahap pertama.
- 2013 – 06 Januari
Pengalihan tugas pengelolaan kenavigasian ke Perusahaan Umum Lembaga
Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Perum LPPNPI)
berdasarkan PP Nomor 77 Tahun 2012.
- 2013 – 12 September
Pengoperasian terminal internasional baru Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai
Bali.
- 2014 – 14 Februari
Pengoperasian Terminal 2 Bandara Internasional Juanda Surabaya.
- 2014 – 22 Maret
Pengoperasian terminal baru Bandara Internasional Sepinggan Balikpapan.
- 2014 – 17 Juni
Groundbreaking pengembangan Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang
- 2014 – 15 September
Peresmian Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan
Balikpapan dan Terminal 2 Bandara Internasional Juanda Surabaya oleh Presiden RI
Susilo Bambang Yudhoyono.
- 2014 – 17 September
Pengoperasian terminal domestik baru Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali.
- 2014 – 19 Desember
Peresmian Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali oleh Menteri Perhubungan
RI Ignasius Jonan.
- 2015 – 18 Mei
Groundbreaking Bandara Internasional Syamsudin Noor Banjarmasin oleh Wakil
Presiden RI Jusuf Kalla.
- 2015 – 17 Agustus
Pengoperasian Terminal B Bandara Adisutjipto Yogyakarta.
- 2016 – 23 November
Penerbitan Obligasi I Angkasa Pura I Tahun 2016 dan Sukuk Ijarah I Angkasa Pura I
Tahun 2016.

- 2017 – 27 Januari
Groundbreaking pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta di Kulonprogo oleh
Presiden RI Joko Widodo.
- 2017 – 8 April
Groundbreaking pembangunan Kererta Api Bandara Adi Soemarmo di Boyolali oleh
Presiden RI Joko Widodo.

2. Visi, Misi dan Nilai PT Angkasa Pura 1


- Visi : Menjadi Penghubung Dunia Yang Lebih Dari Sekedar Operator Bandar
Udara Dengan Keunggulan Layanan Yang Menampilkan Keramahtamahan
Khas Indonesia
- Misi :
 Memberikan layanan berskala global dalam standar keselamatan,
keamanan, dan kenyamanan terbaik;
 Meningkatkan nilai pemangku kepentingan;
 Menjadi mitra pemerintah dan penggerak pertumbuhan ekonomi;
 Meningkatkan daya saing perusahaan melalui kreativitas dan inovasi;
 Memberikan kinerja pelayanan bandar udara yang prima dalam
memenuhi harapan stakeholder melalui pengelolaan sumber daya
manusia yang unggul;
 Memberikan kontribusi positif pada kelestarian lingkungan.
- Nilai :
 Sinergi : Cara Insan Angkasa Pura Airport menghargai keragaman dan
keunikan setiap elemen untuk memberi nilai tambah untuk perusahaan,
pembangunan ekonomi, dan lingkungan dimanapun insan Angkasa
Pura Airport berada.
 Adaptif : Daya, semangat dan hasrat insan Angkasa Pura Airports yang
pantang menyerah, proaktif merespon perubahan dan kaya akan
inovasi.
 Terpercaya : Karakter insan Angkasa Pura Airports yang senantiasa
selaras antara kata dengan perbuatan, jujur dalam menjalankan tugas
serta kewajiban, dan dapat diandalkan.
 Unggul : Komitmen insan Angkasa Pura Airports memberikan layanan
prima dengan profesional dan bertanggung jawab untuk memuaskan
pelanggan secara berkelanjutan.

