Anda di halaman 1dari 4

182 Bambang Murdaka Eka Jati,dkk/ Studi Pembuatan Alat Karakterisasi Sifat Kemagnetan Bahan

Studi Pembuatan Alat Karakterisasi Sifat Kemagnetan Bahan

Bambang Murdaka Eka Jati*), Mahmudin


Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, Indonesia
e-mail: b_murdaka@ugm.ac.id

Abstrak – Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk membuat alat karakterisasi sifat kemagnetan pada
beragam jenis bahan, baik: cair maupun serbuk. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh telah berkembangnya kebutuhan
teknologi yang bermuara pada terciptanya alat ukur besaran fisika. Selain itu, juga belum dijumpainya alat
karakterisasi sifat kemagnetan bahan yang memanfaatkan koil primer (terhubung sumber AC) dan koil sekunder
(penghasil ggl induksi). Pada nilai arus listrik dan tegangan pada koil primer yang tetap, besarnya ggl induksi pada
koil sekunder bergantung pada jenis bahan isian (disebut bahan uji) yang berada di dalam selongsong pada kedua
koil. Eksperimen ini dilakukan dengan membuat selongsong (diameter 1,6 cm, dan panjang 10,0 cm) yang dililiti koil
primer (200 lilitan) dan sekunder (160 lilitan). Di dalam selongsong terdapat rongga bervolume (200 ± 2) mm3
sebagai tempat diletakkannya bahan uji. Kumparan primer itu terhubung ke transformator yang memberikan tegangan
6 volt dan arus listrik 2 ampere. Diperoleh hasil, bahan uji berbeda (berarti permeabilitasnya berbeda) memberikan
nilai ggi induksi yang berbeda pula. Semakin besar konsentrasinya: pada serbuk logam (ggl induksinya bertambah),
pada larutan garam (ggl induksinya justru berkurang).

Kata kunci: permeabilitas magnet, bahan cair dan serbuk, koil, ggl induksi

Abstract – The research is aimed to construct the equipment for magnetic characterisation of liquid and powder
materials has been done. The background of this research is to product a technology as equipment for measuring of
physics quantity. As the writer knew, the construction of equipment for magnetic material testing, using primary and
secondary coil has not been done yet. In this experiment data: if the primary coil is connected to AC (at 2A current and
6V voltage) so the output of secondary coil is depend on the kind of material which it is placed in coil axis. This coil
dimension is 1.6 cm (diameter), 10.0 cm (length) and also (200 ± 2) mm3 for sample volume. The primary coil uses wire
in 200 turns and 160 turns for secondary coil. The conclusion of this experiment, the emf output from secondary coil is
depend on kind of magnetic material which it is placed on the coil axis. The emf value is directly proportional to the
concentration of metal in liquid or powder material, but it is inversely proportional to concentration of NaCl in liquid.

Key wards: magnetic permeability, liquid and powder materials, coil, emf

I. PENDAHULUAN selongsong yang melibatkan satu kumparan primer dan


Fisika, sebagai ilmu dasar, merupakan ilmu satu sekunder, serta kumparan primer dialiri arus (AC)
pengetahuan yang mendasari munculnya beragam dan tegangannya bernilai tetap. Sementara itu, bahan uji
produk teknologi. Salah satu produk teknologi tersebut berupa bahan isian di dalam selongsong dan terjadi pada
adalah alat ukur besaran dan parameter fisika. Nilai volume tetap. Hasil penelitian ini diharapkan merupakan
besaran dan parameter fisika bahan biasa digunakan salahsatu produk penelitian kreatif yang berorientasi
sebagai indikator atas kemurnian bahan itu. Sebagai penerapan ilmu fisika pada teknologi. Diharapkan,
contoh, nilai indeks bias biasa digunakan sebagai nantinya, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh
indikator kemurnian minyak ikan, besarnya nilai kalor industri guna menghasilkan alat ukur permeabilitas
jenis bahan sebagai indikator bahan itu dapat diperankan magnet bahan secara elektronis.
sebagai penyimpan kalor, dan warna cahaya bisa
ditentukan berdasar nilai panjang gelombangnya. II. TINJAUAN PUSTAKA
Adapun indikator sifat kemagnetan bahan bisa ditinjau Metode magnetik telah biasa digunakan untuk
dari nilai permeabilitasnya. Feromagnetik merupakan menentukan kadar mineral logam pada beragam batuan
bahan dengan nilai permeabilitas magnetnya terbesar, yang ditambang, misalnya saja kadar besi di dalam pasir
kemudian disusul bahan paramagnetik, dan [1]. Keberadaan logam itu dipisahkan dari pasirnya
permeabilitas terkecil terjadi pada bahan diamagnetik. dengan cara menempatkan sejumlah magnet tetap pada
Penelitian ini bertujuan untuk studi awal dalam pasir yang berkandungan logam. Namun, bahan mineral
rangkan membuat alat ukur permeabilitas bahan dari non logam tidak dapat dipisahkan dengan metode ini.
bahan uji berbentuk cair dan serbuk, dan indikator Terkait dengan sifat magnetik bahan telah dilakukan
permeabilitas itu dinyatakan dalam bentuk nilai ggl pula upaya untuk mengklasifikasikannya. Itu dilakukan
induksi. Alat yang dibuat, dibatasi hanya sebuah dengan cara menentukan permeabilitas magnet bahan

