Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH KELOMPOK KEPERAWATAN MATERNITAS

ADAPTASI ANATOMI FISIOLOGI DAN PSILOLOGIS PADA PERSALINAN

Dosen pembimbing :

Ns. Yanti Puspita Sari, S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 2 :

Meri Gusnita (1811316019) Minah Sari (1811316027)

Irwan (1811316020) T. Ramadhani (1811316028)

Liza Emilda (1811316021) Betris Melda (1811316029)

Rova Elmi (1811316022) Poppy Tia Andria (1811316030)

Wiyenny Yustiani (1811316023) Maulana Ifdatul (1811316031)

Hidayati (1811316024) Muhammad Roni (1811316032)

Lestari (1811316025) Ika Kemala Sari (1811316033)

Yunita (1811316026) Dwi Ayu Humaira (1811316034)

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Adaptasi
Anatomi Fisiologi dan Psikologi pada Persalinan” ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada bapak/ibu. Dosen mata kuliah
Keperawatan Maternitas, Ilmu Keperawatan Fakultas UNAND Padang yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Padang , 1 September 2019

Kelompok 2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya kontraksi uterus yang
menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks, kelahiran bayi, dan kelahiran
plasenta dan proses tersebut merupakan alamiah (Rohani 2011 dalam Oktarina 2016).
Menurut Mochtar (1998), persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.
Persalinan normal disebut juga partus spontan. Persalinan dimulai (inpartu) pada saat
uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan
menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.

Tahap persalinan dibagi menjadi 4 fase atau kala, dimana kala itu terdiri dari, kala I,
kala II, kala III, dan kala IV. Setiap fase atau kala yang terjadi pada proses persalanin,
akan menyebabkan berbagai perubahan fisiologi maupun psikoligi pada ibu hamil.
Oleh sebab itu dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai adaptasi anatomi fisiologi
dan psikologi pada persalinan.

B. Pokok Bahasan
1. Adaptasi anatomi fisiologi dan psikologi pada tahap kala 1
2. Adaptasi anatomi fisiologi dan psikologi pada tahap kala 2
3. Adaptasi anatomi fisiologi dan psikologi pada tahap kala 3
4. Adaptasi anatomi fisiologi dan psikologi pada tahap kala 4
5. Konsep asuhan keperawatan pada tahap persalinan kala 1,2,3,4

C. Tujuan
1. Umum
Setelah proses perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu memahami dan
mengetahui tentang perubahan anatomi fisiologi dan psikologi pada persalinan
dan asuhan keperawatannya.
2. Khusus
a. Agar mahasiswa memahami dan mengetahui perubahan anatomi fisiologi
dan psikologi pada persalinan kala I
b. Agar mahasiswa memahami dan mengetahui perubahan anatomi fisiologi
dan psikologi pada persalinan kala II
c. Agar mahasiswa memahami dan mengetahui perubahan anatomi fisiologi
dan psikologi pada persalinan kala III
d. Agar mahasiswa memahami dan mengetahui perubahan anatomi fisiologi
dan psikologi pada persalinan kala IV
e. Agar mahasiswa memahami dan mengetahui konsep asuhan keperawatan
pada saat persalinan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Adaptasi Anatomi Fisiologi dan Psikologis pada Kala I


Persalinan merupakan proses alamiah, yakni merupakan serangakaian kejadian yang
berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau hamper cukup bulan disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Erawati AD, 2011). Menurut
Sulistyawati A (2010) dan Joharyah (2012) mengungkapkan bahwa serangkaian prose
persalinan yang normal dapat menimbulkan adanya adaptasi fisiologis pada ibu
bersalin.Adapun adaptasi atau perubahan fisiologis ibu adalah sebagai berikut :
A. Adaptasi Fisiologis
1. Uterus
Saat mulai persalinan, jaringan dari myometrium berkontraksi dan berelaksasi
seperti otot pada umumnya. Pada saat otot, relaksasi, dan retraksi maka cavum
uteri lama kelamaan akan menjadi semakin mengecil. Proses ini merupakan salah
satu faktor yang menebabkanjanin turun ke pelvis. Kontraksi uterus mulai dari
fundus dan terus malebar sampai ke bawah abdomen dengan dominasi tarikan
kearah fundus.Kontraksi uterus berakhir dengan masa yang terpanjang dan sangat
pada fundus.
2. Serviks
a) Penipisan serviks (affecement)berhubungan dengan kemajuan pemendekan
dan penipisan serviks. Seiring dengan bertambah efektifnya kontraksi. Serviks
mengalami perubahan bentuk menjadi lebih tipis. Hal ini disebabkan oleh
kontraksi uterus yang bersifat fundul dominan. Sehingga seolah olah serviks
tertarik keatas dan lama kelamaan menjadi tipis. Batas antara segmen atas dan
bawah rahim(retraction ring) mengikuti arah tarikan keatas sehingga seolah
olah batas ini letaknya bergeser keatas. Panjangnya serviks pada akhir
kehamilan normal berubah rubah( dari beberapa mm menjadi 3 cm), dengan
dimulainya persalianan, panjang srviks berkurang secara teratur sampai
menjadi pendek(hanya beberapa mm).
b) Dilatasi, Proses ini merupakan kelanjutan dari dari effacement. Setelah serviks
dalam kondisi menipis penuh, maka tahap berikutnya adalah
pembukaan.Serviks membuka disebabkan daya tarika otot uterus keatas secara
terus menerus saat uterus berkontraksi.Dilatasi dan diameter serviks dapat
diketahui melalui pemerikasaan intra vaginal berdasarkan diameter
pembukaan serviks. Proses ini terbagi menjadi dua fase, yaitu;
1) Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap. Pembukaan serviks kurang dari 4 cm
dan biasanya berlangsung dibawah 8 jam.
2) Fase aktif
Dibagi dalam 3 fase :
 Fase akselarasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm kini menjadi
4 cm.
 Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat. Dari 4 cm menjadi 9 cm.
 Fase deselarasi, pembukaan melambat kembali, dalam 2 jam
pembukaan dari 9cm menjadi lengkap(10cm). Pembukaan lengkap
berarti bibir serviks dalam keadan tak teraba. Dan diameter libang
serviks adalah 10 cm.
3. Ketuban
Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan hamper atau sudah
lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan sudah
lengkap, bila ketuban telah pecah sebelum pembukaan 5 cm disebut ketuban
pecah dini( KPD).
4. Tekanan Darah
a) Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi, disertai peningkatan sistol
rata rata 15-20 mmHg. Dan diastole rata rata 5-10 mmHg
b) Pada waktu waktu tertentu diantara kontraksi, tekanan darah kembali ketingkat
sebelum persalinan.
c) Dengan mengubah posisi pasien dari terlentang ke posisi miring, perubahan
tekanan darah selam persalinan dapat dihindari.
d) Nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan
darah.
e) Apabila pasien merasa sangat takut atau khawatir, pertimbangan kemungkinan
bahwa rasa takutnya menyebabkan peningkatan tekanan darah(bukan pre-
eklampsia)
5. Metabolisme
a) Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob maupun anaerob
meningkat dengan kecepatan tetap. Peningkatan ini terutam diakibatkan oleh
kecemasan dan aktivitas otot rangka.
b) Peningkatan aktivitas metabolic dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi,
pernafasan, curah jantung, dan cairan yang hilang.
6. Suhu tubuh
a) Suhu tubuh meningkat selama persalinan, tertinggi selama dan segera setelah
melahirkan
b) Peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5-1derajat celcius. Di anggap
normal, nilai tersebut mencerminkan peningkata metabolism persalinan.
c) Peningkatan suhu tubuh sedikit adalah normal dalam persalinan, namun bila
persalinan berlangsung lebih lama penigkatan suhu tubuh dapat
mengindikasikan dehidrasi, sehingga parameter lain harus dicek. Begitu pula
pada kasus ketuban pecah dini, peningkatan suhu dapat menindikasikan
infeksi dan tidak dapat dianggap normal dalam keadaan ini
7. Detak jantung
a) Perubahan yang mencolok selama kontraksi disetai peningkatan selama fase
peningkatan, perurunan selama titik puncak sampai frekuensi yang lebih
rendah daripada frekuensi diantara kontraksi dan peningkatan selama fase
penurunan hingga mencapai frekuensi lazim diantara kontraksi.
b) Penurunan yang mencolok selama puncak kontraksi uterus tidak terjadi jika
wanita berada pada posisi miring bukan telentang.
c) Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama
periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan
metabolisme yang terjadi selama persalinan
d) Sedikit peningkatan denyut jantung dianggap normal, maka diperlukan
pengecekan parameter lain untuk menyikirkan kemungkinan proses infeksi.
8. Pernafasan
a) Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan dianggap nomal selama persalinan,
hal tersebut mencerminkan peningkatan metabolisme. Meskipun sulit untuk
memperoleh temuan yang akurat mengenai frekuensi pernapasan, karena
sangat dipengaruhi oleh rasa senang. ryeri, rasa takut dan pengggunan teknik
perrapasan