3. Struktur Organisasi
4. Pemegang Saham
PT Angkasa Pura I (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
sahamnya 100% dimiliki oleh Negara Republik Indonesia.
5. Penghargaan di tahun 2019 ini saja
 PT Angkasa Pura I (Persero) - "Perusahaan Inovatif dalam Membangun Pusat
Pengendalian Operasi Bandara - Kategori Transportasi dan Pergudangan" -
Indonesia Digital Award 2019 - Majalah Warta Ekonomi (22 Februari 2019)
 Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan - "Bandara Terbaik di Asia-Pasifik
dengan Jumlah Penumpang 5-15 Juta Orang per Tahun" - Airport Service
Quality (ASQ) Awards 2018 - Airports Council International (ACI) (7 Maret
2019).
 Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan - "Bandara Terbaik di Bidang
Lingkungan dan Suasana dengan Jumlah Penumpang 5-15 Juta Orang per
Tahun" - Airport Service
 Quality (ASQ) Awards 2018 - Airports Council International (ACI) (7 Maret
2019).
 Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan - "Bandara Terbaik di Bidang
Pelayanan Pelanggan dengan Jumlah Penumpang 5-15 Juta Orang per Tahun"
- Airport Service Quality (ASQ) Awards 2018 - Airports Council
International (ACI) (7 Maret 2019).
 Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan - "Bandara Terbaik di Bidang
Infrastruktur dan Fasilitasi dengan Jumlah Penumpang 5-15 Juta Orang per
Tahun" - Airport Service Quality (ASQ) Awards 2018 - Airports Council
International (ACI) (7 Maret 2019).
 PT Angkasa Pura I (Persero) - "Devy Suradji - Juru Bicara Terbaik dalam
Membangun Citra Positif Modernisasi Pengelolaan Bandara" – Indonesia
Spokesperson of The Year Award 2019 - Majalah Warta Ekonomi (16 Maret
2019)
 PT Angkasa Pura I (Persero) - "Tata Kelola BUMN Terbaik I" - Anugerah
BUMN 2019 - Majalah BUMN Track (29 Maret 2019)
 PT Angkasa Pura I (Persero) - "Strategi Pertumbuhan BUMN Terbaik II" -
Anugerah BUMN 2019 - Majalah BUMN Track (29 Maret 2019)
 PT Angkasa Pura I (Persero) - "Faik Fahmi - The Best CEO Kategori Driving
Execution" - Anugerah BUMN 2019 - Majalah BUMN Track (29 Maret 2019)

6. Anak Usaha PT Angkasa Pura 1


 Angkasa Pura Hotels
Anak usaha Angkasa Pura Airports ini bergerak di bidang perhotelan, lounge,
dan restoran . Saat ini APH mengoperasikan Ibis Budget Surabaya Airport
(IBSA) di Bandara Juanda Surabaya, Ibis Budget Makassar Airport (IBMA) di
Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, serta Novotel Bali Airport di Bandara I
Gusti Ngurah Rai Bali. Selain itu, APH bersama Cardig Aero Services (CAS)
membentuk perusahaan penyediaan jasa boga penerbangan (inflight catering)
bernama Kulinair. APH juga mengelola lounge di beberapa bandara.
 Angkasa Pura Logistics
Anak usaha Angkasa Pura Airports ini bergerak dalam bidang warehousing,
total baggage solution, regulated agents, distribution center, dan freight
forwarding. Berdiri sejak 2012, APLog saat ini memiliki kantor cabang di
Jakarta, Surabaya, Denpasar, Makassar, Balikpapan, Banjarmasin,
Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Manado, Kupang, Ambon, dan Biak. Visi
APLog adalah menjadi perusahaan logistik terpadu dan terpercaya di
Indonesia.
 Angkasa Pura Property
Anak usaha Angkasa Pura Airports ini bergerak di bidang usaha
pembangunan, perdagangan dan jasa khususnya real estate, pengembangan,
jasa keagenan, distribusi dan bidang konstruksi serta bidang lainnya. Angkasa
Pura Airports sebagai perusahaan induk memercayakan Angkasa Pura
Property untuk mengembangkan lahan-lahan milik Angkasa Pura Airports
yang masih belum produktif, baik di dalam dan atau di luar area bandara serta
untuk dapat meningkatkan pendapatan non-aero dan mencapai realisasi
“airport city”.
 Angkasa Pura Support
Anak usaha Angkasa Pura Airports ini bergerak di bidang jasa, pembangunan,
pengangkutan darat, perbengkelan, percetakan, dan perdagangan. Angkasa
Pura Supports membidik segmen pasar yang bersifat korporat, terutama yang
bersifat mendukung atau men-support kebutuhan perusahaan induk dalam
memberikan pelayanan terbaik kepada penumpang ataupun pengunjung
bandara di Indonesia.
 Angkasa Pura Retail
Anak usaha Angkasa Pura Airports ini bergerak di bidang usaha penjualan dan
pemasaran, dengan usaha penjualan berbentuk duty free, duty paid, serta food
& beverage, sedangkan untuk jasa pemasaran berupa komunikasi pemasaran,
desain grafis, media placement & buying, dan event activation.
 Gapura Airport Service
PT Gapura Angkasa adalah perusahaan patungan yang didirikan oleh tiga
BUMN, yaitu PT Garuda Indonesia (Persero), Angkasa Pura Airports, dan PT
Angkasa Pura II (Persero). Didirikan tahun 1998 sebagai penyedia jasa ground
handling bagi maskapai penerbangan yang beroperasi di Indonesia, meliputi
kargo dan pergudangan, penumpang dan penanganan bagasi, operasi
penerbangan dan servis pesawat udara, serta kegiatan usaha lainnya yang
dapat menunjang usaha penerbangan di wilayah kerja Angkasa Pura Airports
dan PT Angkasa Pura II (Persero).
 Jasamarga Bali
Investasi dalam saham pada PT Jasa Marga Bali Tol merupakan konsorsium
investasi pembangunan jalan tol Nusa Dua - Ngurah Rai - Benoa di daerah
Bali oleh beberapa perusahaan BUMN. Investasi ini telah mendapat
persetujuan dari Menteri Negara BUMN dalam surat S-549/MBU/2011
tanggal 25 Oktober 2011. Sesuai akta pernyataan keputusan rapat PT Jasa
Marga Bali Tol nomor: 01. tanggal 11 Desember 2013 yang dibuat dihadapan
Notaris Paulina Siti Suprimulyanti Endah Putri, Angkasa Pura Airports
memiliki 59.635 lembar saham atau sebesar Rp59.635.000 dan tambahan
modal disetor lainnya sebesar Rp14.908.400 dengan jumlah kepemilikan
sebesar 8%.
 Yakkap
Yakkap I merupakan yayasan di bidang sosial dan kemanusiaan yang didirikan
oleh Angkasa Pura Airports untuk meningkatkan kesejahteraan peserta
program tunjangan hari tua, program bantuan pemeliharaan kesehatan, dan
program bantuan lainnya.
 Dapenra
Dana Pensiun Angkasa Pura I (DAPENRA) merupakan program pensiun
pegawai Angkasa Pura Airports sebagai bentuk imbalan pascakerja, sekaligus
tanggung jawab sosial perusahaan kepada pegawai.

