Anda di halaman 1dari 60

RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASI

NILAI-NILAI DASAR PEGAWAI NEGERI SIPIL

PENINGKATAN KESADARAN PESERTA PELATIHAN TERHADAP


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI KEJURUAN
TEKNIK LAS BALAI LATIHAN KERJA
KABUPATEN KARANGANYAR

Disusun oleh:
Nama : M. Burhan Yasin, S.T
NIP :19850605 201903 1 009
Golongan : III
Angkatan : CCII
No. Urut : 07
Jabatan : Instruktur Ahli Pertama
Unit Kerja : BLK Karanganyar
Coach : Drs.H.Sudjarwo, M.Si
Mentor : Soenarto, S.P., M.M

LATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH
PROVINSI JAWA TENGAH
2019

i
ii
PRAKATA

Alhamdulillaahirobbil’aalamiin, dengan mengucapkan segala puji


bagi Allah Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan rancangan aktualisasi
dan habituasi dengan judul “ Peningkatan Kesadaran Peserta Pelatihan
Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Kejuruan Teknik Las
Balai Latihan Kerja Kabupaten Karanganyar ” dengan baik pada Latihan
Dasar CPNS golongan III angkatan CCII tahun 2019 di BPSDM NAK
Tarubudaya - Ungaran Semarang.

Dalam pembuatan rancangan aktualisasi dan habituasi ini tidak


terlepas dari bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka
dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Drs. H. Juliatmono, M.M, Bupati Kabupaten Karanganyar yang telah


memberikan kesempatan untuk mengikuti Latihan Dasar CPNS
Golongan III.
2. Drs. Mohammad Arief Irwanto, M.Si, Kepala Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Daerah (BPSDMD) Provinsi Jawa Tengah
yang telah memfasilitasi kegiatan Latihan Dasar CPNS golongan III.
3. Drs. Siswanto, M.M, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Kabupaten Karanganyar yang telah menjembatani untuk
dapat mengikuti Latihan Dasar CPNS Golongan III.
4. Drs. Waluyo Dwi Basuki, M.M, Kepala Dinas Perdagangan, Tenaga
Kerja, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Karanganyar
yang telah memberikan ijin untuk mengikuti Latihan Dasar CPNS
Golongan III.
5. Drs. Sudjarwo, M.Si, Coach yang telah memberikan bimbingan dan
arahan kepada penulis sehingga rancangan aktualisasi dan habituasi
ini dapat selesai dengan baik.
6. Soenarto, S.P., M.M, Mentor yang telah memberikan masukan dan
arahan sehingga rancangan aktualisasi dan habituasi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
7. D. Sumarsono, S.E, Narasumber yang telah memberikan saran,
masukan, perbaikan untuk penyempurnaan rancangan aktualisasi dan
habituasi ini.
8. Aipda Kasmijan, S.AP dan Bripka Ignatius Setyo Heru Purnomo,
Binsuh yang sudah melatih tentang kedisiplinan, ketertiban,
kekompakan dan jiwa korsa yang tinggi selama Latihan Dasar CPNS
golongan III.
9. Bapak Ibu Widyaiswara yang saya hormati, yang telah mencurahkan
berbagai ilmu dan pengalaman berharga serta motivasinya selama
Latihan Dasar CPNS Golongan III.
10. Sugiyarto, S.E dan Adrian Unggul Wirawan, A.Md, Liaison Officer
peserta Latihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan CCII tahun 2019
Kabupaten Karanganyar.
11. Seluruh rekan peserta Latihan Dasar CPNS Kabupaten Karanganyar
Golongan III Angkatan CCII tahun 2019 atas segala bentuk kerja
sama, kekompakan, bantuan, canda tawa dan dukungannya.
12. Ayah dan Ibuku yang selalu memberikan doa dan dukungannya untuk
penulis.
13. Istri dan anak-anakku yang selalu memberikan semangat dan
dukungannya.

14. Serta seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian


rancangan aktualisasi dan habituasi ini, yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu.
Penulis sadar bahwa rancangan aktualisasi dan habituasi ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis berharap masukan yang
konstruktif dari berbagai pihak kesempurnaan rancangan aktualisasi dan
habituasi ini. Sehingga rancangan aktualisasi dan habituasi ini dapat
dijadikan dasar dalam pelaksanaan aktualisasi dan habituasi nilai-nilai
dasar PNS serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
semua pihak yang membutuhkan.
Semarang, 12 September 2019
M. Burhan Yasin, S.T
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................... iii
PRAKATA.......................................................................................... iv
DAFTAR ISI....................................................................................... vi
DAFTAR TABEL................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Masalah Utama....................................................................... 3
C. Tujuan..................................................................................... 3
D. Manfaat................................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Sikap dan Perilaku Bela Negara............................................ 11
B. Nilai Dasar Pegawai Negeri Sipil............................................ 13
C. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI............................... 21
D. Pengertian Pengelasan ......................................................... 25
E. Jenis – Jenis Pengelasan....................................................... 26
F. Potensi Bahaya dalam Pengelasan....................................... 28
G. Alat Pelindung Diri (APD) dalam Pengelasan........................ 29
BAB III TUGAS UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA
A. Profil Organisasi .................................................................... 28
1. Nama Organisasi ............................................................. 28
2. Visi, Misi, Nilai dan Tujuan Organisasi............................. 28
3. Struktur Organisasi dan Job Deskripsi............................. 31
4. Deskripsi SDM, Sarpras dan Sumber Daya Lain............. 37
B. Tugas Jabatan Peserta Latsar............................................... 38
C. Role Model.............................................................................. 39
BAB IV RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI
A. Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Keterkaitan
dengan Nilai ANEKA............................................................ 39
B. Jadwal Rancangan Aktualisasi............................................... 45
C. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala……………... 56
BAB V PENUTUP
A. Pentingnya Rancangan Aktualiasi Dibuat ............................... 58
B. Dampak Apabila Rancangan Aktualisasi Tidak Dibuat............. 58
C. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala........................ 59
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………60
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................. 62
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Identifikasi Isu..................................................................... 5


Tabel 1.2. Analisis Isu Strategis........................................................... 7
Tabel 1.3. Dampak Isu Tidak Terselesaikan........................................ 8
Tabel 3.1 Data Pegawai BLK Karanganyar……………….................. 34
Tabel 3.2 Sarana dan Prasarana BLK Karanganyar…….…………… 34
Tabel 4.1. Rancangan Aktualisasi....................................................... 40
Tabel 4.2. Jadwal Pelaksanaan Rancangan Aktualisasi..................... 40
Tabel 4.3. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala …………..... 56
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Alat Pelindung Diri (APD) Dalam Pengelasan............... 29


Gambar 3.1. Struktur Organisasi BLK Karanganyar........................... 33
Gambar 3.2 Foto Role Model (Soenarto, S.P.,M.M) …….……………

37
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pembangunan nasional, peran PNS sangatlah penting.


Sehingga pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia
bagi PNS harus segera dan wajib dilaksanakan untuk menjawab penilaian
sumbang dari masyarakat terhadap kualitas kinerja instansi publik dalam
mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance). Sehingga dengan
begitu, dunia usaha (corporate governance) dan masyarakat (civil society)
dapat terlayani dengan maksimal dan mampu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Indonesia.

Pelayanan publik menurut Undang Undang Nomor 25 tahun 2009


merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atau jasa, barang, dan/ atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Sebagai seorang PNS
tentu kita akan terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam
penyelenggaran pelayanan publik. Dengan demikian tindakan dan perilaku
yang kita lakukan sebagai PNS akan sangat mempengaruhi upaya perbaikan
kualitas pelayanan publik.

Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara


mengamanatkan Instansi Pemerintah untuk wajib memberikan pendidikan dan
pelatihan terintegrasi bagi calon pegawai negeri sipil selama 1 tahun masa
percobaan, dengan mengedepankan penguatan nilai-nilai dan pembangunan
karakter dalam mencetak PNS. Pelatihan Dasar CPNS bertujuan untuk
membentuk PNS yang profesional dan memiliki karakter sehingga mampu
melaksanakan tugas dan perannya dengan baik sebagai pelayan publik.