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012
ISSN : 0853-0823
Bambang Murdaka Eka Jati,dkk/ Studi Pembuatan Alat Karakterisasi Sifat Kemagnetan Bahan 183

yang berdasar adanya induksi timbal-balik antara koil Persamaan (2) memperlihatkan bahwa besarnya B
primer dengan sekunder [2]. Adapun dalam [3] telah (ketika H tetap) bergantung pada µ dari bahan itu. Jika
diteliti suscepsibilitas fungsi suhu yang terjadi pada bahan itu (dalam penelitian ini disebut bahan uji)
superkonduktor YBa2CU3O7-x. Penelitian yang menderita radiasi H maka B menjadi lebih besar bila µ
dikerjakan penulis bukanlah untuk memisahkan bahan bahan itu bernilai lebih besar. Jika H dihasilkan oleh koil
logam dari pasir atau batuannya seperti yang telah berarus listrik tetap yang bolak-balik, pada luas
dikerjakan Herianto, dan bukan pula untuk menentukan penampang kumparan A yang tetap, maka fluks medan
nilai permeabilitas magnet bahan oleh induksi 2 koil magnet yang terjadi di dalam kumparan adalah:
secara timbal balik seperti yang disebutkan dalam [2], dφ = B.dA (3)
serta bukan pula untuk bahan superkonduktor. Akibatnya, ggl induksi yang dihasilkan oleh koil
Melainkan, penulis menampilkan ggl induksi pada koil sekunder:
sekunder di CRO karena adanya bahan uji isian di dalam ε = dφ /dt = Aµ dH/dt. (4)
kumparan primer berarus AC dan tegangan yang tetap. Mengacu persamaan (4), pada nilai H, A, dan
frekuensi arus listrik yang tetap (berarti dH/dt bernilai
III. TEORI tetap), maka ggl induksi pada koil sekunder (ε) selalu
Jika terdapat medan magnet yang dihasilkan oleh sebanding dengan permeabilitas (µ) dari bahan uji yang
sumbernya H (dalam oersted), maka di ruang hampa berada di dalam selongsong. Artinya, sifat magnetik
yang permeabilitas magnetnya µ0 bermedan magnet B bahan uji dapat ditentukan berdasar nilai ε yang
(dalam gauss), dinyatakan dalam kaitan: dihasilkan dari koil sekunder.
B = µ0 H (1)
Persamaan (1) memperlihatkan hubungan kesebandingan IV. METODOLOGI EKSPERIMEN
antara B dengan H. Bedanya H selalu tetap pada sumber Penelitian dilakukan dengan membuat selongsong
medan magnet yang tetap, sedangkan B bergantung pada geometri silinder berukuran: panjang 10,0 cm dan
H dan jenis bahan mediumnya. Jenis bahan medium itu diameternya 1,6 cm. Sepanjang sumbu selongsong itu
dinyatakan dalam bentuk permeabilitas bahan itu (µ), diletakkan sebuah tabung (bervolume 200 ± 2 mm3)
sehingga B di medium itu dinyatakan: yang merupakan lokasi bahan uji (berbentuk cair atau
B=µH (2a) serbuk) ditempatkan. Bagian luar selongsong itu
atau bila dinyatakan dalam bentuk kuat medan (Gambar 2) dililiti 2 jenis kawat, yang memberikan
magnetnya: lilitan primer (200 lilitan) dan sekunder (160 lilitan).
B = µH (2b) Lilitan primer membentuk koil primer (terhubung
Selain bergantung pada jenis bahan, ternyata µ juga dengan trafo 6V yang memberikan arus listrik 2A),
bergantung pada suhu bahan dan kuat medan magnet sedangkan lilitan sekunder memberikan koil sekunder
yang bekerja. Sebagai contoh, besi (Fe) berkadar 99,91% dan terhubung dengan sebuah CRO.
pada B = 20 gauss dan suhu kamar mempunyai µ= 200
gauss/oersted, sedangkan pada suhu 0oC permeabilitas
magnet itu besarnya 920 gauss/oersted, bahkan nilai µ
maksimum yang mungkin adalah 5000 gauss/oersted [4].
Keberadaan nilai µ bahan berkaitan dengan sifat
magnetiknya (Gambar 1), sehingga bahan itu termasuk:
ferromagnetik, ferrimagnetik, paramagnetik, ataukah
diamagnetik.