7. Proyek Pengembangan Bandara


Dalam rangka meningkatkan Customer Satisfaction Index (CSI), Angkasa Pura
Airports mengakselerasi pengembangan dan pembangunan bandara serta melengkapi
berbagai fasilitasnya demi meningkatkan kepuasan pelanggan.
Pengembangan dan pembangunan bandara tersebut antara lain Bandara Internasional
Lombok di Praya, Lombok Tengah, yang resmi beroperasi 20 Oktober 2011, untuk
menggantikan Bandara Selaparang di Mataram. Selanjutnya, 19 September 2013,
menjelang berlangsungnya KTT APEC 2013 di Bali, terminal internasional baru
Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali juga resmi beroperasi. Dengan
pengembangan ini, kapasitas bandara ini meningkat dari 9,7 juta penumpang per
tahun menjadi 24,7 juta penumpang per tahun. Pada 14 Februari 2014, Terminal 2
(T2) Bandara Internasional Juanda Surabaya juga mulai dioperasikan, yang
meningkatkan kapasitas bandara dari 8 juta penumpang per tahun menjadi 14 juta
penumpang per tahun. Menyusul kemudian pengoperasian terminal baru Bandara
Internasional Sepinggan Balikpapan pada 22 Maret 2014. Dengan pengembangan ini,
bandara kebanggaan masyarakat Kalimantan Timur ini meningkat kapasitasnya dari
hanya 1,7 juta penumpang per tahun menjadi 15 juta penumpang per tahun.
Saat ini, Angkasa Pura Airports sedang melaksanakan 3 (tiga) proyek pengembangan
bandara, yaitu:
 Proyek Pengembangan Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang
27 Jul 2016
Proyek ini telah di-groundbreaking pada 17 Juni 2014. Bangunan terminal
bandara yang mengusung konsep floating airport atau bandara yang berada di
atas air pertama di Indonesia ini akan mampu menampung 7 juta penumpang
per tahun setelah pengembangan.
 Proyek Pengembangan Bandara Internasional Syamsudin Noor Banjarmasin
27 Jul 2016
Proyek ini telah di-groundbreaking pada 18 Mei 2015 oleh Wakil Presiden RI
Jusuf Kalla. Pengembangan bandara ini untuk meningkatkan kapasitas
terminal dari 1,3 juta penumpang per tahun menjadi 10 juta penumpang per
tahun.
 Proyek Pengembangan Bandara Internasional Yogyakarta
27 Jul 2016
Proyek ini telah di-groundbreaking pada 27 Januari 2017 oleh Presiden RI
Joko Widodo. Bandara di Kulonprogo ini akan memiliki terminal seluas 130
meter persegi berkapasitas 14 juta penumpang per tahun

