Anda di halaman 1dari 1

Sering kutemui orang-orang yang dengan seenaknya membuang sampah sembarangan, orang yang Formatted: English (Indonesia)

membiarkan ada sampah berserakan disekitarnya, dan juga orang yang mengetahui ada yang
membuang sampah sembarangan namun tidak ditegurnya. Hingga aku menyadari satu hal dari orang-
orang tersebut, ternyata diriku sendiri yang melakukannya. Aku sadar yang kulakukan itu salah, namun
aku tak peduli. Kulihat berbagai berita dan lingkungan sekitarku yang semakin memburuk karena
perilaku ini. Dan bertanya pada diri sendiri, mau sampai kapan kebiasaan ini kulakukan? Apakah perilaku
ini kuhentikanaku mulai berhenti ketika di saat setiap mata ini memandang hamparan sampah
terbentang hingga ke berbagai penjuru? Atau mulai dari sekarang?

Kasus ditemukannya sampah plastik dalam perut bangkai paus di Wakatobi tentunya bukan satu-
satunya kasus tentang penderitaan biota-biota laut yang disebabkan oleh sampah plastik sekarang ini.
Sampah laut merupakan salah satu dari sebagian besar permasalahan dalam pegelolaan sampah. Studi
McKinsey 2015 menunjukkan bahwa dua pemicu utama kebocoran sampah plastik ke laut adalah
sampah plastik yang tidak terpungut dan rendahnya nilai beberapa jenis plastik tertentu. Memang
berbagai upaya telah dilakukan dan berkelanjutan untuk menanggulangi masalah sampah ini seperti
membersihkan/memungut sampah secara massal yang dilakukan dari pihak pemerintah sampai
komunitas, mendaur ulang sampah menjadi barang yang berguna dan berkualitas, dan berbagai macam
usaha lainnya. Namun bila tidak diimbangi dengan membatasi diri dalam kebiasaan konsumtif terhadap
plastik tiap hari, membuang sampah pada tempatnya, dan lebih peduli lagi dengan lingkungan. Lalu mau
sampai kapan?

Studi tersebut menemukan bahwa 75 persen sumber kebocoran sampah dari daratan berasal dari
sampah yang tidak
terpungut dan 25% dari sistem resmi pengelolaan sampah padat perkotaan. Pada tahun 2016, World
Economic Forum melangsir fakta bahwa ada lebih 150 juta ton plastick di perairan bumi, bahkan bisa
bertambah 250 juta lagi jika tren urbanisasi, produksi dan konsumsi terus berlanjut. Indonesia
memproduksi setidaknya 3,22 juta metrik ton tiap tahun sampah plastic yang tidak terkelola dengan
baik. Kemudian dData dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2016, produksi sampah perhari tertinggi di Pulau
Jawa, khususnya Surabaya. Perkiraan produksi sampah dari tahun 2016 hingga 2017 ada setidaknya
9.803,7 meter kubik per hari dan 54,39 persen diantaranya terangkut. Itu brarti ada setidaknya 45,61
persen sampah tiap hari yang tidak terkelola di Kota Surabaya. di Kota Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai