Bab 1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok Sistem Pertahanan Tubuh dan Infeksi adalah blok ke-7 dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang. Di dalam blok ini diajarkan
mengenai prinsip-prinsip ilmu kedokteran dasar, khususnya di bidang sistem
pertahanan tubuh sebagai dasar keilmuan yang diperlukan dalam
pemahaman ilmu kedokteran serta konsep penyakit yang diakibatkan oleh
adanya infeksi virus, bakteri, jamur, maupun parasit. Studi kasus skenario
tutorial C di Blok VII ini memaparkan kasus Bayi Cinta, perempuan usia 2
bulan, dibawa ibunya ke Puskesmas karena timbul benjolan di ketiak
sebelah kanan sejak 1 minggu yang lalu saat ibu memakaikan pakaian.
Keluhan tidak disertai demam, kejang disertai demam, kejang, batuk dan
pilek. Tidak ada luka di lengan kanan. Ibu Bayi Cinta mengatakan 3 minggu
yang lalu, Bayi Cinta baru mendapatkan imunisasi BCG di Puskesmas.
Riwayat imunisasi sebelumnya, Bayi Cinta sudah mendapatkan imunisasi
Hepatitis B0 dan Polio 0. Riwayat kontak TBC disangkal.

Pemeriksaan fisik:

Keadaan umum: Compos Mentis

Tanda Vital: Nadi: 110x/menit, RR: 32x/menit, Temp: 36,8C

Kepala: konjungtiva pucat(-/-), rinorea (-), faring tenang, tonsil: T1-T1

Thoraks: Simetris, retraksi (-)

• Paru-paru: vesikuler (+) normal, ronki (-), wheezing(-)

• Jantung: bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-).

Abdomen: datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba.
Ekstremitas:

 Regio deltoid dextra: scar (+)

Regio aksilaris dextra tampak benjolan ukuran 2x2cm, mobile, lunak, merah
(+), teraba panas.

1.2 Maksud dan Tujuan:

Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu:

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian


dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan
metode analisis pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
1.3 Manfaat
1. Agar dapat berlatih menganalisis suatu masalah
2. Agar dapat mengetahui proses dalam tutorial
3. Agar bisa mengaplikasikan metode program based learning dalam
suatu kasus.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Tutor : dr. R.A Tanzila, M.Kes

Moderator : Dimas Farizul Huda

Sekretaris Meja : Nadia Rachmafitria Nanda Saputri

Sekretaris Papan : Fransiska Delvia

Anggota : Putri Saudah Wulandari

Tessa Maretha

Aninda Afrilia Aryani

Zira Riska Armidia

Dhea Sinci Opianingrum

Waktu : Senin, 17 Juni 2019

Rabu, 19 Juni 2019

Peraturan tutorial :

1. Menonaktifkan ponsel atau dalam keadaan diam.

2. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan argumen

3. Izin saat akan keluar ruangan

4. Dilarang meletakkan barang-barang yang mengganggu diatas meja


selain kamus Dorland dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
2.2 Skenario Kasus

“Derita Cinta”

Bayi Cinta, perempuan usia 2 bulan, dibawa ibunya ke Puskesmas


karena timbul benjolan di ketiak sebelah kanan sejak 1 minggu yang lalu
saat ibu memakaikan pakaian. Keluhan tidak disertai demam, kejang disertai
demam, kejang, batuk dan pilek. Tidak ada luka di lengan kanan. Ibu Bayi
Cinta mengatakan 3 minggu yang lalu, Bayi Cinta baru mendapatkan
imunisasi BCG di Puskesmas. Riwayat imunisasi sebelumnya, Bayi Cinta
sudah mendapatkan imunisasi Hepatitis B0 dan Polio 0. Riwayat kontak
TBC disangkal.

Pemeriksaan fisik:

Keadaan umum: Compos Mentis

Tanda Vital: Nadi: 110x/menit, RR: 32x/menit, Temp: 36,8C

Kepala: konjungtiva pucat(-/-), rinorea (-), faring tenang, tonsil: T1-T1

Thoraks: Simetris, retraksi (-)

 Paru-paru: vesikuler (+) normal, ronki (-), wheezing(-)


 Jantung: bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-).

Abdomen: datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba.

Ekstremitas:

 Regio deltoid dextra: scar (+)

Regio aksilaris dextra tampak benjolan ukuran 2x2cm, mobile, lunak, merah
(+), teraba panas.

