Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN MESIN


BUBUT

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Rangka Memperoleh


Nilai Mata Kuliah Manajemen Perawatan

Oleh Kelompok 1:

EDIH SUAEDIH NIM. 2015080087


ARGA JUSUF NIM. 2015080083
UNUS WIDIYANSAH NIM. 2015080015
IMAM FAOZI NIM. 2015080085

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipersembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Pengasih


lagi Maha Pemurah, berkat kasinNya kami diberi kesehatan dan keselamatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan makalah ini yang
berjudul “Pemeliharaan dan Perawatan Mesin Bubut”.

Penyusunan laporan ini telah diusahakan semaksimal mungkin guna


menyajikan laporan yang baik. Laporan ini pertama-tama untuk memenuhi tugas
mata kuliah Manajemen Perawatan Fakultas Teknik Industri Universitas
Pamulang. Dalam penyusunan laporan ini penulis telah mengalami kesulitan-
kesulitan baik yang berasal dari luar maupun keterbatasan kemampuan diri
penulis pribadi.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari sempurna.
Oleh karena itu saran dan kritikan yang konstruktif dari para pembaca akan
diterima dengan tangan terbuka demi kesempurnaan laporan ini. Penulis juga
berharap laporan ini lebih bermanfaat dan membuka inspirasi bagi semua
pembaca, serta menambah wawasan tentang pembaca.

Tangerang Selatan 15 Mei 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................. 2
1.3 Tujuan ....................................................................................... 2
1.4 Metode Penulisan ..................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mesin Bubut ........................................................... 3
2.2 Sumber-Sumber Yang Terkait .................................................. 5
2.3 Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) .................................. 9
2.3.1 Tujuan Pemeliharaan ...................................................... 12
2.3.2 Jeni-Jenis Pemeliharaan.................................................. 13
2.3.3 Tugas dan Kegiataan Pemeliharaan................................ 17
2.3.4 Prosedur Pemeliharaan ................................................... 18
2.3.5 Biaya Pemeliharaan ........................................................ 19
2.3.6 Produktivitas dan Efisiensi Pemeliharaan ...................... 19
2.4 Langkah-Langkah Perawatan Mesin Bubut ............................. 20
2.4.1 Bagian atau Komponen Perawatan ................................. 22
2.4.2 Langka-Langkah Kerja ................................................... 24
2.4.2.1 Analisa Pada Eretan .......................................... 24
2.4.2.1 Analisa Pada Chack/Pencekam ......................... 24
2.5 Sistematik Pelumasan Eretan Pada Mesin Bubut ..................... 25
2.6 Intruksi Keselamatan Kerja Dalam Proses Pembubutan .......... 30

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ............................................................................... 31

ii
Halaman
3.2 Saran ......................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 32

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Gerakan Utama Mesin Bubut .................................................... 3
Gambar 2.2 Komponen-Komponen Mesin Bubut ......................................... 4
Gambar 2.3 Pencekam (Chuck) dan Pelat Pembawa ..................................... 7
Gambar 2.4 Bentuk-Bentuk Senter................................................................ 8
Gambar 2.5 Penyangga .................................................................................. 9
Gambar 2.6 Pahat Bubut ................................................................................ 10
Gambar 2.7 Pelumasan Eretan Pada Mesin Bubut ........................................ 25
Gambar 2.8 Bed/Meja Bubut ......................................................................... 26
Gambar 2.9 Foto Bagian-Bagian Dari Eretan ............................................... 27
Gambar 2.10 Foto Dari Tail Stok atau Kepala Lepas .................................... 28
Gambar 2.11 Penjepit Pahat .......................................................................... 29
Gambar 2.12 Eretan Atas............................................................................... 19

iv
BABI
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mesin bubut adalah mesin yang dibuat dari logam, gunanya


untuk membentuk benda kerja dengan cara menyayat, gerakan utamanya
adalah berputar. Bubut merupakan suatu proses pemakanan benda kerja yang
sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian dikenakan pada
pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda
kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan gerakkan
translasi dari pahat disebut gerak umpan (feeding). Dengan mengatur
perbandingan kecepatan rotasi benda kerja dan kecepatan translasi pahat maka
akan diperoleh berbagai macam ulir dengan ukuran kisar yang berbeda. Hal ini
dapat dilakukan dengna jalan menukar roda gigi translasi (change gears) yang
menghubungkan poros spindel dengan poros ulir (lead screw). Roda gigi penukar
disediakan secara khusus untuk memenuhi keperluan pembuatan ulir. Jumlah gigi
pada masing-masing roda gigi penukar bervariasi besarnya mulai dari jumlah 15
sampai dengan jumlah gigi maksimum 127. roda gigi penukar dengan jumlah 127
mempunyai ke khususan karena digunakan untuk monversi dari ulir metrik ke ulir
inchi.

Prinsip Kerja Mesin Bubut Poros spindel akan memutar benda kerja
melalui piringan pembawa sehingga memutar roda gigi pada poros spindel.
Melalui roda gigi penghubung, putaran akan disampaikan ke roda gigi poros ulir.
Oleh klem berulir, putaran poros ulir tersebut diubah menjadi gerak translasi pada
eretan yang membawa pahat. Akibatnya pada benda kerja akan terjadi sayatan
yang berbentuk ulir. Di bidang industri, keadaan mesin bubut sangat berperan
terutama di dalam industri permesinan. Misalnya dalam industri otomotif, mesin
bubut berperan dalam pembuatan komponen-komponen kendaraan, seperti mur,
baut, roda gigi, poros, tromol dan lain sebagainya.

Penggunaan mesin bubut juga dapat dihubungkan dengan mesin lain


seperti mesin bor (drilling machine), mesin gerinda (grinding machine),

1
2

mesinfrais (milling machine), mesin sekrap (shaping machine), mesin gergaji


(sawing machine) dan mesin-mesin yang lainnya. Namun ada salah satu hal yang
paling penting dari sebuah mesin adalah perawatannya. Perawatan dilakukan
untuk menjaga kondisi mesin dalam keadaanyang baik. Sebelum kegiatan
perawatan dilaksanakan, diperlukan kegiatan perencanaan perawatan terlebih
dahulu, ini bertujuan agar proses perawatan berjalan sesuai rencana.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka perumusan


masalah dalam pembuatan perencanaan perawatan ini adalah:
1. Apa itu mesin bubut?
2. Apa fungsi utama komponen mesin bubut?
3. Apa sajakah sumber yang terkait dengan pekerjaan perawatan mesin bubut?
4. Apa yang dimaksud dengan perawatan?
5. Bagaimana langkah-langkah perawatan mesin bubut?
6. Bagaimana sistematika pelumasan eretan pada mesin bubut?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan perencanaan perawatan ini adalah


sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian mesin bubut
2. Mengetahui fungsi utama komponen mesin bubut
3. Mengetahui sumber yang terkait dengan pekerjaan perawatan mesin bubut
4. Mengetahui pengertian tentang perawatan
5. Mengetahui langkah-langkah perawatan mesin bubut.
6. Mengetahui sistematika pelumasan eretan pada mesin bubut.

1.4 Metode penulisan

Metode penulisan pada makalah ini berhubungan dengan pokok


pembahasan pada mesin bubut. Sumber data yang dibahas dalam makalah ini di
ambil di CV. Supriyadi Teknik, pembahasan dari buku referensi dan dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mesin Bubut

Mesin bubut merupakan salah satu jenis mesin perkakas. Prinsip


kerja pada proses turning atau lebih dikenal dengan proses bubut adalah
proses penghilangan bagian dari benda kerja untuk memperoleh bentuk tertentu.
Di sini benda kerja akan diputar/rotasi dengan kecepatan tertentu bersamaan
dengandilakukannya proses pemakanan oleh pahat yang digerakkan secara
translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja. Gerakan putar dari benda
kerja disebut gerak potong relatif dan gerakkan translasi dari pahat disebut
gerak umpan (feeding). Berikut Gambar 2.1 gerakan utama mesin bubut:

(Sumber: http://www.scribd.com/doc/62098732/Makalah-an-Perawatan-Mesin-
BUbut )
Gambar 2.1 Gerakan Utama Mesin Bubut

3
4

Komponen Utama Mesin Bubut Mesin bubut pada dasarnya terdiri dari
beberapa komponen utama antara lain. Fungsi dan bagian bagian utama mesin
bubut seperti pada Gambar 2.2 komponen utama mesin bubut:

(Sumber: CV. Supriyadi Teknik)

Gambar 2.2 Komponen-Komponen Mesin Bubut

1. Kepala Tetap (Headstock)


Adalah bagian mesin yang letaknya disebelah kiri mesin,bagian inilah yang
memutarkan benda kerja. Didalamnya terdapat kumparan satu seri roda gigi
serta roda tingkat atau tunggal. Roda tingkat terdiri atas tiga atau empat buah
keping dengan garis tengah yang berbeda,roda tingkat diputar oleh suatu motor
yang letaknya dibawah atau disamping roda tersebut melalui suatu ban.
2. Kepala Lepas (Tailstock)
Adalah bagian dari mesin bubut yang letaknya disebelah kanan mesin dan
dipasang diatas mesin. Berfungsi:
a. Sebagai tempat pemicu ujung benda kerja yang dibubut
b. Sebagai tempat kedudukan bor pada waktu mengebor
c. Sebagai Tempat kedudukan penjepit bor
Kepala lepas dapat bergeser di sepanjang alas mesin.kepala lepas terdiri atas
dua bagian: yaitu alas dan ban, kedua bagian itu di ikat dengan 2 atau 3 baut.
Ikat dan dapat digerakkan dipenggeser itu di perlukan apabila.
a. Kedudukan kedua senter tersebut tidak sepusat
5

b. Kedudukan kedua senter tidak harus sepusat misalnya untuk menghasilkan


pembubutan yang tirus.
3. Alas (Ways)
Fungsi utama alas mesin bubut ada 3 yaitu:
a. Tempat kedudukan kepala lepas
b. Tempat kedudukan eretan (cariage/support)
c. Tempat kedudukan penyangga diam (stendy prest)
d. Alas yang terbentuk memanjang merupakan tempat tumpuan gaya-gaya
pemakanan pahat saat membubut.
4. Eretan (cariage/support)
Eretan terdiri dari atas alas, eretan lintang, dan eretan atas. Eretan alas adalah
eretan yang kedudukannya pada alas mesin.Gerakan eretan itu melalui roda
yang dihubungkan roda batang gigi panjang yang dipasang dibawah alas
melalui penghantar.
a. Eretan Lintang
Letaknya Diatas eretan alas dan kedudukannya melintang terhadap alas
.fungsi eretan lintang adalah untuk memberikan tempat pemakanan pahat
saat membubut bagian ujung pahat dengan putaran tiap pembagian
ukurannya mengatur pemakanan pada bubut.
b. Eretan Atas
Letak eretan atas berada diatas eretan lintang dan di ikat oleh baut dengan
mur ikat. fungsi eretan atas mesin bubut adalah memegang eretan perkakas
bubut dan memberi gerakan yang diperlukan.
5. Chuck
Berfungsi sebagai tempat untuk memegang benda kerja,.

2.2 Sumber-Sumber Yang Terkait

Dalam mesin bubut terdapat berbagai macam sumber data yang dapat
diperoleh diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia adalah salah satu faktor penentu yang sangat erat
hubungannya dengan mesin bubut, dimana SDM yang berkualitas akan lebih
6

baik dalam mengoperasikan maupun melakukan perawatan mesin bubut itu


sendiri. Dalam pekerjaan perawatan, sumber daya manusia yang dibutuhkan
untuk merencanakan pekerjaan perawatan maupun perbaikan dapat dilakukan
oleh satu orang, namun dalam pelaksanaannya kegiatan perawatan dapat
dibantu oleh seorang operator. Sesuai dengan konsep kerja Total
Produktif Maintenance (TPM).
2. Sumber Daya Alat
Sumber daya alat yang dibutuhkan dalam proses pelaksanaan pekerjaan
perawatan seperti membersihkan, pengecekan, pelumasan pengukuran,
penyetelan, penggantian. Alat-alat yang digunakan untuk mendukung
pekerjaan perawatan mesin bubut adalah sebagai berikut:
a. Lap
b. Kunci Chuck
c. Kunci L
d. Obeng (+) dan (-)
e. Dan lain-lain
f. Kunci pas dan Kunci Ring (1 set)
g. Dial indicator
h. Micrometer
i. Jangka sorong
j. Palu
3. Material
Material mesin bubut dan perlengkapannya sangat penting untuk menentukan
pekerjaan perawatan mesin itu sendiri. Dimana setiap bahan/material berbeda-
beda cara merawatnya. Contoh material pada mesin bubut: Pahat biasanya
menggunakan baja HSS (High Speed Steel) ataupun carbida. Logam-logam
tersebut memiliki kekerasan yang lebih tinggi dari bahan benda kerjanya,
sehingga pahat bisa menyayat dengan baik. Selama membubut, ujung pahat
harus selalu mendapat pendinginan yang kontinyu, karena jika ujung pahat
tersebut panas, pahat akan cepat ausdan tumpul. Cara perawatannya adalah
dengan member pelumas pada saat pengoperasiaanya, ini bertujuan agar pahat
tidak cepat aus.
7

4. Spare Parts
Ketersediaan suku cadang atau biasa disebut spare parts sangat menentukan
keberhasilan perencanaan perawatan pada mesin bubut. Dibawah ini adalah
contoh spare parts yang merupakan komponen dari mesin bubut:
a. Pencekam (Chuck) dan Pelat Pembawa
Pelat pembawa adalah peralatan yang ada dalam mesin bubut yang
digunakan pada saat melakukan pembubutan dengan menggunakan dua
senter, yakni pada proses pembubutan 5 konis misalnya. Pelat ini bentuknya
menyerupai pelat cekam tetapi tidak memiliki penjepit. Pelatini bergerak
karena dipasangnya pembawa dan dijepit pada benda kerja. Seperti pada
Gambar 2.3:

(Sumber: CV. Supriyadi Teknik)


Gambar 2.3 Pencekam (Chuck) Dan Pelat Pembawa

b. Senter
Senter merupakan peralatan mesin bubut yang digunakan untuk menopang
benda kerja yang sedang dibubut, baik pada saat dibubut rata maupun
dibubut tirus. Untuk menempatkan senter ini, ujung benda harus dibuat
8

lubang dengan menggunakan bor senter. Lubang ini dimaksudkan sebagai


tempat atau dudukan kepala senter. Penggunaan senter ini dimaksudkan
untuk menjada atau menahan benda kerja agar kelurusannya terhadap
sumbu tetap terjaga. Pada bagian kepalanya, senter ini berbentuk runcing
dengan sudut ketirusannya 60 derajat. Sementara pada sisi yanglainnya,
berbentuk tirus. Ada dua jenis senter, yaitu senter yang ikut berputar
mengikuti putaran benda kerja (senter jalan/live center) dan senter yang
tidak ikut berputar dengan putaran benda kerja (senter mati/tail stock
center). Berikut Gambar 2.4 dari bentuk senter jalan dan senter mati:

(Sumber: CV. Supriyadi Teknik)


Gambar 2.4 Bentuk-Bentuk Senter

c. Collet
Collet adalah peralatan mesin bubut yang digunakan untuk membantu
menjepit benda kerja yang memiliki permukaan halus, apabila benda kerja
tersebut mau dikerjakan dalam mesin bubut. Dengan kata lain, apabila salah
satu sisi benda kerja telah selesai dikerjakan dan sisii yang satunya akan
dikerjakan, maka untuk mencegah terjadina kerusakan pada permukaan
benda kerja tersebut, dalam menjepitnya harus digunakan collet.
d. Penyangga
Penyangga adalah peralatan mesin bubut yang digunakan untuk menyangga
benda panjang pada saat di bubut. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga
benda kerja agar tidak melentur pada saat dibubut, sehingga kelurusan
benda kerja bisa tetap terjaga. Ada dua jenis penyangga yang dapat
digunakan, yaitu penyangga tetap (stead rest) dan penyangga jalan (follow
9

rest). Kedua jenis penyangga tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.5
berikut:

(Sumber: CV. Supriyadi Teknik)


Gambar 2.5 Penyangga

e. Pahat Bubut
Pahat bubut adalah perkakas potong yang digunakan dalam membubut.
Pahat ini terbuat dari bahan logam keras, seperti HSS ataupun Carbida.
Logam-logam tersebut memiliki kekerasan yang lebih tinggi dari bahan
benda kerjanya, sehingga pahat bisa menyayat dengan baik.Selama
membubut, ujung pahat harus selalu mendapat pendinginan yang kontinyu,
karena jika ujung pahat tersebut panas, pahat akan cepat aus dan tumpul.
Sesuai dengan bentuk dan penggunaannya, pahat-pahat bubut dapat
dinamakan: pahat kasar, pahat penyelesaian, pahat pemotong, pahatalur,
pahat ulir, dan pahat bentuk. Berdasarkan arah pemakanan, pahat dapat
dikelompokkan menjadi pahat kanan dan pahat kiri. Pahat kanan adalah
pahat yang arah pemakanannya dari kanan ke kiri, dan pahat kiri adalah
pahat yang arah pemakannnya dari kiri ke kanan. Berikut ini Gambar 2.6
pahat bubut:
10

(Sumber: CV. Supriyadi Teknik)


Gambar 2.6 Pahat Bubut

f. Data Teknik Mesin Bubut


Dimensi atau ukuran mesin bubut biasanya dinyatakan dalam
diameter benda kerja yang dapat dikerjakan pada mesin tersebut. Misalnya
sebuah mesin bubut ukuran 400 mm mempunyai arti mesin bisa
mengerjakan benda kerja sampai diameter 400 mm. Ukuran kedua yang
diperlukan dari sebuah mesin bubut adalah panjang benda kerja. Beberapa
pabrik menyatakan dalam panjang maksimum benda kerja diantara kedua
pusat mesin bubut, sedangkan sebagian pabrik lain menyatakan dalam
panjang bangku. Ada beberapa variasi dalam jenis mesin bubut dan variasi
dalam desainnya tersebut tergantung cara pengoperasiannya dan jenis
produksi atau jenis benda kerja. Dilihat cara pengoperasian mesin bubut
dibagi menjadi dua jenis yaitu mesin bubut manual dan mesin bubut
otomatis. Mesin bubut manual adalah mesin bubut yang proses
pengoperasiannya secara manual dilakukan oleh manusia secara langsung,
sedangkan mesin bubut atomatis adalah mesin bubut yang perkakasnya
secara otomatis memotong benda kerja dan mundur setelah proses
diselesaikan, dimana semua pegerakan sudah diatur atau deprogram secara
otomatis dengan mengunakan komputer. Mesin bubut yang otomatis
sepenuhnya dilengkapi dengan tool magazine sehingga sejumlah alat potong
dapat diletakan dimesin secara berurutan dengan hanya sedikit pengawasan
dari operator. Mesin bubut otomatis ini lebih dikenal dengan sebutan CNC
(Computer Numerical Control) Lathe Machine (mesin bubut dengan system
komputer kontrol numeric).
11

2.3 Pengertian Pemeliharaan (Maintenance)

Definisi Pemeliharaan Pemeliharaan merupakan fungsi yang pentin dalam


suatu pabrik. Sebagai suatu usaha menggunakan fasilitas/peraltan produksi agar
kontinuitas produksi dapat terjamin dan menciptakan suatu keadaan operasi
produksi yang memuaskan sesuai dengan rencana. Selain itu, fasilitas/peralatan
produksi tersebut tidak mengalami kerusakan selama dipergunakan sebelum
jangka waktu tertentu yang direncanakan tercapai. Pemeliharaan (maintenance),
menurut The American Management Association, Inc. (1971), adalah kegiatan
rutin, pekerjaan berulang yang dilakukan untuk menjaga kondisi fasilitas produksi
agar dapat dipergunakan sesuai dengan fungsi dan kapasitas sebenarnya secar
efesien ini berbeda dengan perbaikan. Pemeliharaan atau maintenance juga
didefinisikan untuk menjaga suatu barang dalam, atau memperbaikinya sampai
suatu kondisi yang bisa diterima (BS3811, 1974 dalam Corder, 1992). Di
Indonesia, istilah pemeliharaan itu sendiri telah dimodifikasi oleh Kementrian
Tekhnologi (sekarang Departemen Perdagangan dan Industri) pada bulan april
1970, menjadi teroteknologi. Kata teroteknologi ini diambil dari bahasa Yunani
Terein yang berarti merawat, memelihara, dan menjaga. Teroteknologi adalah
kombinasi dari manajemen, keuangan, perekayasaan dan kegiatan lain yang
diterapkan bagi asset fisik untuk mendapatkan biaya siklus hidup ekonomis. Hal
ini berhubungan dengan spesifikasi dan rancangan untuk keandalan serta mampu
pemelihara dari pabrik, mesin-mesin, peralatan, bangunan, dan struktur dan
instalasinya, pengetesan, pemeliharaan modifikasi, dan penggantian, dengan
umpan balik informasi untuk rancangan, untuk kerja dan biaya (Corder, 1992).

Pemeliharaan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk memelihara atau


menjaga fasilitas atau peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau
penyesuaian/ penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan
operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan. Jadi
dengan adanya kegiatan pemeliharaan ini maka fasilitas atau peralatan pabrik
dapat dipergunakan produksi sesuai dengan rencana, dan tidak mengalami
kerusakan selama fasilitas/ peralatan tersebut dipergunakan untuk proses produksi
atau sebelum jangka waktu tertentu yang direncanakan tercapai. Sehingga
dapatlah diharapkan proses produksi dapat berjalan lancar dan terjamin, karena
12

kemungkinan-kemungkinan kemacetan yang disebabkan tidak baiknya beberapa


fasilitas atau peralatan produksi telah dihilangkan atau dikurangi.

Prosedur-prosedur pengawasan kualitas/mutu dirancangkan untuk


menjajaki cirri-ciri khas dari kualitas/mutu dan untuk mengambil tindakan
mempertahankan serta memelihara kualitas/mutu dalam batas-batas tertentu. Pada
beberapa contoh, tindakan itu memungkinkan membutuhkan pemeliharaan
pemeliharaan peralatan. Fungsi pemeliharaan lalu merupakan suatu peranan
pembantu supaya alat-alat perlengkapan dapat bekerja efektif, baik untuk
mempertahankan standar-standar kualitas maupun supaya dapat mempertahankan
standar-standar kuantitatif dan standar-standar biaya dari output.

2.3.1 Tujuan Pemeliharaan

Menurur Corder (1992) tujuan pemelihraan yang utama dapat


didefinisikan dengan jelas sebagai berikut:
1. Memperpanjang usia kegunaan aset (yaitu setiap bagian dari suatu tempat kerja
, bangunan dan isinya)
2. Menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi (atau
jasa) dan mendapatkan laba investasi (return of investment) maksimum yang
mugkin.
3. Menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.

