Anda di halaman 1dari 6

TUGAS BAB III

KOMUNITAS IMAN

(Juni Wando Purba & Jhon Piter Nainggolan)

PENDAHULUAN

POKOK MASALAH: KEBUTUHAN MASYARAKAT

Menurut Robert T. O’Gorman kehidupan masyarakat Amerika tidak seperti tahun-

tahun sebelumnya hal ini terbukti bahwa kini orang-orang sangat individual dan menjalani

kehidupan yang anonim. Hal ini terjadi karena adanya gangguan terhadap struktur tradisional

yakni kebutuhan akan keterhubungan antara komunitas dan sptirualitas. Robert Wuthnow

mencirikan relasi-relasi di akhir abad kedua puluh ini sebagai relasi yang “mengikat kita

dengan mudah tetapi juga menghancurkan ikatan kasih sayang dengan mudah pula.” Norma-

norma baru yang mengikat masyarakat adalah: datanglah jika anda punya waktu, berbicaralah

jika anda menginginkannya, hormatilah pendapat orang lain, jangan mengkritik dan pergilah

jika anda merasa tidak merasa puas. Norma-norma ini kontras dengan norma lama

masyarakat, yakni sebuah kontras sosial keluarga yang dekat satu sama lain. Lembaga

masyarakat, khususnya gereja, menjadi kurang terlibat. Gereja-gereja tradisional merasa

nyaman dengan stabilitas masyarakat tradisional.

Karena hilangnya kepekaan komunitas ini, kelompok-kelompok kecil mengalami

perkembangan pesat seperti kebakaran hutan di seluruh Amerika. Wuthnow menyatakan

bahwa empat dari sepuluh orang di Amerika adalah anggota dari sebuah kelompok kecil dan

bahwa dua dari tiga kelompok kecil berhubungan dengan gereja. Gerakan-gerakan kelompok

kecil ini mengubah masyarakat Amerika yang mempengaruhi konsep tentang diri bahkan

tentang Tuhan. Kelompok-kelompok kecil menjadi lem yang mengikat masyarakat kita. Inti
pendidikan dalam kelompok kecil tersebut adalah berbagi bercerita (story telling): "ketika

menceritakan pengalaman pribadi, setiap anggota secara bertahap menjadi orang yang

berbeda, menjadi individu yang identitasnya bergantung pada respon yang berikan oleh

anggota lainnya." Kesalingbergantungan ini membuat kita sadar betapa dalamnya sebuah

komunitas dan bagaimana membangun komunitas sebagai sebuah strategi pendidikan.

TUJUAN PENDIDIKAN RELIGIUS

Dua sumber teologis menolong para pendidik dengan sebuah alat untuk melihat

komunitas dan pendidikan yang dibutuhkan gereja saat ini. Sumber teologis tersebut adalah

teologi pembebasan dari gereja Amerika Latin yang diekspresikan dalam komunitas basis

gereja, dan teologi penciptaan. Teologi pembebasan menawarkan kita sebuah teologi

komunitas hidup yang baru. Penciptaan berpusat pada teologi yang menawarkan kita suatu

kosmologi baru dalam melihat komunitas

Tujuan pendidikan religius, memuat tiga hal berikut: Pertama, sebuah ide normatif;

Kedua, refleksi dan dukungan; dan ketiga, proses dialektis. Pertama, sebagai ide-ide normatif,

pendekatan komunitas terhadap pendidikan mengikutsertakan perkembangan pribadi dan

komunitas. Sebagai contoh, perkembangan masyarakat di paroki St. Robert telah berusaha

menggabungkan kelompok kecil dengan tugas besar jemaat dan perannya dalam masyarakat

yang lebih luas. Kedua, refleksi dan dukungan dilakukan melalui percakapan kelompok.

Kelompok teman sebaya merefleksikan pengalaman hidup mereka dalam terang Kitab Suci.

