Anda di halaman 1dari 9

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

SEKRETARIAT DAERAH
Jl. Sindoro No. 2-4 Wonosobo, 56311 Telp (0286) 321345

Wonosobo, 8 Januari 2019

Nomor : 143/020/I/Pemer/2019 Kepada Yth. :


Sifat : Penting Camat se-Kabupaten Wonosobo
Lampiran : 1 (satu) bendel Di
Perihal : Ketentuan Pemungutan WONOSOBO
Pajak terkait APBDesa

Menindaklanjuti rapat koordinasi bersama dengan Kantor Pelayanan


Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan Wonosobo, Inspektorat Wonosobo dan
Badan Pengelolaan Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah mengenai
Pemungutan Pajak terkait APBDesa mulai tahun anggaran 2019 pada tanggal 26
Desember 2018 di Ruang Rapat Bagian Pemerintahan Setda Kabupaten
Wonosobo, bersama ini kami sampaikan hal - hal sebagai berikut:
1. Bahwa berdasarkan ketentuan pasal 58 Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, setiap
pengeluaran kas Desa yang menyebabkan beban atas anggaran Belanja Desa
dikenakan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan mengenai
perpajakan yang berlaku dan pemotongan pajak terhadap pengeluaran kas
Desa tersebut dilakukan oleh Kaur Keuangan.
2. Ketentuan Pemungutan Pajak terkait APBDesa adalah sebagai berikut :
a. PPh Pasal 21
1) Penghasilan Kades & Perangkat Desa
Dikenakan pada penghasilan penghasilan tetap dan tunjangan jabatan
bagi Kades dan Perangkat Desa, dengan skema sebagai berikut:
PPh 21 = ( Penghasilan Bruto – Biaya Jabatan – PTKP ) x Tarif Pasal 17

*) Cara Menghitung :
• Penghasilan bruto sebulan (siltap dan tunjab) Rp.
• Dikurangi biaya jabatan (5% x penghasilan bruto) Rp._____-
• Penghasilan Neto sebulan Rp

• Penghasilan Neto setahun (12xpenghasilan neto sebulan) Rp.


• Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Rp._____-
• Penghasilan Kena Pajak setahun Rp.
• PPh Terutang = Penghasilan Kena Pajak x tarif pasal 17
• PPh Terutang sebulan = PPh terutang/12

*) Ketentuan tentang Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)


Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) : sesuai Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016, terhitung mulai 27 Juni 2016,
PTKP yang berlaku:
• Untuk diri wajib pajak orang pribadi = Rp 54.000.000,-
• Tambahan untuk wajib pajak kawin = Rp 4.500.000,-
• Tambahan untuk penghasilan istri yang digabung dengan
penghasilan suami = Rp 54.000.000,-
• Tambahan untuk anggota keluarga (maksimal 3 orang) =
@ Rp 4.500.000,-
atau, jumlah PTKP terbaru berdasarkan status perkawinan sebagai
berikut:
• TK/0 = Rp 54.000.000,-
• K/0 = Rp 58.500.000,-
• K/1 = Rp 63.000.000,-
• K/2 = Rp 67.500.000,-
• K/3 = Rp 72.000.000,-
*) Ketentuan Tarif Pasal 17
Sampai dengan Rp 50.000.000,- = 5%
Rp 50.000.000,- s.d. Rp 200.000.000, - = 15%
Rp 250.000.000,- s.d. Rp 500.000.000,- = 25%
Lebih dari Rp 500.000.000,- = 30%

Catatan :
Untuk tahun 2019, penghasilan tertinggi Aparatur Desa adalah Rp
2.950.000,00 per bulan atau Rp 35.400.000,- Jika pendapatan tertinggi
tersebut diperhitungkan dengan PTKP terendah (TK/0) Rp 54.000.000,-
maka hasil perhitungannya adalah tidak dipotong pajak karena dibawah
nilai PTKP. Sehingga untuk penghasilan (siltap dan tunjangan)
Kepala Desa dan Perangkat Desa pada tahun 2019 tidak
dikenakan PPh 21 Penghasilan karena nilainya dibawah nilai
PTKP.

2) Pembayaran honorarium
Dikenakan pada honorarium Pelaksana Pengelolaan Keuangan Desa
(PPKD), dengan ketentuan sebagai berikut :

PPh 21 Non PNS = (Penghasilan Netto – PTKP Bulanan) x 5% (NPWP) atau 6% (Non NPWP)

*tarif Pasal 17 dibawah Rp 50 Juta.


**PPKD diasumsikan sebagai pegawai tetap (pegawai yang menerima
penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur berdasarkan kontrak untuk
suatu jangka waktu tertentu)
***Jika honorarium per bulan yang diterima sampai dengan Rp 4.500.000,-
(PTKP tertinggi per bulan), maka tidak dikenakan PPh 21 Non PNS.
Dikenakan pada penerimaan tunjangan dan honorarium BPD,
honorarium petugas register desa, petugas admin desa, RT/RW,
anggota Linmas, anggota Kader Posyandu, anggota TP PKK Desa,
termasuk upah Tukang Bangunan dan Tenaga Harian Lepas lainnya
dengan skema sebagai berikut :

PPh 21 Non PNS = (Penghasilan Bruto – PTKP Bulanan) x 5% (NPWP) atau 6% (Non NPWP)

*tarif Pasal 17 dibawah Rp 50 Juta.


**Jika honorarium per bulan yang diterima sampai dengan Rp 4.500.000,- (PTKP
tertinggi per bulan), maka tidak dikenakan PPh 21 Non PNS.

Dikenakan pada honorarium peserta pelatihan, peserta kegiatan,


narasumber, moderator, dengan skema sebagai berikut :
PPh 21 Non PNS = Penghasilan Bruto x 5% (NPWP) atau 6% (Non NPWP)

*) tarif Pasal 17 dibawah Rp 50 Juta.


**Penerima diasumsikan sebagai bukan pegawai (orang yang menerima
penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun senagai imbalan jasa
yang dilakukan berdasarkan perintah dari pemberi penghasilan selain masuk
dalam kategori pegawai tetap atau pegawai tidak tetap).

Ketentuan untuk penerima adalah PNS, sebagai berikut :


PPh 21 PNS = Penghasilan Bruto x 0% (Gol I&II) atau 5% (Gol III) atau 15% (Gol IV)
b. PPh Pasal 22
Dikenakan atas pembelian barang yang melebihi Rp 2.000.000,-, kecuali
BBM, listrik, gas, air minum dan benda POS.

PPh 22 = (DPP x 1.5% (NPWP) atau 3% (Non NPWP)

*
* DPP (Dasar Pengenaan Pajak) adalah harga barang
** Dalam hal harga barang sudah termasuk pajak maka DPP adalah
100/110 x Harga Barang

c. PPh Pasal 23
Dikenakan atas jasa selain yang dipotong PPh 21, sewa selain
tanah/bangunan, hadiah atau penghargaan, servis dan pemeliharaan.
Dalam konteks APBDesa, pajak ini juga dikenakan misalnya sewa alat
berat dan peralatan lainnya, biaya fotocopy, servis kendaraan bermotor,
servis komputer dan lainnya.

PPh 23 = (Harga Barang) x 2 % (NPWP) atau 4% (Non NPWP)

d. PPh Pasal 4 ayat 2


Dikenakan atas jasa seperti jasa perencanaan, pelaksanaan atau
pengawasan konstruksi dan sewa tanah dan bangunan.

PPh pasal 4 ayat 2 = Tarif x (100/110) x Harga (sudah termasuk PPn)

*) Tarif :
• Sewa tanah/ bangunan = 10%
• Jasa konstruksi = 2 s.d. 4 %
• Jasa perencanaan & pengawasan = 4 s.d. 6 %

e. PPN
Dikenakan atas pembelian barang/ jasa melebihi Rp 1.000.000,-.

PPN = 10% x DPP

* DPP (Dasar Pengenaan Pajak) adalah harga barang


** Dalam hal harga barang sudah termasuk pajak maka DPP adalah
100/110 x Harga Barang

Jenis Barang Yang Tidak Dikenai PPN adalah sebagai berikut:


1) Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil
langsung dari sumbernya (tanpa proses pengolahan/ penambahan
nilai) meliputi:
a. minyak mentah (crude oil);
b. gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap
dikonsumsi langsung oleh masyarakat;
c. panas bumi;
d. asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung,
batu permata, bentonit, dolomit, felspar (feldspar), garam batu
(halite), grafit, granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit,
mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa,
perlit, fosfat (phospat), talk, tanah serap (fullers earth), tanah
diatome, tanah liat, tawas (alum), tras, yarosif, zeolit, basal, dan
trakkit;
e. batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara; dan
f. bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih
perak, serta bijih bauksit.
2) Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat
banyak meliputi:
a. beras;
b. gabah;
c. jagung;
d. sagu;
e. kedelai;
f. garam, baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium;
g. daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui
proses disembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan, dibekukan,
dikemas atau tidak dikemas, digarami, dikapur, diasamkan,
diawetkan dengan cara lain, dan/atau direbus;
h. telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang dibersihkan,
diasinkan, atau dikemas;
i. susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan
maupun dipanaskan, tidak mengandung tambahan gula atau bahan
lainnya, dan/atau dikemas atau tidak dikemas;
j. buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang
telah melalui proses cuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, di-
grading, dan/atau dikemas atau tidak dikemas; dan
k. sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan,
dan/atau disimpan pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang
dicacah.
3) Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah
makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik
yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan
minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering.
4) Uang, emas batangan, dan surat berharga.
5) Hewan ternak (sapi, kerbau, kambing/domba, babi dan ternak lainnya)
dan unggas (ayam, itik, puyuh dan unggas lainnya).
6) Kitab suci, buku-buku pelajaran umum (buku-buku fiksi dan nonfiksi
untuk meningkatkan pendidikan dan kecerdasan bangsa, yang
merupakan buku-buku pelajaran pokok, penunjang dan kepustakaan)
dan buku-buku pelajaran agama (buku-buku fiksi dan nonfiksi untuk
meningkatkan pendidikan dan kecerdasan bangsa, yang merupakan
buku-buku pelajaran pokok, penunjang dan kepustakaan di bidang
agama).
**Pembelian barang yang dikecualikan dari PPN ini tetap dikenakan PPh
Pasal 22 sesuai dengan ketentuan.

f. Pajak Bea Meterai


Bea Meterai adalah pajak atas dokumen. Dokumen yang dikenai Bea
Meterai antara lain adalah dokumen yang berbentuk surat yang memuat
jumlah uang, dokumen yang bersifat perdata, dokumen kontrak pengadaan
meja kursi kantor, dokumen perjanjian pembangunan gedung kantor
dengan pengusaha jasa konstruksi, dan dokumen kontrak pengadaan jasa
tenaga kebersihan.

Surat yang memuat Jumlah Uang*) Meterai yang digunakan


Lebih dari Rp 250.000 s.d. Rp 1.000.000 Meterai Rp 3.000
Diatas Rp 1.000.000 Meterai Rp 6.000
g. Pajak Restoran
Berdasarkan ketentuan Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 11
Tahun 2010 tentang Pajak Daerah yang telah diubah dengan Perda Nomor
10 Tahun 2018 dan Peraturan Bupati Wonosobo Nomor 85 Tahun 2015
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Restoran melalui Pihak
Ketiga, pajak restoran dikenakan atas pembelian makanan dan minuman
di restoran, rumah makan, kafetaria, kantin, warung, depot, bar,
pujasera/food court, toko roti/bakery; dan jasa boga/katering.
Pajak Restoran = 10% x Harga Barang

Khusus untuk Pajak Restoran ini dibayarkan di Badan Pengelolaan


Pendapatan Keuangan Daerah Kabupaten Wonosobo, dengan persyaratan
membawa nota pembelian dan mengisi formulir Surat Pemberitahuan
Pajak Daerah (SPTPD).

Berkaitan dengan hasil tersebut, untuk belanja makanan dan minuman


pada APBDesa dikenakan PPh sesuai dengan jenis obyek/ subyeknya dan
Pajak Restoran.

3. Ketentuan Pajak atas Pembelian Makanan & Minuman


Jenis pajak konsumsi dibedakan berdasarkan subyek rekanan penyedia jasa.
Subyek Ketentuan Pajak
Penghasil Makanan & Minuman
Orang Pribadi PPh 21 + Pajak Restoran
Badan Hukum (PKK, CV, PT, PPh 23 + Pajak Restoran
BUMDesa, dll)

4. Kewajiban Penyetoran dan Pelaporan Pajak untuk Pajak Selain Pajak


Restoran, adalah sebagai berikut :
a. Penyetoran/pembayaran pajak wajib menggunakan Surat Setoran Pajak
(SSP) Elektronik atau e-billing.
Pembuatan kode Billing dapat dilakukan dengan cara:
• Melalui Layanan pembuatan Billing di KP2KP Wonosobo;
• Melalui Surat Setoran Elektronik dengan alamat htps://sse.pajak.go.id
dan htps://sse2.pajak.go.id, https://sse.3.pajak.go.id
b. Setelah Kode Billing dibuat, Kode Billing tersebut dapat dibayar melalui
Bank Persepsi (Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI 46, Bank BPD Jateng)
atau Kantor Pos.
c. Batas waktu pembayaran/penyetoran pajak yang sudah dipotong dan/atau
dipungut oleh Kaur Keuangan Desa serta tanggal pelaporan Surat
Pemberitahuan Masa adalah sebagai berikut:

No. Jenis Pajak Kode Map Tanggal Sanksi terlambat/


Bayar Lapor Bayar Lapor
1 PPh Ps. 21 411121.402 10 BB 20 BB 2 % per Rp 100.000,-
(PNS) bln
2 PPh.Ps.21 (Non 411121.100 10 BB 20 BB 2 % per Rp 100.000,-
PNS) bln
3 PPh Ps. 22 411122.930 7 hari STB 14 BB 2 % per Rp 100.000,-
bln
4 PPh.Ps. 23 411122.930 10 BB 20 BB 2 % per Rp 100.000,-
bln
5 PPh. Ps. 4 (2) 411123.104 10 BB 20 BB 2 % per Rp 100.000,-
(PPh Final) bln
6 PPN 411128.403 7 hari STB Akhir 2 % per Rp 500.000,-
BB bln
7 Bea Meterai - = Tgl Bayar - 200%

BB : Bulan Berikutnya
STB : Setelah Tanggal Bayar
5. Beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan kewajiban pemotongan/
pemungutan, penyetoran dan pelaporan pajak-pajak yang telah
dipotong/dipungut antara lain:
a. SPT Masa PPN PUT, SPT Masa PPh Pasal 21, SPT Masa PPh Pasal 22, SPT
Masa PPh Pasal 23 dan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) dilaporkan jika ada
transaksi. Kecuali SPT Masa PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Bulan
Desember (wajib dilaporkan meskipun Nihil);
b. PPh Pasal 21, PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 4 ayat (2) disetor menggunakan
NPWP Kaur Keuangan Desa;
c. PPN dan PPh Pasal 22, disetor menggunakan NPWP rekanan. Apabila tidak
ber NPWP disetor menggunakan NPWP: 04.000.000.0-533.000 (untuk WP
Orang Pribadi) atau NPWP: 01.000.000.0-533.000 (untuk WP Badan);
d. Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak serta
batas akhir pelaporan bertepatan dengan hari libur Sabtu dan Minggu, hari
libur nasional, hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan
Umum, atau cuti bersama secara nasional, pembayaran/penyetoran dan
pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
6. Ketentuan tentang kelebihan pembayaran pajak adalah sebagai berikut :
Apabila ada kelebihan bayar, maka desa dapat meminta pengembalian dalam
bentuk kompensasi misalnya berupa pembayaran pajak bulan berikutnya
atau pajak terutang yang lain, dengan syarat desa tertib lapor sebagai wajib
pajak, dengan cara :
• Jika pembayaran pajak yang lebih bayar tersebut sudah terlanjur
dilaporkan, maka desa agar melaporkan SPT lebih bayar;
• Jika pembayaran pajak yang lebih bayar tersebut belum dilaporkan
SPTnya, maka desa dapat melakukan pemindahbukuan di Kantor Pajak.

Selanjutnya berkaitan dengan hal-hal tersebut diatas kami minta Saudara


untuk:
a. Meneruskan informasi tersebut di atas secara tertulis dan dalam forum rapat
kades/sekdes/perangkat desa di wilayah Saudara untuk dijadikan pedoman
dalam pelaksanaan penatausahaan keuangan desa.
b. Melakukan pembinaan dan pendampingan kepada desa terhadap
penatausahaan keuangan desa sesuai dengan kewenangan camat.
c. Dalam hal kecamatan dan desa memerlukan informasi lebih lanjut tentang
pajak, maka dapat menghubungi help desk Kantor Pelayanan Penyuluhan dan
Konsultasi Perpajakan Wonosobo di nomor telepon (0286) 321121.