b) Hiperventilasi yarg memanjang adalah temuan abnormal dan dapat


menyebabkan alkalosis. Amati pernapasan pasien dan bantu dia
mengendalikannya untuk menghindari hiperventilasi berkelanjutan, yang
ditandai oleh rasa kesemutan pada ekstremitas dan perasaan pusing.
9. Perubahan renal (berkaitan dengan ginjal)
a) Poliuri sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat diakibatkan karena
peningkatan lebih dari lanjut curah jantung selama persalinan dan
kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal.
Poliuri menjadi kurang jelas pada kondisi teletang karena posisi ini membuat
aliran urin berkurang selama kehamilan.
b) Kandung kemih harus sering dievaluasi (setiap 2 jam) untuk mengetahui
adanya distensi, juga harus dikosongkan untuk mencegah obstruksi persalinan
akibat kandung kemih yang penuh.Yang akan mencegah penurunan bagian
presentasi janin dan trauma pada kandung kemih akibat penekanan yang lama,
yang akan mengakibatkan hipotonia kandung kemih dan retensi urin selama
periode pascapersalinan.
c) Sedikit proteinuria (+1) umum ditemukan pada sepertiga sampai setengah
jumlah ibu bersalin. Lebih sering terjadi pada primipara, pasien yang
mengalami anemia atau persalinanya lama.
d) Proteinura yang nilainya +2 atau lebih adalah data yang abnormal Hal ini
mengindikasikan preeklamsi.
10. Gastrointestinal
a) Motilitas dan absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh berkurang. Jika
kondisi ini diperburuk oleh penurunan lebih lanjut sekresi asam lambung
selama persalinan, maka saluran cerna akan bekerja dengan lambat sehingga
waktu pengosongan lambung menjadi lebih lama. Cairan tidak dipengaruhi
dan waktu yarg dibutuhkan untuk pencernaan di lambung tetap seperti biasa.
Makanan yang dimakan selama periode menjelang persalinan atau fase laten
persalinan akan tetap berada di dalam lambung selama persalinan.
b) Lambung yang penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan selama masa
transisi. Oleh karena itu, pasien sebaiknya tidak makan dalam porsi besar atau
minum berlebihan, tetapi makan dan minum ketika keinginan timbul guna
mempertahankan energi dan hidrasi.
c) Mual dan muntah umum terjadi selama fase transisi yang menandai akhir fase
pertama persalinan. Pemberian obat-obatan oral tidak efektf selama persalinan.
Perubahan saluran cerna kemungkinan timbul sebagai respon terhadap salah
satu kombinasi antara faktor- faktor seperti kontraksi uterus, nyeri, rasa takut,
khawatir, obat atau komplikasi.
11. Hematologi
a) Hemoglobin meningkat rata-rata 12 mg% selama persalinan dan kembali ke
kadar sebelum persalinan pada hari pertama pasca persalinan jika tidak ada
kehilangan datah yang abnormal.
b) Jangan terburu-buru yakin bahwa seorang pasien tidak anemia. Tes darah yang
menunjukkan kadar darah berada pada batas normal membuat kita terkecoh
sehingga mengabaikan peningkatan risiko pada pasien anemia selama masa
persaliaan.
c) Selama persalinan, waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat peningkatan
fibinogan plasma lebih lanjut. Perubahan ini menurunkan resiko perdarahan
pascapersalinan pada pasien normal
d) Hitung sel darah putih secara progresif meningkat selama kala I sebesar
kurang lebih dari 5 ribu/ ul hingga jumlah rata-rata 15ribu/ ul pada saat
pembukaan lengkap, tidak ada peningkatan lebih lanjut setelah ini.
Peningkatan hitung sel darah putih tidak selalu mengindikasikan proses
infeksi ketika jumlah ini dicapai. Apabila jumlahnya jauh diatas nilai ini, cek
parameter lain untuk mengetahui adanya proses infeksi.
e) Gula darah menurun selasa proses persalinan, dan menurun drastis pada
persalinan yang alami dan sulit. Hal tersebut kemungkinan besar terjadi akibat
peningkatan aktivitas otot uterus dan rangka. Penggunaan uji laboratorium
untuk menapis seorang pasien terhadap kemungkinan diabetes selama masa
persalinan akan menghasilkan data yang tidak akurat dan tidak dapat
dipercaya. (Sulistiyowati).
B. Perubahan Psikologis
Pada setiap tahap persalinan, pasien akan mengalami perubahan psikologis dan
perilaku yang cukup spesifik sebagai respon dari apa yang ia rasakan dari proses
persalinannya. Berbagai perubahan ini dapat digunakan untuk mengevaluasi
kemajuan persalinan pada pasien dan bagaimana ia mengatasi tuntutan terhadap
dirinya yang muncul dari persalinan dan lingkungan tempat ia bersalin
1. Kala 1 fase laten
Pada awal persalinan, kadang pasien belum cukup yakin bahwa ia akan benar-
benar akan melahirkan meskipun tanda persalinan sudah cukup jelas. Pada tahap
ini, penting bagi orang terdekat dan bidan untak meyakinkan dan memberikan
dukungan mental terhadap kemajuan perkembangan persalinan. Seiring kemajuan
proses persalinan dan intensitas rasa sakit akibat his yang meningkat, pasien mulai
mengalami putus asa dan lelah. la akan selalu menanvakan apakah ini sudah
hampir berakhir? Pasien akan senang setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam
(vaginal toucher) dan mengharapkan hasil pemeriksaan proses persalinan akan
segera berakhir. Beberapa pasien akhirnya dapat mencapai suatu coping
mekanisme terhadap rasa sakit yang timbul akibat his misalnya dengan pengaturan
nafas atau dengan posisi yang dirasa nyaman.
2. Kala 1 Fase Aktif
Memulai kala 1 fase akif, sebagian besar pasien akan mengalami penurunan
stamina dan sudah tidak mampu lagi untuk turun dari tempat tidur, terutama pada
primipara. Pada fase ini pasien tidak suka jika diajak bicara atau diberi nasehat
mengenai apa yang harus dia lakukan. Ia lebih fokus untuk berjuang
mengendalikan rasa sakit dan keinginan untuk mengejan. Jika tidak dapat
mengendalikan rasa sakit dengan bernapas nafas dengan benar maka ia akan mulai
menangis atau bahkan berteriak-teriak dan mungkin akan meluapkan kemarahan
pada suami atau orang terdekatnya. Perhatian terhadap orang-orang disekitarmya
akan sedikit berpengaruh, sehingga jika ada keluarga yang datang untuk
memberikan dukungan mental, sama sekali tidak akan bermanfaat dan mungkin
akan mengganggunya. Kondisi ruangan yang tenang dan tidak banyak orang akan
mengurangi perasaan kesalnya. Hal yang paling tepat untuk dilakukan adalah
membiarkan pasien mengatasi keadaannya, tetapi tidak meninggalkannya. Secara
singkat berikut perubahan psikologis pada ibu bersalin kala 1:
a) Perasaan tidak enak
b) Takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapi
c) Menganggap persalinan sebagai percobaan
d) Apalah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam menolongnya
e) Apakah bayinya normal atau tidak
f) Apakah ia sanggup merawat bayinya
g) Ibu merasa cemas