Gambar 2. Potret alat karakterisasi

Gambar 1. Keberadaan permeabilitas magnet yang


dikaitkan dengan sifat magnetik bahan. Dikutip
dari [5].
Gambar 3. Bagan set-up eksperimen
 

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012
ISSN : 0853-0823
184 Bambang Murdaka Eka Jati,dkk/ Studi Pembuatan Alat Karakterisasi Sifat Kemagnetan Bahan

Keterangan Gambar 2 : buatan sendiri ini dapat digunakan untuk mengetahui


A : trafo sifat kemagnetan bahan.
B : selongsong melibatkan 2 koil dan sebuah tabung
tempat bahan uji
C : kabel tempat arus listrik masuk
D : kabel tempat arus listrik keluar
Keterangan Gambar 3:
A: Alat pemantau sifat kemagnetan bahan
B : multimeter
C: CRO
D: saklar
Besarnya ggl induksi yang dihasilkan oleh kumparan
sekunder dapat dibaca di layar CRO, bersatuan mV,
dalam bentuk tegangan dari puncak ke puncak (Gambar
4). Gambar 6. Ggl induksi pada bahan uji pasir gunung merapi

Gambar 4. Contoh ggl induksi pada bahan isian pasir


gunung Merapi.

Gambar 7. Ggl induksi pada bahan uji larutan garam

Tabel 1 Nilai ggl induksi hasil ukur pada beberapa bahan


alami.
No Bahan Alami Ggl induksi
( ± 1 mV)
1 Garam NaCl (99,75%) 66
Gambar 5. Sejumlah bahan yang diteliti dengan metode ini.
2 Air (H2O) 67
3 Udara 67
Pengambilan nilai ggl itu terjadi pada semua bahan uji yang 4 Kapur 68
telah dipilih (Gambar 5), baik berbentuk cair ataupun serbuk. 5 Semen 70
6 Aluminium (komersial) 72
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Pasir Merapi 73
Setelah dilakukan eksperimen dan diperoleh nilai ε 8 Pasir pantai 74
dari beragam bahan uji. Nilai ε dibaca pada layar CRO 9 Kuningan 74
pada set-up skalanya 40 mV/div. Nilai ε yang dihasilkan 10 Mineral pasir Merapi 111
melibatkan 2 kategori, yaitu: (a) variasi konsentrasi 11 Mineral pasir pantai 153
(Gambar 6, dan 7), serta (b) bahan alami (Tabel 1).
Gambar 6 memperlihatkan semakin besar konsentrasi VI. KESIMPULAN DAN SARAN
logamnya maka ggl induksi semakin besar, dan terjadi Telah berhasil dibuat alat untuk karakterisasi sifat
sebaliknya pada bahan larutan garam (Gambar 7). Itu kemagnetan bahan, dari sejumlah bahan komersial dan
terjadi karena sifat magnetik logam berpermabilitas alami, yang dinyatakan dalam bentuk ggl induksi dalam
magnet positif (termasuk feromagnetik), sedangkan mV. Disarankan penelitian ini dapat dilanjutkan dengan
garam (NaCl) berpermeabilitas negatif (termasuk melibatkan bahan murni yang telah diketahui nilai
diamagnetik). Berdasarkan Gambar 6 dan 7 serta Tabel permeabilitas magnetnya, sehingga dapat diperoleh
1, telah mampu memberi gambaran bahwa perangkat kesetaraan antara ggl induksi (mV) dengan nilai

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012
ISSN : 0853-0823
Bambang Murdaka Eka Jati,dkk/ Studi Pembuatan Alat Karakterisasi Sifat Kemagnetan Bahan 185

permeabilitas magnetnya. Nilai permeabilitas bahan PUSTAKA


murni (sebagai acuan) dapat diperoleh dari [4] [1] Herianto, E, Potensi Pengembangan Sumber Daya
Mineral Pasir Besi di Indonesia, Pusat Penelitian
UCAPAN TERIMAKASIH Metalurgi, LIPI, Jakarta, 2009
Penulis ucapkan terima kasih kepada Saudara Junadi [2] Martha, A, Abraha, K, dan Utomo, ABS, Pembuatan
Sistem Sensor Induktansi Timbal-Balik, Vol. III No. 11,
dan Saudara Sriyanta yang telah membantu penyediaan Jurnal Fisika Indonesia, UGM, Yogyakarta, 1999.
sarana eksperimen. Diucapkan terima kasih pula kepada [3] Harsojo, Atmodjo, BD, Perekam Data Suscepsibilitas
Bapak Ketua Jurusan Fisika atas dukungan publikasi sebagai fungsi Suhu Superkonduktor YBa2CU3O7-x, Vol.
ilmiah, dan kepada Bapak Ketua Unit Layanan Fisika IX, No. 23, Jurnal Fisika Indonesia, UGM, Yogyakarta,
Dasar yang telah memfasilitasi penelitian ini. 2004.
[4] East, R.C., Handbook of Chemistry and Physics, 12th
edition, CRC Press, Ohio, USA, 1975.
[5] Tipler, PA, Fisika untuk Sains dan Teknik, Penerbit
Erlangga, Jakarta, 1996.

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012
ISSN : 0853-0823

Anda mungkin juga menyukai