Bagian 2 : Proses Manajemen Risiko PT


Angkasa Pura 1

Pengelolaan risiko di lingkungan PT Angkasa Pura I mengacu pada Peraturan Menteri Badan
Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 tentang Penerapan
Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik
Negara dan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-117/MBU/2002
tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance (GCG) pada Badan usaha Milik
Negara.
Sistem Manajemen Risiko :
Perkembangan industri penerbangan yang pesat menyebabkan risiko yang dihadapi menjadi
semakin kompleks. Risiko-risiko pada Perusahaan, baik dalam operasional sehari-hari
maupun dalam pengembangan bisnis, dipengaruhi oleh berbagai faktor internal maupun
eksternal. Karena itu PT Angkasa Pura 1 kenerapkan kerangka pengelolaan risiko
perusahaan yaitu ERM, yang berguna untuk meminimalisir adanya kerugian dan
meningkatkan profitabilitas, menciptakan nilai perusahaan dan meningkatkan kepercayaan
para stakeholders, menerapkan standar tata kelola perusahaan yang baik, dan menjadikan
pencegahan risiko sebagai pengelolaan dari PT Angkasa Pura 1.
Penerapan Manajemen Risiko :
PT Angkasa Pura 1 menerapkan kebijakannya dan strategi penerapan Manajemen Risiko
Perseroan di perusahaan oleh Risk Management Committee yang terdiri dari Board of
Directors serta didukung oleh jajaran pejabat dibawah Direksi sebagai anggota. Secara unum
fungsi manajemen risiko kantor pusat yaitu bertanggung jawab untuk melakukan tindakan
lanjut terhadap adanya risiko yang ada, melakukan pemantauan terhadap risiko serta
bagaimana rencana penanganannya, memberi rekomendasi ke risk management committe,
mengevaluasi kebijakan, memantau pelaksanaan manajemen risiko yang diterapkan, serta
bersama2 mengelola risiko di kantor pusat untuk menjalankan proses manajemen risiko.
Pada kantor cabang juga ada manajemen risiko yang bersama2 menjalankan dengan si
pemilik risiko. Kantor cabang juga melaksanakan proses manajemen risiko yang tahapannya
adalah proses identidikasi, analisis, evaluasi, menentukan bagaimana cara menangani risiko
dan melakukan monitoring terhadap risiko yang sudah teridentifikasi
Berdasarkan evaluasi yang sudah dilakukan secara berkala di lingkungan kerja Angkasa Pura
Airport terkait penerapan manajemen risiko, sudah dilakukan beberapa perbaikan dan
pengembangan yang dilakukan di tahun 2015 yaitu :

 Aspek pengelolaan risiko menjadi poin dalam Key Performance Indicator bagi 13
Kantor Cabang.
 Dilakukan pendampingan terhadap penyusunan risiko pada proyek pengembangan
bandar udara dan pembangunan bandar udara.

