Sejarah Matematika
Sejarah Matematika
Matematika mulai muncul dan berkembang di Mesopotamia, Mesir Kuno, dan Yunani
Kuno. Manusia prasejarah telah berhasil mengetahui cara mencacah objek-objek fisik,
mereka juga mengenali cara mencacah besaran abstrak, seperti waktu — hari, musim, tahun.
Manusia zaman itu mengidentifikasi hal-hal atau kejadian-kejadian dari alam kemudian
dilakukan pengukuran, sehingga terciptalah produk-produk seperti jam air, jam pasir, dan jam
matahari. Mereka menggunakan hakikat alam yakni ruang dan waktu sehingga terbentuk ide
dan konsep menganai waktu.
Benda matematika tertua yang sudah diketahui adalah tulang Lebombo, ditemukan di
pegunungan Lebombo di Swaziland dan mungkin berasal dari tahun 35000 SM. Tulang ini
berisi 29 torehan yang berbeda yang sengaja digoreskan pada tulang fibula baboon. Terdapat
bukti bahwa kaum perempuan biasa menghitung untuk mengingat siklus haid mereka; 28
sampai 30 goresan pada tulang atau batu, diikuti dengan tanda yang berbeda.
Juga artefak prasejarah ditemukan di Afrika dan Perancis, dari tahun 35.000 SM dan berumur
20.000 tahun, menunjukkan upaya dini untuk menghitung waktu.
Temuan-temuan matematika sejak zaman pra sejarah tentu memberikan pengaruh dan
manfaat yang sangat besar. Dibutuhkan proses yang sangat panjang hingga diperoleh ilmu
matematika seperti saat ini. Ilmu matematika adalah ilmu yang terus berkembang, seiring
kehidupan berjalan, masalah-masalah yang bermunculan, dan usaha memecahkannya.
Sebelum zaman modern dan penyebaran ilmu pengetahuan ke seluruh dunia, contoh-
contoh tertulis dari pengembangan matematika telah mengalami kemilau hanya di beberapa
tempat. Tulisan matematika terkuno yang telah ditemukan adalah Plimpton 322(matematika
Babilonia sekitar 1900 SM),[1] Lembaran Matematika Rhind (Matematika Mesir sekitar 2000-
1800 SM)[2] dan Lembaran Matematika Moskwa (matematika Mesir sekitar 1890 SM).
Semua tulisan itu membahas teorema yang umum dikenal sebagai teorema Pythagoras, yang
tampaknya menjadi pengembangan matematika tertua dan paling tersebar luas setelah
aritmetika dasar dan geometri.
kemandekan. Bermula pada abad Renaisans Italia pada abad ke-16, pengembangan
matematika baru,
berinteraksi dengan penemuan ilmiah baru, dibuat pada pertumbuhan eksponensial yang
berlanjut hingga kini.
a) Pelajaran tentang struktur dimulai dengan bilangan. Pertama dan yang sangat umum adalah
bilangan natural dan bilangan bulat berikut operasi arimetikanya, yang dijabarkan dalam
aljabar dasar. Sifat bilangan bulat yang lebih mendalam dipelajari dalam teori bilangan.
b) Ilmu tentang ruang berawal dari geometri, yaitu geometri Euclid dan trigonometri dari
ruang tiga dimensi (yang juga dapat diterapkan ke dimensi lainnya), kemudian belakangan
juga digeneralisasi ke geometri Noneuclid yang memainkan peran sentral dalam teori
relativitas umum. Bidang ilmu modern tentang geometri diferensial dan geometri aljabar
menggeneralisasikan geometri ke beberapa arah: geometri diferensial menekankan pada
konsep fungsi, buntelan, derivatif, smoothness, dan arah. Sementara itu, dalam geometri
aljabar, objek-objek geometris digambarkan dalam bentuk sekumpulan persamaan
polinomial.
c) Mengerti dan mendeskripsikan perubahan pada kuantitas yang dapat dihitung adalah suatu
yang biasa dalam ilmu pengetahuan alam, dan kalkulus dibangun sebagai alat untuk tujauan
tersebut. Konsep utama yang digunakan untuk menjelaskan perubahan variabel adalah fungsi.