Salah satu bentuk pelayanan publik yang ada di lingkungan Balai


Latihan Kerja (BLK) Karanganyar adalah memberikan pelatihan ketrampilan

1
dengan baik. BLK merupakan salah satu tempat yang menyediakan dan
memberikan berbagai macam ketrampilan atau keahlian. Fungsi dan tugas
pokok didirikannya BLK yaitu melaksanakan pendidikan dan pelatihan untuk
calon tenaga kerja dan pencari kerja. Sehingga sangat tepat untuk orang-
orang yang ingin mengasah skill sebelum memutuskan untuk terjun di dunia
kerja, baik berwirausaha maupun bekerja pada perusahaan. Biasanya untuk
pendaftaran pelatihan di BLK Karanganyar langsung mendatangi ke kantor
BLK Karanganyar untuk memilih kejuruan yang di inginkan dan memenuhi
beberapa persyaratan. BLK Kabupaten Karanganyar mempunyai beberapa
program atau kejuruan, diantaranya adalah: Teknik Las, Teknik Otomotif
Sepeda Motor, Teknik Komputer, Operator Komputer, Jahit, Bordir dan Tata
Boga. Mengenai biaya, tidak perlu cemas karena pelatihan di BLK
Karanganyar tidak dipungut biaya tetapi di tanggung oleh dana APBN dan
APBD. Bahkan beberapa tempat di BLK memberikan fasilitas tambahan uang
makan dan uang transport. Dan pada akhir pelatihan, bagi peserta yang lulus
dan dinyatakan kompeten akan diberikan sertifikat.

Dewasa ini, dunia konstruksi baja, galangan kapal semakin menggeliat


sehingga permintaan atau kebutuhan akan juru las (welder) semakin banyak.
Tetapi seiring dengan banyaknya permintaan welder, tetapi di dunia kerja
konstruksi juga tidak sedikit yang mengalami kecelakaan kerja. Hal ini
berdampak kepada peminat kejuruan teknik las di BLK Karanganyar. Dalam
proses pengelasan, haruslah mematuhi prosedur pengelasan serta prosedur
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang ditetapkan supaya menghasilkan
konstruksi yang baik dan tenaga kerja yang selamat. Akan tetapi, pada saat
praktek pengelasan di workshop kejuruan teknik las BLK Karanganyar masih
banyak ditemukan peserta pelatihan yang kurang peduli terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja terbukti dengan tidak menggunakan alat
pelindung diri (APD), misalnya tidak menggunakan helm atau kaca mata las,
masker, sarung tangan dan sepatu safety. Padahal dalam proses pengelasan
banyak sekali potensi bahaya (hazard), diantaranya adalah: cahaya atau sinar
ultraviolet, gas / asap las, tersengat listrik dan percikan api.

2
Berdasarkan kondisi tersebut maka penulis memutuskan untuk
mengangkat isu rendahnya kesadaran peserta pelatihan terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di kejuruan teknik las sebagai pokok
bahasan utama dalam rancangan aktualisasi yang akan diterapkan di unit
kerja penulis. Diharapkan dengan menerapkan nilai-nilai yang terkandung
dalam nilai dasar PNS yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu, Anti Korupsi (ANEKA), mampu membantu mencari solusi
serta pemecahan isu tersebut dan sekaligus sebagai upaya penanaman nilai
ANEKA dalam diri penulis.

B. Masalah Utama

1. Identifikasi Isu

Pembuatan rancangan aktualisasi dan habituasi ini disusun


berdasarkan identifikasi beberapa isu atau problematika yang ditemukan
dalam melaksanakan tugas sebagai Instruktur pada instansi tempat
bekerja, yaitu di BLK Karanganyar. Sumber isu yang diangkat dapat
berasal dari individu, unit kerja, maupun organisasi. Isu-isu yang menjadi
dasar rancangan aktualisasi dan habituasi ini bersumber dari aspek:
a. Pelayanan Publik
b. Whole of Government (WoG)
c. Manajemen PNS

Telah dipetakan beberapa isu, antara lain:


a. Rendahnya kesadaran peserta pelatihan terhadap kebersihan.
b. Belum optimalnya penerapan tata tertib peserta pelatihan.
c. Belum optimalnya penerapan sistem 5R (ringkas, rapi, resik, rajin dan
rawat) di kalangan pegawai BLK Karanganyar.
d. Rendahnya efisiensi sistem pendaftaran peserta pelatihan.
e. Rendahnya kesadaran peserta pelatihan terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) di kejuruan teknik las.

Rendahnya kesadaran peserta pelatihan terhadap kebersihan di


lingkungan BLK Karanganyar ditunjukkan dengan belum terciptanya
budaya membuang sampah pada tempatnya. Sikap membuang sampah

3
sembarangan merupakan tindakan yang tidak terpuji dan dapat mencemari
lingkungan. Oleh karena itu, kesadaran membuang sampah pada
tempatnya perlu dan harus ditumbuhkan di tiap individu. Bukan tanpa
alasan, karena lingkungan adalah milik kita bersama dan kita jugalah yang
harus menjaga kebersihannya.

Selanjutnya, belum optimalnya penerapan tata tertib di BLK


Karanganyar disebabkan oleh manajemen PNS yang masih rendah. Tata
tertib yang paling sering dilanggar adalah datang terlambat lebih dari pukul
07.30 pagi. Sehingga proses belajar mengajar menjadi terganggu karena
beberapa peserta datang terlambat. Penerapan tata tertib secara konsisten
diharapkan dapat meningkatkan tingkat kedisiplinan peserta pelatihan.
Sehingga pada akhirnya proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik
dan la ncar.

Belum optimalnya penerapan sistem 5R (ringkas, rapi, resik, rajin


dan rawat) di lingkungan BLK Karanganyar disebabkan beberapa faktor,
diantaranya kurangnya pemahaman tentang kosep 5R dan kurangnya
komitmen bersama untuk menerapkan sistem 5R ini. Sehingga perlu
diberikan edukasi tentang 5R dengan tujuan untuk menyamakan
pemahaman dan cara pandang mengenai sistem 5R. Dan selanjutnya
dibutuhkan komitmen bersama yang kuat mulai dari atasan sampai dengan
level paling bawah untuk bersama-sama menerapkan sistem 5R ini.

Rendahnya efisiensi sistem pendaftaran peserta pelatihan di BLK


Karanganyar ditunjukkan dengan pendaftaran yang dilakukan masih
dengan cara konvensional (manual). Sehingga calon peserta pelatihan
harus berbondong-bondong datang ke kantor BLK Karanganyar untuk
mendaftarkan diri jika ingin mengikuti pelatihan dengan cara mengisi
formulir pendaftaran, mengumpulkan foto dan beberapa persyaratan
lainnya.

Rendahnya kesadaran peserta pelatihan terhadap keselamatan dan


kesehatan kerja (K3) di di kejuruan teknik las BLK Karanganyar
dikarenakan kurangnya pemahaman dan arti pentingnya konsep

4
keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Salah satu penyebab utama
terjadinya kecelakaan kerja di Indonesia pada umumnya adalah masih
rendahnya kesadaran akan pentingnya penerapan K3 di kalangan industri
dan masyarakat. Secara faktual, kebanyakan para pekerja baru
mengetahui masalah K3 setelah memasuki dunia kerja.. Sehingga para
peserta pelatihan perlu dibekali dan diberikan edukasi tentang arti
pentingnya K3 dengan tujuan untuk memberikan pemahaman,
membudayakan dan memelihara keselamatan serta kesehatan kerja
selama pelatihan di BLK Karanganyar dan di dunia kerja nantinya. Praktek
dari K3 ini meliputi: pencegahan, pemberian sanksi dan perawatan serta
penyembuhan luka. Dari beberapa kejuruan yang ada di BLK Karanganyar,
penulis menganalisa bahwa kejuruan yang paling banyak memiliki potensi
bahaya (hazard) adalah teknik teknik las.

Berdasarkan prinsip-prinsip kedudukan dan peran PNS dalam


Negara Kesatuan Republik Indonesia, dapat di identifikasi isu-isu sebagai
berikut:

Tabel 1.1 Identifikasi Isu


Kondisi yang
No. Identifikasi Isu Prinsip PNS Kondisi Saat Ini
Diharapkan
1. Rendahnya Pelayanan Belum terciptanya Lingkungan BLK
kesadaran peserta Publik. budaya membuang Karanganyar yang
pelatihan terhadap sampah pada bersih , indah dan
kebersihan. tempatnya, masih mempunyai
cenderung fasilitas kebersihan
membuang sampah yang memadai.
sembarangan.
2. Belum optimalnya Pelayanan Banyak peserta Peserta pelatihan
penerapan tata Publik. pelatihan yang masuk dan pulang
tertib peserta datang terlambat ke tepat waktu,
pelatihan. kantor BLK mengikuti proses
Karanganyar dan pelatihan secara
kurang tertib dalam tertib serta praktek
mengikuti pelatihan di workshop
di kelas / workshop. dengan tertib.
3. Belum optimalnya Manajemen Belum terciptanya Penataan file /
penerapan sistem PNS. penataan file / dokumen yang
5R (ringkas, rapi, dokumen yang baik, baik, sehingga
resik, rajin dan tata letak peralatan memudahkan

5
rawat) di kalangan di workshop yang dalam pencarian.
pegawai BLK baik.
Karanganyar.

4. Rendahnya Pelayanan Pendaftaran yang Sistem pendaftaran


efisiensi sistem Publik. dilakukan masih online, sehingga
pendaftaran konvensional sangat
peserta pelatihan (manual), sehingga memudahkan
di BLK memerlukan waktu dalam melakukan
Karanganyar. yang banyak karena pendaftaran, dapat
calon peserta harus dilakukan kapan
datang ke kantor saja dan dimana
BLK Karanganyar. saja.
5. Rendahnya Pelayanan Sikap / perilaku Sikap / perilaku
kesadaran peserta Publik. yang kurang peduli yang peduli K3,
pelatihan terhadap terhadap tercipta budaya K3,
keselamatn dan keselamatan dan tidak adanya
kesehatan kerja kesehatan kerja kecelakaan kerja di
(K3) di kejuruan (K3), sehingga workshop(zero
teknik las. sangat berpotensi accident)
terjadi kecelakaan.
(Sumber: data dielaborasi penulis, 2019)

Berdasarkan pemetaan dan identifikasi isu yang telah dipaparkan


maka perlu dilakukan proses analisis isu untuk menentukan isu mana yang
menjadi prioritas untuk dapat dicarikan solusi oleh penulis. Proses tersebut
menggunakan dua alat bantu penetapan kriteria kualitas isu yaitu:
a. APKL (Aktual, Problematik, Kekhalayakan, dan Kelayakan)
APKL memiliki 4 kriteria penilaian yaitu Aktual, Problematik,
Kekhalayakan, dan Kelayakan.
1) Aktual artinya benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan di
kalangan masyarakat.
2) Problematik artinya isu yang memiliki dimensi masalah yang
kompleks, sehingga perlu dicarikan solusinya.
3) Kekhalayakan artinya isu yang menyangkut hajat hidup orang
banyak.
4) Kelayakan artinya isu yang masuk akal, logis, realistis, serta
relevan untuk dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.

b. USG (Urgency, Seriousness, dan Growth)

6
Analisis USG (Urgency, Seriousness, dan Growth)
mempertimbangkan tingkat kepentingan, keseriusan, dan
perkembangan setiap variabel dengan rentang skor 1-5.
1) Urgency (urgensi), yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak
atau tidak masalah tersebut diselesaikan.
2) Seriousness (keseriusan), yaitu melihat dampak masalah tersebut
terhadap produktivitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan,
membahayakan sistem atau tidak, dan sebagainya.
3) Growth (berkembangnya masalah), yaitu apakah masalah tersebut
berkembang sedemikian rupa sehingga sulit dicegah.

Analisis Isu Strategis Tabel 1.2 Analisis Isu Strategis


Kriteria A Kriteria B
Prinsip PNS Identifikasi Isu A P K L Ket U S G ∑

Pelayanan Rendahnya kesadaran peserta + + + - Tidak


Publik pelatihan terhadap kebersihan memenuhi
syarat

Pelayanan Belum optimalnya penerapan tata + + + + Memenuhi 5 4 4 13


Publik tertib peserta pelatihan syarat

Manajemen Belum optimalnya penerapan + + + - Tidak


PNS sistem 5R (ringkas, rapi, resik, memenuhi
rajin dan rawat) di kalangan syarat
pegawai BLK Karanganyar

Pelayanan Rendahnya efisiensi sistem + + + - Tidak


Publik pendaftaran peserta pelatihan memenuhi
syarat
Pelayanan Rendahnya kesadaran peserta + + + + Memenuhi 5 5 5 15
Publik pelatihan terhadap keselamatan syarat
dan kesehatan kerja (K3) di
kejuruan teknik las

(Sumber: data dielaborasi penulis, 2019)

Berdasarkan tabulasi APKL seperti tercantum pada tabel 1.2.


Analisis Isu Strategis, ditemukan dua isu utama yang memenuhi syarat,
yaitu sebagai berikut:
1. Belum optimalnya penerapan tata tertib peserta pelatihan.
2. Rendahnya kesadaran peserta pelatihan terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) di kejuruan teknik las.

7
Dari kedua isu yang problematik tersebut, ditetapkan isu paling
prioritas yaitu “Rendahnya kesadaran peserta pelatihan terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di kejuruan teknik las”, dengan
perolehan skor USG 15.

Dampak dari isu terpilih yang telah dianalisis menggunakan metode


USG jika tidak diselesaikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1.3 Dampak Isu Tidak Terselesaikan

No Sumber Isu Identifikasi Isu Dampak

1. Pelayanan Rendahnya Jika rendahnya kesadaran


Publik kesadaran peserta terhadap K3 tidak segera di
pelatihan terhadap tindak lanjuti, maka akan
keselamatan dan semakin banyaknya
kesehatan kerja (K3) kecelakaan kerja baik di
di kejuruan teknik workshop maupun di dunia
las. kerja nantinya.
(Sumber: data dielaborasi penulis, 2019)

Dari Tabel 1.2 Analisis Isu Strategis, menunjukkan validasi isu dengan
menggunakan analisa USG. Dari analisa didapatkan core issue yakni
rendahnya kesadaran peserta pelatihan terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) di kejuruan teknik las BLK Karanganyar.

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah kegiatan aktualisasi melalui habituasi adalah:

1. Kegiatan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran


peserta pelatihan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di
kejuruan teknik las BLK Karanganyar?
2. Apa saja output dan outcome yang dihasilkan dari kegiatan-kegiatan
tersebut?
3. Bagaimana nilai - nilai dasar PNS (ANEKA) dapat diimplementasikan
selama kegiatan aktualisasi melalui habituasi di unit kerja?
4. Apakah kegiatan-kegiatan yang dilakukan memberikan kontribusi
terhadap visi misi BLK Karanganyar?

8
Gagasan Pemecahan Isu pada unit kerja BLK Karanganyar
adalah “Peningkatan kesadaran peserta pelatihan terhadap keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) di kejuruan teknik las BLK Karanganyar”.

C. Tujuan

Berdasarkan identifikasi isu dan rumusan masalah yang telah


ditemukan, tujuan yang akan dicapai dari dilaksanakannya aktualisasi ini
adalah sebagai berikut :

1. Menemukan isu-isu yang ada di satuan kerja kemudian melakukan


analisis terhadap isu-isu tersebut sehingga dapat menemukan
pemecahan masalah dari isu-isu tersebut dalam bentuk kegiatan .

2. Mengaktualisasikan nilai-nilai dasar PNS yaitu nilai ANEKA.

3. Mengimplementasikan nilai-nilai dasar PNS ke dalam setiap kegiatan


yang dilakukan di satuan kerja BLK Karanganyar.

D. Manfaat
Manfaat kegiatan pengaktualisasian nilai-nilai dasar PNS adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Satuan Kerja
Membantu dalam mewujudkan visi BLK Karanganyar, yaitu
menghasilkan tenaga kerja yang kompeten.
2. Bagi Pihak Lain
Membantu meningkatkan kesadaran peserta pelatihan terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di kejuruan teknik las BLK
Karanganyar.
3. Bagi Calon Pegawai Negeri Sipil
Meningkatkan pemahaman dan mampu untuk mengimplementasikan
nilai-nilai dasar ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu dan Anti Korupsi) sebagai landasan dalam menjalankan
tugas dan fungsinya.

9
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Sikap dan Perilaku Bela Negara

1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara

Pemahaman dan pemaknaan wawasan kebangsaan dalam


penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bagi aparatur, pada

10
hakikatnya terkait dengan pembangunan kesadaran berbangsa dan
bernegara yang berarti sikap dan tingkah laku PNS harus sesuai dengan
kepribadian bangsa dan selalu mengaitkan dirinya dengan cita-cita dan
tujuan hidup bangsa Indonesia.