 Dilakukannya kebijakan pendampingan oleh tim dari kantor pusat terhadap kantor
cabang untuk penyusunan risiko di tahun 2016 dan penerapan RKAP berbasis risiko
di lingkungan Angkasa Pura Airports.
 Untuk usulan imvestasi yang akan diajukan, berbagai kajian risikoenjadi salah satu
dokumen pendukung yang paling utama sebagai syarat dalam pengambilan keputusan
 Dilakukan proses kampanye manajemen risiko setiap tahun, yang pada tahun 2015
diadakan dengan temanya adalah himbauan kepada seluruh pemilik risiko untuk
secara aktif terus mengelola risiko pada kegiatan bisnisnya
 Diadakan rapat penyusunan risk appetitte and risk tolerance bersama sama dengan
anggota risk management committe dan menentukan nilai risk tolerance sebagai nilai
yang akan digunakan pada RKAP 2016.
 Menyusun pedoman pengukuran maturitas manajemen risiko di lingkungan kerja
Angkasa Pura Airports.
 Membangun sistem manajemen risiko berbasis online untuk mempermudah pengelola
risiko dalam melakukan pemantauan risiko yang ada secara berkala
Strategi Pengelolaan Risiko
Dalam menerapkan Manajemen Risiko, Angkasa Pura Airports menggunakan acuan
International Organization for Standardization (ISO) 31000 Risk Management Standard yang
telah mendapatkan sertifikasi dari Badan Standardisasi Nasional (BSN) Pada Tahun 2011
Proses pengelolaan risiko Perseroan dijabarkan pada proses di bawah ini :
Evaluasi pelaksanaan sistim risiko PT Angkasa Pura 1
Sebagai usaha untuk memastikan berlanjutnya pelaksanaan manajemen risiko di lingkungan
Angkasa Pura Airports, maka secara berkala PT Angkasa Pura 1 mulai tahun 2014 nelakukan
evaluasi tahunan terhadap penerapan manajemen risiko melalui pengukuran maturitas
manajemen risiko. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui dan menjabarkan sejauh mana
efektif nya penerapan manajemen risiko yang ada di lingkungan perusahaan, selain itu
melalui proses pengukuran maturitas manajemen risiko, dapat diketahui juga kualitas dari
penerapan manajemen risiko yang ada di lingkungan perusahaan sehingga dapat digunakan
sebagai bahan evaluasi oleh manajemen dalam menyusun strategi dan pembuatan program
pengembangan manajemen risiko perusahaan di masa yang akan datang.
Dalam melakukan proses evaluasi penerapan manajemen risiko, PT Angkasa Pura 1
menggunakan model pengukuran maturitas dengan 5 tingkatan yaitu awal, pemula,
kompeten, mahir sampai dengan pemimpin pada tingkatan paling tinggi. Yang
mempresentasikan tingkat kemampuan perusahaan sebagai entitas yang mampu untuk
mengelola risiko dengan baik sehingga mencapai tujuan yang sudah ditentukan perusahaan.
Adanya aspek lain yang digunakan dalam proses pengukuran yaitu terdiri dari 6 hal yaitu
budaya, pengalaman, proses, aplikasi, kepempimpinan, dan prinsip
Dan secara umum berdasar serangka8an proses pengukuran maturitas manajemen risiko yang
dilakukan pada tahun 2015, tingkat maturitas manajemen risiko PT Angkasa Pura 1 berada
pada tingkat yang kompeten dengan nilai 3.53. Hal ini menunjukkan bahwa di lingkungan
PT Angkasa Pura 1 saat ini telah terdapat pemahaman yang baik terhadap segala risiko yang
ada di perusahaan, dan masing-masing pegawai memiliki pengalaman terhadap menangani
risiko dengan baik. Dilihat dari atribut kepempimpinan dan hasil yang di dapat dapat diligat
bahwa saat ini gaya kepempimpinan telah dijadikan sebagai pokok dalam praktek manajemen
risiko secara konsisten disetiap divisi organisasi dan adanya dukungan yang berasal dari
manajemen senior dalam penerapan manajemen risiko. Secara lengkap, hasil pengukuran
maturitas manajemen risiko di tahun 2015 di lingkungan Angkasa Pura 1 dapat dijabarkan
dalam tabel di bawah ini :
Identifikasi Risiko PT Angkasa Pura 1
1. Risiko fasilitas di bandara yang sudah menua dan rusak
Indikator : fasilitas di bandara sudah rusak
Penyebab : Karena umur ekonomis sudah melampaui batas atau karena Sudah tidak
layak pakai
Dampak : banyak pengguna jasa peneebangan di indonesia kurang nyaman di bindaea
si Indonesia
2. Risiko terjadi penyimpangan oleh konsumen di bandara yaitu tentang buang sampah
sembarangan
Indikator : Kesadaran konsumen menaati peraturan di bandara masih kecil
Penyebab : belum adanya kesadaran penumpang akan membuang sampah pada
tempatnya
Dampak : membuat suasana di bandara tidak enak atau mengganggu penumpang lain
yang menggunakan bandara
3. Risiko kerusakan bandara akibat bencana alam
Indikator : bemcana alam merusak bangunan bandara atau landasan pacu
Penyebab : karena terjadi bencana di suatu tempat misalnya gempa bumi seperti di
kota palu kemarin yang merusak bangunan dan landasan pacu bandara
Dampak ; bandara tidak bisa digunakan sehingga kegiatan penerbangan pasti ditunda
terlebih dahulu jika misalnya keadaan landasan pacunya bemar2 rusak parah