2.3 Klarifikasi istilah

1. Kejang: Kaku dan menegang (tentang urat dan otot) (KBBI,2015)


2. Demam: Peningkatan temperatur tubuh diatas normal.
(DORLAND,2015)
3. Puskesmas: Pusat kesehatan masyarakat, poliklinik di tingkat
kecamatan tempat menerima pelayanan kesehatan dan penyuluhan.
(KBBI,2017)
4. Pilek: Sakit, demam, dengan banyak mengeluarkan ingus (biasanya
disertai dengan batuk-batuk kecil) (KBBI,2014)
5. Imunisasi BCG: Usaha menjadikan kebal terhadap jenis penyakit
tuberkulosis. (DORLAND,2015)
6. Rinorea: Sekresi mukosa encer dari hidung. (DORLAND,2015)
7. Scar: Tanda yang membekas pasca penyembuhan luka atau proses
patologis lainnya. (DORLAND,2014)
8. Polio: Penyakit virus akut biasanya disebabkan oleh polio virus dan
ditandai dengan gejala klinik demam, nyeri tenggorokan, nyeri
kepala, muntah serta ditandai dengan kekakuan leher dan punggung.
(DORLAND,2015)
9. Regio Deltoid: Bagian atau daerah pada lengan atas.
(DORLAND,2015)
10. Hepatitis: Radang hati atau penyakit yang disebabkan oleh virus
yang ditularkan melalui penelanan bahan terinfeksi secara oral.
(DORLAND,1998)
11. Benjolan: Bagian yang bengkak pada dahi, kepala, dll. (KBBI,2014)
12. Retraksi: Tindakan menarik kembali atau keadaan tertarik kembali.
(DORLAND,2014)

2.4 Identifikasi masalah

1. Bayi Cinta, perempuan usia 2 bulan, dibawa ibunya ke Puskesmas


karena timbul benjolan di ketiak sebelah kanan sejak 1 minggu yang
lalu saat ibu memakaikan pakaian.
2. Keluhan tidak disertai demam, kejang, batuk dan pilek. Tidak ada
luka di lengan kanan.
3. Ibu Bayi Cinta mengatakan 3 minggu yang lalu, Bayi Cinta baru
mendapatkan imunisasi BCG di Puskesmas.
4. Riwayat imunisasi sebelumnya, Bayi Cinta sudah mendapatkan
imunisasi Hepatitis B0 dan Polio 0. Riwayat kontak TBC disangkal.
5. Pemeriksaan fisik:
Keadaan umun: Compos Mentis
Tanda Vital: Nadi: 110x/menit, RR: 32x/menit, Temp: 36,8C
Kepala: konjungtiva pucat(-/-), rinorea (-), faring tenang, tonsil: T1-
T1
Thoraks: Simetris, retraksi (-)
 Paru-paru: vesikuler (+) normal, ronki (-), wheezing(-)
 Jantung: bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-).
Abdomen: datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak
teraba.
Ekstremitas:
 Regio deltoid dextra: scar (+)
Regio aksilaris dextra tampak benjolan ukuran 2x2cm, mobile,
lunak, merah (+), teraba panas.

2.5 Prioritas masalah:

No 1

Bayi Cinta, perempuan usia 2 bulan, dibawa ibunya ke Puskesmas


karena timbul benjolan di ketiak sebelah kanan sejak 1 minggu yang
lalu saat ibu memakaikan pakaian.

Alasan: untuk memastikan apakah benjolan tersebut merupakan akibat


dari infeksi atau KIPI.

2.6 Analisis masalah

1. Bayi Cinta, perempuan usia 2 bulan, dibawa ibunya ke Puskesmas


karena timbul benjolan di ketiak sebelah kanan sejak 1 minggu yang
lalu saat ibu memakaikan pakaian.
a. Apa makna benjolan di ketiak sebelah kanan sejak 1 minggu
yang lalu saat ibu memakaikan pakaian?
Jawab:
Maknanya, benjolan tersebut adalah limfadenitis dimana hal ini
terjadi akibat pasca imunisasi BCG yang merupakan kejadian
ikutan pasca imunisasi ringan. Faktor resiko timbulnya
limfadenitis BCG diantaranya karena viabilitas dari vaksin, usia
saat vaksinasi, dan keahlian tenaga. Timbulnya limfadenitis BCG
menyerupai infeksi alamiah TB dimana terjadi pula pembentukan
komplek primer. (Hartawan, I.N Budi, dkk, 2008)

b. Apa kemungkinan penyebab benjolan di ketiak sebelah kanan?


Jawab:
1. Infeksi
a. Infeksi virus
- Influenza Virus
- Ebstein Barr Virus (EBV)
- Cytomegalo Virus (CMV)
- Rubela
- Hepatitis Virus
- Varicella-Zooster Virus
- Herpes Simpleks Virus
- Human Immunodeficiency Virus (HIV), dan sebagainya.

b. Infeksi bakteri

- Mycobacterium tuberculosis

- Staphylococcus aureus

- Streptococcus pyogenes

- Bacillus anthracis

- Corynebacterium diphtheriae
- Salmonella typhi, dan sebagainya.

2. Keganasan

- Limfoma

- Leukemia

- Neuroblastoma

- Rhabdomyo-sarkoma

3. Tumor jinak. (Oehadin,A. 2013)

c. Bagaimana patofisiologi timbulnya benjolan di ketiak sebelah


kanan?
Jawab:
Antigen -> masuk ke dalam tubuh -> melalui pembuluh limfe ->
ke kelenjar getah bening -> terjadi infeksi di kelenjar getah
bening -> limfosit menghasilkan sel-sel pertahanan tubuh yang
lebih banyak untuk melawan antigen tersebut -> kelenjar getah
bening membesar. Pembesaran kelenjar getah bening (KGB)
dapat berasal dari penambahan sel-sel pertahanan tubuh yang
berasal dari KGB itu sendiri seperti limfosit, sel plasma, monosit,
dan histiosit, atau karena datangnya sel-sel peradangan (neutrofil)
untuk mengatasi infeksi di KGB. (Subekti, Nike Budhi, 2007)

2. Keluhan tidak disertai demam, kejang, batuk dan pilek. Tidak ada luka
di lengan kanan.
a. Apa makna keluhan tidak disertai demam, kejang, batuk dan
pilek?
Jawab:
Maknanya berarti infeksi yang terjadi pada bayi cinta tidak
sampai mempengaruhi atau menyerang pusat thermostat
(pengaturan suhu) serta sistem pernapasan atas, sehingga tidak
terjadi demam ataupun pilek dan tidak kejang karena pada bayi
kejang akan terjadi apabila demam lebih dari 40 derajat celcius.
b. Apa makna tidak ada luka di lengan kanan?
Jawab:
Maknanya adalah, tersebut menunjukkan bahwa benjolan di
ketiak Bayi Cinta bukan disebabkan karena infeksi bakteri dari
luka akibat luka terbuka (trauma fisik seperti luka akibat benda
tajam), tetapi merupakan akibat KIPI BCG.

3. Ibu Bayi Cinta mengatakan 3 minggu yang lalu, Bayi Cinta baru
mendapatkan imunisasi BCG di Puskesmas.
a. Apa makna Ibu Bayi Cinta mengatakan 3 minggu yang lalu, Bayi
Cinta baru mendapatkan imunisasi BCG di Puskesmas?
Jawab:
Maknanya bayi cinta sudah memenuhi salah satu jadwal
pemberian vaksin untuk bayi usia 2 bulan yaitu vaksin BCG yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit Tuberculosis BCG
(Bacillus Calmette Guerin) serta bayi cinta juga sudah memenuhi
syarat pelaksanaan imunisasi yaitu di puskesmas yang merupakan
salah satu unit pelayanan imunisasi.

b. Apa saja jenis-jenis imunisasi?

Jawab:

Berdasarkan jenis penyelenggaraannya imunisasi dikelompokkan


menjadi imunisasi progran dan imunisasi pilihan:

1. Imunisasi program merupakan imunisasi yang diwajibkan


oleh pemerintah untuk seseorang sesuai dengan
kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan
dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu.

Terdiri atas :
a. Imunisasi rutin, dilaksanakan secara terus menerus dan
berkesinambungan. Imunisasi rutin terdiri atas:

- Imunisasi dasar, merupakan imunisasi yang diberikan


kepada bayi sebelum usia 1 tahun. Imunisasi ini terdiri
atas Imunisasi terhadap penyakit:

a. hepatitis B

b. poliomyelitis

c. tuberkulosis

d. difteri;

e. pertusis

f. tetanus

g. pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh


Hemophilus Influenza tipe b (Hib)

h. campak.