Banyak permasalahan yang berujung secara alamiah kepada hubungan antara kuantitas dan
laju perubahannya, dan metoda untuk memecahkan masalah ini adalah topik dari persamaan
differensial.
d) Untuk merepresentasikan kuantitas yang terus menerus digunakanlah bilangan riil. Di sisi
lain, studi mendetail dari sifat-sifatnya dan sifat fungsi nilai riil dikenal sebagai analisis riil.
Agar dapat menjelaskan dan menyelidiki dasar matematika, bidang teori pasti, logika
matematika, dan teori model dikembangkan. Bidang-bidang penting dalam matematika
terapan ialah statistik, yang menggunakan teori probabilitas sebagai alat dan memberikan
deskripsi itu, analisis dan perkiraan fenomena dan digunakan dalam seluruh ilmu. Analisis
bilangan menyelidiki teori yang secara tepat guna memecahkan bermacam masalah
matematika secara bilangan pada komputer dan mengambil kekeliruan menyeluruh ke dalam
laporan.
Apa sebenarnya matematika itu? Pada saat berbicara tentang matematika, yang
terbayang dalam pikiran kita selalu tentang “bilangan”, “angka”, “simbol-simbol”, atau
“perhitungan”. Pakar yang sangat tertarik dengan perilaku bilangan, melihat matematika dari
sudut bilangan. Pakar lain lebih mencurahkan perhatian kepada struktur-struktur, dengan
melihat matematika dari sudut pandang struktur-strukturnya. Pakar lain lebih tertarik pada
pola pikir atau sistematika, maka ia melihat matematika dari sudut pandang sistematikanya.
Adakah definisi tunggal matematika yang disepakati bersama? Berdasarkan uraian di
atas, beberapa definisi atau ungkapan pengertian matematika hanya dikemukakan terutama
berfokus pada sudut pandang pembuat definsi tersebut. Hal demikian dikemukakan dengan
maksud agar pembaca dapat menangkap dengan mudah keseluruhan pandangan para ahli
matematika. Dengan kata lain tidak terdapat satu definisi yang tunggal dan disepakati oleh
semua tokoh atau pakar matematika.
• Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara
sistematik.
• Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan dengan bilangan.
• Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang
dan bentuk.
Dengan begitu banyak cabang matematika dan begitu luas lapangan garapnya,
bagaimana kita dapat menggambarkan matematika secara sederhana? Jadi, bila kita harus
menjawab pertanyaan matematika itu apa, maka kita hanya bisa mendeskripsikan beberapa
sifatnya. Dengan cara begini pula para ahli telah mendeskripsikan matematika. Sebagian
definisi begitu sederhana dan sebagian yang lain cukup kompleks, tetapi tidak ada deskripsi
yang menjadi suatu definisi formal matematika. Apa saja sifat-sifat yang sering digunakan
para ahli untuk mendeskripsikan matematika? Pada topik berikutnya kita akan membahas
sifat atau karakteristik tersebut beserta implikasinya pada pembelajaran matematika.
2.PERKEMBANGAN MATEMATIKA
Perkembangan matematika ini sangat berkaitan pada sejarah matematika itu sendiri.
Perkembangan ini dimulai dari perkembangan matematika sebelum abad 15-16,
perkembangan matematika abad 15-16, perkembangan matematika setelah abad 15-16.
Perkembangan matematika hampir berhenti antara abad keempat belas dan paruh
pertama abad kelima belas. Karena banyak faktor-faktor sosial menyebabkan situasi ini.
Namun pada awal pertengahan abad kelima belas terjadi perubahan secara bertahap.
Pada abad ke-17, Simon Stevin menciptakan dasar notasi desimal modern yang mampu
menggambarkan semua nomor, baik rasional atau tidak rasional. Gottfried Wilhelm Leibniz
di Jerman, mengembangkan kalkulus dan banyak dari notasi kalkulus masih digunakan
sampai sekarang.
Ahli matematika yang paling berpengaruh pada abad ke-18 adalah Leonhard Euler.
Kontribusinya berupa pendirian studi tentang teori graph dengan Tujuh tangga dari masalah
Königsberg untuk standardisasi banyak istilah matematika modern dan notasi serta
mempopulerkan penggunaan π sebagai rasio keliling lingkaran terhadap diameternya.