Ada terdapat kebijaksanaa-kebijaksanaan alternatif yang mungkin/pantas,


tergantung pada situasi dan biaya-biaya relatif. Pertama, apakah pemeliharaan
yang rutin itu hemat/ekonomis, atau apakah akan lebih murah (kurang mahal)
untuk menunggu sampai terjadinya kerusakan-kerusakan dan kemudian
memperbaiki peralatan itu? Apakah ada penunjuk-penunjuk yang dapat
memperlihatkan, kapan pemeliharaan preventif mungkin ekonomis atau hemat?
Tingkatan pelayanan untuk perbaikan manakah yang layak apabila terjadi
kerusakan-kerusakan? Sebesar apakah seharusnya jumlah petugas-petugas
pemeliharaan untuk mengimbangi biaya-biaya waktu berhenti bekerja (mesin-
mesin) terhadap biaya-biaya untuk para petugas (to balance the costs of time
versus the crew costs)? lagi pula ada terdapat keputusankeputusanjangka panjang
13

vmengenai kemungkinan pembongkaran (overhaul) atau penggantian sebuah


mesin (Elwoods,1992).

2.3.2 Jenis-Jenis Pemeliharaan

Corder, (1992) membagi kegiatan pemeliharaan kedalam dua bentuk, yaitu


pemeliharaan terencana (planned maintenance) dan pemeliharan tak terencana
(unplanned maintenance), dalam bentuk pemeliharaan darurat (breakdown
maintenance). Pemeliharaan terencana (planned maintenance) merupakan
kegiatan perawatan yang dilaksanakan berdasarkan perencanaan terlebih dahulu.
Pemeliharaan terencana ini terdiri dari pemeliharaaan pencegahan (preventive
maintenance) dan pemeliharan korektif (corrective maintenance).
1. Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance)
Preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak terduga
dan menentukan kondisi atau keadaan yang menyebabkan fasilitas produksi
mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi.
Preventive maintenance ini sangat efektif digunakan dalam menghadapi
fasilitas produksi yang termasuk dalam “critical unit”. Sebuah fasilitas atau
peralatan produksi termasuk dalam “critical unit” apabila kerusakan fasilitas
atau peralatan tersebut akan membahayakan kesehatan atau keselamatan para
pekerja, mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan, menyebabkan
kemacetan pada seluruh produksi, dan modal yang ditanamkan dalam fasilitas
tersebut cukupbesar atau harganya mahal (Assauri, 2004). Dalam prakteknya,
preventive maintenance yang dilakuakn oleh suatu pabrik dapat dibedakan
menjadi routine maintenance dan periodic maintenance. Routine maintenance
adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan berdasarkan
lamanya jam kerja mesin sebagai jadwal kegiatan, misalnya seratus jam sekali,
dan seterusnya. Kegiatan periodic maintenance ini jauh lebih berat dari routine
maintenance (Assauri, 2004).
2. Pemeliharaan Korektif (corrective maintenance)
Menurut Prawirosentono (2000), pemeliharaan korektif (corrective
maintenance) adalah peralatan yang dilaksanakan karena adanya hasil produk
14

yang tidak sesuai dengan rencana. Kegiatan ini dimaksudkan agar fasilitas/
peralatan tersebut dapat digunakan kembali dalam operasi, sehingga proses
produksi dapat berjalan lancer kembali. Sedikit berbeda dengan pendapat
sebelumnya, selain preventive maintenance dan corrective maintenance, Patton
(1983) menambahkan satu jenis pemeliharaan lagi, yaitu “pemeliharaan
kemajuan” (improvement maintenance), yang berfungsi untuk memodifikasi,
mendisain ulang, dan merubah mesin ataupun pesanan. Disamping
pemeliharaan terencana (planned maintenance) yang telah dijelaskan
sebelumnya, terdapat pula pemeliharaan tidak terencana (unplanned
maintenance). Pemeliharaan tidak terencana didefinisikan sebagai
pemeliharaan yang dilakukan karena adanya indikasi atau petunjuk bahwa
adanya tahap kegiatan proses produksi yang tiba-tiba memberikan hasil yang
tidak layak. Pelaksanaan pemeliharaan tak terencana ini dapat berupa
pemeliharaan darurat (emergency maintenance) yaitu kegiatan perawatan
mesin yang memerlukan penanggulangan yang bersifat darurat agar tidak
menimbulkan kerusakan yang lebih parah ( Prawirosentono, 2000).
3. Pemeliharaan Prediktif
Pemliharaan prediktif merupakan salah satu dari jenis pemeliharaan yuang
lebih baru yang dapat diharapkan akan memperoleh perhatian yang lebih besar
yang disebut pemeliharaan prediktif, ini adalah suatu jenis pemeliharaan
preventif yang menyangkut penggunaan instrumen-instrumen peka (misalnya,
penganalisa vibrasi, meter amplitude, meteran audio, alat peralatan optis,
tekanan, temperatur, dan meteran tahanan) untuk meramalkan gangguan.
Kondisi-kondisi dapat diukur secara berkala atau atas suatu dasar berlanjut,
dalam hal ini memungkinkan orang-orang pemeliharaan suatu perpanjangan
dari umur peralatan tanpa kekhawatiran terjadi gangguan. Dalam suatu contoh
yang dikutip oleh Quinn, “beberapa turbo-generator besar telah dibongkar tiap-
tiap tahun untuk pemeriksaan, dan lebih belakangan tiap-tiap tahun. Sekarang
dengan pemeliharaan prediktif mereka telah beroperasi secara berlanjut dan
secara memuaskan tanpa pembongkaran selama lebih dari lima tahun” (Harold.
T amrine: 1986). Penting sekali memahami pemiliharaan prediktif ini untuk
kemajuan bersama dalam bidang pemiliharaan dan perbaikan di dunia industri.
15

4. Pengendalian Pemeliharaan
Pengendalian pemeliharaan pada dasarnya menyangkut pekerjaan tulis-menulis
dan rekaman-rekaman. Rekaman yang sebaik-baiknya diperlukan untuk
program pemeliharaan yang berhasil hamper tidak tergantung pada ukuran
pabrik. Bahkan dalam rumah kita sendiri yang lebih berhasil dari perkakas -
perkakas kita yang banyak itu dapat dicapai bila kita menyusun suatu jadwal
pemeriksaan sederhana untuk kerusakan-kerusakan yang nyata, data-data dan
penemuan-penemuan yang direkam, dan mengambil tindakan yang cocok
sebelum terjadi kerusakan. Beberapa langkah-langkah pengendalian yang
dipergunakan dan bentuk-bentuk yang membantu adalah sebagai berikut:
a. Pemberian Wewenang Kerja
Seperti dikemukakan di muka, suatu pemberian wewenang kerja atau
perintah kerja biasanya diperlukan sebelum suatu pekerjaan pemeliharaan
dapat dimulai. Bentuk diisi oleh mandor yang beroperasi yang bersangkutan
atau oleh seorang yang mempunyai tanggungjawab langsung atas operasi
peralatan.perintah itu mencakup informasi mengenai lokasi pekerjaan,
pekerjaan yang harus dilakukan, dan tanggal di mana pekerjaan harus dan
dapat dimulai. Persetujuan dari lainnya di dalam wewenang biasanya
diperlukan, tidak hanya sebagai langkah pengendalian untuk memastikan
pekerjaan itu perlu, tetapi juga supaya pasti bahwa bahan dan tenaga
tersedia, untuk mengerjakan perintah menurut jadwal keseluruhan dan untuk
memastikan pekerjaan ini tidak menghendaki suatu pelanggaran dari
kebijakan perusahaan, peraturan-peraturan keselamatan atau syarat-syarat
bangunan.
b. Jadwal Kerja
Salah satu dari tahap-tahap pengendalian pemeliharaan yang lebih sulit
adalah penyusunan suatu jadwal yang mencukupi bila suatu kelompok dari
perintah kerja yang diberikan berada dalam tangan. Sebagai langkah
pertama mandor pemeliharaan atau pengawas pengendalian pekerjaan harus
membuat estimasi mengenai jumlah tenaga kerja dan waktu yang diperlukan
untuk setiap perintah kerja. Kemudian, setelah mengerti jumlah tenaga kerja
yang tersedia pada kelompok-kelompok, ia dapat menjabarkan semacam
16