Demikian untuk menjadikan perhatian dan atas pelaksanaannya kami


sampaikan terima kasih.
An BUPATI WONOSOBO
Sekretaris Daerah
Ub.Asisten Pemerintahan

Drs. M. AZIZ WIJAYA, M.Si


Pembina Utama Muda
NIP. 19620121 198802 1 001

Tembusan, disampaikan kepada Yth :


1. Inspektur Kabupaten Wonosobo;
2. Kepala BPPKAD Kab.Wonosobo;
3. Kepala KP2KP Wonosobo;
4. Pertinggal.
PERTANYAAN YANG SERING DIAJUKAN
SEPUTAR PAJAK TERKAIT APBDESA

1. Bagaimana jika terdapat pergantian Kaur Keuangan desa, apakah harus


membuat NPWP baru?
Pergantian personil Kaur Keuangan cukup mengajukan formulir perubahan data
dilampiri dengan FC KTP Kaur Keuangan, FC Surat Keputusan Pelaksana
Pengelolaan Keuangan Desa dan kartu NPWP yang lama dan cukup diajukan
melalui KP2KP Wonosobo.

2. Bagaimana Penghitungan PPh Pasal 22 dan Pengisian SSP nya?


Atas belanja barang dengan jumlah pembayaran lebih dari Rp 2.000.000,- wajib
memotong PPh Pasal 22 sejumlah 1,5% ( untuk yang mempunyai NPWP) atau 3%
(untuk yang tidak punya NPWP ). Pengisian SSP mencantumkan identitas rekanan
(NPWP, Nama, Alamat ), ditandatangani oleh Kaur Keuangan dan distempel dinas.
Jika rekanan tidak mempunyai NPWP agar mencantumkan NPWP dengan format
04.000.000.0-533.000 (untuk WP Orang Pribadi) atau 01.000.000.0-533.000
(untuk WP Badan).

3. Berapa batasan yang dikenakan PPh Pasal 23 atas belanja jasa?


Atas belanja jasa berapapun harus memotong PPh Pasal 23 tarif 2% (untuk yang
mempunyai NPWP) atau 4% (untuk yang tidak mempunyai NPWP), jika lebih dari
satu juta harus memungut PPN 10%.

4. Barang apa saja yang tidak dikenakan PPN?


Barang yang diambil langsung dari alam yang tanpa proses pengolahan/
penambahan nilai seperti batu kali, tanah urug, bambo batangan, barang-barang
kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, makanan dan
minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung dan sejenisnya,
termasuk yang diserahkan oleh usaha katering atau usaha tata boga, uang, emas
batangan, dan surat-surat berharga.

5. Apabila terjadi kelebihan pembayaran pajak dari yang seharusnya apakah bisa
dipindahkan untuk pembayaran jenis pajak yang lain?
Atas kelebihan pembayaran satu jenis pajak dapat dipindahkan untuk melunasi
jenis pajak yang lain melalui prosedur pemindahbukuan, dengan catatan
pembayaran pajak tersebut belum dilaporkan. Caranya dengan mengajukan surat
permohonan pemindahbukuan dilampiri dengan SSP lembar kesatu asli yang
diajukan pemindahbukuan dan fotocopi SPT yang menunjukkan adanya kelebihan
pembayaran.

6. Belanja barang jenis yang sama (misal ATK) dengan nilai dibawah satu juta,
tetapi berulang-ulang sehingga jumlahnya lebih dari dua juta apakah tetap
harus memotong/memungut pajak?
Jika terjadi hal yang demikian dan ada indikasi unsur kesengajaan untuk
menghindari pajak agar tidak dilakukan, sebaiknya pajak tetap dihitung dari
keseluruhan nilai belanja. Untuk mengantisipasi kekurangan dana (nombok
untuk bayar pajak) ketika menyusun RAB suatu kegiatan di dalamnya sudah
diperhitungkan untuk pembayaran pajak.
CONTOH KASUS PAJAK TERKAIT APBDESA