Kesadaran bela negara merupakan upaya untuk mempertahankan


negara dari ancaman yang dapat mengganggu kelangsungan hidup
bermasyarakat yang berdasarkan atas cinta tanah air. Selain itu
menumbuhkan rasa patriotisme dan nasionalisme di dalam diri PNS.
Upaya bela negara selain sebagai kewajiban dasar juga merupakan
kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh
kesadaran, penuh tanggung jawab dan rela berkorban dalam pengabdian
kepada negara dan bangsa.

2. Analisa Perubahan Lingkungan Strategis

Lingkungan strategis adalah situasi internal dan eksternal baik yang


statis (trigatra) maupun dinamis (pancagatra) yang memberikan pengaruh
pada pencapaian tujuan nasional. Analisa perubahan lingkungan strategis
ini bertujuan membekali peserta dengan kemampuan memahami konsepsi
perubahan lingkungan strategis sebagai wawasan strategis PNS.
Sehingga PNS dapat memahami modal insani dalam menghadapi
perubahan lingkungan strategis, dapat mengidentifikasi isu-isu kritikal, dan
dapat melakukan analisis isu-isu kritikal dengan menggunakan
kemampuan berpikir kritis. Dengan begitu PNS dapat mengambil
keputusan yang terbaik dalam tindakan profesionalnya.

3. Kesiapsiagaan Bela Negara

Pasal 27 dan Pasal 30 UUD Negara RI 1945 mengamanatkan


kepada semua komponen bangsa berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara dan syarat-syarat tentang pembelan negara.
Dalam hal ini setiap PNS sebagai bagian dari warga masyarakat tertentu
memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk melakukan bela negara
sebagaimana diamanatkan dalam UUD Negara RI 1945 tersebut.

11
Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai-nilai bela
negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
sesuai peran dan profesi warga negara, demi menjaga kedaulatan negara,
keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk
ancaman.

Kesiapsiagaan bela negara merupakan kondisi warga negara yang


secara fisik memiliki kondisi kesehatan, keterampilan dan jasmani yang
prima serta secara kondisi psikis yang memiliki kecerdasan intelektual,
dan spiritual yang baik, senantiasa memelihara jiwa dan raganya, memiliki
sifat-sifat disiplin, ulet, kerja keras, dan tahan uji, merupakan sikap mental
dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada NKRI yang
berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945 dalam menjamin
kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Oleh sebab itu dalam
pelaksanaan latihan dasar bagi CPNS dibekali dengan latihan-latihan
seperti :
a. Kegiatan olah raga dan kesehatan fisik;

b. Kesiapsiagaan dan kecerdasan mental;

c. Kegiatan baris-berbaris, apel, dan tata upacara;

d. Keprotokolan;

e. Fungsi-fungsi Intelijen dan Badan Pengumpul Keterangan;

f. Kegiatan ketangkasan dan permainan (LAN, 2015)

B. Nilai Dasar Pegawai Negeri Sipil

Pegawai Negeri Sipil (PNS) dituntut untuk memiliki nilai-nilai dasar


sebagai seperangkat prinsip yang menjadi landasan dalam menjalankan
profesi dan tugasnya sebagai PNS. Adapun nilai-nilai dasar yang dimaksud
adalah Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti
Korupsi (ANEKA).

12
Berdasarkan dari kelima nilai dasar ANEKA yaitu Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika publik komitmen mutu dan Anti korupsi yang harus di
tanamkan kepada setiap PNS maka perlu di ketahui indikator-indikator dari
kelima kata tersebut, yaitu:

1. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kata yang seudah tidak asing lagi kita dengar,
namun seringkali kita susah untuk membedakannya dengan
responsibilitas. Namun dua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan
akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Lebih lanjut akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu,
kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi
amanahnya.

Adapun indikator dari nilai akuntabilitas adalah:

a. Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana
pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan hal
tersebut.
b. Transparansi
Transparansi dapat diartikan sebagai keterbukaan atas semua tindakan
dan kebijakan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok /
institusi.

c. Integritas
Integritas mempunyai makna konsistensi dan keteguhan yang tak
tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.

d. Tanggungjawab
Tanggungjawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

13
Tanggungjawab juga dapat berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajiban.

e. Keadilan
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai
sesuatu hal, baik menyangkut benda maupun orang.

f. Kepercayaan
Rasa keadilan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini
akan melahirkan akuntabilitas.

g. Keseimbangan
Pencapaian akuntabilitas dalam lingkungan kerja, diperlukan adanya
keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan
dan kapasitas. Selain itu, adanya harapan dalam mewujudkan kinerja
yang baik juga harus disertai dengan keseimbangan kapasitas sumber
daya dan keahlian (skill) yang dimiliki.

h. Kejelasan
Fokus utama untuk kejelasan adalah mengetahui kewenangan, peran
dan tanggungjawab, misi organisasi, kinerja yang diharapkan
organisasi, dan sistem pelaporan kinerja baik individu maupun
organisasi.

i. Konsistensi
Konsistensi adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan
sesuatu sampai pada tercapainya tujuan akhir (LAN, 2015).

2. Nasionalisme

Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang


meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain
sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai beraikan bangsa
yang satu dengan bangsa yang lain. Sedang dalam arti luas, nasionalisme
merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa
dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.

14
Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai
Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa:
menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa
dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan;
menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara;
bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak
merasa rendah diri; mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan
kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa; menumbuhkan
sikap saling mencintai sesama manusia; mengembangkan sikap tenggang
rasa (LAN, 2015).

Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang harus


diperhatikan, yaitu :

a. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa


1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan
ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-
masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang
berbedabeda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia
dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing.
7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

b. Sila Kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradap

15
1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat
dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban
asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan,
agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit
dan sebagainya.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh
umat manusia.
10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
dengan bangsa lain.

c. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia


1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan
dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan
bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan
bangsa apabila diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

d. Sila Keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan


dalam permusyawaratan/perwakilan

16
1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia
Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah.
6) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan
hati nurani yang luhur.
9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan
secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.
10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai
untuk melaksanakan pemusyawaratan.

e. Sila Kelima: Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia


1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan
sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri
sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain.

17
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum.
9) Suka bekerja keras.
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan
yang merata dan berkeadilan sosial.
3. Etika Publik

Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta


keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas, guna menjamin
adanya perlindungan hak-hak individu, mencakup cara-cara pengambilan
keputusan untuk membantu membedakan hal-hal yang baik dan buruk
serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nila-nilai yang
dianut :

a. Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik yakni:


1) Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
2) Sisi dimensi reflektif, etika publik berfungsi sebagai bantuan
dalam menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat
evaluasi.
3) Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan
faktual.

b. Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik yaitu :


1) Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
2) Dimensi Modalitas
3) Dimensi Tindakan Integritas Publik

c. Indikator nilai-nilai dasar etika publik, yaitu :


1) Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.

18
3) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia
4) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
5) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
6) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
7) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
8) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada
publik.
9) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
10) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
11) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
12) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
13) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
14) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
15) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.

d. Nilai-nilai yang terkandung dalam Etika Publik diantaranya :


1) Kebersamaan
2) Empati
3) Kepedulian
4) Kedewasaan
5) Orientasi
6) Organisasi
7) Respect
8) Kebajikan
9) Integritas
10) Inovasi
11) Keunggulan
12) Keluwesan
13) Kearifan

4. Komitmen Mutu

19
Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik dengan
berorientasi pada kualitas hasil. Adapun nilai-nilai komitmen mutu antara
lain:

a. Efektif, yaitu berhasil guna dapat mencapai hasil sesuai dengan target;

b. Efisien, yaitu berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan mencapai


hasil tanpa menimbulkan pemborosan;

c. Inovasi, yaitu penemuan sesuatu yang baru atau mengandung


kebaruan;

d. Berorientasi mutu, yaitu ukuran baik buruk yang di persepsi individu

terhadap produk atau jasa (LAN, 2015).


5. Anti Korupsi

Anti Korupsi adalah tindakan atau gerakan yang dilakukan untuk


memberantas segala tingkah laku atau tindakan yang melawan norma–
norma dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi, merugikan negara
atau masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Tindak
pidana korupsi yang terdiri dari kerugian keuangan negara, suap-
menyuap, pemerasan, perbuatan curang, penggelapan dalam jabatan,
benturan kepentingan dalam pengadaan dan gratifikasi.