estimasi jadwal. Tekanan perlu diberikan pada perkataan “estimasi”, karena


setiap jadwal pemeliharaan adalah justru mencakup perkataan itu. Bahkan
didalam pabrik yang terbaik suatu pemberitahuan darurat akan sering dating
yang mengganggu jadwal yang telah disusun dengan cermat.
c. Biaya Bahan
Biaya-biaya dari pemeliharaan pekerjaan biasanya diketemukan dengan
menyelusuri bahan yang dipergunakan dan jam tenaga kerja yang
dihabiskan pada setiap pekerjaan. Biaya bahan ditentukan dengan
menggunakan permintaan-permintaan gudang.
d. Biaya Tenaga Kerja
Jam tenaga kerja yang telah dipakai pada suatu pekerjaan dapat direkam
dengan bermacam-macam cara. Beberapa perusahaan mempunyai setiap
giliran mekanik di dalam suatu kartu khusus pada akhir tiap hari
menunjukan berapa banyak waktu yang telah dipergunakan pada setiap
pekerjaan yang telah ditugaskan kepadanya.
e. Anggaran Meskipun biaya-biaya turun naik, harus dibuat estimasi tertentu
untuk tujuan pembuatan anggaran. Di sini pengalaman adalah penunjuk
jalan yang terbaik. Biaya-biaya pemeliharaan tahun depan tidak akan
berbeda terlalu banyak dengan tahun yang lalu dila di asumsi bahwa jadwal
produksi adalah kira-kira sama dan bahwa manajemen tidak mengizinkan
(atau merencanakan untuk tidak mengizinkan) tingkat umum pemeliharaan
naik atau turun. Anggarananggaran sering disusun atas dasar suatu
persentasi atau atas dasar sekian dollar pemeliharaan untuk sekian unit
keluaran produksi.
f. Rekaman-Rekaman Peralatan
Rekaman peralatan adalah suatu bagian yang perlu dari tiap-tiap program
pemeliharaan yang baik. Rekaman-rekaman seperti itu mencakup semua
data yang bersangkutan mengenai peralatan itu sendiri. Seperti nomor seri,
leveransir dan biaya permulaan. Informasi semacam itu tentu perlu pada
waktu memesan bagian-bagian atau bila mencari informasi mengenai
peralatan itu dari leveransir. Sehelai kartu rekaman dapat juga berisi suatu
17

rekaman dari pekerjaan reparasi dilaksanakan, jadwal untuk pemeriksaan


dan biaya untuk pemeriksaan dan reparasi (Harold T amrine: 1986).

2.3.3 Tugas dan Kegiatan Pemeliharaan

Menurut Assauri (2004), semua tugas dan kegiatanpemeliharaan dapat


digolongkan kedalam salah satu dari lima tugas pokok, yaitu:
1. Inpeksi (Inspection)
Kegiatan inpeksi meliputi kegiatan pengecekkan atau pemeriksaan secara
berkala (routine schedule check) bangunan dan peralatan pabrik sesuai dengan
rencana serta kegiatan pengecekan atau pemeriksaan terhadap peralatan yang
mengalami kerusakan dan membuat laporan hasil pengecekan dan pemeriksaan
tersebut. Hasil laporan inpeksi harus memuat keadaan peralatan yang
diinspeksi, sebab terjadinya kerusakan (bila ada), usaha perbaikan yang telah
dilakukan, dan saran perbaikan atau penggantian yang diperlukan. Maksud dari
kegiatan inspeksi ini adalah untuk mengetahui apakah pabrik selalu
mempunyai peralatan/ fasilitas produksi yang baik untuk menjamin kelancaran
proses produksi.
2. Kegiatan Teknik (Enginerring)
Kegiatan teknik meliputi kegiatan percobaan peralatan yang baru dibeli,
pengembangan peralatan atau komponen yang perlu diganti, serta melakuakan
penelitian terhadap kemungkinan pengembangan tersebut.
3. Kegiatan Produksi (Production)
Kegiatan produksi merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya, yaitu
memperbaiki dan mereparasi mesin-mesin dan peralatan. Secara fisik,
melaksanakan pekerjaan yang disarankan dalam kegiatan inspeksi dan teknik,
melaksanakan service dan pelumasan. Kegiatan produksi ini dimaksudkan agar
kegiatan produksi dalam pabrik dapat berjalan lancar sesuai rencana.
4. Kegiatan Administrasi (Clerical Work)
Pekerjaan administrasi ini merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
administrasi kegiatan pemeliharaan yang menjamin adanya catatan-catatan
mengenai kegiatan atau kejadian-kejadian yang terpenting dari bagian
pemeliharaan.
18

5. Pemeliharaan Bangunan (House Keeping) kegiatan pemeliharaan bangunan


merupakan kegiatan untuk menjaga agar bangunan tetap terpelihara dan
terjamin kebersihannya.

2.3.4 Prosedur Pemeliharaan

Sebelum melakukan pemeliharaan terhadap asset atau fasilitas yang


digunakan dalam produksi, sebaiknya terlebih dahulu telah disusun rencana akan
hal-hal atau kegiatan apa saja yanga akan dilakukan terhadap mesin tertentu.
Corder (1992) memaparkan prosedur yang harus dilalui dalam melakukan
kegiatan pemeliharaan, anatara lain:
1. Menentukan Apa Yang Dipelihara
Hal ini meliputi pembuatan daftar sarana, penyusunan bahan-bahan yang
menyangkut pembiayaan, karena ini merupakan asset fisik yang memerlukan
pemeliharaan dan merupakan salah satunya alas an yang bisa
dipertanggungjawabkan dalam meminta pengeluaran biaya.
2. Menentukan Bagaiman Asset Atau Sarana Tersebut Dapat Dipelihara
Membuat jadwal pemeliharaan bagi setiap mesin atau peralatan yang telah
ditentukan. Sistem ini dapat dimulai dengan melakukan pemeliharan terencana
bagi beberapa mesin “kunci” dan kemudian diikuti oleh mesin lain sampai
tercapai tingkat pemeliharaan ekonomis yang optimum.
3. Setelah Mempersiapkan Jadwal Pemeliharaan
Selanjutnya adalah menyusun spesifikasi pekerjaan yang dihimpun dari jadwal
pemeliharaan. Spesifikasi ini disiapkan terpisah untuk masing-masing kegiatan
dan frekuensi pemeriksaan.
4. Membuat Perencanaan Mingguan
Rencana ini dibuat bersama-sama dengan bagian produksi, biasanay dengan
seksi perencanaan dan kemajuan produksi. Pengaturan dan pemberhentian
pabrik untuk pemeriksaan pemeliharaan pencegahan terencana dan reparasi
adalah persyaratan dasar yang mutlak.
5. Membuat dan mengisi blanko laporan pemeriksaan
Proses membuat dan mengisi blanko laporan pemeriksaan yang diikutkan
bersama spesifikasi pekerjaan pemeliharaan. Setelah pemeliharaan selesai,
19

blanko ini dikembalikan ke kantor perencana pemeriksaan. Untuk


memudahkan pelaksanaan maintenance, maka kegiatan maintenance yang
dilakukan berdasarkan pada pemeliharaan dengan pesanan (maintenance work
order system), sistem daftar pengecekan (check list system), dan rencana
triwulan. Work Order System yaitu kegiatan maintenance yang dilaksanakan
berdasarkan pesanan dari bagian produksi maupun bagian-bagian lain. Check
List Sytem merupakan dasar atau schedule yang telah dibuat untuk melakuakn
kegiatan maintenance dengan cara pemeriksaan terhadap mesin berkala.
Rencana kegiatan maintenance per triwulan dilaksanakn berdasarkan
pengalaman-pengalaman atau catatan-catatan sejarah mesin, yaitu kapan suatu
mesin harus dirawat atau diperbaiki (Prawirosentono, 2000).

