PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera karena salah satu
sebab. Penyebab utama trauma adalah kecelakaan lalu lintas, industri, olahraga dan rumah
tangga. Di Indonesia kematian akibat kecelakaan lalu lintas ± 12.000 orang per tahun
(Chairuddin Rasjad,1998). Trauma musculoskeletal biasanya menyebabkan disfungsi
struktur disekitarnya dan struktur pada bagian yang dilindungi atau disangganya. Gangguan
yang paling sering terjadi akibat trauma muskuloskeletal adalah kontusi, strain,sprain,
dislokasi dan sublukasi serta fraktur. Trauma yang dialami seseorang akan menyebabkan
berbagai masalah.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
PEMBAHASAN
A. GIPS
1. Pengertian Gips
Gips dalam bahasa latin disebut kalkulus, dalam bahasa ingris disebut plaster of
paris, dan dalam bahasa belanda disebut gips powder. Gips merupakan mineral yang
terdapat di alam berupa batu putih yang mengandung unsur kalsium sulfat dan air. Gips
adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang di cetak sesuai dengan kontur tubuh
tempat gips di pasang (Brunner&Sunder, 2000). Gips adalah balutan ketat yang
digunakan untuk imobilisasi bagian tubuh dengan mengunakan bahan gips tipe plester
atau fiberglass (Barbara Engram, 1999). Jadi gips adalah alat imobilisasi eksternal yang
terbuat dari bahan mineral yang terdapat di alam dengan formula khusus dengan tipe
plester atau fiberglass.
Gips sebagai alat penolong bedah tulang dan penyembuhan tulang, dikenal di
banyak tempat dunia. Pemasangan gips merupakan salah satu pengobatan konservatif
pilihan terutama pada fraktur dan dapat digunakan pada daerah terpencil dengan hasil
yang cukup baik jika cara pemasangan, indikasi, kontraindikasi, serta perawatan setelah
pemasangan diketahui dengan baik.
Gips merupakan alat fiksasi untuk penyembuhan patah tulang. Gips memiliki
sifat menyerap air dan bila itu terjadi akan timbul reaksi eksoterm dan gips akan
menjadi keras. Sebelum menjadi keras, gips yang lembek dapat dibalutkan melingkari
sepanjang ekstremitas dan dibentuk sesuai dengan bentuk ekstremitas. Gips yang
dipasang melingkari ekstremitas disebut gipas sirkuler sedangkan jika gips dipasang
pada salah satu sisi ekstremitas disebut gips bidai.
2. Bahan-Bahan Gips
a. Gips plaster
Merupakan pembalut yang dapat mengikuti kontur tubuh secara halus yang
terbuat dari kristal gipsum. Bila basah, terjadi reaksi kristalisasi dan mengeluarkan
panas maka air yang digunakan harus dingin. Pasien harus diingatkan bahwa plaster
akan terasa hangat ketika pertama kali dipasang dan diberi tahu bahwa plaster akan
terasa dingin selama proses pengeringan. Pasien dilarang menutupi gips untuk
memungkinkan evaporasi air.
b. Gips Nonplaster
Merupakan gips fiberglas yang mempunyai kelebihan yaitu lebih ringan dan
lebih kuat, tahan air dan tidak mudah pecah, dan hanya dapat mengering dalam
beberapa menit. Gips nonplaster berpori-pori sehingga masalah kulit dapat
dihindari.Tidak menjadi lunak bila terkena air. Bila basah, dapat dikeringkan dengan
pengering rambut yang disetel dingin. Pengeringan yang merata sangat penting agar
tidak melukai kulit.
Selain memakai bahan gips yang biasa yaitu plaster of paris, beberapa bahan
sintetis sekarang ini telah tersedia : polyester dan katun, fiberglas, bebas
fiberglas/bebas lateks, dan termoplastik. Bahan tersebut tersedia dalam bentuk
gulungan atau plester yang direndam dalam air untuk mengaktifkan serta
melembutkannya, dan kemudian dibungkuskan ke sekitar bagian tubuh yang akan di
gips sehingga membentuk bagian tubuh tersebut.
Bahan Bantalan
Sebelum gips dipasang, area yang akan digips harus diberi bantalan. Stockinette,
suatu bahan kain yang lembut, fleksibel, dan berbentuk pipa, diletakkan di atas bagian
tubuh sebelum bahan gips dipasangkan. Ujung distal stockinette ditekuk untuk
menutupi tepi gips sehingga memliki pinggieran yang halus. Gulungan kapas atau
bantalan sering dipasang langsung di atas stockinette sebagai bantalan untuk
penonjolan tulang atau di antara permukaan kulit. gulungan kapas di gulung melekat
dan membentuk kontur anggota badan.
Bantalan akan mungkin diperlukan di atas penonjolan tulang atau sendi yang
rentan terhadap kerusakan kulit. bila gips sintetis akan terkena air saat mandi,
stockinette polipropilen dan bantalan polyester harus digunakan karena bahan-bahan
tersebut mudah mongering. Lapisan antiair telah digunakan pada beberapa kondisi
yang memungkinkan terjadinya kontak dengan urine.
3. Jenis-Jenis Gips
Kondisi yang ditangani menentukan jenis dan ketebalan gips yang akan dipasang.
Namun, pada beberapa bentuk fraktur, konstruksi dan pencetakan gips dilakukan
sedemikian rupa sehingga sendi masih bisa digerakkan sementara garis fraktur
diimobilisasi.
1) Gips lengan pendek- memanjang dari bawah siku sampai lipatan telapak tangan,
melingkar erat di dasar ibu jari. Gips ini mengimobilisasi pergelangan tangan,
radius dan ulna. Bila ibu jari dimasukkan, dinamakan spika ibu jari atau gips
gauntlet.
2) Gips lengan panjang- Gips lengan panjang memanjang dari aksila sampai jari
tangan, yang memungkinkan siku untuk fleksi. Gips ini mengimobilisasi
pergelangan tangan, radius, ulna, dan humerus.
3) Gips tungkai pendek- memanjang dari bawah lutut sampai dasar jari kaki. Kaki
4) Gips tungkai panjang- memanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah
paha sampai dasar jari kaki. Lutut harus sedikit fleksi.
8) Gips spika bahu- jaket tubuh yang melingkari batang tubuh, bahu dan siku. Gips
spica bahu memanjang mengelilingi dada dan seluruh lengan sampai jari. Lengan
biasanya diabduksi untuk mengimobilisasi tulang bahu (mis., klavikula).
9) Gips berjalan, gips tungkai panjang atau pendek yang dibuat lebih kuat. Dapat
disertai telapak untuk berjalan
a. Mudah dan murah sebagai alternative terapi konservatif pilihan untuk menghindari
operasi
b. Dapat diganti setiap saat, dipasang dan dibuat cetakan sesuai bentuk anggota gerak
c. Dapat dibuat jendela/ lubang pada gips untuk membuka jahitan atau perawatan luka
selama imobilisasi
d. Koreksi secara bertahap jaringan lunak dapat dilakukan dengan membuat sudut
tertentu.
e. Gips bersifat radiolusen sehingga pemeriksaan foto rontgen tetap dapat dilakukan
walaupun gips terpasang
a. Pemsangan gips yang ketat akan menimbulkan gangguan atau tekanan pada
pembuluh darah, saraf atau tulang itu sendiri
b. Pemasanggan yang lama dapat menyebabkan kekakuan pada sendi dan atrofi otot
c. Alergi dan gatal-gatal akibat gips
d. Berat dan tidak nyaman dipakai oleh klien
a. Prinsip Lingkungan
1) Kain pelindung, kaus pelindung, kain laken, kapas pembalut wol, balutan gips
dengan berbagai ukuran
2) Lempengan gips dengan berbagai ukuran
3) Gunting gips
4) Pembengkok gips
5) Pisau gips
6) Kain pembalut 2-3 inci
7) Pemotong listrik untuk balutan gips
8) Plester 2,5 cm
9) Dua ember air
10) Kain segitiga dan kain penggendong lainnya
11) Tumit untuk berjalan dari besi dan dipasang pada tubuh bagian bawah
12) Pencuci dan kain pembalut krep untuk tambahan
Sebuah buku, kartu arsip, dan cara pencatatan harus selalu ada. Hal yang perlu
dicatat ialah nama, alamt, daan usia; diagnosis dan tipe balutan yang dipakai, anastesi
yang diberikan, manipulasi aplikasi sederhana; instruksi yang diberikan; alat-alat
bantu yang diberikan (mis: tongkat, kayu, kruk); hari kunjungan berikutnya.
a. Indikasi
1) Untuk pertolongan pertama pada fraktur (berfungsi sebagai bidai)
2) Imobilisasi sementara untuk mengistirahatkan dan mengurangi nyeri misalnya
gips korset pada tuberculosis tulang belakang atau pascaoperasi (operasi pada
skoliosis tulang belakang)
3) Sebagai pengobatan definitive untuk imobilisasi fraktur terutama pada anak-
anak dan fraktur tertentu pada orrang dewasa
4) Imobilisasi untuk mencegah fraktur patologis
5) Imobilisasi untuk memberikan kesempatan bagi tulang untuk menyatu setelah
suatu operasi, misalnya pada artrodesis
6) Imobilisasi setelah operasi pada tendo-tendo tertentu, misalnya setelah operasi
tendo Achilles
7) Dapat dimanfaatkan sebagai cetakan untuk pembuatan bidai atau prosthesis.