Tugas pemimpin adalah untuk menghidupkan, memimpin, mendengarkan, dan masuk ke

dalam pembicaraan. Format pertemuan dimulai dengan teks kitab suci. Hal ini berkelanjutan

dalam pengalaman rekan-rekan, membandingkan pengalaman-pengalaman tersebut dengan

teks-teks kitab suci. Suasana diisi dengan ikatan emosional dan rasa transendensi yang

berkembang dalam kurun waktu tertentu di kelompok tersebut. Ketiga, melihat percakapan
tentang kehidupan masyarakat kolektif merupakan sebuah proses dialektik yang

memberdayakan orang-orang untuk terlibat kembali dalam membangun masyarakat. Melalui

percakapan, umat menyoroti perbedaan antara pengalaman mereka saat ini, harapan mereka

untuk masa depan, dan visi iman jemaat. Penyataan-penyataan ini memberikan energi untuk

bergerak dari keadaan ‘telah’ (realitas masa kini) ke yang ‘belum’ (kemungkinan masa

depan).

Dengan demikian, masyarakat berada dalam sebuah kejadian (genesis). Masyarakat


sedang berkembang. Dengan fokus pada tujuan dan proses pendidikan dalam masyarakat,
kita sedang berusaha bukan untuk memperbaiki (kembali ke masa lalu yang baik) tetapi
mengembangkan sebuah komunitas yang terus menerus tercipta sebuah kelahiran yang
berkelanjutan. Tugas pendidikan adalah menolong orang mengembangkan dan mengambil
bagian masyarakat.

METODE PENDIDIKAN

Melihat jemaat seperti St. Robert dalam terang masyarakat yang tercipta, metode

pendidikan masyarakat mencakup: pelayanan, refleksi, dan persekutuan. Sejak abad-abad

permulaan, ketiga tugas tersebut telah dikenal dan diemban oleh gereja, dan juga menjadi

konteks pendidikan: Pelayanan adalah sebuah tindakan untuk menghasilkan dan

mengembangkan kehidupan masyarakat untuk serta memberlakukan perubahan transformatif;

Refleksi adalah interpretasi firman Allah pada masa kini dan merupakan sebuah artikulasi

identitas kita sebagai orang Kristen, dan Persekutuan adalah penciptaan dan pemeliharaan

ikatan di dalam sebuah komunitas gereja tertentu, dan di antara masyarakat.

Dengan demikian pendekatan masyarakat untuk pendidikan merupakan sebuah proses

aktif komunikasi yang terkait dengan tindakan, refleksi, dan pengalaman. Hal tersebut tidak

terbatas pada pemahaman intelektual. Perhatikan bahwa pendidikan di sini bukanlah sebuah

pengajaran katekese sistematis. Penekanan utama adalah pada ketajaman pengalaman masa

kini baik sebagai titik berangkat maupun akhir sebuah proses. Proses ini kreatif. Akhirnya
adalah pengembangan orang Kristen sebagai transformator komunitas dan masyarakat yang

menghadirkan pemerintahan Allah. Bentuk komunitas basis adalah ekspresi dari

eklesiogenesis melalui masyarakat, kelahiran bentuk-bentuk baru relasi manusia yang

menghasilkan transformasi kosmos yang lebih lanjut. Melalui pelayanan, kita belajar tentang

panggilan kita di dunia; melalui refleksi, kita menjadi tahu identitas kita; dan melalui

persekutuan, kita belajar tentang hubungan kita dengan Tuhan, dan dengan penciptaan.

KEPEMIMPINAN DALAM PENDEKATAN MASYARAKAT TERHADAP

PENDIDIKAN

Dalam sebuah komunitas kepemimpinan menjadi kebutuhan dasar. Kepemimpinan

diperlukan masyarakat untuk mengembangkan dan memelihara kesatuan, dan juga bekerja

secara kelembagaan dalam rangka transformasi sosial. Jika tidak, kelompok-kelompok kecil

cenderung hanya menjadi kelompok swadaya untuk pengembangan individu.

Saat kita berusaha membangun jemaat menjadi komunitas beriman yang di dalamnya

terdapat pelayanan, refleksi, dan persekutuan terjadi, maka kita perlu mempertimbangkan

tema-tema kepemimpinan yang mendidik berikut:

1. Tujuan dari kepemimpinan adalah untuk membantu meningkatkan kehidupan

komunitas dalam masyarakat yang di dalamnya terdapat keterpecahan (fragmentasi). Melalui

pendidikan masyarakat kita bergerak melampaui tindakan konsumtif untuk memenuhi

kepentingan individu ke arah kesadaran bahwa kita adalah orang-dalam-masyarakat, yang

saling terhubung dengan Tuhan, orang lain, dan kosmos.

2. Kepemimpinan adalah kebersamaan. Komunitas ditandai dengan pola kolaboratif

dan saling berpartisipasi. Pendidikan masyarakat mengusulkan kepemimpinan yang


partisipatif yang di dalamnya peserta adalah mitra. Dengan demikian, pendidikan masyarakat

mengambil tempat dalam seluruh konteks kehidupan jemaat.

3. Kepemimpinan masyarakat menentukan struktur yang diperlukan untuk

mendukung kehidupan sehari-hari masyarakat. Sebagai contoh, usaha sebuah jemaat untuk

menghubungkan peribadahan dengan pelayanan, dan pertemuan kelompok-kelompok kecil

selama masa pra-Paska akan menghasilkan sebuah konteks baru yang di dalamnya orang

berefleksi dan diinspirasi untuk terlibat dalam pelayanan.

4. Kepemimpinan yang terbaik adalah sebuah proses transformasi, sebuah usaha

pendidikan yang melaluinya pemimpin memberdayakan anggota masyarakat untuk saling

mendukung dalam menemukan makna hidup mereka baik secara individu maupun kolektif.

5. Karena masyarakat bukan hasil dari sebuah prestasi tetapi merupakan sebuah proses

yang berkelanjutan, maka kepemimpinan harus merevitalisasi dirinya sendiri untuk

memastikan terjadinya kesinambungan dan perubahan. Pemimpin harus terus ditantang

dengan tugas-tugas yang dapat dicapai dan didukung ketika mereka ingin menghindari

kekecewaan dan kelelahan.

Kepemimpinan dan masyarakat merupakan aspek yang saling terkait dalam proses

peningkatan spiritualitas (pembangunan otensitas manusia) seseorang. Proses ini memerlukan

tindakan yang terus berlangsung yang di dalamnya para pemimpin dan jemaat bekerja sama

menata situasi mereka untuk mengubah diri dan dunia pada umumnya. Transformasi ini

memberdayakan masyarakat untuk hidup praktis dan rohani di masyarakat.

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Robert T.O’Gorman mengawali

pemikirannya ketika melihat masyarakat Amerika sudah lebih cenderung hidup sebagai
individualis. Ketika masyarakat Amerika mengalami kehidupan yang demikian Robert sangat

mendukung kelompok-kelompok kecil dapat dikatakan sebagai lem yang akan menghidupkan

kembali masyarakat yang saling ketergantungan. Sebagai tujuan pendidikan religius menurut

Robert, memuat tiga hal yakni: Pertama, sebuah ide normatif; Kedua, refleksi dan dukungan;

dan ketiga, proses dialektis. Untuk mencapai tujuan pendidikan religious tersebut ia

menggunakan metode pendidikan masyarakat yang mencakup: pelayanan, refleksi, dan

persekutuan. Kepemimpinan menurutnya sangat dibutuhkan dalam setiap kelompok.

Kepemimpinan inilah yang akan memperhatikan setiap kebutuhan masyarakat supaya tercipta

suasana yang saling mengasihi sesama dan Allah.

Tanggapan

Kami menyetujui pandangan Robert.T.O’Gorman yang menciptakan komunitas iman di

tengah-tengah masyarkat. Karena ketika komunitas ini berkembang maka setiap individu

akan hidup saling mengasihi sesama dan menyadari bahwa Allah turut ikut campur dalam

kehidupannya.

Relevansi

Anda mungkin juga menyukai