2.3.5 Biaya Pemeliharaan

Biasanya makin tinggi nilai pabrik, makin tinggi pula biaya perawatannya.
Umur pabrik, keterampilan para operatorrnya,perlunya terus menjalankan pabrik
tersebut memiliki peranan yang besar dalam menentukan pentingnya perawatan
dan biaya yang dapat dibenarkan (Walley, 1987). Biaya pemeliharaan preventif
terdiri atas biaya-biaya yang timbul dari kegiatan pemeriksaan dan penyesuaian
peralatan, penggantian atau perbaikan komponen-komponen, dan kehilangan
waktu produksi yang diakibatkan oleh kegiatan-kegiatan tersebut. Biaya
pemeliharaan korektif adalah biaya-biaya yang timbul bila peralatan rusak atau
tidak dapat beroperasi, yang meliputi kehilangan waktu produksi, biaya
pelaksanaan pemeliharaan, ataupun biaya penggantian peralatan (Handoko, 1987).

2.3.6 Produktivitas dan Efesiensi Pemeliharaan

Encyclopedia of Professional Management dalam Atmosoeprapto (2000)


menyebutkan bahwa produktivitas adalah suatu ukuran sejauh mana sumber-
sumber daya digabungkan dan dipergunakan dengan baik untuk dapat
mewujudkan hasil-hasil tertentu yang diinginkan. Produktivitas dapat dijabarkan
sebagai hasil penjumlahan atau merupakan fungsi dari efektivitas dan efesiensi.
Efektivitas merupakan ukuran yang menggambarkan sejauh mana sasaran dapat
dicapai, sedangkan efesiensi menggambarkan bagaimana sumber-sumber daya
20

dikelola secara cepat dan benar. Efektivitas dan efesiensi yang tinggi akan
menghasilkan produktivitas yang tinggi (Atmosoeprapto, 2000). Dalam mencapai
efektivitas pemeliharaan mesin dan seluruh fasilitas produksi secara optimum,
maka Prawirosentono (2000) membagi kegiatan maintenance menjadi lima
kelompok pokok yaitu:
1. Pemeliharaan Mesin (Mechanical Maintenance).
2. Pemeliharaan Jaringan Listrik (Electrical Maintenance).
3. Pemeliharaan Instrumen (Instrument Maintenance).
4. Perawatan Pembangkit Listrik (Electrical Power Maintenance).
5. Bengkel Pemeliharaan (Workshop).

Menurut Siagian (2002) menyatakan bahwa prinsip efesiensi secara


sederhana berarti menghindarkan segala bentuk pemborosan. Efesiensi mesin
merupakan rasio antara keluaran actual dan kapasitas efektif. Kapasitas efektif
adalah keluaran maksimum yang dapat dihasilkan mesin pada kondisi nyata yang
antara lain dipengaruhi oleh penjadwalan produksi, perawatan mesin, factor
kualitas, dan waktu istirahat operator. Keluaran actual adalah laju keluaran yang
benar-benar dicapai. Laju keluaran ini dipengaruhi kerusakan mesin, adanya
produk cacat dan kekurangan bahan baku (Stevenson, 1996 dalam Fachrurrozi,
2002). Masalah efesiensi dalam manajemen pemeliharaan lebih ditekankan pada
aspek ekonomi dengan memperhatikan besarnya biaya yang terjadi, dan alternatif
tindakan yang dipilih untuk dilaksanakan sehingga perusahaan dapat memperoleh
keuntungan. Di dalam persoalan ekonomis ini, perlu diadakan analisis
perbandingan biaya antara masing-masing alternative tindakan yang dapat diambil
(Assauri, 2004).

2.4 Langkah-Langkah Perawatan Mesin Bubut

Berikut ini langkah-langkah perawatan yang dilakukan pada mesin bubut:


1. Perawatan Alat /Tools:
a. Pengecekan Pahat/pisau Bubut, ukuran sudut pemakanan sesuai atau tidak.
b. Pengecekan rumah pahat, ukuran lubang tidak mengalami kelonggaran.
c. Pengecekan senter kepala lepas.
d. Pemeriksaan handel pengubah transmisi daya/ kecepatan putar.
21

2. Perawatan Umum
Untuk menjaga agar mesin tidak cepat rusak diperlukan perawatan
dan pengoperasian yang benar dan seksama. prosedur perawatan mesin bubut
ini adalah:
a. Mesin bubut ini tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung.
b. Dalam pelaksanaan perawatan seperti pengantian oli pelumasan mesin
dan pemberian grease, diharuskan memakai oli yang dipersyaratkan oleh
pabrik pembuat mesin.
c. Setelah selesai mengoperasikan mesin,bersihkan bagian-bagian mesin
dari beram-beram hasil pemotongan dan cairan pendingin.
d. Untuk pemasangan benda kerja pada poros utama, tidak diperkenakan
memukul benda kerja secara keras dengan mengunakan palu/hammer.
e. Jaga dan perhatikan secara seksama selama pengoperasian mesin,jangan
sampai beram-beram yang halus dan keras terutama beram besi tulang jatuh
kemeja mesin dan terbawa oleh eretan.
f. Setelah selesai mengoperasikan mesin,atur semua handel-handel pada posisi
netral dan mematikan sumber tenaga mesin.
3. Perawatan Khusus:
Perawatan khusus ini dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat,
berdasarkan pengalaman dan buku petunjuk perawatan yang diberikan oleh
pabrik pembuat mesin.
a. Motor Utama (Motor Pembangkit)
Ada dua kerusakan yang biasa terjadi pada motor pembnagkit yaitu: Motor
tidak mampu bekerja, Ada 7 kemungkinan yang menyebabkan motor
pembangkit tidak mau bekerja:
1) Tegangan dari sumber tenaga yang masuk ke motor pembangkit rendah,
sehingga tidak sanggup membangkitkan motor pembangkit.
2) Arus yang masuk ke motor pembangkit beda phasanya, maka
diperlukan pengikuran arus yang masuk satu phasa atau tiga phasa sesuai
dengan motor pembangkit.
22

3) Sekring pada circuit breaker putus/terbakar,apabila terjadi hal yang


demikian,maka gantilah sekring tersebut dengan yang baru dan
spesifikasi yang sama.
4) Tidak sempurnanya kontak-kontak pada switch atau saklar.
5) Coil pada saklar terbakar
6) Tidak terjadi hubungan pada kontak limit switch
7) Rem motor tidak berfungsi secara baik
b. Motor cepat panas
Ada tiga penyebab yang mengakibatkan motor penggerak menjadi cepat
panas yaitu:
1) Perbedaan tegangan
2) Periksa tegangan listrik yang masuk
3) Beban motor yang berlebihan dengan adanya beban yang berlebihan dari
yang ditentukan akan dapat menimbulkan panas berlebihan pada yang
berlebihan pada motor pengerak,untuk itu perlu diatur kembali beban
agar sesuai dengan yang telah ditentukan.