8) Pasien dislokasi sendi , fraktur, penyakit tulang spondilitis TBC, pasca operasi,
skliosis, spondilitis TBC, dll.
b. Kontraindikasi
7. Pemasangan Gips
Setiap perawat perlu mengetahui komplikasi yang biasa terjadi pada setiap klien yang
mengalami masalah muskuloskeletal. Dengan mengetahui kemungkinan masalah yang
dapat dialami klien, perawat dapat mengantisipasi agar masalah tersebut tidak terjadi
atau mengurangi dampak resiko dengan mengoptimalkan pengetahuan yang mereka
miliki.
a. Perubahan posisi (patah/retak tulang). Pembengkakan adalah suatu cirri utama dari
segala macam bentuk patah/retaak tulang. Bahaya ini akan meningkat apabila
pengempisan merupakan kondisi yang dibutuhkan. Perawat harus mempergunakan gips
yang berbantalan kuat dan menjaga agar anggota badan tetap terangkat dan ekstremitas
(anggota gerak) dilatih bergerak 24 jam sesudahnya. Selain itu harus diingat bahwa gips
dapat menjadi longgar dalam waktu dua hari apabila pembengkakan berkurang atau
mengempis. Hal ini memerlukan pengecekan dengan sinar-X dan kemungkinan
mengganti dengan gips baru. Pemakaian papan imobilisasi (spalk) mulanya memang
diperlukan, posisinya dibetulkan lagi sesudah 24 jam. Cara ini pada mulanya
dipergunakan untuk menghindari berubahnya posisi yang disebabkan oleh
mengempisnya pembengkakan, tetapi cara ini pun tidak selalu dapat dipraktikan
(dipergunakan) untuk segala macam keretakan/patah tulang. Perubahan posisi ini
sabagian disebabkan oleh kelonggaran dan sebagian karena bergerak bebasnya otot
yang tidak dikehendaki. Penting untuk diingat hal yang terakhir tadi karena
keretakan/patah tulang pada tingkat-tingkat tertentu lebih peka terhadap tarikan otot
(kseleo) daripada yang lainnya. Keretakan/patah tulang yang tersebut terakhir ini harus
diawasi dengan ketat.
b. Rasa sakit yang ditimbulkan oleh gips. Rasa sakit ini sebetulnya tidak boleh terjadi.
Apabila rasa sakit ini timbul, dapat disebabkan oleh salah satu dari empat sebab :
1) Cara pemasangan
Ini disebabkan oleh kurangnya perhitugan atas tulang atau karena benjolan
pada gips yang dipasang, atau kesalahan dalam merapikan balutan gips pada alat-
alat gerak.
2) Kesalahan instruksi
3) Pengawasan
Pengamatan akan tanda-tanda ketat atau longgarnya gips harus tepat dan
tindakan yang cepat harus dilakukan bergantung pada keadaan.
4) Benda-Benda Asing
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gips merupakan alat imobilisasi yang dapat digunakan setelah terjadinya trauma maupun
sebagai pengobatan pascaoperasi. Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang terbuat dari
bahan mineral yang terdapat di alam dengan formula khusus dengan tipe plester atau fiberglass.
B. Saran
Penanggulangan klien trauma memerlukan peralatan serta keterampilan khusus yang tidak
semuanya dapat dilakukan oleh perawat, berhubung keterampilan dan pengetahuan yang
dimiliki setiap Ners bervariasi, serta peralatan yang tersedia kurang memadai. Maka dari itu
kita hendaklah mengetahui prinsip dasar serta tata laksana pemasangan gips agar nantinya
dapat melakukan tindakan dengan tepat serta dapat mengurangi komplikasi dari trauma
maupun pemasangan alat ini.
Daftar Pustaka
Berman, Audrey Dkk. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis.Jakarta: EGC
Kneale, Julia D., Davis, Peter S. 2011. Keperawatan Ortopedik & Trauma. Jakarta: EGC