Selanjutnya Joseph Louis Lagrange banyak memiliki karya pada matematika, seperti teori
bilangan, aljabar, kalkulus diferensial dan kalkulus variasi
Pada abad ke-19, banyak matematikawan yang mengkaji berbagai bidang pada
matematika. Seperti Hermann Grassmann di Jerman memberikan versi pertama ruang vector,
William Rowan Hamilton di Irlandia mengembangkan aljabar noncommutative, George
Boole di Inggris merancang aljabar yang sekarang disebut aljabar Boolean yang menjadi titik
awal dari logika matematika dan memiliki aplikasi penting dalam ilmu komputer, dan Georg
Cantor mendirikan dasar pertama dari teori himpunan.
Salah satu tokoh fenomenal dalam matematika abad ke-20 Srinivasa Aiyangar Ramanujan,
seorang otodidak India yang membuktikan lebih dari 3000 teorema. Termasuk sifat-sifat
angka yang sangat komposit, fungsi partisi dan asymptotics, dan fungsi theta. Dia juga
membuat investigasi besar di bidang fungsi gamma, bentuk modular, seri berbeda, seri
hipergeometrik dan teori bilangan prima. Perkembangan terakhir adalah pada tahun 2003
konjektur Poincaré diselesaikan oleh Grigori Perelman.
Tiga anak akan membagi 36 permen sama rata. Berapa permen yang akan diperoleh oleh
tiap-tiap anak?
Gambar 1.2. Anak dan Kumpulan Permen
Siswa-siswi mungkin akan menemukan salah satu dari model atau prosedur penyelesaian
berikut ini:
a) Membagi dengan dasar geometris, yaitu dengan membagi susunan permen menjadi tiga
daerah bagian yang sama.
b) Mendistribusi satu demi satu. Mungkin dengan menyilang permen yang telah didistribusi
ke salah satu anak.
Model atau strategi penyelesaian tersebut di atas secara implisit memuat ide tentang
pengurangan berulang (repeated subraction) maupun bagi adil (fair sharing), bahkan ide
tentang kebalikan perkalian (invers of mmultiplication). Tugas guru adalah memfasilitasi
siswa-siswi sampai pada ide-ide tersebut sebelum benar-benar menyatakannya sebagai
kalimat matematika formal (penggunaan simbol dan konsep/prinsip matematika).
Di Cina, penggunaan bilangan positif ditandai dengan batang (atau gambar batang)
merah, sedangkan bilangan negatif ditandai dengan batang hitam. Mungkin ini telah dikenal
ribuan tahun yang lalu, dan kita dapat melihatnya pada Jianzhong Suanshu (antara tahun 206
SM – 220 M). Apa yang digunakan oleh orang Cina Kuno tersebut dapat digunakan dalam
pembelajaran untuk menunjukkan bilangan bulat (bulat positif, nol, dan bulat negatif).
Illustrasi dari Cina kuno dapat digunakan untuk menunjukkan sifat negatif sebagai hutang
dan positif sebagai piutang (atau mempunya).
John Napiler (1550 – 1617) dalam bukunya Rabdologiae yang diterbitkan tahun 1617
menyuguhkan sebuah alat melakukan perkalian yang disebut Batang Napiler dan menjadi
terkenal pada zamannya. Alat tersebut menggunakan prinsip perkalian desimal yang telah
dikenal di Arab melalui apa yang disebut lattice diagram.
Sebuah batang Napiler terdiri atas 10 kotak, dengan kotak teratas menunjukkan
sebuah bilangan dasar (digit) dan kotak selanjutnya berturut-turut merupakan hasil perkalian
bilangan dasar tersebut dengan bilangan 1 hingga 9 dengan bagian satuan diletakkan di posisi
tengah diagonal dan bagian puluhan diletakkan di bagian atas diagonal.
Menurut Fauvel (2000) nilai sejarah matematika meliputi tiga dimensi berbeda: (1)
sebagai materi pembelajaran/kuliah, (2) sebagai konteks materi pembelajaran, dan (3) sebagai
sumber strategi pembelajaran. Yang pertama dimaksudkan sebagai suatu pokok bahasan atau
materi pembelajaran, yang membahas segi fakta, kronologis, maupun evolusi sejarah
matematika. Hal ini tentu menyangkut banyak sekali aspek, dari fakta matematika hingga
filsafat matematika. Sejarah matematika sebagai pokok bahasan mulai diberikan di tingkat
perguruan tinggi walaupun bukan menjadi materi inti sehingga tidak setiap perguruan tinggi
menyelenggarakannya. Yang kedua dimaksudkan bahwa dalam pembelajaran matematika,
kita dapat mengambil soal-soal atau masalah awal dari sejarah matematika termasuk memberi
perspektif humanis dalam pembelajaran dengan menampilkan hasil karya dan biografi
matematikawan. Sementara yang ketiga dimaksudkan bahwa sejarah matematika
memberikan alternatif cara atau strategi pembelajaran suatu pokok materi matematika.
1. Understanding (pemahaman)
Pada tahap apa pun, perspektif sejarah dan perspektif matematika (struktur modern)
saling melengkapi untuk memberikan gambaran yang jelas dan menyeluruh, yaitu
pemahaman yang rinci tentang konsep-konsep dan teorema-teorema matematika, serta
pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana konsep-konsep matematika saling
berhubungan dan bertemu.
2. Enthusiasm (antusiasme)
Sejarah matematika memberikan sisi aktivitas manusia dan tradisi/kebudayaan
manusia. Pada sisi ini, siswa merasa menjadi bagiannya sehingga menimbulkan antusiasme
dan motivasi tersendiri.
3. Skills (keterampilan)
Yang dimaksud Fauvel bukan keterampilan matematis semata, tetapi keterampilan
dalam hal: keterampilan research dalam menata informasi, keterampilan menafsirkan secara
kritis berbagai anggapan dan hipotesis, keterampilan menulis secara koheren, keterampilan
mempresentasikan kerja, dan keterampilan menempatkan dan menerima suatu konsep pada
level yang berbeda-beda. Keterampilan-keterampilan di atas jarang diantisipasi dalam
pembelajaran konvensional/tradisional.
Tentu saja perkembangan pemahaman, antusiasme, dan keterampilan tersebut
bergantung pada apa yang dikandung oleh sejarah matematika yang disuguhkan, serta
bagaimana sejarah matematika dipahami dan diimplementasikan dalam pembelajaran.
Pengayaan sejarah matematika sebagai bahan untuk menarik kesenangan siswa pada
matematika sudah merupakan langkah yang memadai. Syukur bila para guru memiliki
kemampuan untuk mengambangkan model pembelajaran berdasarkan informasi sejarah
matematika.
Di bawah ini beberapa manfaat yang berkaitan dengan penerapan sejarah matematika di
sekolah yang dapat diambil, yaitu: (disarikan dari John Fauvel seperti dikutip Garner (1997) ;
Tentang kisah hidup matematikawan memang agak jarang di buku-buku resmi, tetapi
tidak berarti tidak tersedia di pasaran. Guru pun dapat mengakses internet untuk memperoleh
informasi tsb. dengan cepat, mudah, dan gratis.
Beberapa yang dapat disebutkan antara lain: Thales (624 SM ), Pythagoras (582 SM ),
Euclides (300 SM ), Archimedes (287–212 SM), Apollonius (260–190 SM), Diophantus (250
SM– ), Liu Hui (abad ke-3 M), Tsu Chung Cih atau Zu Chong Zhi (480 SM ), Seki Kowa
(abad ke-17), Aryabhata (abad ke-6), Brahmagupta (628 M), Bhaskara (1114–1185), al-
Khowarizmi (825 M ), Tsabit ibn Qorra (836–901), al-Karkhi atau al-Karaji (1020 M ), Omar
Khayyam (1050–1125), al-Kasyi atau al-Kashi (abad ke-15), Fibonacci (1180–1250),
Cardano (1501-1576), John Napier (1550-1617), Descartes (1596-1650), Blaise Pascal
(1623–1662), Newton (1642–1727), Euler (1707–1783), Gauss (1777–1855).
Terlihat bahwa dua level yang pertama merupakan level yang cocok untuk
pembelajaran di SD, SMP, maupun SMA. Bagaimana cara pemanfaatannya, tentu tidak jauh
berbeda dari yang telah dipaparkan di atas. Hanya saja untuk dua level yang terakhir, perlu
kehati-hatian dalam menerapkan di sekolah, karena pemanfaatan sejarah matematika pada
dua level terakhir tersebut menuntut kecermatan dan pemikiran yang lebih tajam yang cocok
untuk sekolah menengah lanjutan (SMP) atau umum (SMA).