2.4.1 Bagian Atau Komponen Perawatan

Berikut adalah bagaian atau komponen perawatan pada mesin bubut yang
harus dijaga dengan baik:
1. Kepala tetap Pada mesin bubut adalah memegang kunci utama pada
keberhasilan pekerjaan mengunakan mesin bubut. Kerusakan yang umum
terjadii pada kepala tetap mesin bubut di antaranya adalah:
a. Putaran poros utama tersendat-sendat.
b. Putaran poros utama terlalu berat.
c. Suhu atau temperature pada kepala lepas terlalu tinggi.
d. Terjadinya suara yang bising pada kepala lepas.
e. Tidak senter.
2. Eretan Kesalahan atau kerusakan yang sering timbul pada eretan adalah
sebagai berikut:
a. Eretan sangat berat meluncur pada mesin bubut.
23

b. Penyelesaianya lakukan pemeriksaan baut-baut penyetel kerapatan eretan,


apabila terlalu kuat longarkan baut-baut tersebut.
c. Hasil pekerjaan tidak rata.hal ini terjedi karena adanya ganguan pada pinion
gear, usaha mengatasinya ialah dengan memperbaiki gigi pinion atau
mengganti gigi pinion yang baru.
d. Pemakanan pada benda kerja tidak rata pada waktu langkah otomatis atau
penyayatan otomatis, hal ini disebabkan oleh tidak senternya poros
transportir.
e. Terlalu berat pada waktu pemotongan menyilang, kemungkinan ini
disebabkan terlalu kuatnya pengikat baut untuk pemotongan menyilang.
f. Tidak rata permukaan penyayatan menyilang (facing), hal ini kemungkinan
disebabkan tidak tepatnya penyetelan baut-baut pengikat poros utuk
pemakanan.
g. Teralalu keras gerakan toolpost.hal ini disebabkan oleh gangguan
pemasangan pasak.
h. Kedudukan tool post kurang teliti sehingga pemakanan kurang baik.
i. Pompa pada apron sangat sulit dioperasikan, hal ini disebabkan minyak
pelumas yang sudah kotor, lakukan pembersian atau penggantian minyak
pelumas serta membersihkan pipa-pipasalurannya
3. Kepala Lepas
Kepala lepas mudah bergetar atau tidak setabil selama pelaksanan pembubutan.
Jika hal ini terjadi kemungkinan ialah kurang kuatnya pengikat baut pengikat
kepala lepas dengan meja atau rangka mesin
4. Kunci Chak
Pada kunci chak adalah bagian alat yang sangat penting, karena alat yang
sering digunakan untuk membuka dan mengencangkan pencekam, perawatan
yang harus dilakukan adalah:
a. Periksa bagian pengencang/mulut pengunci terlihat aus atau tidak, jika
terjadi haus maka pengencangan terjadi slip.
b. Jika terjadi haus, perlu penambahan daging, dengan cara pengelasan listrik.
c. Setelah dilas kemudian, fraislah (Mesin Milling) pengunci hingga terbentuk
persegi, (segi empat).
24

d. Setelah terbentuk rapihkann bagian yang tajam agar tidak melukai pekerja.

2.4.2 Langkah-Langkah Kerja

Langkah-langkah kerja yang dilakukan pada perawatan mesin bubut,


Sebelum melakukan pekerjaan alignment sediakanlah safety tools guna
menghindari hal-hal yang tidak kita inginkan. Adapun langkah-langkah kerja
untuk melakukan alignment adalah:
1. Persiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan
2. Gunakan peralatan sesuai pada tempatnya
3. Periksa setiap bagian poros, puli, chack dan sabuk penggerak pada saat motor
sebelum bekerja maupun sedang bekerja.
4. Lakukan pengukuran untuk menentukan ketegak lurusan, kebulatan
menggunakan dial indicator.
5. Lakukan pemeriksaan kebengkokan pada chack/pencekam, Gunakan dial
indicator.
6. Periksa setiap eretan, apakah terjadi gesekan antara eretan dankedudukan
eretan.
7. Lumasi oli/pelumas pada bagian-bagian yang terjadi gesekan.
8. Lakukan penyetelan pada kedudukan mesin agar terjadi keseimbangan.
9. Tulislah catatan setiap hasil pemeriksaan.
10. Bersihkan tempat kerja setelah mengaligment.

2.4.2.1 Analisa Pada Eretan

Dari survey yang dilakukan, maka dapat kita menyimpulkan bahwa eretan
atas dan eretan melintang masih harus di aligment, karena pada setiap eretan
masih terlalu bergesekan atau kurangnya pelumasan. Pada tutup eretan pecah
maka harus mengganti tutup eratan yang baru.

2.4.2.2 Analisa Pada Chack/Pencekam

Dari pengamatan yang dilakukan pada ssat proses perawatan mesin bubut,
dapat disimpulkan bahwa:
25

1. Chack Terjadi Kebalingan.


2. Baut Pengikat Poros Chack Dalam Kurang Satu.
3. Baut Chack Patah Satu.

Maka chack tersebut harus menyetel kembali semula agar hasil penyayatan
lebih baik. Analisa pada kedudukan mesin/ngepel. Berdasarkan hasil pengamatan
yang penulis peroleh, dapat kita mengambil kesimpulan bahwa kedudukan mesin
tidak terjadi kerataan kedudukan, maka harus di lepel agar mesin dapat digunakan
sebaik mungkin, agar redaman getaran pada kecepatan lebih sedikit terjadi getaran
yang tidak kita inginkan.

2.5 Sistematik Pelumasan Eretan Pada Mesin Bubut

(Sumber: CV. Supriyadi Teknik)


Gambar 2.7 Pelumasan Eretan Pada Mesin Bubut

Suatu mesin dalam melakukan pekerjaannya memerlukan energi dan


waktu yang dibutuhkan dalam mengerjakan suatu proses produksi. Pada
kesempatan ini penulis ingin membahas dan mengkaji lebih dalam, pada
sistematik pelumasan pada eretan mesin bubut. Untuk lebih jelasnya mari kita
mengkaji dan meneliti bersama seperti apa sistematik pelumasan pada Eretan
Mesin Bubut. Dan bagian-bagian dari eretan mesin bubut antara lain adalah:
26

1. Meja Mesin (Bed)


Meja mesin bubut berfungsi sebagai tempat dudukan kepala lepas,
eretan, penyangga diam (stedy rest), dan merupakan tumpuan gaya pemakanan
waktu pembubutan. Bentuk meja ini bermacam-macam, ada yang datar dan ada
yang salah satu atau kedua sisinya mempunyai ketinggian tertentu.
Permukaannya halus dan rata, sehingga gerakan kepala lepas dan lain-lain di
atasnya lancar. Bila alas ini kotor atau rusak akan mengakibatkan jalannya
eretan tidak lancar sehingga akan diperoleh hasil pembubutan yang tidak baik
atau kurang presisi. Untuk proses pelumasannya dengan teknik pelumasan
siram atau teknik pelumasan semir, dengan cara disemprot atau dikus dengan
oli pelapis anti karat. Seperti pada Gambar 2.8:

(Sumber: CV. Supriyadi Teknik)