PPh Pasal 21
1. Kepala Desa (status tidak kawin) menerima penghasilan tetap Rp 2.450.000,-
dan tunjangan Rp 500.000,- setiap bulan.
Pajak yang dikenakan :
PPh 21 atas penghasilan rutin sebesar Rp 2.950.000,- per bulan
Cara menghitung :
Penghasilan bruto (Rp 2.450.000,- + Rp 500.000,-) : Rp 2.950.000,-
Pengurangan :
Biaya Jabatan 5% x Rp 2.950.000,- : (Rp 147.500,-)
Penghasilan Netto : Rp 2.802.500,-

Penghasilan Netto setahun (2.802.500 x 12) : Rp 33.630.000,-


PTKP : (Rp 54.000.000,-)

Penghasilan Kena Pajak ---


Untuk kasus di atas yang bersangkutan tidak dikenakan Pajak PPh 21
Penghasilan, dikarenakan PKP nya tidak ada.

2. Kepala Desa PNS Golongan III menerima honor sebagai PKPKD sebesar Rp
500.000,- pada bulan April 2018.
Pajak yang dikenakan :
PPh Pasal 21 = Penghasilan Bruto x 5%
= Rp 500.000,- x 5%
= Rp 50.000,-

3. Ketua RT IV menerima honor Rp 100.000,- pada bulan April 2018.


Pajak yang dikenakan :
PPh Pasal 21 = (Penghasilan Bruto – PTKP Bulanan) x 5%
= (Rp 100.000,- - Rp 4.500.000,-) x 5%
= - (tidak kena pajak)

PPN dan PPh Pasal 22


4. Kaur Keuangan membeli alat tulis kantor seharga Rp 2.500.000,-. Nota
kuitansi toko seharga Rp 2.500.000,-. Nota yang di-SPJ-kan oleh Kaur
Keuangan harus sudah termasuk pajak. Toko telah memiliki NPWP.
Pajak yang dikenakan :
PPh Pasal 22 = (Harga Barang x (100/110)) x 1.5%
= (2.500.000 x 100/110) x 1.5%
= Rp 2.272.727,27 x 1.5%
= 34.091
PPn = 10% x (100/110) x Harga Barang
= 10% x (100/110) x Rp 2.500.000,-
= Rp 227.273,-

5. Pelaksana kegiatan pembangunan pavingisasi membeli pasir kepada supir di


dekat lokasi penambangan senilai Rp 1.100.000,-
Pajak yang dikenakan :
PPh Pasal 22 = Tidak dikenakan karena dibawah Rp 2.000.000,-

PPn = 10% x (100/110) x Harga Barang


= 10% x (100/110) x Rp 1.100.000,-
= Rp 100.000,-
PPN dan PPh Pasal 23
6. Kaur Keuangan melakukan service computer dengan biaya sebesar Rp
1.210.000,. Dan rekanan telah ber NPWP.
Pajak yang dikenakan :
PPn = 10% x (100/110) x Harga Barang
= 10% x (100/110) x Rp 1.210.000,-
= Rp 110.000,-
PPh Pasal 23 = 2 % x Harga Barang
= 2% x Rp 1.210.000,-
= Rp 24.200,-

7. Kaur Keuangan menyewa sound system sebesar Rp 500.000,-. Dan rekanan


telah berNPWP/
Pajak yang dikenakan :
PPh Pasal 23 = 2% x Rp 500.000,-
= Rp 10.000,-

*) Tidak dipungut PPn, karena belanja dibawah Rp 1.000.000,-

Konsumsi dikenakan PPh Pasal 23

8. Kaur Keuangan memesan snack dalam bentuk kemasan kepada Kelompok


Ibu-Ibu PKK sebesar Rp 500.000,-. PKK telah berbadan hukum dan memiliki
NPWP
Pajak yang dikenakan :
PPh Pasal 23 = 2% x Harga Barang
= 2% x Rp 500.000,-
= Rp 10.000,-
Pajak Restoran = 10% x Harga Barang
= 10% x Rp 500.000,-
= Rp 50.000,-

Konsumsi dikenakan PPh Pasal 21

9. Kaur Keuangan memesan konsumsi sebesar Rp 700.000,- kepada Warung


Desa milik perorangan yang telah berNPWP.
Pajak yang dikenakan :
PPh Pasal 21 = 2,5 % x Harga Barang
= 2,5% x Rp 700.000,-
= Rp 17.500,-

Pajak Restoran = 10% x Harga Barang


= 10% x Rp 700.000,-
= Rp 70.000,-

Anda mungkin juga menyukai