Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI

“Kebutuhan Ambulasi Ibu Nifas”

Dosen Pengampu : Vonny Khresna Dewi,S.Si.T,M.Kes

Disusun Oleh:
KELOMPOK 2
Dina Malinda P07124118169
Fatma Rizki Wijanarko P07124118191
Gina Sofia P07124118199
Maulanda Febriyanty P07124118209
Nida Rahmi P07124118217
Nor Kholifah P07124118218
Nurrima rizky Putri Milenia P07124118226

TINGKAT IIB / SEMESTER 3


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
TAHUN AJARAN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Kebutuhan Ambulasi Ibu Nifas” dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai mana mestinya.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Banjarbaru, 11 September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................ Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................2
C. Tujuan ...........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ambulasi.....................................................................................................3
B. Keuntungan Ambulasi ............................................... Error! Bookmark not defined.
C. Kegiatan Ambulasi ........................................................................................................4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................................7
B. Saran ..............................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil segera
setelah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum
hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Peran bidan adalah menjaga hubungan
ibu dan bayi sejak persalinan hingga pemeriksaan 4-6 minggu post partum.
Sedangkan periode post partum adalah waktu penyembuhan dan
perubahan, waktu kembali ke keadaan tidak hamil. Dalam masa nifas, alat-
alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih seperti ke
keadaan sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan
pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan diet yang cukup kalori dan
protein, membutuhkan istirahat yang cukup dan kebutuhan-kebutuhan yang
dibutuhkan ibu nifas lainnya.
Dimasa lampau, perawatan peurerium (nifas) sangat konservatif,
dimana puerperal diharuskan tidur terlentang selama 40 hari. Perawatan
peurperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk melakukan mobilitas dini
(Manuaba,1998:190). Asuhan masa nifas diperluan dalam periode ini, karena
merupakan masa kritis, baik pada ibu maupun pada bayinya, diperkirakan
bahwa 60% diakibatkan kehamilan setelah persalinan dan setelah persalinan
dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo,
2001 : 122). Pada saat ini angka kematian ibu di Indonesia masih sangat
tinggi. Menurut survey demografi dan Kesehatan Indonesia (1994) angka
kematian ibu dan angka kematian bayi di Indonesia adalah 390 per 100.000
kelahiran hidup. Salah satu penyebab dari kematian ibu tersebut adalah
komplikasi pada masa nifas.
Asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu nifas yaitu untuk
memenuhi kebutuhan dasar pada masa nifas itu sendiri. Salah satunya dalah
Kebutuhan Istirahat dan Ambulasi.

1
Asuhan yang diberikan kepada ibu pada masa nifas ini merupakan
asuhan yang sangat memengaruhi angkak kesakitan dan kematian ibu, karena
dengan dilakukannya asuhan yang tepat akan dapat mencegah sebagian besar
penyebab kesakitan dan kematian ibu. Oleh karena itu, dalam suatu
persalinan seorang wanita membutuhkan dukungan baik secara fisik maupun
emosional untuk mengurangi rasa sakit dan ketegangan yaitu dengan
pengaturan posisi yang nyaman dan aman bagi ibu karena persalinan
merupakan saat yang menegangkan dan mengugah emosi ibu dan
keluarganya, bahkan dapat menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan
bagi ibu. Agar dapat meringankan kondisi tersebut, seorang wanita
memerlukan dukungan selama persalinan; kadang dukunhgan emosional
selama persalinan akan menjadikan waktu persalinan menjadi lebih pendek,
minimalkan intervensi, dan menjadikan waktu persalinan yang baik.
Asuhan yang sifatnya memberikan dukungan dan memenuhi
kebutuhan ibu selama masa nifas merupakan standar pelayanan kebidanan.
Asuhan yang mendukung berarti bersifat aktif dan ikut serta dalam kegiatan
yang sedang berlangsung.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ambulasi ?
2. Apa keuntungan ambulasi ?
3. Bagaimana kegiatan ambulasi ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dapat memahami
dan mengerti tentang ambulasi pada ibu nifas.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ibu dapat menjelaskan kembali :
a. Mengatahui pengertian ambulasi
b. Mengetahui keuntungan ambulasi
c. Mengatahui kegiatan ambulasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ambulasi

Ambulasi Dini adalah kebijaksaan untuk selekas mungkin


membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbing pasien
membimbingnya untuk berjalan. Menurut penelitian, ambulasi dini tidak
mempunyai pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan perdarahan yang
abnormal, tidak memengaruhi penyembuhan lukaepisiotomy, dan tidak
memperbesar kemungkinan terjadinya prolaps uteri atauretrofleksi.
Ambulasi dini tidak dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia,
jantung, paru-paru, demam, dan keadaan lain yang masih membutuhkan
istirahat.

Sebagian besar pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah


persalinan usai. Aktifitas tersebut amat berguna bagi semua sistem tubuh,
terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru. Hal
tersebut juga membantu mencegah trombosis pada pembuluh tungkai dan
membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit menjadi sehat.
Aktivitas dapat dilakukan secara bertahap, memberikan jarak antara
aktivitas dan istirahat.

Ibu yang tidak mengalami komplikasi dalam persalinan hampir


semua, selalu bangkit segera untuk pergi ke toilet dan mandi. Mereka
mungkin membutuhkanseseorang untuk membantu, pada tahap awal ini
dimana beberapa perempuan mengeluh pusing atau pandangan kabur
ketika mereka pertama bangun setelah persalinan.

B. Keuntungan Ambulasi
Adapun keuntungan dari ambulasi dini, antara lain :
1. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat.