Indikator yang ada pada nilai dasar anti korupsi meliputi:


a. Mandiri
Mandiri yang dapat membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang
sehingga menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain.
Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak
yang tidak bertanggung jawab demi mencapai keuntungan sesaat.

b. Kerja keras
Kerja keras merupakan hal yang penting dalam rangka tercapainya
target dari suatu pekerjaan. Jika target dapat tercapai, peluang untuk
korupsi secara materiil maupun non materiil (waktu) menjadi lebih kecil.
c. Berani
Berani untuk mengatakan atau melaporkan pada atasan atau pihak
yang berwenang jika mengetahui ada pegawai yang melakukan
kesalahan.

20
d. Disiplin
Disiplin berkegiatan dalam aturan bekerja sesuai dengan undang-
undung yang mengatur.
e. Peduli
Peduli yang berarti ikut merasakan dan menolong apa yang dirasakan
orang lain.
f. Jujur
Jujur yaitu berkata dan bertindak sesuai dengan kebenaran (dharma).
g. Tanggung jawab
Tanggung jawab yaitu berani dalam menanggung resiko atas apa yang
kita kerjakan dalam bentuk apapun.
h. Sederhana
Sederhana yang dapat diartikan menerima dengan tulus dan iklas
terhadap apa yang telah ada dan diberikan oleh Tuhan kepada kita.
i. Adil
Adil yaitu memandang kebenaran sebagai tindakan dalam perkataan
maupun perbuatan saat memutuskan peristiwa yang terjadi (LAN,
2015).
C. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI

Untuk mewujudkan birokrasi yang professional dalam menghadapi


tantangan-tantangan global, pemerintah melalui UU Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara telah bertekad untuk mengelola aparatur sipil
negara menjadi semakin professional. Undang-undang ini merupakan dasar
dalam manajemen aparatur sipil negara yang bertujuan untuk membangun
aparat sipil negara yang memiliki integritas, profesional dan netral serta bebas
dari intervensi politik, juga bebas dari praktek KKN, serta mampu
menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas bagi masyarakat (LAN,
2017).

1. Manajemen PNS

Manajemen PNS adalah pengelolaan PNS untuk menghasilkan


pegawai PNS yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Manajemen PNS lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai
sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil
Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.
Adapun asas-asas manajemen PNS, antara lain:

21
a. Kepastian hukum;

b. Profesionalitas;

c. Proporsionalitas;

d. Keterpaduan;

e. Delegasi;

f. Netralitas;

g. Akuntabilitas;

h. Efektif dan efisien;

i. Keterbukaan;

j. Non diskriminatif;

k. persatuan;

l. kesetaraan;

m. keadilan;

n. kesejahteraan.

2. Pelayanan Publik

Pelayanan Publik menurut Lembaga Administrasi Negara adalah


segala bentuk pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi
Pemerintah di pusat dan daerah dan dilingkungan BUMN/BUMD dalam
bentuk barang atau jasa baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Adapun prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan


pelayanan prima adalah:

a. Partisipatif

22
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan
masyarakat pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.

b. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai
penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses bagi
warga negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan
pelayanan publik yang diselenggarakan tersebut.

c. Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib
mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya
terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka
butuhkan, mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan,
prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan.

d. Tidak Diskriminatif
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh
dibedakan antara satu warga negara dengan warga negara yang lain
atas dasar perbedaan identitas warga negara.
e. Mudah dan Murah
Penyelenggaraan pelayanan publik dimana masyarakat harus
memenuhi berbagai persyaratan dan membayar fee untuk
memperoleh layanan yang mereka butuhkan harus diterapkan prinsip
mudah dan murah. Hal ini perlu ditekankan karena pelayanan publik
yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak dimaksudkan untuk
mencari keuntungan melainkan untuk memenuhi mandat konstitusi.
f. Efektif dan Efisien
Penyelenggaraan pelayan publik harus mampu mewujudkan tujuan-
tujuan yang hendak dicapainya dan cara mewujudkan tujuan tersebut
dilakukan dengan prosedur yang sederhana, tenaga kerja yang
sedikit, dan biaya yang murah.
g. Aksesibel

23
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat
dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik dan
dapat dijangkau dalam arti non-fisik yang terkait dengan biaya dan
persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk
mendapatkan layanan tersebut.
h. Akuntabel
Semua bentuk penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat.
Pertanggungjawaban di sini tidak hanya secara formal kepada atasan
akan tetapi yang lebih penting harus dipertanggungjawabkan secara
terbuka kepada masyarakat luas melalui media publik.
i. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan sebagai

alat melindungi kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa

keadilan bagi kelompok lemah ketika berhadapan dengan kelompok

yang kuat.

3. Whole Of Government

Whole of government (WoG) adalah sebuah pendekatan


penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan
kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik.
Pendekatan WoG dapat dilihat dan dibedakan berdasarkan
perbedaan kategori hubungan antara kelembagaan yang terlibat
sebagai berikut:
a. Koordinasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi:
 penyertaan, yaitu pengembangan strategi dengan
mempertimbangkan dampak;
 dialog atau pertukaran informasi;
 joint planning, yaitu perencanaan bersama untuk kerjasama
sementara.
b. Integrasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi:
 joint working, atau kolaborasi sementara;

24
 joint ventrure, yaitu perencanaan jangka panjang, kerjasama
pada pekerjaan besar yang menjadi urusan utama salah satu
peserta kerjasama;
 satelit, yaitu entitas yang terpisah, dimiliki bersama, dibentuk
sebagai mekanisme integratif.
c. Kedekatan dan pelibatan, yang tipe hubungannya dapat
dibagi lagi menjadi:
 aliansi strategis, yaitu perencanaan jangka panjang, kerjasama
pada isu besar yang menjadi urusan utama salah satu peserta
kerjasama;
 union, berupa Unifikasi resmi, identitas masing-masing masih
nampak; merger, yaitu penggabungan ke dalam struktur baru
(LAN, 2017).
D. Pengertian Pengelasan
Pengelasan (welding) adalah salah satu teknik penyambungan logam
dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan
atau tanpa tekanan.
Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Norman) adalah
ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang
dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dengan kata lain, las
merupakan sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan
menggunakan energi panas.
Pengelasan bimetal adalah proses pengelasan yang menyambungkan
dua macam logam yang berbeda. Pengelasan bimetal mempunyai tingkat
kerumitan yang lebih tinggi dibanding dengan pengelasan logam yang sejenis.
Karena logam yang tidak sejenis mempunyai karakteristik yang berbeda satu
sama lainnya. Sehingga proses pengelasan logam yang tidak sejenis
membutuhkan beberapa teknik tertentu, misalnya pemilihan logam yang akan
disambung harus tepat, pemilihan elektroda yang sesuai, pengaturan heat
input yang tepat, serta pemilihan perlakuan panas pasca pengelasan yang
tepat.
E. Jenis – Jenis Pengelasan
Pada proses pengelasan dengan electric arc welding dibagi menjadi 2
kategori yaitu Consumable Electrode dan Non Consumable Electrode. Yang
dimaksud dengan Consumable Electrode adalah bahwa elektroda ikut habis
terbakar dan sekaligus sebagai bahan pengisi. Sedangkan non Consumable

25
Electrode adalah proses pengelasan dimana elektroda tidak ikut terbakar.
Bahan pengisi menggunakan bahan lain yang dicairkan bersamaan dengan
proses pencairan logam induk.
Macam-macam pengelasan kategori Consumable Electrode
diantaranya adalah Shielded Metal Arc Welding (SMAW), Gas Metal Arc
Welding (GMAW/MIG), Submerged Arc Welding (SAW) dan Flux Core Arc
Welding (FCAW). Sedangkan pengelasan Non Consumable Electrode yang
paling populer adalah Gas Tungsten Arc Welding (GTAW/TIG).

1. Shielded Metal Arc Welding (SMAW)

Diantara macam-macam pengelasan yang ada, SMAW merupakan yang


paling populer dan banyak digunakan. SMAW sering digunakan baik untuk
memenuhi kebutuhan skala rumahan maupun proyek yang besar.
Pengelasan SMAW menggunakan elektroda terbungkus yang ikut mencair
dan sekaligus sebagai bahan pengisi. Elektroda sekaligus berfungsi
sebagai kutub negatif dan benda kerja sebagai kutub positif. Panas berasal
dari adanya busur listrik yang menyebabkan elektroda dan logam dasar
melebur secara bersamaan.