II. Adaptasi Anatomi Fisiologi dan Psilologis pada Kala II


A. Adaptasi Fisiologis
Menurut Rukiah AY, kala II persalinan adalah kala pengeluaran dimulai saat serviks
telah membuka lengkap dan berlanjut hingga bayi lahir. Pada kala II, kontraksi uterus
menjadi lebih kuat dan lebih cepat yaitu setiap 2 menit sekali dengan durasi >40 detik,
intensitas semakin lama semakin kuat. Karena biasanya pada tahap ini kepala janin
sudah masuk dalam ruang panggul, maka pada his dirasakan adanya tekanan pada
otot-otot dasar panggul yang secara reflex menimbulkan rasa ingin meneran. Pasien
merasakan adanya tekanan pada rectum dan merasa seperti ingin BAB (Sulistiyawati
A, 2010). Menurut Damayanti et al (2014) Perubahan fisiologis pada kala II adalah
sebagai berikut :
1. Serviks
Serviks akan mengalami pembukaan yang biasanya didahului oleh pendataran
serviks yaitu pemendekan dari kanalis servikalis, yang semula berupa sebuah
saluran yang panjangnya 1-2 cm, menjadi suatu lubang saja dengan pinggir yang
tipis. Lalu akan terjadi pembersaran ostium eksternum yang tadinya berupa suatu
lubang dengan beberapa milimeter mejadi lubang yang dapat dilalui anak, kira-
kira 10 cm. Pada pembukaan lengkap tidak teraba bibir portio, segmen bawah
rahim, serviks dan vagina telah merupakan satu saluran.
2. Uterus
Saat ada his, uterus teraba sangat keras karena seluruh ototnya berkontraksi.
Proses ini akan efektif hanya jika his bersifat fundal dominan, yaitu kontraksi
didominasi oleh otot fundus yang menarik otot bawah rahim keatas sehinga akan
menyebabkan pembukaan serviks dan dorongan janin ke bawah secara alami.
3. Vagina
Sejak kehamilan vagina mengalami perubahan-perubahan sedemikian rupa,
sehingga dapat dilalui bayi. Setelah ketuban pecah, segala perubahan, terutama
pada dasar panggul diregang menjadi saluran dengan dinding-dinding yang tipis
oleh bagian depan anak. Waktu kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap
ke depan atas.
4. Pergeseran organ dasar panggul
Tekanan pada otot dasar panggul oleh kepala janin akan menyebabkan pasien
ingin meneran, serta diikuti dengan perenium yang menonjol dan menjadi lebar
dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tak lama kemudiaan kepala
janin tampak pada vulva saat ada his.
5. Ekspulsi janin
Dengan his serta kekuatan meneran maksimal, kepala janin dilahirkan dengan
suboksiput di bawah simfisis, kemudian dahi, muka, dan dagu melewati
perenium.Setelah istirhatat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan
anggota tubuh bayi. Pada primigravida, kala II berlangsung kira-kira satu
setengah jam sedangkan pada multigravida setengah jam.
6. Sistem kardiovaskular
a. Kontraksi menurunkan aliran darah meuju uterus sehingga jumlah darah
dalam sirkulasi ibu meningkat
b. Resistensi perifer meningkat sehingga tekanan darah meningkat.
c. Saat mengejan, cardiac output meningkat 40-50%
d. Tekanan darah sistolik meningkat rata-rata 15mmHg saat kontraksi. Upaya
meneran juga akan memengaruhi tekanan darah, dapat meningkatkan dan
kemudian menurun kemudian akhirnya kembali lagi sedikit di atas normal.
Rata-rata normal peningkatan tekanan darah selama kala II adalah 10 mmHg.
e. Janin normalnya dapat beradaptasi tanpa masalah.
f. Oksigen yang menurun selama kontraksi menyebabkan hipoksia tetapi dengan
kadar yang masih adekuat tidak menimbulkan masalah serius.
7. Respirasi
a. Respon terhadap perubahan sistem kardiovaskuler : konsumsi oksigen
meningkat
b. Percepatan pematangan surfaktan (fetus labor speed maturation of surfactant):
penekanan pada dada selama proses persalinan membersihkan paru-paru janin
dari cairan yang berlebihan
8. Pengaturan suhu
a. Aktivitas otot yang meningkat menyebabkan sedikit kenaikan suhu.
b. Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat proses persalinan dan segera
setelahnya, peningkatan suhu normal adalah 0,5-1.
c. Keseimbangan cairan : kehilangan cairan meningkat oleh karena
meningkatnya kecepatan dan kedalaman respirasi yang menyebabkan restriksi
cairan.
9. Urinaria
Penekanan kepala janin menyebabkan tonus Vesicalkandung kencing menurun.
10. Muskuloskeletal
a. Hormon Relaxinmenyebabkan pelunakan kartilago di antara tulang
b. Fleksibilitas pubis meningkat
c. Nyeri punggung
d. Tekanan kontraksi mendorong janin sehingga terjadi flexi maksimal
11. Saluran cerna
a. Praktis inaktif selama persalinan
b. Prose pencernaan dan pengosongan lambung memanjang
c. Penurunan motilitas lumbung dan absorbsi yang hebat berlanjut sampai pada
kala II. Biasanya mual dan muntah pada saat transisi akan mereda selama kala
II persalinan, tetapi bisa terus ada pada beberapapasien. Bila terjadi muntah,
normalnya hanya sesekali. Muntah yang konstan dan menetap selama
persalinan merupakan hal yang abnormal dan mungkin merupakan indikasi
dari komplikasi Obstetricseperti ruptur uterus atau toksemia.
12. Sistem saraf
Kontraksi menyebabkan penekanan pada kepala janin, sehingga denyut jantung
janin menurun.
13. Metabolisme
Peningkatan metabolisme terus berlanjut hingga kala II persalinan.Upaya meneran
pasien menambah aktivita otot-otot rangka sehingga meningkatkan metabolism.
14. Denyut nadi
Frekuensi denyut nadi bervariasi tiap kali pasien meneran.Secara keseluruhan
frekuensi nadi meningkat selama kala II disertai takikardi yang nyata ketika
mencapai puncak menjelang kelahiran bayi.
B. Adaptasi Psikologis
Menurut Sondakh (2013) mengungkapkan bahwa perubahan emosional atau
psikologi dari ibu bersalin pada kala II ini semakin terlihat, diantaranya yaitu:
1. Emotional distress
2. Nyeri menurunkan kemampuan mengendalikan emosi, dan cepat marah
3. Lemah
4. Takut
5. Kultur (respon terhadap nyeri, posisi, pilihan kerabat yang mendampingi,
perbedaan kultur juga harus diperhatikan).

II. Adaptasi Anatomi Fisiologi dan Psikologis pada Kala III


A. Pengertian Kala III
1. Kala III adalah dari lahirnya bayi sampai keluarnya placenta. Lamanya 5 sampai
30 menit (Oxorn, H dan William, 1990).
2. Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Sondakh, J, 2013)
3. Kala III (pelepasan uri) yaitu setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5
sampai 10 menit. Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasenta pada
lapisan Nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim (Manuaba, I, 1998)
4. Kala III terjadi setelah anak lahir dan muncul his berikutnya, his ini dinamakan his
pelepasan uri yang melepaskan uri sehingga terletak pada segmen bawah rahim
atau bagian atas vagina. Lamanya kala uri ± 8,5 menit dan pelepasan plasenta
hanya memakan waktu 2-3 menit. Pendarahan yang terjadi pada kala uri ± 250 cc,
dan dianggap patologis jika ± 500 cc (FK Unpad, 1983)
5. Kala tiga disebut juga kala uri atau kala pengeluaran plasenta. Kala tiga persalinan
dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput
ketuban (Depkes RI, 2004)
6. Kala III dimulai sejak lahir bayi sampai lahirnya plasenta. Kala III juga disebut
sebagai kala uri atau kala pengeluaran plasenta dan selaput ketuban bayi lahir.
Lama kala II <10 menit pada sebagian besar pelahiran dan <15 menit pada 95%
pelahiran (Fraser, D.M & Cooper,M.A, 2009)
7. Persalinan Kala III merupakan jangka waktu sejak bayi lahir hingga keluarnya
plasenta dan selaput ketuban dengan lengkap (Boston, H, 2011).
B. Fisiologis Pelepasan Plasenta
Menurut Varney (20207:826), pelepasan plasenta adalah hasil penurunan mendadak
ukuran kavum uterus selama dan setelah pelahiran bayi, sewaktu uterus berkontraksi
mengurangi isi uterus. Pengurangan ukuran uterus secara bersamaan berarti
penurunan area perlekatan plasenta. Plasenta, bagaimanapun, ukurannya tetap.
Plasenta pertama mengakomodasi penurunan ukuran uterus ini dengan cara menebal,
tetapi pada sisi perlekatan tidak mampu menahan tekanan dan melengkung.
Akibatnya, terjadi perlepasan plasenta dari dinding uterus, di lapisan spongiosa
desidua. Pada saat plasenta lepas, hematoma terbentuk antara plasenta yang lepas dan
desidua yang tersisa sebagai akibat perdarahan dalam ruang intervili. Hal ini dikenal
sebagai hematoma retroplasenta dan ukurannya sangat bervariasi. Walaupun
hematoma ini adalah akibat, bukan penyebab pelepasan plasenta, hematoma
memfasilitasi pelepasan plasenta lengkap. Setelah lepas, plasenta turun ke segmen
bawah uterus atau ke dalam ruang vagina atas.
Pengeluaran plasenta dimulai dengan penurunan plasenta ke dalam segmen bawah
uterus. Plasenta kemudian keluar melewati serviks ke ruang vagina, dari arah plasenta
keluar. Pengeluaran Schultz jauh lebih umum dari kedua mekanisme tersebut,
meskipun keduanya dianggap normal.
1. Pengeluaran plasenta mekanisme Schultz, adalah pelahiran plasenta dengan
presentasi sisi janin. Presentasi ini dianggap ketika pelepasan dimulai dari tengah
disertai pembentukan bekuan retroplasma sentral, yang memengaruhi berat
plasenta sehingga bagian sentral turun terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan
membran melepaskan sisa desidua dan tertinggal di belakang plasenta. Mayoritas
perdarahan yang terjadi dengan mekanisme persalinan ini tidak terlihat sampai
plasenta dan membran lahir, karena membran yang terbalik menangkap dan
menahan darah.
2. Pengeluaran plasenta mekanisme Duncan, adalah pelahiran plasenta dengan
presentasi sisi maternal. Presentasi ini diduga terjadi akibat pelepasan pertama kali
terjadi pada bagian pinggir atau perifer plasenta. Darah keluar di antara membran
dan dinding uterus dan terlihat secara eksternal. Plasenta turun ke samping dan
kantong amnion, oleh karena itu, tidak terbalik, tetapi tertinggal di belakang
plasenta untuk pelahiran.
3. Menurut Sulistyawati (2012: 157), segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak
berada di dalam uterus, kontraksi uterus akan terus berlangsung dan ukuran
rongganya akan mengecil. Pengurangan dalam ukuran ini akan menyebabkan
pengurangan dalam ukuran situs penyambungan plasenta. Oleh karena situs
sambungan tersebut menjadi lebih kecil, plasenta menjadi lebih tebal dan
mengkerut serta memisahkan diri dari dinding uterus.
Permulaan proses pemisahan diri dari dinding uterus atau pelepasan plasenta :
1. Menurut Duncan
Plasenta lepas mulai dari bagian pinggir (marginal) disertai dengan adanya tanda
darah yang keluar dari vagina apabila plasenta mulai terlepas.
2. Menurut Schultz
Plasenta lepas mulai dari bagian tengah (sentral) dengan tanda adanya
pemanjangan tali pusat yang terlihat di vagina.
3. Terjadi serempak atau kombinasi dari keduanya
Sebagian dari pembuluh-pembuluh darah yang kecil akan robek saat plasenta
terlepas. Situs plasenta akan berdarah terus sampai uterus seluruhnya
berkontraksi. Setelah plasenta lahir, seluruh dinding uterus akan berkontraksi dan
menekan seluruh pebuluh darah yang akhirnya akan menghentikan perdarahan
dari situs plasenta tersebut. Uterus tidak dapat sepenuhnya berkontraksi hingga
bagian plasenta lahir seluruhnya.
4. Menurut Nurasiah, Rukmawati, Badriah (2012: 155), yaitu :
a) Metode Ekspulsi Schultze
Pelepasan ini dapat dimulai dari tengah plasenta, disini terjadi hematoma retro
placentair yang selanjutnya mengangkat plasenta dari dasarnya. Plasenta
dengan hematom diatasnya sekarang jatuh ke bawah dan menarik lepas selaput
janin. Bagian plasenta yang nampak dalam vulva adalah permukaan fetal,
sedangkan hematoma terdapat dalam kantong yang terputar balik. Oleh karena
itu pada pelepasan schultze tidak ada perdarahan sebelum plasenta lahir atau
sekurang-kurangnya terlepas seluruhnya. Baru setelah plasenta seluruhnya
lahir, darah akan mengalir. Pelepasan schultze ini adalah cara pelepasan
plasenta yang sering dijumpai.
b) Metode Ekspulsi Matthew-Duncan
Pelepasan plasenta secara Duncan dimulai dari pinggir plasenta. Darah
mengalir keluar antara selaput janin dan dinding rahim, jadi perdarahan sudah
ada sejak plasenta sebagian lahir atau terlepas sehingga tidak terjadi bekuan
retroplasenta. Plasenta keluar menelusuri jalan lahir, permukaan maternal lahir
terlebih dahulu. Pelepasan Duncan terjadi terutama pada plasenta letak rendah.
Proses ini memerlukan waktu lama dan darah yang keluar lebih banyak, serta
memungkinkan plasenta dan membran tidak keluar secara komplit. Ketika
pelepasan plasenta terjadi, kontraksi uterus menjadi kuatkemudian plasenta
dan membrannya jatuh dalam segmen bawah rahim, ke dalam vagina,
kemudian ekspulsi.

5. Menurut Bagian Obstetri & Ginekologi FK UNPAD, sebab – sebab terlepasnya


placenta ialah:
a) Waktu bayi dilahirkan rahim sangat mengecil dan setelah bayi lahir uterus
merupakan alat dengan dinding yang tebal sedangkan rongga rahim hampir
tidak ada.Fundus uteri terdapat sedikit di bawah pusat. Karena pengecilan
rahim yang sekonyong – konyong ini tempat perlekatan placenta juga sangat
mengecil. Placenta sendiri harus mengikuti pengecilan ini hingga menjadi 2x
setebal pada permulaan persalinan dan karena pengecilan tempat melekatnya
placenta dengan sangat, maka placenta juga berlipat-lipat malah ada bagian-
bagian yang terlepas dari dinding rahim karena tak dapat mengikuti pengecilan
dari dasarnya. Pelepasan placenta ini terjadi dalam stratum spongiosum yang
sangat banyak lubang-lubangnya; memang boleh disamakan dengan lubang-
lubang perangko untuk memudahkan pelepasan perangko tersebut. Jadi secara
singkat faktor yang paling penting dalam pelepasan placenta ialah retraksi dan
kontraksi otot-otot rahim setelah anak lahir.
b) Di tempat-tempat yang lepas terjadi perdarahan ialah antara placenta dan
decidua basalis dan karena hematoma ini membesar, maka seolah-olah
placenta terangkat dari dasarnya oleh hematoma tersebut sehingga daerah
pelepasan meluas. Placenta biasanya terlepas dalam 4-5 menit setelah anak
lahir, malahan mungkin pelepasan sudah mulai sewaktu anak lahir. Juga
selaput janin menebal dan berlipat-lipat karena pengecilan dinding rahim.
Oleh kontraksi dan retraksi rahim terlepas dan sebagian karena tarikan waktu
placenta lahir. Sedangkan mekanisme pengeluaran plasenta adalah setelah
placenta lepas, maka karena kontraksi dan retraksi otot rahim, placenta
terdorong ke ddalam segmen bawah rahim atau ke dalam bagian atas dari
vagina. Dari tempat ini placenta didorong ke luar oleh tenaga mengejan.
Tetapi ternyata bahwa hanya 20% dari ibu-ibu dapat melahirkan placenta
secara spontan, maka lebih baik, lahirnya placenta ini dibantu dengan sedikit
tekanan oleh si penolong pada fundus uteri setelah placenta lepas.
C. Tanda-tanda Pelepasan Plasenta
1. Semburan darah dengan tiba-tiba
2. Semburan darah ini disebabkan karena penyumbatan retroplasenter pecah saat
plasenta lepas.
3. Pemanjangan tali pusat. Hal ini disebabkan karena pasenta turun ke segmen uterus
yang lebih bawah atau rongga vagina.
4. Perubahan bentuk uterus dari diskoid menjadi globular (bulat). Perubahan bentuk
ini disebabkan oleh kontraksi uterus.
5. Perubahan dalam posisi uterus, yaitu uterus didalam abdomen. Hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa sesaat setelah plasenta lepas TFU akan naik, hal ini
disebabkan oleh adanya pergerakan plasenta ke segmen uterus yang lebih bawah.
D. Perubahan Fisiologis Kala III
Banyak perubahan fisiologis normal terjadi selama kala satu dan dua persalinan, yang
berakhir ketika plasenta dikeluarkan, dan tanda-tanda vital wanita kembali ke tingkat
sebelum persalinan selama kala tiga :
1. Tekanan Darah. Tekanan sistolik dan tekanan diastolik mulai kembali ke tingkat
sebelum persalinan.
2. Nadi. Nadi secara bertahap kembali ke tingkat sebelim melahirkan
3. Respirasi. Kembali bernapas normal
4. Aktivitas Gastrointestinal. Jika tidak terpengaruh obat-obatan, motilitas lambung
dan absrobsi kembali mulai ke aktivitas normal. Wanita mengalami mual dan
muntah selama kala tiga adalah tidak wajar.
E. Yang Harus Diperhatikan
1. Memeriksa plasenta, selaput ketuban dan tali pusat
Pemeriksaan kelengkapan plasenta sangatlah penting sebagai tindakan antisipasi
apabila ada sisa plasenta baik bagian kotiledon ataupun selaputnya. Penolong
haruslah memastikan betul plasenta dan selaputnya betul-betul utuh (lengkap),
periksalahsisi maternal (yang melekat pada dinding uterus) dan sisi fetal (yang
menghadap ke bayi) untuk memastikan apakah ada lobus tambahan, serta selaput
plasenta dengan cara menyatukan kembali selaputnya.
2. Pemantauan kontraksi, robekan jalan lahir dan perineum, serta tanda-tanda vital
termasuk higine
Periksalah kembali uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan uterus
berkontraksi, jika uterus masih belum berkontraksi dengan baik, ulangi masase
fundus uteri. Ajarkan ib dan keluarganya cara melakukan masase uterus hingga
mampu untuk segera mengetahui jika uterus tidak berkontraksi baik. Periksa
uterus setiap 15 menit pada satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit
pada jam kedua pascapersalinan.
Selain itu, hal yang juga penting untuk dilakukan adalah mengetahui apakah
terjadi robekan jalan lahir dan perineum dengan cara melakukan pemeriksaan
dengan menggunakan ibu jari telunjuk dan tengah tangan kanan yang telah dibalut
kasa untuk memeriksa bagian dalam vagina, bila ada kecurigaan robekan pada
serviks dapat dilakukan pemeriksaan dengan speculum untuk memastikan lokasi
robekan serviks. Laserasi perineum dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu
sebagi berikut :
a) Derajat satu : mukosa vagina, komisura posterior, dan kulit
b) Derajat dua : derajat satu + otot perineum
c) Derajat tiga : Derajat dua + otot sfingter ani
d) Derajat empat : derajat tiga + dinding depan rectum
Observasi yang lain adalah tanda-tanda vital ibu. Pengawasan ini juga dilakukan
secara ketat untuk mengetahui keadaaan umum ibu dan tanda-tanda yang
patologis (misalnya syok). Tindakan ini dilakukan tiap 15 menit pada jam pertama
dan 30 menit pada jam kedua pasca persalinan, demikian halnya dengan kandung
kemih karena kandung kemih yang penuh akan memengaruhi kontraksi uterus
yang juga dapat menyebabkan perdarahan. Kebersihan vulva dan vagina ibu juga
harus jadi perhatian penolong untuk mencegah terjadinya infeksi.
Selama kondisi ibu tetap stabil, tanpa perdarahan yang berlebihan, tidak ada yang
perlu dikhawatirkan. Saat ini merupakan waktu yang tepat untuk memulai
pemberian ASI, yang memberikan manfaat tambahan berupa peningkatan
pelepasan oksitosin yang meningkatkan kontraksi uterus.

III. Adaptasi Anatomi Fisiologi dan Psikologis pada Kala IV


A. Perubahan Fisiologis
Kala IV dimulai saat plasenta lahir sampai 2 jam pertama post partum. Keduanya baru
saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa. Rata – rata perdarahan normal adalah
250 cc. Perdarahan persalinan yang lebih dari 500cc adalah perdarahan abnormal.
1. TandaVital
Dalam dua jam pertama setelah persalinan, tekanan darah, nadi dan pernapasan
akan berangsur kembali normal. Suhu pasien biasanya akan mengalami sedikit
peningkatan tapi masih di bawah 38 ̊C, hal ini disebabkan oleh kurangnya cairan
dan kelelahan. Jika intake cairan baik, maka suhu akan berangsur normal kembali
setelah dua jam.
2. Gemetar
Kadang dijumpai pasien pasca persalinan mengalami gemetar, hal ini normal
sepanjang suhu kurang dari 38 ̊C dan tidak dijumpa itanda-tanda infeksi lain.
Gemetar terjadi karena hilangnya ketegangan dan sejumlah energi selama
melahirkan dan merupakan respon fisiologis terhadap penurunan volume intra
abdominal serta pergeseran hematologi.
3. Sistem gastroinstestinal
Selama dua jam pasca persalinan kadang dijumpai pasien merasa mual sampai
muntah, atasi hal ini dengan posisi tubuh yang memungkinkan dapat mencegah
terjadinya aspirasi corpus aleanum kesaluran pernapasan dengan setengah duduk
atau duduk di tempat tidur. Perasaan haus pasti dirasakan pasien, oleh karena itu
hidrasi sangat penting diberikan untuk mencegah dehidrasi.
4. Sistem renal
Selama 2-4 jam pasca persalinan kandung kemih masih dalam keadaan hipotonik
akibat adanya alostaksis, sehingga sering dijumpai kandung kemih dalam keadaan
penuh dan mengalami pembesaran. Hal ini disebabkan oleh tekanan pada kandung
kemih dan uretra selama persalinan. Kondisi ini dapat diringankan dengan selalu
mengusahakan kandung kemih kosong selama persalinan untuk mencegah trauma.
Setelah melahirkan, kandung kemih sebaiknya tetap kosong guna mencegah
uterus berubah posisi dan terjadi atoni. Uterus yang berkontraksi dengan buruk
meningkatkan perdarahan dan nyeri.
5. Sistem kardiovaskuler
Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung aliran
darah yang meningkat yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uterus.
Penarikan kembali estrogen menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat
sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini
terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini pasien
mengeluarkan banyak sekali urine. Pada persalinan per vaginam, kehilangan darah
sekitar 200-500 ml sedangkan pada persalinan SC pengeluarannya dua kali lipat.
Perubahan terdiri dari volume darah dan kadar hematokrit.
Setelah persalinan, volume darah pasien relatif akan bertambah. Keadaan ini akan
menyebabkan beban pada jantung dan akan menimbulkan dekompensasiokordis
pada pasien dengan vitum kardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme
kompensasi dengan adanya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali
seperti kondisi awal.
6. Serviks
Perubahan-perubahan pada serviks terjadi segera setelah bayi lahir, bentuk serviks
agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uterus yang
dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga
seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin.
Serviks berwarna merah kehitaman karena penuh dengan pembuluh darah.
Konsistensi lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena
robekan kecil terjadi selama berdilatasi, maka serviks tidak akan pernah kembali
lagi kekeadaan seperti sebelum hamil.
Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup
secara perlahan dan bertahan. Setelah bayi lahir tangan bisa masuk kedalam
rongga rahim, setelah dua jam hanyadapat memasuki dua atau tiga jari.
7. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang
oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada hari ke-5 pasca melahirkan, perineum
sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya sekalipun tetap lebih kendur
dibandingkan keadaan sebelum hamil.
8. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah tiga minggu vulva
dan vagina kembali pada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.
9. Pengeluaran asi
Dengan menurunnya hormon estrogen, progesteron, dan Human Plasenta
Lactogen Hormon setelah plasenta lahir, prolaktin dapat berfungs imembentuk
ASI dan mengeluarkannya kedalam alveoli bahkan sampai duktus kelenjar ASI.
Isapan langsung pada puting susu ibu menyebabkan refleks yang dapat
mengeluarkan oksitosin dari hipofisis sehingga mioepitel yang terdapat di sekitar
alveoli dan duktus kelenjar ASI berkontraksid dan mengluarkan ASI kedalam
sinus yang disebut “let down refleks” . Isapan langsung pada puting susu ibu
menyebabkan refleks yang dapat mengeluarkan oksitosin dari hipofisis, sehingga
akan menambah kekuatan kontraksi uterus.
B. Perubahan Psikologis
Sejumlah perubahan psikologisyang normal akan terjadi selama persalinan,hal ini
bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang dapat dilihat secara klinis
bertujuan untuk dapat secara tepat dan cepat mengintreprestasikan tanda-tanda,gejala
tertentu dan penemuan perubahan fisik dan laboratorium apakah normal apa tidak
pada kala IV. Pada kala ini dimulai dari lahirnya bayi dan lahirnya plasenta selama
15-30 menit. Berikut perubahan –perubahan psikologis:
1. Phase Honeymoon
Phase Honeymoon ialah Phase anak lahir dimana terjadi intimasi dan kontak yang
lama antara ibu – ayah – anak. Hal ini dapat dikatakan sebagai “ Psikis
Honeymoon “ yang tidak memerlukan hal-hal yang romantik. Masing-masing
saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru.
2. Ikatan kasih ( Bonding dan Attachment )
Terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak antara ibu-ayah-anak, dan tetap
dalam ikatan kasih, penting bagi perawat untuk memikirkan bagaimana agar hal
tersebut dapat terlaksana partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan
salah satu upaya untuk proses ikatan kasih tersebut.
3. Phase Pada Masa Nifas
a) Phase “ Taking in “
Perhatian ibu terutama terhadap kebutuhan dirinya, mungkin pasif dan
tergantung berlangsung 1 – 2 hari. Ibu tidak menginginkan kontak dengan
bayinya tetapi bukan berarti tidak memperhatikan. Dalam Phase yang
diperlukan ibu adalah informasi tentang bayinya, bukan cara merawat bayi.
b) Phase “ Taking hold “
Phase kedua masa nifas adalah phase taking hold ibu berusaha mandiri dan
berinisiatif. Perhatian terhadap kemampuan mengatasi fungsi tubuhnya
misalnya kelancaran buang air besar hormon dan peran transisi. Hal-hal yang
berkontribusi dengan post partal blues adalah rasa tidak nyaman, kelelahan,
kehabisan tenaga. Dengan menangis sering dapat menurunkan tekanan. Bila
orang tua kurang mengerti hal ini maka akan timbul rasa bersalah yang dapat
mengakibatkan depresi. Untuk itu perlu diadakan penyuluhan sebelumnya,
untuk mengetahui bahwa itu adalah normal.
4. Bounding attachment
Bounding merupakan satu langkah awal untuk mengungkapkan perasaan afeksi (
kasih sayang) sedangkan Atachmen merupakan interaksi antara ibu dan bayi
secara spesifik sepanjang waktu.Jadi Bounding Atachmen adalah kontak awal
antara ibu dan bayi setelah kelahiran, untuk memberikan kasih sayang yang
merupakan dasar interaksi antara keduanya secara terus menerus. Dengan kasih
sayang yang diberikan terhadap bayinya maka akan terbentuk ikatan antara orang
tua dan bayinya.
5. Respon antara inu dan bayi sejak awal kontrak hingga tahap perkembangannya
a) Touch (sentuhan)
Ibu memulai dengan ujung jarinya untuk memeriksa bagian kepala dan
ekstremitas bayinya. Dalam waktu singkat secara terbuka perubahan diberikan
untuk membelai tubuh. Dan mungkin bayi akan dipeluk dilengan ibu. Gerakan
dilanjutkan sebagai gerakan lembut untuk menenangkan bayi. Bayi akan
merapat pada payudara ibu. Menggenggam satu jari atau seuntai rambut dan
terjadilah ikatan antara keduanya.
b) Eye To Eye Contact (Kontak Mata)
Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakukan kemudian dengan segera.
Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya
hubungan dan rasa percaya sebagai factor yang penting sebagai hubungan
manusia pada umumnya. Bayi baru lahir dapat memusatkan perhatian pada
suatu obyek, satu jam setelah kelahiran pada jarak sekitar 20-25 cm, dan dapat
memusatkan pandangan sebaik orang dewasa pada usia kira-kira 4 bulan,
perlu perhatian terhadap factor-faktor yang menghambat proses
Mis ; Pemberian salep mata dapat ditunda beberapa waktu sehingga tidak
mengganggu adanya kontak mata ibu dan bayi.
c) Odor (Bau badan)
Indra penciuman bayi sudah berkembang dengan baik dan masih memainkan
peranan dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup. Penelitian
menunjukan bahwa kegiatan seorang bayi, detak jantung dan pola bernapasnya
berubah setiap kali hadir bau yang baru, tetapi bersamaan makin dikenalnya
bau itu sibayipun berhenti bereaksi.Pada akhir minggu I seorang bayi dapat
mengenali ibunya dari bau badan dan air susu ibunya.Indra Penciuman bayi
akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya ASI pada waktu
tertentu.
d. Body warm (kehangatan tubuh)
Jika tidak ada komplikasi yang serius seorang ibu akan dapat langsung
meletakan bayinya diatas perut ibu, baik setalah tahap kedua dari proses
melahirkan atau sebelum tali pusat dipotong. Kontak yang segera ini
memberikan banyak manfaat baik bagi ibu maupun sibayi kontak kulit agar
bayi tetap hangat.
6. Voice (suara)
Respon antara ibu dan bayi berupa suara masing-masing orang tua akan
menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan tersebut ibu merasa tenang
karena merasa bayinya baik ( hidup ).Bayi dapat mendengar sejak dalam rahim,
jadi tidak mengherankan bila ia dapat mendengar suara-suara dan membedakan
nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun suara-suara itu terhalang selama
beberapa hari terhalang cairan amniotic dari rahim yang melekat pada telinga.
Banyak Penelitian memperhatikan bahwa bayi-bayi baru lahir bukan hanya
mendengar secara pasif melainkan mendengarkan dengan sengaja dan mereka
nampaknya lebih dapat menyesuaikan diri dengan suara-suara tertentu daripada
yang lain. Contoh : suara detak jantung ibu.
7. Entrainment (gaya bahasa)
BBL menemukan perubahan struktur pembicaraan dari orang dewasa artinya
perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi diatur, jauh sebelum ia
menggunakan bahasa dalam berkomunikasi (komunikasi yang positif).
8. Biorhytmicity ( Irama Kehidupan )
Janin dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan dengan irama alamiah ibunya
seperti halnya denyut jantung. Salah satu tugas bayi setelah adalah menyesuaikan
irama dirinya sendiri. Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberikan
perawatan penuh kasih yang secara konsisten dan dengan menggunakan tanda
bahaya untuk mengembangkan respon bayi dan interaksi social serta kesempatan
untuk belajar.

IV. Asuhan Keperawatan Teoritis pada Persalinan


A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. Biodata klien meliputi :
Nama, umur : dalam kategori usia subur (15 – 49 tahun). Bila didapatkan
terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu tua (lebih dari 35 tahun)
merupakan kelompok resiko tinggi, pendidikan, pekerjaan dan alamat
klien.
b. Keluhan utama
Pada umumnya klien mengeluh nyeri pada daerah pinggang menjalar ke
perut, adanya his yang makin sering, teratur, keluarnya lendir dan darah,
perasaan selalu ingin buang air kemih, bila buang air kemih hanya sedikit-
sedikit.
c. Riwayat penyakit sekarang
Dalam pengkajian ditemukan ibu hamil dengan usia kehamilan anatara 38
–42 minggu disertai tanda-tanda menjelang persalinan yaitu nyeri pada
daerah pinggang menjalar ke perut, his makin sering, tertaur, kuat, adanya
show (pengeluaran darah campur lendir), kadang ketuban pecah dengan
sendirinya.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus, TBC, hepatitis,
penyakit kelamin, pembedahan yang pernah dialami, dapat memperberat
persalinan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus, keturunan hamil
kembar pada klien, TBC, hepatitis, penyakit kelamin, memungkinkan
penyakit tersebut ditularkan pada klien, sehingga memperberat
persalinannya.
f. Riwayat obstetri
1) Riwayat haid
Ditemukan amenorhhea (aterm 38-42 minggu), prematur kurang dari 37
minggu
2) Riwayat kebidanan
Adanya gerakan janin, rasa pusing,mual muntah, daan lain-lain. Pada
primigravida persalinan berlangsung 13-14 jam dengan pembukaan 1cm
/jam, sehingga pada multigravida berlangsung 8 jam dengan 2 cm / jam
g. Riwayat psikososial, spiritual dan budaya
Perubahan psikososial pada trimester I yaitu ambivalensi, ketakutaan dan
fantasi. Pada trimester II adanya ketidaknyamanan kehamilan (mual,
muntah), Narchisitik, pasif dan introvert. Pada trimester III klien merasa
tidak feminin lagi karena perubahan tubuhnya,ketakutan akan kelahiran
bayinya,distress keluarga karena adaanya perasaan sekarat selama
persalinan berlangsung.
h. Pola kebutuhan sehari-hari
1) Nutrisi
Adanya his berpengaruh terhadap keinginan atau selera makan yang
menurun.
2) Istirahat tidur
Klien dapat tidur terlentang, miring ke kanan / kiri tergantung pada letak
punggung anak, klien sulit tidur terutama kala I – IV.
3) Aktivitas
Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktivitas
ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, tidak membuat klien cepat
lelah, lesu. Pada kala I apabila kepala janin telah masuk sbagian ke dalam
PAP serta ketuban pecah, klien dianjurkan untuk duduk / berjalan-jalan
disekitar ruangan / kamar bersalin. Pada kala II kepala janin sudah masuk
rongga PAP klien dalam posisi miring ke kanan / kiri.
4) Eliminasi
Adanya perasaan sering / susah kencing selama kehamilan dan proses
persalinan. Pada akhir trimester III dapat terjadi konstipasi.
5) Personal hygiene
Kebersihan tubuh senantiasa dijaga kebersihannya. Baju hendaknya yang
longgar dan mudah dipakai, sepatu / alas kaki dengan tumit tinggi agar
tidak dipakai lagi
6) Seksual
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual / fungsi
dari seks yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
i. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan umum meliputi:
a) Tinggi badan dan berat badan.
Ibu hamil yang tinggi badanya kurang dari 145 cm terlebih pada
kehamilan pertama, tergolong resiko tinggi karena kemungkinan besar
memiliki panggul yang sempit. Berat badan ibu perlu dikontrol secara
teratur dengan peningkatan berat badan selama hamil antara 10–12 kg.
b) Tekanan Darah
Tekanan darah diukur pada akhir kala II yaitu setelah anak dilahirkan
biasanya tekanan darah akan naik kira-kira 10 mmHg.
c) Suhu badan, nadi dan pernafasan
Pada penderita dalam keadaan biasa suhu badan anatara 360-370 C, bila
suhu lebih dari 370C dianggap ada kelainan. Kecuali bagi klien setelah
melahirkan suhu badan 370C- 37,50C masih dianggap normal karena
kelelahan. Keadaan nadi biasanya mengikuti keadaan suhu, Bila suhu
naik keadaan nadi akan bertambah pula dapat disebabkan karena
adanya perdarahan. Pada klien yang akan bersalin / bersalin
pernafasanannya agak pendek karena kelelahan, kesakitan dan karena
membesarnya perut pernafasan normal antara 80 – 100 X / menit,
kadang meningkat menjadi normal kembali setelah persalinan, dan
diperiksa tiap 4 jam.
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher
Terdapat adanya cloasma gravidarum, terkadang adanya pembengkakan
pada kelopak mata, konjungtiva kadang pucat, sklera kuning, hiperemis
ataupun normal, hidung ada polip atau tidak, caries pada gigi, stomatitis,
pembesaran kelenjar.
b. Dada
Terdapat adanya pembesaran pada payudara, adanya hiperpigmentasi
areola dan papila mamae serta ditemukan adanya kolustrum.
c. Perut
Inspeksi: Adanya pembesaran pada perut membujur, hyperpigmentasi
linea alba/ nigra, terdapat striae gravidarum.
Palpasi: Usia kehamilan aterm 3 jari bawah prosesus xypoideus, usia
kehamilan prematur pertengahan pusat dan prosesus xypoideus, punggung
kiri/ punggung kanan, letak kepala, sudah masuk PAP atau belum. Adanya
his yang makin lama makin sering dan kuat.
Auskultasi: Ada/ tidaknya DJJ, frekuensi antara 140 – 160 x / menit.
d. Genetalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban. Bila terdapat
pengeluaran mekonium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan,
menandakan adannya kelainan letak anak.Pemeriksaan dalam
untuk mengetahui jauhnya dan kemajuan persalinan, keadaan serviks,
panggul serta keadaan jalan lahir.
e. Ekstremitas
Pemeriksaan udema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya
uterus, karena pre eklamsia atau karena karena penyakit jantung/
ginjal.Ada varices pada ekstremitas bagian bawah karena adanya
penekanan dan pembesaran uterus yang menekan vena abdomen.
f. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah meliputi haemoglobin, faktor Rh, Jenis penentuan,
waktu pembekuan, hitung darah lengkap, dan kadang-kadang pemeriksaan
serologi untuk sifilis.
B. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan masalah fisiologis terdiri atas:
1. Resiko infeksi yang berhubungan dengan ketuban pecah dini
2. Perubahan perfusi jaringan: perfusi pada plasenta pada janin menurun akibat
posisi telentang
3. Gangguan pola tidur
Kemungkinan masalah psikososial terdiri atas:
4. Nyeri yang berhubungan dengan kontraksi uterus
5. Ansietas yang berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang tidak dikenal
6. Ketakutan yang berhubungan dengan keadaan menjelang persalinan dan pelahiran
7. Defisit pengetahuan: perkiraan dalam persalinan yang berhubungan dengan
kurangnya informasi khusus mengenai proses persalinan
8. Defisit pengetahuan: teknik relaksasi yang tepat berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan khusus tentang teknik
9. Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan kurangnya sistem
pendukung
C. Pengkajian Kala 1 persalinan
1. Pengkajian Selama Kala 1 Persalinan Meliputi:
a. Pemeriksaan vagina
Frekuensi pemeriksaan vagina yang diperlukan selama persalinan bergantung
pada kasus indivdu; sering kali satu atau dua pemeriksaan sudah cukup,
sedangkan pada kasus lain, diperlukan lebih banyak pemeriksaan. Jika terjadi
pecah ketuban, sangat penting untuk membatasi jumlah pemeriksaan vagina
guna memberi perlindungan terhadap infeksi.
b. Kontraksi Uterus
1) Pemantauan waktu kontraksi
Frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi yang harus dipantau secara ketat
dan dicatat, baik menggunakan alat pemantau janin elektronik atau tidak.
Saat persalinan mengalami kemajuan karakter kontraksi berubah,
intensitas kontraksi menjadi lebih kuat dan lebih lama (30-60 detik) dan
lebih dekat jaraknya (setiap 2-3 menit).
c. Show
Ketika penipisan dan dilatasi serviks terjadi secara progresif maka show
menjadi berwarna darah karena ruptur kapiler bersuperfisial. Adanya
peningkatan jumlah show yang berdarah, lendir bercampur darah
menunjukkan bahwa kemajuan yang cepat mungkin terjadi.
d. Tanda- tanda vital
Suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan harus dievaluasi saat masuk rumah sakit
dan setiap 4 jam pada persalinan normal jika ketuban utuh atau lebih sering
jika diperlukan. Jika ketuban pecah, suhu tubuh sebaiknya dievaluasi setiap 2
jam untuk memeriksa perkembangan amnionitis.
e. Denyut jantung janin
Denyut jantung janin sebaiknya dikaji, diinterpretasikan dan dicatat setiap 30
menit setelah sebuah kontraksi pada fase aktif kala satu persalinan dan setiap
15 menit pada kala dua persalinan untuk klien risiko rendah, baik
menggunakan alat pemantau DJJ elektronik ataupun asukultasi intermiten
dengan mempalpasi uterus.
2. Diagnosa Keperawatan Pada Kala 1
a. Perubahan perfusi jaringan janin: uteroplasenta, atau aliran darah tali pusat,
penurunan
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan penurunan asupan cairan,
pembatasan asupan oral dalam persalinan
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan waktu dan lama persalinan
d. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
e. Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan pernapasan melalui
mulut
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
persalinan dan penurunan asupan oral
g. Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilitas selama persalinan
D. Pengkajian Kala 2 Persalinan
1. Pengkajian Pada Kala 2 Persalinan Meliputi
Perilaku dan tanda serta gejala fisik tertentu menandakan awitan kala dua
persalinan seperti:
a. Klien mulai mengejan sesuai kemauannya
b. Mood wanita yang meningkatkan ketakutan
c. Biasanya terdapat peningkatan show secara tiba-tiba
d. Klien mungkin menjadi semakin mudah marah dan tidak mau disentuh
e. Klien dapat merasa mual ataupun muntah
f. Klien berpikir bahwa ia perlu buang air besar
g. Klien merasa rustasi dan tidak mampu menanganinya jika ditinggalkan
sendirian
h. Ketuban dapat pecah, dengan pengeluaran cairan ketuban
i. Kesadaran klien sedikit berubah karena rasa nyeri
j. Perineum mulai membengkak dari orifisium anus mulai membuka
2. Diagnosa Keperawatan Pada Kala 2
a. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan keletihan fisik pada
persalinan
b. Nyeri berhubungan dengan posisi janin yang lebih rendah dan kontraksi uterus
c. Ketakutan berhubungan dengan lingkungan baru
E. Pengkajian Kala 3 Persalinan
1. Pengkajian Pada Kala 3 Persalinan Meliputi
Kala tiga persalinan, kala plasenta, dimulai setelah kelahiran bayi baru lahir dan
berakhir dengan kelahiran plasenta. Segera setelah pelahiran bayi baru lahir, tinggi
fundus uterus dan konsistensinya dipastikan dengan mempalpasi uterus melalui
handuk steril yang dipasang abdomen bagian bawah.
a. Pelepasan dan pelahiran plasenta
Tanda- tanda yang menunjukkan bahwa plasenta telah terlepas adalah sebagai
berikut:
1) Uterus naik ke atas abdomen karena plasenta, setelah terpisah, dan
bergerak turun menuju segmen bawah uterus dan vagina sehingga
bongkahan plasenta mendorong uterus ke atas.
2) Tali pusat menonjol 3 inci atau lebih jauh keluar dari vagina, yang
menunjukkan bahwa plasenta juga turun.
3) Uterus berubah dari bentuk kepingan menjadi berbentuk bulat dan
normalnya menjadi lebih keras.
4) Tetesan atau pancaran darah yang mendadak seringkali terjadi.
b. Penggunaan oksitosik
Agen oksitosik digunakan secara luas pada kala tiga persalinan, tetapi waktu
pemberian sangat berbeda di berbagai rumah sakit. Oksitosik ini tidak
diperlukan pada kebanyakan kasus, tetapi penggunaannya dianggap ideal dari
sudut pandang meminimalkan kehilanagn darah dan keamanan umum ibu.
Oksitoksin menyebabkan kontraksi uterus yang terlihat selama 5-10 menit
pertama.
c. Laserasi jalan lahir
Laserasi perineum biasanya diklasifikasikan kedalam tiga derajat sesuai
dengan luas robekan:
1) Laserasi derajat satu mencakup fouchette, kulit perineum, dan membran
mukosa vagina tanpa melibatkan otot.
2) Laserasi derajat dua mencakup (selain kulit dan membran mukosa) otot
badan perineum, tetapi bukan sfingter rektum.
3) Laserasi derajat tiga meluas secara komplit melalui kulit, membran
mukosa, bdan oerineum, dan sfingter rektum.seringkali meluas dengan
jarak tertentu ketas dinding anterior rektum.
d. Penjahitan episiotomi dan laserasi
Terdapat banyak metode yang digunkan untuk penjahitan episiotomi. Bahan
benang yang biasa digunakan adalah catgut kromik halus, baik 2-0 maupun 3-
0. Jarum yang digunkan untuk menutup mukosa vagina dan fouchette adalah
jarum bulat dan jahitan jelujur.
2. Diagnosa Keperawatan Pada Kala 3
a. Risiko cedera (meternal). Faktor risiko:posisi selama melahirkan, kesulitan
dengan pelepasan plasenta, profil darah abnormal.
b. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan, respon fisiologis setelah
melahirkan.
c. Risiko kekurangan volume cairan. Faktor risiko: peningkatan kehilangan
cairan secara tidak disadari, laserasi jalan lahir.
F. Pengkajian kala 4 persalinan
1. Pengkajian Pada Kala 4 Persalinan Meliputi
Kala empat dapat didefinisikan sebagai awal setelah pelahiran plasenta dan
berakhir ketika status fisik ibu stabil. Kala ini biasanya terjadi dalam 1 atau 2 jam.
Pengkajian ibu pertama kali dilakukan diruang persalinan sebelum ia dipindahkan.
Jika persalinan terjadi di LDR, pengkajian dimulai segera setelah tuungkai ibu
diturunkan dan selimut hangat dipakaikan. Pemeriksaan pascapartum segera, yang
dilakukan setiap 15 menit selama satu jam pertama, mencakup tekanan darah,
denyut nadi, pernapasan, memasase fundus dan mengobservasi rabas vagina,
menginspeksi perineum, dan mengkaji distensi kandung kemih. Pengukuran suhu
badan biasanya dilakukan pada satu jam pertama.
2. Diagnosa Keperawatan Pada Kala 4
a. Nyeri berhubungan dengan involusio uterus, episiotomi
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan lamanya persalinan
c. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
puasa selama persalinan dan pelahiran
d. Perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan tidak berpengalaman,
kurang model peran
e. Duka cita berhubungan dengan persalinan dan pelahiran yang tidak terjadi
dalam cara yang klien inginkan, jenis kelamin bayi baru lahir yang tidak
diinginkan, berakhirnya kehamilan
f. Resiko infeksi: vagina, perineum berhubungan dengan invasi bakteri sekunder
terhadap trauma selama persalinan dan pelahiran serta episiotomi
g. Perilaku sehat berhubungan dengan perawatan bayi baru lahir, perlikau bayi
baru lahir, perawatan diri, peristiwa fisiologis pascapartum normal
h. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan uterus
G. Intervensi Keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini
NIC :
a. Perawatan intrapartum
 Tentukan apakah ketuban telah pecah
 Lakukan pemeriksaan vagina dengan cara yang tepat
 Dokumentasikan karakteristik cairan, frekuensi denyut jantung
janin, dan pola kontraksi setelah ketuban pecah spontan atau
dipecahkan.
 Bersihkan perineum dan lakukan penggantian pembalut secara
teratur
b. Perawatan perineum
 Bantu pasien melakukan perawatan perineum
 Bersihkan area perineum secara teratur
 Berikan pembalut yang sesuai untuk menyerap cairan
2. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
NIC :
a. Manajemen nyeri
 Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
 Gunakan strategi teraupetik untuk mengetahui pengalaman nyeri
 Ajarkan pasien untuk mengatasi nyeri dengan Teknik non
farmakologis
 Berikan lingkungan yang nyaman
b. Pemberian analgetik
 Tentukan lokasi, intensitas, karakteristik, dan kulaitas nyeri
sebelum mengobati pasien
 Cek pengobatan berupa dosis, rute, frekuensi obat yang di
resepkan
 Cek adanya riwayat alergi obat
 Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian obat
 Berikan obat sesuai dengan waktu paruh
3. Resiko defisiensi volume cairan
NIC :
a. Monitor cairan
 Tentukan apakah pasien mengalami kehausan, tanda-tanda
dehidrasi
 Berikan terapi cairan dengan tepat
 Monitor intake dan outpu pasien
 Monitor ttv
b. Manajemen hipovolemi
 Monitor hemodinamik meliputi nadi, tekanan darah
 Monitor adanya tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit buruk, crt
> 2 detik, nadi lemah, haus membran mukosa kering,
takipnea.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup ke dunia
luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. Persalinan normal disebut
juga partus spontan. Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan
lahirnya plasenta secara lengkap. Tahap persalinan dibagi menjadi 4 fase atau kala,
dimana kala itu terdiri dari, kala I, kala II, kala III, dan kala IV. Setiap fase atau kala
yang terjadi pada proses persalanin, akan menyebabkan berbagai perubahan fisiologi
maupun psikoligi pada ibu hamil.