3
2. Feal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.

3. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu


mengenai cara merawat bayinya.

4. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (lebih ekonomis)

C. Kegiatan Ambulasi

Langkah atau proses ambulasi ibu nifas dilakukan secara bertahap,


sebagaiberikut:

1. Belajar turun dari tempat tidur


Mempercepat bangkitan dari tempat tidur justru menolong ibu
cepat pulih, asal dilakukan dengan hati-hati. Jika bidan tidak secara
khusus meminta ibu menunggu hingga delapan jam setelah bersalin
atau jika ibu merasa sudah cukup kuat dan tidak pening.

Berikut ini langkah-langkah saat ibu mencoba untuk turun dari


tempat tidur:

a. Pertama-tama duduk dulu.


b. Dengan tubuh ditahan tangan, geserkan kaki ke sisi ranjang dan
biarkan kakimenggantung sebentar.
c. Setelah itu, perlahan-lahan ibu akan berdiri dengan bantuan
orang lain dantangan yang masih berpegangan pada ranjang.
d. Jika ibu merasa pening, duduklah kembali. Stabilkan diri
beberapa menitsebelum melangkah.

2. Belajar berjalan.
Berjalan-jalan akan memperbaiki ketegangan otot dan aliran
darah ke jaringan tubuh. Kegiatan ini pun mempercepat pengaliran
lochea (cairan bercampurdarah yang keluar dari dalam rahim sewaktu
rahim mengalami penyusutan). Ibu yang segera menggerakkan

4
ototnya setelah menjalani persalinan umumnya akan merasa lebih
sehat. Satu dua langkah pertama bisa terasa tidak nyaman.Berdirilah
setegak mungkin, meskipun ibu tergoda untuk membungkukkan
badan. Berjalanlah perlahan-lahan terlebih dahulu. Jika terasa sakit
pada daerah perineum, istirahat sejenak sebelum melangkah kembali.
Ambulansi sangat bervariasi, tergantung pada komplikasi
persalinan, nifas, atau sembuhnya luka (jika ada luka). Jika tidak ada
kelainan, lakukan ambulansi sedini mungkin, yaitu dua jam setelah
persalinan normal. Ini berguna untuk memperlancar sirkulasi darah
dan mengeluarkan cairan vagina (lochea). Ambulasi awal dilakukan
dengan melakukan gerakan dan jalan-jalan ringan sambil bidan
melakukan observasi perkembangan pasien dari jam demi jam
sampai hitungan hari. Kegiatan ini dilakukan secara meningkat dan
berangsur-angsur frekuensi dan intensitas aktivitasnya sampai pasien
dapat melakukannya sendiri tanpa pendampingan sehingga tujuan
memandirikan pasien dapat terpenuhi.

3. Belajar Duduk diatas Tempat Tidur


Dengan cara ibu belajar duduk diatas kamar tidur akan
membantu ibu untuk memulihkan fungsi aliran darahnya agar cepat
kembali normal. Selain itu juga untuk mencegah infeksi yang
ditimbulkan oleh gangguan pembuluh darah balik dan mencegah
perdarahan lebih lanjut.

Berikut ini langkah-langkah saat ibu mencoba untuk duduk diatas


tempat tidur:

a. Tempatkan klien pada po.sisi terlentang


b. Pindahkan semua bantal.
c. Posisi menghadap kepala tempat tidur.

5
d. Regangkan kedua kaki perawat dengan kaki paling dekat ke
kepala tempat tidur dibelakang kaki yang lain.
e. Tempatkan tangan yang lebih jauh dari klien dibawah bahu
klien, songkong kepalanya dan vetebra servikal.
f. Tempatkan tangan perawat yang lain pada permukaan tempat
tidur.
g. Angkat klien ke posisi duduk dengan memindahkan berat
badan perawat dari depan kaki ke belakang kaki.
h. Dorong melawan tempat tidur dengan tangan dipermukaan
tempat tidur.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ambulasi Dini merupakan kebijaksaan untuk selekas mungkin membimbing


pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbing pasien membimbingnya untuk
berjalan. Menurut penelitian, ambulasi dini tidak mempunyai pengaruh yang buruk,
tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak memengaruhi penyembuhan
lukaepisiotomy, dan tidak memperbesar kemungkinan terjadinya prolaps
uteri atauretrofleksi. Ambulasi dini tidak dibenarkan pada pasien dengan penyakit
anemia, jantung, paru-paru, demam, dan keadaan lain yang masih membutuhkan
istirahat. Sebagian besar pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah persalinan
usai. Aktifitas tersebut amat berguna bagi semua sistem tubuh, terutama fungsi usus,
kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru.

Adapun kegiatan ambulasi dini yang merupakan langkah atau proses ambulasi
ibu nifas dilakukan secara bertahap yaitu, belajar turun dari tempat tidur dan belajar
berjalan.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa maupun para pembaca
dapat mempergunakan dengan sebaik baiknya sebagai tambahan bahan bacaan dan
media pembelajaran mengenai judul terkait.

7
DAFTAR PUSTAKA

Sulistyawati, Ari.2009.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu


Nifas.Yogyakarta.Penerbit Andi
Rohani,Reni saswita, Marisah.2010. Asuahan Kebidanan pada Masa
Persalinan.Yogyakarta.Salemba Medika
Uliyah, Musrifatul & Hidayat (2008). Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan (Ediisi
2). Jakarta : Salemba Medika
Uliyah, Musrifatul & Hidayat. (2004). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai