Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Arsitektur tradisional yaitu suatu bangunan yang bentuk,struktur, fungsi, serta ragam hias
dan tatacara pembuatannya diwarisi secara turun temurun serta pada fungsi pada ruangnya
berdasarkan Aktivitas. Dalam rumusan arsitektur dilihat sebagai suatu bangunan, yang
selanjutnya dapat berarti sebagai suatu yang aman dari pengaruh alam seperti hujan, panas
dan lain sebagainya. Suatu bangunan sebagai suatu hasil ciptaan manusia agar terlindung dari
pengaruh alam, dapatlah dilihat beberapa komponen yang menjadikan bangunan itu sebagai
tempat untuk dapat melakukan aktivitas kehidupan dengan sebaik-baiknya. Adapun
komponen-komponen tersebut adalah : bentuk, struktur , fungsi, ragam hias serta tatacara
pembuatan yang diwariskan secara turun temurun. Selain komponen tersebut yang merupakan
faktor utama untuk melihat suatu arsitektur tradisional, maka dalam inventarisasi dan
dokumentasi ini hendaknya setiap bangunan itu harus merupakan tempat yang dapat dipakai
untuk melakukan aktivitas kehidupan dengan sebaik-baiknya. Dengan memberikan pengertian
ini, maka arsitektur tradisional dapat pula dikategorikan berdasarkan kepada aktivitas yang
ditampungnya.

Adapun halnya dengan pemilik bangunan rumah tua bapak Tamrin Hj.Yasin Rumah ini
masih memiliki ciri khas dan karakter bangunan umur 70-an. Bangunan rumah ini ditandai
dengan bentuk fisik bangunan dan penggunaan material yang masih alami dari bahan yang di
ambil dari alam dan belum mengalami pengolahan oleh mesin. Tetapi bagian delakang dari
rumah itu telah di renovassi seperti Kamar mandi/wc dan dapur. Hanya bagian depannya saja
yang masih belum di renovasi atau belum mengalami perubahan.

Dengan demikian bangunan rumah tersebut dijadikan sebagai tempat penelitian bagi
penulis guna mengetahui sejarah bangunan tersebut dari awal didirikan hingga dengan saat ini.

Apa pentingnya melakukan penelitin disitu???

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan tersebut adalah:
1. Bagaimana bentuk arsitekturn
2. Bagaimana tradisi membangun

1.3 Tujuan Penelitiian


Adapun tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengatahui latar belakang sejarah pembangunan rumah bapak Tamrin Hj.Yasin
sebagai perwakilan bangunan rumah tua di Kota Ternate khususnya daerah jambula.
2. Untuk mengetahui bahan-bahan serta material yang digunakan oleh rumah bapak Tamrin
Hj.Yasin tersebut.
3. Untuk mengetahui bentuk dan struktur rumah bapak Tamrin Hj.Yasin sebagai contoh dari
rumah tua di Kota Ternate.
4. Untuk mengetahui struktur dan pola tata ruang pada rumah tua tersebut.
5. Untuk Mengetahui Tradisi membangun pada rumah tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penulisan tersebut adalah sebagai berikut:
Untuk penulis,para mahasiswa dan para pembaca:
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui sejarah yang melatar belakangi proses pembangunan
serta struktur dan material yang di gunakan pada bangunan rumah tua bapak Tamrin
Hj.Yasin. (Khususnya pada Mahasiswa Arsitektur).
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui sejarah bagunan rumah pada zaman dahulu serta
mengetahui pola tatanan dan fungsi ruang serta jenis bangunan rumah tua di kota
ternate.
3. Agar mahasiswa dapat menjadikan penulisan tersebut sebagai sumber bahan acuan dalam
melakukan perancangan.

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Menurut UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, rumah adalah
bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.

Arsitektur berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani: yaitu arkhe dan tektoon. Arkhe berarti
yang asli, awal, utama, otentik. Tektoon berarti berdiri, stabil, kokoh, stabil statis. Jadi
arkhitekton diartikan sebagai pembangunan utama, tukang ahli. Jadi, pengertian arsitektur dapat
disimpulkan sebagai seni dan ilmu bangunan, praktik keprofesian, proses membangun, bukan
sekadar suatu bangunan. [5] Arsitektur selalu berubah dan menyesuaikan diri dengan
perkembangan manusia dan zamannya. Karena manusia berubah maka sering pula aturan yang
berlaku berubah. Di dalam beberapa segi bentuk mungkin tetap, sedangkan makna atau
interpretasi dari bentuk tersebut berubah. Demikian pula sebaliknya, karena nilai kemasyarakatan
berubah maka bentuk turut menyesuaikan kepada perubahan tersebut. Arsitektur tradisional ialah
suatu bangunan yang bentuk, struktur, fungsi, ragam hias dan cara pembuatannya diwariskan
secara turun temurun serta dapat dipakai untuk melakukan aktivitas kehidupan dengan sebaik-
baiknya. Kebudayaan dilihat dari segi bahasa, berasal dari kata “budaya‟ yang berarti suatu cara
hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari
generasi ke generasi. Kebudayaan merupakan seluruh sikap, adat istiadat, dan kepercayaan yang
membedakan sekelompok orang dengan kelompok lain, kebudayaan ditransmisikan melalui
bahasa, objek material, ritual, institusi (misalnya sekolah), dan kesenian, dari suatu generasi
kepada generasi berikutnya (Dictionary of Cultural Literatur).

3
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi penelitian dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di daerah Kota ternate khususnya kecamatan Pulau Ternate,
kelurahan Jambula, rumah bapak Tamrin Hj Yasin pada hari sabtu pukul 02.30 WIT.

4
3.2 Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Primer. Data primer adalah data

yang dikumpulkan dan disatukan secara langsung dari objek yang diteliti untuk kepentingan

penelitian. Data dari penelitian ini adalah berupa interview yang bersumber dari pemilik rumah secara

langsung

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan survey lapangan,

wawancara langsung dengan sumber tertuju

5
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Objek Penelitian

Rumah yamg dijadikan objek penelitian yaitu pada rumah bapak Tamrin Hj.Yasin. yang
terletak di Jambula. Jambula merupakan kelurahan yang terletak di kecamatan pulau Ternate,
Jambula berbatasan dengan sasa dan kastela. Mayoritas penduduk Jambula merupakan asli
Ternate dan penduduknya merupakan pemeluk agama islam.

Gambar 1. Rumah/Tampak Depan rumah

6
Tampak depan rumah bapak Tamrin Hj.Yasin

Tampak samping rumah bapak Tamrin Hj Yasin

7
4.2 Sejarah Rumah Bapak Tamrin Hj.Yaasin

Rumah bapak Tamrin Hj Yasin dibangun kurang lebih pada tahun 1970. Pemilik pertama dari
rumah ini adalah Ayah dari Bapak Tamrin Hj Yasin. Rumah ini merupakan rumah yang memiliki
umur cukup lama dan masih tetap berdiri kokoh hingga saat ini. rumah tersebut belum pernah di
renovasi kecuali pada penggunaan atap, dan bagian belakang yakni dapur serta ruang makan
rumah tersebut. karena seiring berkembangnya zaman dan pola hidup masyarakat maka atap
tersebut diganti dengan atap seng, dimana yang dulunya menggunakan atap yang terbuat dari
daun sagu ( daun rumbia ).

4.3 Bahan Dan Material Yang Digunakan

Sekitar tahun 70-an pengetahuan masyarakat kota ternate khususnya daerah jambula yang
memang mayoritas penduduknya merupakan masyarakat tradisional belum mengenal bahan dan
material bangunan dengan baik serta mereka juga belum mengetahui cara mengaplikasikan bahan
bangunan tersebut. Selain harga bahan dan material yang cukup tinggi, serta untuk
mendapatkannya membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar. Maka hal inilah yang
kemudian mendasari pemakaian bahan material yang bersumber dari alam itu sendiri.

Penggunaan material dari alam ini banyak di gunakan oleh masyarakat pada zaman dahulu,
karena selain bahannya mudah dan murah di dapat, serta cara penggunaan dan cara pengerjaannya
yang sangat mudah. Hal ini juga di dukung oleh potensi kekayaan alam kota ternate itu sendiri.

Adapun halnya dengan rumah bapak Tamrin Hj Yasin, rumah tersebut merupakan rumah
dengan sistem kancing atau menurut penyebutan dalam bahasa Ternate yaitu rumah fala kanci.
Rumah fala kanci merupakan rumah yang menggunakan system kancing pada tiap kolom dan
balok dengan menggunakan paku yang terbuat dari kayu.

8
a. Atap

Atap yang digunakan pada rumah bapak Safril Kama ini dulunya menggunakan atap
yang terbuat dari daun sagu ( atap daun rumbia). tetapi dengan perkembangan zaman maka
atap tersebut sekarang telah diganti menggunakan atap seng .

Gambar 1.3

b. Dinding

Dinding yang digunakan pada rumah tersebut adalah dinding yang terbuat dari kapur, yang di
dalamnya terdapat anyaman bambu ( patate ). Proses pembuatan dinding tersebut dilakukan dengan
menggunakan anyaman bamboo dan kemudian diberi penahan dengan balok yang terdapat di tenga
antara kedua bagian dinding antara atas dan bawah yang kemudian dilapisi dengan kapur. Kapur
tersebut terbuat dari batu karang yang di bakar kemudian di haluskan untuk melapisi anyaman
bamboo sebagai dinding.

Hingga saat ini dinding tersebut masih tetap bertahan dan belum diganti dengan bahan lain, akan
tetapi ada dibeberapa bagian dinding yang sudah mulai keropos sehingga anyaman bamboo yang ada
di dalam terlihat keluar.

9
Gambar 1.4

c. Lantai

lantai yang dipakai terbuat dari kapur dan masih digunakan hingga saat ini. lantai tersebut di
gunakan pada area teras, kamar tidur,ruang tamu, ruang keluarga. Lain halnya pada area dapur, pada
area ini lantainya tetap menggunakan tanah.

Gambar 1.6

10
4.4 Bentuk Dan Struktur

a. bentuk

Rumah tersebut memiliki bentuk denah menyerupai huruf L Terbalik. Jika dirata-ratakan
bentuk rumah pada kota ternate sebelum kota ternate menjadi kota yang berkembang, semua
memiliki bentuk denah dan susunan ruang yang serupa hingga bentuk tampilan bangunan pun juga
memiliki kemiripan satu dengan yang lainnya. Sama halnya dengan tinggi rumah, rumah tersebut
memiliki tinggi kurang lebih 2.60 cm, dengan tinggi atap kurang lebih 1.15 cm, jadi tinggi total
keseluruhan adalah 4.75 cm.

11
b. struktur

Struktur rumah tersebut menggunakan struktur system kancing dengan bahan


utamanya adalah kayu dan bamboo Serta batu.

Batu digunakan pada struktur utama yaitu bagian pondasi.kemudian disusun


menggunakan kapur sampai ke dinding menjadi setengah leger.

Kayu digunakan sebagai struktur konstruksi sert penahan untuk dinding dan atap.

Bamboo sebagai inti dari dinding serta di lapisi dengan kapur.

12
4.5. Tradisi membangun.

Tradisi membangun di perlukan tahap demi tahap pembangunan berdasarkan adat


kebiyasaan masyarakat jmbula. Dimana prosesnya dilakukan sebagai berikut:

1. Pembagian kelompok
Pada tradisi atau kebiasaan adat penduduk sekitar jambula memiliki adat kebiasaan
sebelum membangun dengan membagi kelompok. Ada kelompok untuk memasak
makanan yaitu para ibu-ibu penduduk sekitar. Ada juga kelompok yang pergi kehutan
untuk mengumpulkan bahan. Ada juga kelompok untuk menganyam bamboo untuk di
jadikan dinding. Ada juga kelompok bagian untuk mengangkat batu atau bamboo dan
bahan-bahan lainnya.
2. Pengumpulan bahan.
Pengumpulan bahan ini dilakukan secara kelompok atau secara gotongroyong. Di hutan
terdekat. Pengumpulannya berdasarkan kebutuhan pada rumah tersebut. Dengan
mengangkat bamboo dan pohon-pohon besar untuk mengeluarkan dari hutan. Cara
Pengeluaran bamboo atau pohon besar ini menggunakan adat serta tradisi tersendiri.
Tradisi ini disebut dengan bamboo gila atau baramamasuwen Ale gogo. Dimana
sekarang ini telah di jadikan tarian yang dikenal sebagai tarian bambu gila.
3. Peletakan batu pertama.
Setelah mengumpulkan bahan dan sebelum melakukan pembangunan rumah tersebut.
Dilakukan upacara untuk peletakan batu pertama dengan menyiapkan belanga kecil yang
terbuat dari tanah liat. Dan melakukan prosesi tahlillan. Guna untuk membacakan do’a
agar rumah tersebut dapat berdiri dan dihuni tanpa gangguan apa pun. Setelah itu baru
melakukan prosesi peletakan batu pertama.
4. Gotong royong membangun.
Setelah peletakan batu pertama. Maka, prosesi pembangunan di mulai. Dimulai dari
bagian pondasi. Penyusunan batu dan direkat dengan kapur lalu di susun perlahan-lahan.
Kemudian di susun sesuai dengan struktur pada rumah fala kanci.
5. Pembacaan Do’a sukuran.
Pada prosesi pembacaan do’a ini di kumpulkan pada penduduk untuk melakukan
pembacaaan do’a atau sukuran bersama. Untuk mensykuri bahwa pembangunan rumah
selesai sesuai dengan proses dengan baik.

13
Tata cara mendirikan pondasi-atap????

14

Anda mungkin juga menyukai