B. Saran
Semoga tersusunnya makalah ini, dapat berguna bagi penulis dan rekan-rekan
mahasiswa lainnya. Dan semoga bisa menjadi sebuah referensi dalam proses
pembelajaran mata ajar keperawatan maternitas. Sebagai penulis, kami merasa masih
banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, maka dari itu kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca sangat kami harapkan agar penyusunan makalah
ini bisa mencapai kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermik, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Boston, H. 2011. Midwifery Essential. Jakarta: EGC.
Damayanti IP. 2014. Buku Ajar: Asuhan kebidanan komprehensif pada ibu bersalin dan bayi
baru lahir. Yogyakarta: Deepublish.
Depkes RI. 2004. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta: Departemen Kesehatan.
FK Unpad. 1983. Obstetri Patologi. Bandung: Elemen.
Manuaba, I. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Oktarina, Mika. 2016. Buku Ajar : Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta : Deepublish.
Oxorn, H dan William. 1990 . Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta : Andi Offset.
Sulistyawati A, Nugraheny E. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba
Medika.
Sumber: Fraser, D.M dan Cooper,M.A. 2009. Myles Textbooks for Midwives. Jakarta: EGC.
Sondakh, J. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : Erlangga.
Wahidah,Nurul Jannatul.2017. Modul Pengantar Asuhan Kebidanan Persalinan “
Perubahan Fisiologi Dan PsikologiIbu Bersalin. Jakarta: Fakultas Kedokteran UNS

NANDA 2015-2017. 2015. Diagnosa Keperawatan Defenisi & Klasifikasi (Budi Anna
Keliat, dkk, Penerjemah). Jakarta: EGC.
Nursing Intervention Classification ( edisi 6)(Intansari Nurjannah & Roxsana devi
Tumanggor, Penerjemah). 2013. Philadelphia: Elsevier.
Nursing Outcomes Classification ( edisi 5)(Intansari Nurjannah & Roxsana devi Tumanggor,
Penerjemah). 2013. Philadelphia: Elsevier

Anda mungkin juga menyukai