2. Gas Metal Arc Welding (GMAW/MIG)

Gas Metal Arc Welding merupakan proses penyambungan dua buah logam
atau lebih yang sejenis dengan menggunakan bahan tambah yang berupa
kawat gulungan dan gas pelindung melalui proses pencairan Jenis
pengelasan gas metal arc welding ada 2 macam, yaitu MIG (Metal Inert
Gas) dan MAG (Metal Active Gas). Perbedaan keduanya adalah pada gas
yang digunakan dalam proses pengelasan. Proses MIG memakai gas mulia
saja; Argon, Helium, sedangkan MAG menggunakan gas CO 2 atau
campuran dengan argon. Pengelasan GMAW biasanya digunakan pada
pengelasan fabrikasi steel structure material CS menggunakan CO2 atau
campurannya. Sangat menguntungkan untuk tonase yang besar karena
kecepatannya sangat tinggi.

26
3. Submerged Arc Welding (SAW)

Macam-macam pengelasan dengan consumable electrode yang


selanjutnya adalah Submerged Arc Welding (SAW). Busur listrik dan logam
cair dilindungi oleh fluks cair dan lapisan partikel fluks yg berbentuk
granular. Ujung elektroda yang dimakan secara kontinu, dibenamkan ke
dalam fluks dan pada saat itu busur listrik tidak berfungsi. Proses
pengoperasiannya dilakukan secara mekanik dan semi otomatis. Sistem
mekanik dapat digunakan bila posisi pengelasan flat, sedangkan system
semi otomatis digunakan apabila pekerjaan memerlukan kualitas las yang
konsisten. Proses pengelasan SAW banyak digunakan pada material yang
berbentuk plat yang tebal.

4. Flux Core Arc Welding (FCAW)

Flux Core Arc Welding merupakan jenis pengelasan yang hampir sama
dengan proses GMAW. Proses pengelasan FCAW menggunakan elektroda
berinti sebagai pengganti solid electrode dan digunakan untuk
menyambung logam ferrous. Inti logam dapat berupa atau mengandung
mineral, serbuk paduan besi dan material yang dapat berfungsi sebagai
shielding gas, deoxidizer dan pembentuk slag. Penambahan ini dapat
meningkatkan arc stability, sifat mekanik material dan membentuk kontur
las.

5. Gas Tungsten Arc Welding (GTAW/TIG)

Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) atau juga sering disebut Tungsten Inert
Gas (TIG). Elektroda yang digunakan (tungsten) tidak ikut melebur, yang
melebur adalah bahan pengisi (filler) biasa disebut welding rod. Busur listrik
terjadi antara elektroda dan material dasar (base metal), sedangkan
shielding gas digunakan untuk melindungi elektroda dan logam cair.

F. Potensi Bahaya dalam Pengelasan


Dalam pengelasan ada beberapa potensi bahaya, diantaranya adalah sebagai
berikut:

27
1. Cahaya dan sinar yang berbahaya
Selama proses pengelasan akan timbul cahaya dan sinar yang dapat
membahayakan seorang welder dan pekerja lain yang ada di sekitar
pengelasan. Cahaya tersebut meliputi cahaya yang dapat dilihat atau
cahaya tampak, sinar ultraviolet dan sinar inframerah.
2. Arus listrik yang berbahaya
Besarnya kejutan yang timbul karena listrik tergantung pada besarnya arus
dan keadaan badan manusia.
3. Debu dan gas dalam asap las.
Debu dalam asap las besarnya berkisar antara 0,2 µm sampai dengan 3
µm. Komposisi kimia dari debu asap las tergantung dari jenis pengelasan
dan elektroda yang digunakan.
4. Bahaya kebakaran
Kebakaran terjadi karena adanya kontak langsung antara api pengelasan
dengan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti solar, bensin, gas, cat
kertas dan bahan lainnya yang mudah terbakar. Bahaya kebakaran juga
dapat terjadi karena kabel yang menjadi panas yang disebabkan karena
hubungan yang kurang baik, kabel yang tidak sesuai atau adanya
kebocoran listrik karena isolasi yang rusak.
G. Alat Pelindung Diri (APD) Dalam Pengelasan

Alat Pelindung Diri (APD) dalam pengelasan bisa dilihat pada gmbar dibawah
ini:

Gambar 2.1 Alat Pelindung Diri Dalam Pengelasan

1. Helm Las atau Kaca Mata Las

28
Helm las adalah alat yang mempunyai fungsi melindungi bagian wajah dari
percikan las, panas pengelasan dan sinar las ke bagian mata. Helm las ini
terbuat dari bahan plastik yang tahan panas, selain itu terdapat tiga kaca
(bening, hitam, bening) yang berfungsi untuk melindungi mata dari bahaya
sinar tampak dan ultraviolet saat melakukan pengelasan.

2. Masker Las

Masker las berfungsi sebagai alat perlindung pernafasan dari bahaya asap
las, karena asap las berbeda dengan asap biasa. Asap las ini merupakan
hasil pembakaran dari bahan kimia untuk perlindungan lasan dan juga
pembakaran dari material lasan. Oleh karena itu asap las ini hampir seperti
serbuk bersih dan sangat membahayakan alat pernafasan kita.

3. Pakaian Kerja Las atau Apron

Pakaian kerja las adalah pakaian yang dapat melindungi seluruh bagian
tubuh dari panas dan percikan api las. Selain itu terdapat Apron sebagai
tambahan, apron dada dan apron lengan ini terbuat dari bahan kulit.
Karena jika dari kain biasa maka pakaian akan lubang, hal ini disebabkan
tingginya temperatur percikan api las.

4. Sarung Tangan Las (Welding Glove)

Sarung tangan las adalah sarung tangan yang memang khusus dibuat
untuk proses pekerjaan las, bahan sarung tangan las terbuat dari kulit atau
bahan sejenis asbes dengan kelenturan yang baik. Welding gloves
berfungsi untuk melindungi kedua tangan dari percikan las atau spater dan
panas material yang dihasilkan dari proses pengelasan.

5. Sepatu Safety

Sepatu safety adalah sepatu yang terbuat dari kulit dan bagian depan
sepatu terdapat sebuah plat baja yang berfungsi untuk melindungi kaki dari
kejatuhan bendan yang berat dan benda yang tajam. Selain itu karena
bersifat isolator, sepatu ini juga melindungi dari bahaya sengatan listrik.

29
BAB III

TUGAS UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA

A. Profil Organisasi

1. Nama Organisasi

Balai Latihan Kerja yang selanjutnya disebut BLK adalah salah satu
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemerintah Kabupaten Karanganyar yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Dinas Perdagangan,
Tenaga Kerja, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah yang ditetapkan
dengan Peraturan Bupati Karanganyar Nomor: KEP.72 Tahun 2017 tanggal
08 Agustus 2017. Data mengenai Balai Latihan Kerja Kabupaten
Karanganyar adalah sebagai berikut:
a. Nama instansi : BLK Karanganyar
b. Alamat : Jl. Raya Solo-Tawangmangu Km. 24 Bangsri
Kecamatan Karangpandan 57791,
Kabupaten Karanganyar
c. Telepon/Fax : (0271) 494826

d. Email : blkkra@gmail.com
e. Facebook : blk karanganyar

f. WhatsApp : 0813 9371 0104

30
BLK Karanganyar berada di Kelurahan Bangsri tepat di tepi jalan
raya Solo – Tawangmangu km 24 Kecamatan Karangpandan. BLK
Karanganyar saat ini dipimpin oleh Bapak Soenarto, S.P., M.M.

2. Visi, Misi, Tugas dan Strategi Organisasi

a. Visi

Visi BLK Karanganyar adalah “BLK Karanganyar sebagai pusat

pengembangan sumber daya manusia yang kompeten, handal,

tangguh dan berdaya saing tinggi”.

b. Misi

Misi berfungsi untuk menjelaskan mengapa suatu organisasi harus


ada, apa yang harus dilakukannya dan bagaimana melakukannya
untuk mewujudkan visi tersebut. Adapun misi dari BLK Karanganyar
untuk mencapai visi tersebut adalah :

1) Mengembangkan diklat berbasis kompetensi.

2) Mengembangkan pelaku usaha.

3) Mewujudkan sentra kewirausahaan dan perluasan lapangan kerja.

4) Menyelenggarakan diklat yang bermutu dan akuntabel.

5) Meningkatkan kualitas tenaga kediklatan

6) Mengembangkan standarisasi sarana dan prasarana kediklatan.

c. Tugas Organisasi

31
BLK Karanganyar mempunyai tugas melaksanakan kegiatan teknis
operasional dan atau teknis penunjang bidang pengelolaan pelatihan
kerja masyarakat.
d. Strategi UPT Balai Latihan Kerja Kabupaten Karanganyar :
1. Meningkatkan profesionalisme sumberdaya manusia internal;
2. Meningkatkan daya guna sarana dan prasarana;
3. Melaksanakan dan mengembangkan program pelatihan pada
substansi (kurikulum,metodologi, teknik pengajaran, sarana dan
prasarana sesuai dengan persyaratan);
4. Menjalin kerjasama dan mewujudkan kemitraan dengan industri dan
institusi terkait.
5. Menetapkan kebijakan mutu yang dinamis dan rencana-rencana
strategis jangka pendek dan menengah pada bidang-bidang yang
relevan untuk mencapai visi dan misi UPT BLK Kabupaten
Karanganyar.

3. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki
oleh setiap lembaga atau instansi. Struktur organisasi BLK
Karanganyar mencerminkan adanya suatu bentuk kerjasama untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Adapun struktur organisasi BLK
Karanganyar seperti pada diagram dibawah ini.

KEPALA BLK
Soenarto, S.P., M.M

KASUBAG TATA USAHA


Eko Setiyarso, S.E., M.M

FUNGSIONAL STAFF ADMINISTRASI


Instruktur Staff
Gambar 3.1. Struktur Organisasi BLK Karanganyar

4. Deskripsi Sumber Daya Manusia dan Sarana Prasarana

32
BLK Karanganyar memiliki 14 Instruktur, 1 Kepala UPT BLK, 1
Kasubag Tata Usaha dan 17 staff pelaksana. Berikut ini adalah daftar nama
pegawai di BLK Karanganyar beserta jabatannya:

Tabel 3.1 Data Pegawai BLK Karanganyar Tahun 2019


Gol. Status
No. Nama Jabatan
Ruang Pegawai
1. Soenarto, S.P., M.M IV/a Kepala BLK PNS
2. Daryanto, S.Pd IV/c Instruktur PNS
3. Kusumardiyah, S.E IV/a Instruktur PNS
4. Eko Setiyarso, S.E., M.M III/d Kasubag TU PNS
5. Sukino Subiyantoro, A.Md III/c Administrasi PNS
6. Imam Riyadi, S.E III/c Instruktur PNS
7. Dunus Ardian, A.Md III/a Instruktur PNS
8. Anang Fajar Riyadin, A.Md III/a Instruktur PNS
9. M. Burhan Yasin, S.T III/a Instruktur PNS
10. Muslih Hadi Harjanto, S.Pd III/a Instruktur PNS
11. Aris Wandi, A.Md II/d Instruktur PNS
12. Sony Setyawan, A.Md II/d Instruktur PNS
13. Joko Purnomo, A.Md II/d Instruktur PNS
14. Ichsan Junaidi, A.Md II/d Instruktur PNS
15. Eko Yuni Hardaningrum, A.Md II/d Instruktur PNS
16. Yuanita Sulissetiyo Rini, A.Md II/d Instruktur PNS
17. Ainun Najib, A.Md II/d Instruktur PNS
18. Suyadi II/c Administrasi PNS
19. M. Yusuf Marzuki II/b Administrasi PNS
20. Parmin II/b Administrasi PNS
21. Purwono Bodro Sabani II/a Administrasi PNS
22. Ngadiyo I/c Administrasi PNS
23. Wartono THL
24. Yohanes Listanto THL
25. Sugiyarto THL
26. Sumono THL
27. Anshory THL
28. Widodo THL
29. Toni Iksanudin THL
30. Erick Lorenza THL
31. Risa Wahyu THL
32. Lilia Puji THL
33. Danang THL
(Sumber: dokumentasi BLK Karanganyar, 2019)

Sarana prasarana atau fasilitas yang terdapat di BLK Karanganyar


meliputi gedung kantor, ruang kelas, ruang praktek (workshop), toilet, tempat
ibadah, tempat parker, kantin, asrama, aula, sarana olahraga dan pos

33
keamanan. Adapun uraian sarana prasarana yang ada di BLK Karanganyar
adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Sarana dan Prasarana BLK Karanganyar


No. Jenis Prasarana Banyak Jenis Ruang
1. Gedung kantor 1 Permanen
2. Ruang kelas 9 Permanen
3. Ruang praktek (workshop) 9 Permanen
4. Toilet 10 Permanen
5. Tempat Ibadah (Mushola) 1 Permanen
6. Tempat Parkir 2 Permanen
7. Kantin 1 Permanen
8. Asrama 2 Permanen
9. Aula 1 Permanen
10. Sarana olah raga (volley) 1 Permanen
11. Pos keamanan 1 Permanen
(Sumber: dokumentasi BLK Karanganyar, 2019)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa bangunan dan ruang


pelatihan yang ada di BLK Karanganyar sudah cukup memadai untuk
digunakan, dimanfaatkan dan dikembangkan dalam menunjang kegiatan
pelatihan sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

B. Tugas Jabatan Peserta Latsar


Menurut UU ASN No. 5 Tahun 2014 Pasal 11, ASN memiliki tugas :

1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina


Kepegawaian sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas.
3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sedangkan tugas pokok instruktur adalah melaksanakan kegiatan
pelatihan dan pembelajaran serta pengembangan pelatihan. Adapun lebih
detailnya tugas instruktur ahli pertama dijabarkan dalam Keputusan MENPAN
No. 36/KEP/M.PAN/3/2003
1) Menyusun recana pelatihan setiap mata pelatihan dalam satu paket untuk
tingkat menengah.
2) Menyusun satuan pokok bahasan pelatihan dalam satu paket sesuai
dengan kewenangannya.
3) Menyusun rencana penyuluhan.
4) Membuat job sheet mata pelatihan sesuai dengan kewenangannya.
5) Menyusun modil pelatihan untuk pelatihan tingkat menengah.

34
6) Mengajar pada pelatihan tingkat dasar dengan peserta:
a. Pencari kerja sarjana/diploma/akademi.
b. Instruktur (TOT) pada level / kategori ahli.

7) Mengajar pada pelatihan tingkat menengah dengan peserta:


a. Pencari kerja sarjana/ diploma /akademi.
b. Pekerja pada level manajemen.
8) Mengajar pada pelatihan tingkat atas / lanjutan dengan
peserta:
a. Pencari kerja SLTA ke bawah.
b. Pekerja pada level teknisi / penyelia.
9) Melatih pada pelatihan tingkat dasar dengan peserta instruktur (TOT)
pada level / kategori ahli.
10) Melatih pada pelatihan tingkat menengahdengan peserta:
a. Pencari kerja sarjana/diploma/akademi
b. Pekerja pada level manajemen.
11) Melatih pada pelatihan tingkat atas/ lanjutan dengan peserta:
a. Pencari kerja SLTA ke bawah
b. Pekerja pada level teknisi/penyelia.
12) Memberikan penyuluhan produktifitas dengan peserta dan unsure
perusahaan.
13) Memberikan pelatihan produktifitas dengan peserta dan unsure
masyarakat/LSM.
14) Melakukan pengukuran produktifitas:
a. Tingkat / lingkup sektoral
b. Tingkat perusahaan pada perusahaan berskala kecil.
c. Tingkat perorangan dengan focus sasaran tenaga operator/pelaksana.
15) Mengevaluasi kemajuan peserta sesuai dengan kewenangannya.
16) Mengevaluasi laporan pelaksanaan pelatihan.
17) Menyusun materi uji kompetensi tingkat dasar.
18) Melakukan uji kompetensi (assessment)bagi tenaga kerja tingkat
menengah:
a. Kejuruan teknik
b. Kejuruan non teknik
19) Menyelia pelaksanaan uji kompetensi tingkat dasar.
20) Melakukan evaluasi terhadap setiap pelaksanaan uji kompetensi tingkat
dasar.
21) Membuat laporan hasil pelaksanaan setiap uji kompetensi tingkat
menengah.
22) Mengkaji pelaksanaan uji kompetensi kerja tingkat dasar.
23) Melakukan identifikasi kebutuhan pelatihan.
24) Menyusun program pelatihan tingkat:
c. Dasar bagi instruktur
d. Tingkat menengah bagi pekerja
e. Tingkat atas / lanjutan bagi pencari kerja

35
25) Mengembangkan standar kompetensi kerja untuk tenaga kerja tingkat
dasar

C. Role Model
Tokoh yang menjadi role model bagi penulis adalah Bapak Soenarto,
S.P., M.M. Beliau adalah Kepala BLK Kabupaten Karanganyar.