- Imunisasi lanjutan, merupakan ulangan Imunisasi dasar


untuk mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk
memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah
mendapatkan Imunisasi dasar. Imunisasi lanjutan
diberikan pada:

a. anak usia bawah dua tahun (Baduta); terdiri atas


Imunisasi terhadap penyakit difteri, pertusis, tetanus,
hepatitis B, pneumonia dan meningitis yang
disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib),
serta campak.

b. anak usia sekolah dasar; terdiri atas Imunisasi


terhadap penyakit campak, tetanus, dan difteri.
c. wanita usia subur (WUS); terdiri atas Imunisasi
terhadap penyakit tetanus dan difteri.

b. Imunisasi tambahan, merupakan jenis Imunisasi tertentu


yang diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling
berisiko terkena penyakit sesuai dengan kajian
epidemiologis pada periode waktu tertentu. Pemberian
Imunisasi dilakukan untuk melengkapi Imunisasi dasar
dan/atau lanjutan pada target sasaran yang belum tercapai
akan tetapi tidak menghapuskan kewajiban pemberian
Imunisasi rutin.

c. Imunisasi khusus, dilaksanakan untuk melindungi


seseorang dan masyarakat terhadap penyakit tertentu pada
situasi tertentu, seperti persiapan keberangkatan calon
jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan menuju atau dari
negara endemis penyakit tertentu, dan kondisi kejadian
luar biasa/wabah penyakit tertentu. Imunisasi khusus yang
dilakukan berupa Imunisasi terhadap meningitis
meningokokus, yellow fever (demam kuning), rabies, dan
poliomyelitis.

2. Imunisasi Pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan


kepada seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka
melindungi yang bersangkutan dari penyakit menular
tertentu. Imunisasi ini dapat berupa Imunisasi terhadap
penyakit:

a. pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh


pneumokokus

b. diare yang disebabkan oleh rotavirus

c. influenza

d. cacar air (varisela)


e. gondongan (mumps)

f. campak jerman (rubela)

g. demam tifoid

h. hepatitis A

i. kanker leher rahim yang disebabkan oleh Human


Papillomavirus

j. Japanese Enchephalitis

k. herpes zoster

l. hepatitis B pada dewasa

m. demam berdarah. (kemenkes RI, 2004)

c. Apa tujuan pemberian imunisasi?


Jawab:
- Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasni (PD3I).
- Melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang
sangat berbahaya bagi bayi dan anak.
- Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat
mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.
- Menurunkan morbiditas, mortalitas dan cacat serta bila
mungkin didapat eradikasi sesuatu penyakit dari suatu daerah
atau negeri.
- Mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat
membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan
kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat
dihindari dengan imunisasi yaitu seperti campak, polio,
difteri, tetanus, batuk rejan, hepatitis B, gondongan, cacar air,
TBC, dan lain sebagainya.
- Mencegah terjadinya penyakit tetentu pada seseorang, dan
menghilangkan penyakit pada sekelompok masyarakat
(populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari
dunia seperti pada imunisasi cacar. (KI.Pulungan, 2012)

d. Apa tujuan pemberian imunisasi BCG?


Jawab:
Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya penyakit
Tuberculosis BCG (Bacillus Calmette Guerin).

e. Bagaimana syarat-syarat pemberian imunisasi?


Jawab:
- Diberikan pada bayi atau anak yang sehat.
- Vaksin yang diberikan harus baik dan belum lewat masa
berlakunya.
- Pemberian imunisasi dengan teknik yang tepat, mengetahui
jadwal imunisasi dengan melihat umur dan jenis imunisasi
yang telah diterima.
- Meneliti jenis vaksin yang diberikan serta memberikan dosis
yang akan diberikan.
- Mencatat nomor batch pada buku anak atau kartu imunisasi
serta memberikan informed concent kepada orang tua atau
keluarga sebelum melakukan tindakan imunisasi yang
sebelumnya telah dijelaskan kepada orang tuanya tentang
manfaat dan efek samping atau Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI) yang dapat timbul setelah pemberian
imunisasi.
- Melihat kelompok beresiko imunisasi. (Depkes, 2005)

f. Bagaimana prosedur dan dosis pemberian imunisasi?


Jawab:
Prosedurnya adalah sebagai berikut:
1. Persiapan pasien
- Menilai HALO Pasien
 Factor Healt (Kesehatan Pasien)
 Faktor Age (Umur)
 Faktor Lifestyle (Pola Hidup)
 Faktor Occupation (Pekerjaan)

- Menentukan riwayat vaksinasi

- Penyaringan terhadap kontraindikasi dan perhatian khusus

- Komunikasi mengenai keamanan dan risiko imuniasi

- Persiapan perlengkapan penanganan reaksi anafilaksis

- Posisi dan kenyamanan pasien

- Kontrol nyeri

- Kontrol infeksi

2. Persiapan Alat maupunVaksin

- Menggunakan ADS (Auto Distruct Scheering) baru dan


steril.
- Memeriksa bungkus ADS (Auto Distruct Scheering),
untuk memastikan tidak rusak dan belum kadaluarsa.
- Tidak menyentuh jarum.
- Membersihkan kulit dengan kapas + air matang, tunggu
kering.
- Menyuntikkan vaksin sesuai dengan jenis vaksin.
- Tidak memijat-mijat daerah bekas suntikan.
- Jika perdarahan, menekan daerah suntikan dengan kapas
kering baru hingga darah berhenti.
- Membuang ADS (Auto Distruct Scheering) bekas pakai
langsung ke dalam safety box tanpa melakukan penutupan
kembali jarum suntik (no recapping).
Sedangkan dosisnya adalah sebagai berikut:

1. Vaksin BCG, disuntikkan secara intrakutan dengan dosis


0,05 ml, sebanyak 1 kali di daerah lengan kanan atas
(insertio musculus deltoideus), dengan menggunakan ADS
0,05 ml.
2. Vaksin DPT-HB, disuntikkan secara intramuscular pada
anterolateral paha atas dengan dosis 0,5 ml.
3. Vaksin Hepatitis B, disuntikkan secara intramuskuler,
sebaiknya pada anterolateral paha osis 0,5 ml atau 1 (buah)
HB PID sebanyak 3 kali. Dosis pertama usia 0–7 hari,
dosis berikutnya interval minimum 4 minggu (1 bulan).
4. Vaksin Polio Oral {Oral Polio Vaccine (OPV)}, diberikan
secara oral (melalui mulut), 1 dosis (dua tetes) sebanyak 4
kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis
minimal 4 minggu.
5. Vaksin Inactive Polio Vaccine (IPV), disuntikkan secara
intramuscular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian
0,5 ml. Dari usia 2 bulan, 3 suntikan berturut-turut 0,5 ml
harus diberikan pada interval satu atau dua bulan. IPV dapat
diberikan setelah usia bayi 6, 10, dan 14, sesuai dengan
rekomendasi dari WHO, bagi orang dewasa yang belum
diimunisasi diberikan 2 suntikan berturut-turut dengan
interval satu atau dua bulan.
6. Vaksin Campak, disuntikkan secara subkutan pada lengan
kiri atas atau anterolateral paha dengan dosis 0,5 ml pada
usia 9–11 bulan.
7. Vaksin DT, disuntikkan dengan cara intra muskular atau
subkutan dalam, dengan dosis 0,5 ml. Dianjurkan untuk
anak usia di bawah 8 tahun.
8. Vaksin Td, disuntikkan secara intra muskular atau subkutan
dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml.
9. Vaksin TT, disuntikkan secara intra muskular atau subkutan
dalam, dengan dosis 0,5 ml. (Kemenkes, 2014)
g. Bagaimana jadwal pemberian imunisasi?
Jawab:
1. Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar (untuk bayi usia 0-11
bulan)

0 – 7 hari  Hepatitis B 0 (HB 0).

1 bulan  BCG dan Polio 1.

2 bulan  DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2.

3 bulan  DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3.

4 bulan  DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV.

9 bulan  Campak.

2. Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Usia Batita

18 bulan  Imunisasi lanjutan DPT/HB/Hib.

24 bulan  Campak.

3. Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Usia Sekolah

BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah)

1 SD  DT dan campak

2 SD  Td

3 SD  Td

h. Bagaimana efek samping pemberian imunisasi?


Jawab:
- Efek samping imunisasi BCG, 2-6 minggu setelah imunisasi
BCG akan timbul bisul kecil pada daerah bekas suntikan
(papula) yang semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi
dalam waktu 2-4 bulan, kemudian menyembuh perlahan
dengan menimbulkan jaringan parut dengan diameter 2-10
mm.
- Efek samping imunisasi DPT, reaksi lokal yang bersifat
sementara, seperti bengkak, nyeri dan kemerahan pada daerah
bekas suntikan. Kadang terdapat reaksi berat, seperti demam
tinggi, irrabilitas (rewel) dan menangis dengan nada tinggi
yang dapat terjadi dalam 24 jam pasca pemberian imunisasi.
- Efek samping imunisasi Hepatitis B, reaksi lokal yang
bersifat sementara seperti rasa sakit, kemerahan dan
pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan, biasanya
hilang setelah 2 hari.
- Efek samping imunisasi Polio, biasanya terjadi muntah dalam
30 menit namun jarang terjadi, apabila terjadi segera diberi
dosis ulang.
- Efek samping imunisasi Campak, hingga 15% pasien dapat
mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang
dapat terjadi setelah 8-12 hari setelah diimunisasi.
- Efek samping imunisasi DT, mengalami gejala-gejala seperti
lemas dan kemerahan pada lokasi bekas penyuntikan yang
bersifat sementara,dan kadang-kadang gejala demam.
- Efek samping imunisasi TD, terdapat nyeri pada lokasi
penyuntikan serta demam.
- Efek samping imunisasi TT, mengalami lemas dan
kemerahan pada lokasi bekas penyuntikan yang bersifat
sementara, kadang-kadang gejala demam namun jarang
terjadi. (Kemenkes, 2014)

i. Bagaimana mekanisme imunisasi dalam tubuh?


Jawab:
Vaksin masuk kedalam tubuh sebagai antigen, berasosiasi dengan
MCH -> mempresentasikan sel ke sel T helper dengan melewati
reseptor CD4 dengan bantuan IL-1 -> sel T helper diaktivasi ->
sel T helper 1 (intraseluler) dan sel T helper 2 (ekstraseluler)

Sel T helper 1 (intraseluler) dibantu dengan IL-2 -> sitokin,


berpoliperasi -> sel T memori

Sel T helper 2 (ekstraseluler) -> sel B yang mengandung Ig,


berpoliperasi -> sel plasma -> antibodi -> terbentuk kompleks
imun sel B, berpoliperasi -> sel B memori.

j. Apa hubungan Bayi Cinta 3 minggu yang lalu baru mendapatkan


imunisasi BCG dengan keluhan yang dialami?
Jawab:
Imunisasi BCG berisi bakteri Mycobacterium bovis yang telah
dilemahkan. Tempat penyuntikan vaksin BCG ini adalah pada
lengan kanan atas, pada saat setelah penyuntikan umumnya
terjadi benjolan. Karena vaksin BCG merupakan mengandung
bakteri hidup, sehingga penyuntikan vaksin tersebut menyerupai
infeksi alamiah, maka tubuh akan melakukan respon imun dengan
timbulnya benjolan.

k. Apa yang dimaksud dengan KIPI?


Jawab:
KIPI adalah kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi,
baik berupa reaksi vaksin, reaksi suntikan, efek farmakologis,
kesalahan prosedur, konsiden atau hubungan kausal yang tidak
dapat ditentukan. (Kemenkes RI, 2013)

l. Bagaimana dampak KIPI BCG?


Jawab:
Dampak dari imunisasi BCG adalah timbulnya Scar. Dimana scar
tersebut merupakan tanda yang membekas pasca penyembuhan
luka atau proses patologis lainnya. Scar dari imunisasi BCG
mengandung bakteri hidup, menyebabkan tubuh mengalami
infeksi alamiah. Dimana tubuh melakukan respon imun dan
terbentuk bisul. Jika anak yang belum pernah terpapar kuman TB,
maka reaksi bisul tersebut akan timbul dalam kurun waktu 2-12
minggu. Jika bayi atau anak yang sudah terpapar kuman TB,
maka bisul tersebut akan timbul pada kurun waktu <1 minggu.
(Probandari, A. Natalia. 2013)

4. Riwayat imunisasi sebelumnya, Bayi Cinta sudah mendapatkan


imunisasi Hepatitis B0 dan Polio 0. Riwayat kontak TBC disangkal.
a. Apa makna Riwayat imunisasi sebelumnya, Bayi Cinta sudah
mendapatkan imunisasi Hepatitis B0 dan Polio 0?
Jawab:
Maknanya adalah imunisasi yang didapatkan oleh Bayi Cinta
belum lengkap, karena seharusnya untuk bayi 2 bulan harunsya
sudah mendapatkan imunisasi Hepatitis B0 (HB 0), BCG, Polio1,
DPT-HB-Hib1 dan Polio2. (Kemenkes, 2014)

b. Apa tujuan pemberian imunisasi Hepatitis B0 dan Polio 0?


Jawab:
Tujuan pemberian imunisasi Hepatitis B0 adalah untuk mencegah
bayi yang baru lahir tertular penyakit Hepatitis B yang berasal
dari ibunya pada saat proses persalinan. Penyakit Hepatitis B
sangat berbahaya, karena dapat menyerang organ hati. Sedangkan
tujuan pemberian imunisasi Polio 0 adalah untuk mencegah
penyakit polio atau kelumpuhan.

c. Apa dampak jika seorang bayi tidak diimunisasi dengan lengkap?


Jawab:
Dampaknya adalah, tubuh tidak mempunyai kekebalan yang
spesifik terhadap suatu penyakit. Sehingga, bila ada antigen
berbahaya yang masuk cukup banyak, maka tubuhnya tidak
mampu melawan antigen tersebut sehingga bisa menyebabkan
sakit, cacat, atau meninggal. Selain itu penyebaran penyakit dari
anak atau bayi yang tidak diimunisasi dengan lengkap akan
berubah menjadi wabah penyakit, kemudian wabah penyakit akan
menyebar ke lingkungan sehingga menimbulkan kasus dan
kematian yang lebih banyak. (IDAI, 2013)
d. Apa makna Riwayat kontak TBC disangkal?
Jawab:
Maknanya adalah menyingkirkan diagnosis banding (Different
Diagnosis) bahwa bayi cinta mengalami penyakit TBC
(Tuberculosis).

5. Pemeriksaan fisik:

Keadaan umum: Compos Mentis

Tanda Vital: Nadi: 110x/menit, RR: 32x/menit, Temp: 36,8C

Kepala: konjungtiva pucat(-/-), rinorea (-), faring tenang, tonsil: T1-


T1

Thoraks: Simetris, retraksi (-)

 Paru-paru: vesikuler (+) normal, ronki (-), wheezing(-)


 Jantung: bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-).

Abdomen: datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak
teraba.

Ekstremitas:

 Regio deltoid dextra: scar (+)

Regio aksilaris dextra tampak benjolan ukuran 2x2cm, mobile,


lunak, merah (+), teraba panas.

a. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik abnormal?


Jawab:
Data Nilai Normal Hasil Interpretasi
Pemeriksaan
Kesadaran Kompos mentis Kompos mentis Normal
Nadi 80-120x/menit 110x/menit Normal
Respiratory 30-60x/menit 32x/menit Normal
Rate (RR)
Temperatur 36,5-37,5derajat 36,8derajat Normal
celcius celcius

Pemeriksaan Spesifik

Hasil Nilai
Bagian Ket.
Pemeriksaan Normal

Kepala Konjungtiva Tidak Anemis Tidak Normal


Anemis

Rinorea Negatif Negatif Normal

Faring Tidak Tidak Normal


Hiperemis Hiperemis
Kepala
Tonsil T1—T1 Tidak Normal
membesar

Thorax Jantung dan Paru dalam batas normal

Datar, lemas, bising usus Normal


normal

Hepar Tidak Tidak Normal


teraba teraba

Lien Tidak Tidak Normal


Abdomen teraba teraba
Ekstremitas - Scar Positif Positif Normal
(tanda
bahwa
telah
diimuni
sasi
BCG)

- Regio aksilaris dextra Ada Ada Abnor


tampak benjolan ukuran 2x2 kelainan kelainan mal
cm, mobile, lunak, merah, (pembe
dan teraba panas saran
kelenjar
getah
bening)

b. Bagaimana mekanisme pemeriksaan fisik abnormal?


Jawab:

Benjolan:

Antigen -> masuk ke dalam tubuh -> melalui pembuluh limfe ->
ke kelenjar getah bening -> terjadi infeksi di kelenjar getah
bening -> limfosit menghasilkan sel-sel pertahanan tubuh yang
lebih banyak untuk melawan antigen tersebut -> kelenjar getah
bening membesar. (Subekti, Nike Budhi, 2007)

Merah:

Kemerahan biasanya merupakan hal pertama yang terlihat pada


saat mengalami peradangan. Ketika reaksi peradangan mulai
timbul maka arteri yang mensuplai darah ke daerah tersebut
melebar, oleh karena itu darah mengalir lebih banyak ke dalam
mikrosirkulasi lokal. Pembuluh darah yang sebelumnya kosong
atau sebagian saja meregang dengan cepat dan terisi penuh oleh
darah. Keadaan ini dinamakan hiperemia atau kongesti
menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut.
Timbulnya hiperemia merupakan permulaan reaksi peradangan
yang telah diatur oleh tubuh melalui pengeluaran zat mediator
seperti histamin. (Price & Wilson, 2006)

Panas:

Panas merupakan reaksi pada permukaan tubuh yakni kulit yang


terjadi bersamaan dengan kemerahan akibat peradangan. Daerah
peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya. Hal
ini terjadi karena darah dengan suhu 37o C lebih banyak
disalurkan ke permukaan daerah yang terkena radang lebih
banyak dibandingkan ke daerah normal. (Price & Wilson, 2006)

6. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus?


Jawab:
Cara mendiagnosis pada kasus yakni dengan cara melihat keluhan
yang dipaparkan oleh ibu bayi cinta saat anamnesis. Kemudian juga
dapat diperhatikan pada hasil pemeriksaan fisik yakni pada saat
ditemukan adanya benjolan pada region aksilaris dextra dengan
ukuran 2x2 cm, mobile, lunak merah (+) dan teraba panas.

7. Apa diagnosis banding pada kasus?


Jawab:
- Limfadenitis
- Limfoma
- Struma Difusa

8. Apa diagnosis kerja pada kasus?


Jawab:
Limfadenitis e.c KIPI BCG.
9. Apa pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan pada kasus?
Jawab:

- Pemeriksaan darah rutin, untuk mengungkap anemia, dan kanker


darah.

- Tes Mantoux, sebuah tes yang dilakukan dengan cara


menyuntikkan larutan tuberkulin (protein kuman TB) secara
intrakutan (dibawah kulit). Setelah proses penyuntikan, biasanya
akan didiamkan 48-72 jm untuk memperoleh hasilnya.

10. Bagaimana tatalaksana pada kasus?


Jawab:
- Tatalaksana untuk scar BCG, dikompres dengan cairan
antiseptik
- Tatalaksana secara farmakologis untuk benjolan yang dialami
oleh bayi cinta itu tidak ada, karena benjolan (limfadenitis)
tersebut merupakan reaksi yang normal (KIPI BCG), karena
vaksin BCG berisi kuman hidup yang telah dilemahkan
sehingga penyuntikannya akan menyerupai infeksi alamiah,
dimana tubuh akan melakukan respon imun dan terbentuk bisul.
Jadi, yang perlu dilakukan disini adalah edukasi kepada ibu bayi
cinta bahwa benjolan yang dialami bayi cinta merupakan KIPI
BCG dan akan membaik atau sembuh dengan sendirinya.

11. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada kasus?


Jawab:
- Syok anafilatik
- Sepsis
- Lupus Vulgaris
- Pembentukan abses
- Selulitis
- Fistula
12. Bagaimana prognosis pada kasus?
Jawab:
Dubia ad bonam

13. Apa SKDU pada kasus?


Jawab:
4A Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan
penatalaksaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas
kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter

14. Bagaimana Pandangan Islam pada kasus?


Jawab:
Dari Amr bin Maimun r.a mengatakan bahwa rasulullah SAW
bersabda pada seorang laki-laki yang dinasehatinya: “Rebutlah lima
perkara sebelum lima perkara muda sebelum tua, sehat sebelum
sakit, kaya sebelum miskin, senang sebelum sibuk dan hidup
sebelum mati. Hadist ini mengingatkan bahwa kita harus
mempersiapkan hal yang mungkin terjadi dimasa depan, sehat
sebelum sakit imunisasi termasuk kedalam usaha pencegahan agar
tubuh kita tidak mudah terinfeksi suatu penyakit.

2.7 Kesimpulan

Bayi Cinta, perempuan usia 2 bulan mengalami benjolan di regio axillaris


dextra karena limfadenitis e.c KIPI BCG.
2.8 Kerangka Konsep

Pasca Imunisasi BCG

Respon imun seluler dan


humoral berlebih

KIPI

Benjolan di regio
axillaris dextra

Limfadenitis

Anda mungkin juga menyukai