4. Risiko adanya teroris yang meneror bandara maupun pesawat


Indikator : kegiatan teror
Penyebab : Kegiatan teror oleh teroris yang mengatasnamakan agama atau mencari
tebusan
Dampak : kondisi bandara maupun pesawat menjadi tidak nyaman dan mungkin akan
terjadi peristiwa pembunuhan
5. Risiko sistem operasional terkait untuk laporan keuangan yang terganggu
Indikator : program sistem keuangan mengalami gangguan
Penyebab : software atau sistem aplikasinya rusak
Dampak : laporan keuangan yang dihasilkan tidak bisa segera dibuat
6. Risiko adanya kecelakaan pesawat di bandara
Indikator : pesawat tergelincir di landasan pacu bandara tersebut
Penyebab : ada kesalahan teknis atau gangguan mesin dari pesawat pada saat proses
mendaratkan pesawat
Dampak : kegiatan penerbangan terhambat, ada korban jiwa jika ada
7. Risiko adanya oknum pilot yang Tidak bertanggung jawab dalam menjalankan
tugasnya
Indikator : pilot mabuk misalnya
Penyebab : ketidak patuhan pilot terhadap kode etik sebagai pilot dengan baik
Dampak : menimbulkan kecemasan para penumpang, pesawat bisa terbang dengan
lancar atau tidai
8. Risiko adanya korupsi di internal perusahaan
Indikator : si koruptor merasa gaji masih kurang
Penyebab : tidak adanya integritas orang tersebut untuk bekerja secara jujur
Dampak : merugiian finansial perusahaan
9. Risiko adanya penyelundupan barang apapun di bandara
Indikator : si penyelundup ingin membawa barang selundupan ke tempat lain
Penyebab : ketidak sadaran pelaku akan keamanan bandara dan tindak pidananya
Dampak : jika lolos bisa merugikan banyak orang
10. Risiko kerja karyawan kurang maksimal
Indikator : divisi tidak sesuai kemampuan karyawan
Penyebab : kurangnya pengamatan akan test karyawan, kurangnya pengelolaan
organisasi secara optimal
Dampak : kinerja karyawan tidak maksimal bahkan sering meleset dari target
11. Risiko pencatatan laporan keuangan yang salah
Indikator : sistem yang rusak, individu yang tidak teliti
Penyebab : ada data yang kurang akurat atau salah memasukkan angka
Dampak : manajemen tidak dapat segera menentukan keputusan bagi perusahaan
Pengukuran Risiko di PT Angkasa Pura 1
Nomor Nama Risiko Kriteria Level
Likelihood Impact Skor
1 Risiko fasilitas 2 2 4 Acceptable
di bandara
yang sudah
menua dan
rusak
2 Risiko terjadi 4 2 8 Suplementary
penyimpangan issue
oleh konsumen
di bandara
yaitu tentang
buang sampah
sembarangan

3 Risiko 1 4 4 Acceptable
kerusakan
bandara akibat
bencana alam

4 Risiko adanya 1 4 4 Acceptable


teroris yang
meneror
bandara
maupun
pesawat

5 Risiko sistem 2 3 6 Acceptable


operasional
terkait untuk
laporan
keuangan yang
terganggu

6 Risiko adanya 2 4 8 Suplementary


kecelakaan issue
pesawat di
bandara

7 Risiko adanya 1 3 3 Acceptable


oknum pilot
yang Tidak
bertanggung
jawab dalam
menjalankan
tugasnya

8 Risiko adanya 3 5 15 Unacceptable


korupsi di
internal
perusahaan

9 Risiko adanya 4 4 16 Unacceptable


penyelundupan
barang apapun
di bandara

10 Risiko kerja 3 3 9 Suplementary


karyawan issue
kurang
maksimal

11 Risiko 2 4 8 Suplementary
pencatatan issue
laporan
keuangan yang
salah
Strategi Pengelolaan Risiko di PT Angkasa Pura 1
No Risiko Saran menanggulangi risiko
1 Risiko fasilitas di bandara Melakukan perawatan dan
yang sudah menua dan rusak pengawasan terhadap
fasilitas di bandar udara

2 Risiko terjadi penyimpangan Membuat peraturan terkait


oleh konsumen di bandara denda yang besar terhadap
yaitu tentang buang sampah penumpang yang membuang
sembarangan sampah sembarangan agar
menimbulkan efek jera

3 Risiko kerusakan bandara Membuat bangunan yang


akibat bencana alam mempunyai konstruksi lebih
tahan terhadap gempa

4 Risiko adanya teroris yang Melakukan pengawasan dan


meneror bandara maupun pengecekan terhadap
pesawat masing-masing penumpang
bila ada yang mencurigakan
segera ditindaklanjuti atau
bisa dilakukan kebijakan
memindai muka setiap
boarding pesawat untuk
mengetahui jika DPO yang
sudah di keluarkan oleh
polisi

5 Risiko sistem operasional Memakai sistem cadangan


terkait untuk laporan misalnya atau membuatnya
keuangan yang terganggu
ketika sistem utama sedang
terganggu

6 Risiko adanya kecelakaan Mesin pesawat dirawat


pesawat di bandara secara berkala dan jika ada
kendala pesawat saat mau
terbang jangan dipaksakan
untuk terbang

7 Risiko adanya oknum pilot Memecat pilot tersebut bila


yang Tidak bertanggung pelanggarannya berat agar
jawab dalam menjalankan menimbulkan efek jera dan
tugasnya memberi skorsing jika
pelanggarannya ringan dan
mungkin bisa dengan
memberi hukuman berupa
penurunan gaji atau
penurunan pangkat dari pilot
menjadi co pilot

8 Risiko adanya korupsi di Korupsi biasanya terjadi


internal perusahaan karena ketidakpuasan akan
gaji yang diperoleh untuk itu
PT Angkasa Pura 1 bisa
menerapkan sistem bonus
bagi karyawan atau petinggi
perusahaan yang bekerja
secara maksimal agar
meminimalisir risiko korupsi
ini

9 Risiko adanya Saat ini sudah mudah sekali


penyelundupan barang untuk petugas bandara
apapun di bandara melihat barang
mencurigakan yang dibawa
penumpang, mungkin yang
bisa lebih ditingkatkan lagi
adalah variasi alat yang
digunakan untuk mengecek
agar lebih ditingkatkan,
karena terkadang ada 1
bandar udara yang
kecolongan dalam
menangani hal ini

10 Risiko kerja karyawan Memberi pelatihan lanjut ke


kurang maksimal karyawan atau juga bisa dari
awal dilakukan test agar
karyawan bisa dimasukkan
sesuai divisi yang paling
karyawan itu bisa

11 Risiko pencatatan laporan Memakai sistem akuntansi


keuangan yang salah yang bagus dan melakukan
konsultasi ke konsultan lain
walaupun pekerjaanya sudah
diselesaikan accounting
perusahaan, hal ini agar
mengecek apakah pekerjaan
itu benar atau tidak.
Sehingga risiko kesalahan
pencatatan laporan keuangan
bisa lebih diminimalisir

Bagian 3 : COSO PT Angkasa Pura 1

Pengendalian internal yang dilaksanakan pada PT Angkasa Pura 1 telah sesuai dengan
kerangka pengendalian coso yang terdiri dari :
1. Lingkungan pengendalian : melalui budaya satu, adaptif, terpercaya dan unggul.
Pemberlakuan GCG yang diatur dalam buku saku of conduct yang telah disosialisasikan dan
diberikan ke seluruh karyawan PT Angkasa Pura 1 yang disertai tanda tangan pakta integritas
2. Penilaian risiko : pada PT Angkasa Pura 1 telah tersedia unit khusus yang menangani
penilaian risiko, proffing risiko, dan manajemen risiko. Semua diregister oleh risk owner dan
direncanakan mitigasi risikonya. Sebagaimana dicantumkan dalam risk profile. Risk profile
dijadikan bahan audit internal untuk melakukan risk based audit. Rencana mitigasi yang
timbul biaya diusulkan dalam RKA
3. Aktivitas pengendalian : pada PT Angkasa Pura 1 telah dilakukan sesuai dengan prinsip
coso yaitu telah dilakukan pemisahan tugas yang memadai, otorisasi yang sesuai atas
transaksi dan aktivitas. Dolumen dan catatan yang memadai sebagaimana tercantum dalam
laporan keuangan audit tahunan. Telah dilakukan pengendalian fisik atas aktiva dan catatan,
serta dilakukan pemeriksaan kerja secara independen oleh internal audit dan eksternal audit
4. Informasi dan komunikasi : PT Angkasa Pura 1 sesuai dengan prinsip coso melalui rapat
kerja, rapat koordinasi, sosialisasi, email corporate, web corporate, itranet, HCIS, electronic
library dan media elektronik lain yang telah disediakan. Pada saat audit oleh internal audit
pun dilakukan tahapan komunikasi antara auditor dan auditte
5. Pemantauan : prinsip coso ini dilakukan melaluo performance check oleh pembina teknis,
audit internal, dan audit eksternal

Bagian 4 : ISO PT Angkasa Pura 1

Setelah menerapkan Coso bertahun-tahun PT Angkasa Pura 1 mulai menerapkan standar


yang baru yaitu ISO 31000 agar tercipta sebuah kesadaran mengenai pentingnya manajemen
risiko pada suatu perusahaan atau organisasi yang dapat mempermudah pencapaian tujuan
bersama, sasaran masing-masing direktorat dan departemen, hingga kepada para kepala
bagian di beberapa kantor cabang dari PT Angkasa Pura I
PT Angkasa Pura 1 memperoleh beberapa sertifikasi dalam menyediakan operational
execelence dan servis excelent antara lain iso 14001 (2015) iso 9001 (2015) airport excelent
in safety iso 31000
Pencapaian PT Angkasa Pura 1 dalam menerapkan green corporation juga dibuktikan dalam
konsistensi perusahaan yang memperoleh sertifikasi di bidang manajemen lingkungan iso
14001,2015 sertifikasi green building dari green council imdonesia serta airpoart carbon
accreditation dari airport council international
Dalam penerapan iso PT Angkasa Pura 1 telah mendapat sertifikasi dari BSN pada tahun
2011. Dan proses pengendalian risiko PT Angkasa Pura 1 meliputi 5 hal berikut :
1. Komunikasi dan konsultasi
Merupakan proses interaktid tukar menukar mengenai informasi dan pendapat mengenai
risiko dan penanggulangannya, serta komunikasi perusahaan dengan pemangku kepentingan
terkait isu tertentu terkait dengan pengambilan keputusan mengenai risiko
2. Menentukan konteks
Dilakukan dengan menetapkan parameter yang sesuai dengan perusahaan. Baik internal atau
eksternal yang digunakan untuk perusahaan dalam mengelola risiko terutama untuk
menentukan ruang lingkup risiko
3. Penilaian risiko
- identifikasi risiko
- analisis risiko
- evaluasi risiko
4. Penanganan risiko
Dilakukan untuk menyeleksi satu atau lebih metode atau pendekatan yang digunakan untuk
mengurangi eksposur. Pemilihan alternatif penanganan risiko harus didasari atas analisis
biaya risiko dibanding manfaar yang diperoleh
Alternatif atau penanganan risiko :
 menghindari risiko dengan tidak melakukan aktivitas usaha tertentu
 melakukan mitigasi risiko
 pembagian risiko dengan pihak lain
 menerima risiko dengan melaksanakan aktivitas usaha tertentu
 kombinasi antara beberapa alternatif yang ada
5. Pemantauan dan kaji ulang
Pelaksanaan pemantauan meliputi pemantauan berkelanjutan oleh para pemilik risiko,
pengawasan dilakukan oleh pimpinan pemilik risiko yang dilaksanakan secara berkala dan
pihak ketiga melalui pihak eksternal dan internal secara periodik
Kesimpulan PT Angkasa Pura 1

Jadi kesimpulan yang dapat diambil dari PT Angkasa Pura 1 adalah :


1. Bahwa risiko itu mempengaruhi keadaan bisnis perusahaan ini. Dengan adanya
penanganan risiko yang baik maka kedepannya kegiatan operasional perusahaan dapat
berjalan dengan lancar. Dan tentu dengan mengidenfitikasi risiko yang ada dapat
mencegah terjadinya risiko dan dapat di hasilkan keputusan keputusan yang bisa
membuat risiko itu tidak terjadi terlebih dahulu.
2. Pengaruh risiko terhadap internal perusahaan juga sangat besar. Jika risiko yang ada
tidao bisa dicegah atau diatasi maka internal perusahaan akan menjadi kacau. Dan
kegiatan bisnisnya menjadi tidak lancar karena manajemen tidak bisa menentukan
keptusan yang tepat untuk perusahaan
3. Risiko ada ketika kegiatan bisnis berjalan, maka sebelum melakukan kegiatan bisnis
kita harus segera mengidentifikasi risiko yang ada terlebih dahulu dan melihat celah
mana saja yang bisa disebut sebagai risiko ketika kegiatan bisnis perusahaan berjalan.
4. Dengan adanya risiko, maka perusahaan itu dapat membuat segala tindakan
pemcegahan dan penanganan risiko agar kedepannya perusahaan itu dapat
menjalankan bisnisnya dengan baik, memperoleh keuntungan, bisa bersaing dengan
perusahaan lain, dan bisa mencapai tujuan awal perusahaan.
Daftar Pustaka

https://ap1.co.id/id/tata-kelola-perusahaan/asesmen_gcg#
https://ap1.co.id/contents/file/471-AP1_AnnualReport2017_LR.pdf

Anda mungkin juga menyukai