Gambar 2.8 Bed/ Meja Mesin Bubut

2. Eretan (Carriage)
Eretan terdiri atas eretan memanjang (longitudinal carriage) yang
bergerak sepanjang alas mesin, eretan melintang (crosscarriage) yang bergerak
melintang alas mesin, dan eretan atas (top carriage) yang bergerak sesuai
dengan posisi penyetelan di atas eretan melintang. Kegunaan eretan ini adalah
untuk memberikan pemakanan yang besarnya dapat diatur menurut kehendak
operator yang dapat terukur dengan ketelitian tertentu yang terdapat pada roda
pemutarnya. Perlu diketahui bahwa semua eretan dapat dijalankan secara
otomatis ataupun manual. Pada eretan teknik pelumasan dengan cara
pelumasan teknik tekan atau dengan sistem hidrolik pada tuas pemompa oli
27

atau pelumas kesela-sela antara meja dengan eretan. Mengapa digunakan


sistem pelumasan seperti ini, agar proses pelumasan lebih cepat, praktis, dan
dapay menjangkau bagian yang sempit seperti poros transportir penggerak
maju mundur eretan pada saat digunakan. Berikut ini Gambar 2.9 foto bagian-
bagian dari eretan:

(Sumber: CV. Supriyadi Teknik)


Gambar 2.9 Foto Bagian- Bagian Dari Eretan

3. Kepala Lepas (Tail Stock)


Kepala lepas sebagaimana digunakan untuk dudukan senter putar
sebagai pendukung benda kerja pada saat pembubutan, dudukan bor tangkai
tirus, dan cekam bor sebagai menjepit bor. Kepala lepas dapat bergeser
sepanjang alas mesin, porosnya berlubang tirus sehingga memudahkan tangkai
bor untuk dijepit. Tinggi kepala lepas sama dengan tinggi senter tetap. Kepala
lepas ini terdiri dari dua bagian yaitu alas dan badan, yang diikat dengan 2 baut
pengikat (A) yang terpasang pada kedua sisi alas. Kepala lepas sekaligus
berfungsi untuk pengatur pergeseran badan kepala lepas untuk keperluan agar
dudukan senter putar sepusat dengan senter tetap atau sumbu mesin atau tidak
sepusat yaitu pada waktu membubut tirus di antara dua senter. Selain
roda pemutar (B), kepala lepas juga terdapat dua lagi lengan pengikat yang satu
(C) dihubungkan dengan alas yang dipasang mur, di mana fungsinya untuk
mengikat kepala lepas terhadap alas mesin agar tidak terjadi pergerakan kepala
28

lepas darikedudukannya. Sedangkan yang satunya (D) dipasang pada sisi


tabung luncur/rumah senter putar, bila dikencangkan berfungsi agar tidak
terjadi pergerakan longitudinal sewaktu membubut. Pada sistem pelumasan
pada Tail Stok menggunakan sistem pelumasan tekan, yang cara pelumasannya
oli dimasukkan dan ditekan pada baut penyetel maju mundur, yang berada pada
samping tuas pengunci, dibawah ini adalah Gambar 2.10 foto dari tail stok
atau kepala lepas:

(Sumber: CV. Supriyadi Teknik)


Gambar 2.10 Foto Dari Tail Stok Atau Kepala Lepas

4. Penjepit Pahat (Tools Post)


Penjepit pahat digunakan untuk menjepit atau memegang pahat,
yang bentuknya ada beberapa macam di antaranya seperti ditunjukkan pada
Gambar. Jenis ini sangat praktis dan dapat menjepit pahat 4 (empat) buah
sekaligus sehingga dalam suatu pengerjaan bila memerlukan 4 (empat) macam
pahat dapat dipasang dan disetel sekaligus. Untuk penjepit pahat menggunakan
teknik pelumasan eles atau siram dengan alat kuas atau semprotan oli. Berikut
Gambar 2.11 Penjepit Pahat:
29

(Sumber: CV. Supriyadi Teknik)


Gambar 2.11 Penjepit Pahat
5. Eretan Atas
Eretan atas sebagaimana Gambar, berfungsi sebagai dudukan penjepit pahat
yang sekaligus berfungsi untuk mengatur besaran majunya pahat pada
proses pembubutan ulir, alur, tirus,champer (pingul), dan lain-lain yang
ketelitiannya bisa mencapai 0,01 mm. Eretan ini tidak dapat dijalankan secara
otomatis, melainkan hanya dengan cara manual. Kedudukannya dapat diatur
dengan memutarnya sampai posisi 360°, biasanya digunakan untuk membubut
tirus dan pembubutan ulir dengan pemakanan menggunakan eretan atas.
Seperti pada Gambar 2.12 berikut:

(Sumber: CV. Supriyadi Teknik)


Gambar 2.12 Eretan Atas
30

6. Eretan Lintang
Eretan lintang berfungsi untuk menggerakkan pahat melintang alas mesin atau
arah ke depan atau ke belakang posisi operator yaitu dalam pemakanan benda
kerja.Pada roda eretan ini juga terdapat dial pengukur untuk mengetahui berapa
panjang langkah gerakan maju atau mundurnya pahat.

2.6 Instruksi Keselamatan Kerja dalam Proses Pembubutan

Ada beberapa instruksi standar keselamatan kerja terkait dengan proses


pembubutan, diantaranya adalah:
1. Baca dulu instruksi manual sebelum mengoperasikan mesin.
2. Upayakan tempat kerja tetap bersih dengan penerangan yang memadai.
3. Semua peralatan harus di grounded.
4. Gunakan selalu kaca mata pelindung setiap saat bekerja dengan mesin.
5. Hindari pengoperasian mesin pada lingkungan yang berbahaya, seperti
lingkunganyang banyak mengandung bahan mudah terbakar.
6. Yakinkan bahwa switch dalam keadaan OFF sebelum menghubungkan mesin
dengan sumber listrik.
7. Pertahankan kebersihan tempat kerja, bebas dari kekacauan (clutter), minyak
dan sebagainya.
8. Tetapkan batas aman untuk pengunjung.
9. Ketika membersihkan mesin, upayakan mesin dalam keadaan mati, akan lebih
baik jika hubungan dengan sumber listrik diputus.
10. Gunakan selalu alat dan perlengkapan yang ditentukan.
11. Gunakan selalu alat yang benar.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keselamatan kerja dalam bekerja merupakan aspek penting yang harus


diperhatikan pada saat melaksanakan suatu pekerjaan. Keselamatan kerja tersebut
harus menyangkut aspek keselamatan kerja yang terkait dengan manusia
(operator/pekerja), mesin, dan alat. Sehubungan dengan sebelum kita melakukan
suatu pekerjaan, harus diperhatikan instruksi-instruksi yang terkait dengan
keselamatan kerja.

3.2 Saran

Hindari Hal-Hal Potensial Yang Menyebabkan Kecelakaan:


1. Lindungi lintasan meja dari hubungan langsung dengan listrik.
2. Selalu gunakan kaca mata pelindung.
3. Jangan menghentikan spindel dengan tangan.
4. Jangan biarkan kunci Chuck tetap menempel pada Chuck.
5. Lakukan perawatan mesin bubut secara berkala.

31
DAFTAR PUSTAKA

Assauri, S. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Lembaga


Penerbit fakultas ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Badger L.Walter & Julius, T. Banchero, ”Introduction To Chemical


Engineering”, International Student Edition.

Corder, Anthony, S. 1973. Teknik Manajemen Pemeliharaan. Penerbit :


Erlangga, Jakarta .

D.J. Cullen & T. M. Cook, “Industri Kimia dan Operasinya”, 2nd Edition, PT.
Gramedia, Jakarta.

Keith. (2002) Organisational Behavior: Human Behavior At Work, 11th edition.

Heizer, Jay., Barry Render. 2005. Operations Managemen. Edisi Ketujuh.


Penerbit: Salemba Empat, Jakarta.

http://www.scribd.com/doc/62098732/Makalah-an-Perawatan-Mesin-BUbut

http://yakinmajusentosabdg.blogspot.com/2011/09/turning-and-milling
machine.html

http://eko-m228.blogspot.com/2011/01/bagian-bagian-utama-mesin-bubut.html

32

Anda mungkin juga menyukai