Gambar 3.2 Foto Role Model (Soenarto, S.P.,M.M)


Sosok yang sangat menginspirasi bagi penulis, karena beliau sosok
yang sederhana tetapi mempunyai integritas yang tinggi dalam bekerja. Selain
itu, sosoknya juga menginspirasi penulis dalam hal kepemimpinan
(leadership), berfikir kreatif dan inovatif. Hal ini terlihat dari keberadaan dan
eksistensi BLK Kabupaten Karanganyar yang berkembang sangat signifikan
selama beliau pimpin.

Beliau mempunyai seni yang khas dalam memimpin dan mempunyai


pemikiran - pemikiran yang kreatif, hal ini terlihat ketika beliau memimpin
organisasi dan juga menghandle sebuah acara (event), beliau sangat antusias
dan sangat cerdas melakukan improvisasi. Disamping itu, beliau juga sangat
piawai dalam membangun dan memelihara sebuah jaringan dengan pihak luar
(networking). Point ini beliau tunjukkan dari relasi beliau yang sangat banyak
dan luas.
Dari keteladanan ini, penulis berharap dapat kita jadikan motivasi untuk
terus memperbaiki kualitas diri sebagai seorang PNS yang profesional.

36
BAB IV
RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI

A. Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Keterkaitan dengan Nilai


Dasar ANEKA
Unit Kerja : Balai Latihan Kerja Kabupaten Karanganyar
Identifikasi Isu : 1. Rendahnya kesadaran peserta pelatihan
terhadap kebersihan.
2. Belum optimalnya penerapan tata tertib peserta
pelatihan.
3. Belum optimalnya penerapan sistem 5R (ringkas,
rapi, resik, rajin dan rawat) di kalangan pegawai
BLK.

37
4. Rendahnya efisiensi sistem pendaftaran peserta
pelatihan.
5. Rendahnya kesadaran peserta pelatihan terhadap
keselamatn dan kesehatan kerja (K3) di BLK
Karanganyar.
Isu yang diangkat : Rendahnya kesadaran peserta pelatihan terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di BLK
Karanganyar.

Judul Rancangan : Peningkatan Kesadaran Peserta Pelatihan Terhadap


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Kejuruan
Teknik Las BLK Karanganyar.
Gagasan : 1. Sosialisasi tentang arti pentingnya keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) terhadap semua
peserta pelatihan.
2. Membuat dan membudayakan gerakan “Safety
Talk”.
3. Membuat Standard Operating Prosedure (SOP)
tentang pengelasan list.
4. Membuat poster himbauan tentang keselamatan
dan kesehatan kerja (K3)
5. Melakukan Evaluasi

38
Tabel 4.1 Rancangan Aktualisasi

Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan nilai-


No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi nilai organisasi

1 2 3 4 5 6 7
1. Sosialisasi tentang 1. Mengusulkan draft 1. Draft konsep Mengimplementasikan nilai Dengan penerapan Melalui
arti pentingnya konsep sosialisasi sosialisasi. musyawarah mufakat nilai-nilai dasar PNS penerapan nilai-
keselamatan dan kepada atasan 2. Mendapatkan kepada kepala BLK dan (ANEKA) dalam nilai dasar PNS
kesehatan kerja 2. Berkonsultasi dengan persetujuan dari rekan kerja. kegiatan ini, (ANEKA) dalam
(K3) kepada kepala BLK mengenai kepala BLK. (Nasionalisme sila ke-4) mendukung kegiatan ini,
peserta pelatihan. sosialisasi yang akan 3. Mendapatkan tercapainya visi BLK diharapkan akan
Sumber kegiatan: dilakukan. dukungan dari Memaparkan soialisasi Karanganyar yaitu mampu
Inovasi. 3. Berkoordinasi dengan rekan kerja tentang materi K3 secara efektif. “BLK Karanganyar
meningkatkan
rekan kerja mengenai sosialisasi yang (Komitmen Mutu) sebagai pusat
SDM yang
kegiatan yang akan akan dilakukan. pengembangan SDM
berdaya saing
dilakukan. 4. Tersedianya media Melakukan kegiatan yang kompeten,
4.Menyiapkan media untuk sosialisasi sosialisasi dengan jelas. handal, tangguh dan tinggi.
yang akan digunakan yang akan (Akuntabilitas) berdaya saing tinggi”.
untuk sosialisasi. dilakukan. Dalam hal ini,
5. Melakukan sosialisasi 5.Terlaksananya Memberikan sosialisasi kompeten adalah terdiri
kepada peserta soialisasi kepada dengan sopan santun atau dari 3 unsur, yaitu: ilmu
pelatihan. peserta pelatihan. cara yang baik sehingga pengetahuan,
6.Melakukan 6.Tersedianya bisa dipahami dengan baik. ketrampilan dan sikap.
dokumentasi kegiatan dokumentasi Disini penerapan K3
(Etika Publik) merupakan perwujudan
sosialisasi. kegiatan.
penanaman sikap
Pemberian sosialisasi dalam bekerja dalam
secara adil pada semua upaya mewujudkan
peserta pelatihan tanpa SDM yang kompeten.
diskriminatif.
(Anti Korupsi)

2. Membuat dan 1. Melakukan konsultasi 1. Mendapatkan Perwujudan musyawarah Kegiatan ini Melalui
membudayakan dengan atasan. persetujuan dari mufakat dengan merupakan salah penerapan nilai-
“Safety Talk”. 2. Melakukan konsultasi atasan. melakukan konsultasi satu upaya nilai dasar PNS
dengan ketua 2. Mendapatkan dengan atasan. mewujudkan misi (ANEKA) dalam
Sumber kegiatan: kejuruan teknik las. persetujuan dan (Nasionalisme) o rg an isa si yan g kegiatan ini,
Inovasi 3. Melakukan koordinasi support dari ketua ke e mpa t diharapkan akan
ya it u : men ye len gg

39
Tabel 4.1 Rancangan Aktualisasi

Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan nilai-


No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi nilai organisasi

1 2 3 4 5 6 7
dengan rekan kejuruan teknik Memupuk rasa tanggung a ra kan d ikla t mampu
instruktur dan staff di las. jawab dengan melakukan ya n g be rmutu meningkatkan
kejuruan teknik las. 3. Menghasilkan rencana penyusunan da n a k unta be l . nilai Integritas.
4. Mensosialisaisikan dukungan penuh jadwal kegiatan “safety talk”
kepada peserta dari rekan kerja (Anti Korupsi)
pelatihan tentang satu kejuruan.
kegiatan “safety talk”. 4. Terlaksananya Melakukan proses
5. Membuat jadwal sosialisasi komunikasi, kerja sama
pengisi “safety talk”. kegiatan “safety serta respect terhadap
6. Mendokumentasikan talk” kepada pendapat orang lain.
kegiatan “safety talk”. peserta pelatihan. (Etika Publik)
5. Terbentuk dan
tercetaknya jadwal Melakukan rencana
pengisi “safety kegiatan secara
talk” yang telah transparan.
dibuat. (Akuntabilitas)
6.Tersedianya
dokumentasi Cerminan inovasi dengan
kegiatan. membuat jadwal “safety
talk” , baik untuk instruktur,
staff dan peserta pelatihan.
(Komitmen Mutu)

3. Membuat Standard 1. Melakukan konsultasi 1. Mendapatkan Memulai dan mengakhiri Dengan penerapan Melalui
Operating dengan kepala BLK. rekomendasi dari diskusi pembuatan SOP nilai-nilai dasar PNS penerapan nilai-
Procedure (SOP) 2. Melakukan diskusi atasan dengan instruktur dan staff (ANEKA) dalam nilai ANEKA
tentang dengan instruktur dan 2. Tersusunnya SOP kejuruan teknik las diawali kegiatan ini, dalam kegiatan
pengelasan staff kejuruan teknik di workshop berdo’a kepada Tuhan diharapkan dapat ini diharapkan
Sumber kegiatan: las tentang SOP yang kejuruan teknik Yang Maha Esa. mewujudkan m a m p u
Inovasi akan dibuat dan lokasi las. (Nasionalisme sila ke-1) tercapainya misi BLK men in g ka t kan
penempatannya. 3. Tercetaknya SOP
Karanganyar, yaitu nilai akuntabilitas
3. Mencetak SOP yang untuk workshop Menyusun dan membuat
“mengembangkan yaitu indikator

40
Tabel 4.1 Rancangan Aktualisasi

Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan nilai-


No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi nilai organisasi

1 2 3 4 5 6 7
telah dibuat dan kejuruan teknik SOP dengan penuh standarisasi sarana kejelasan.
disetujui. las. tanggung jawab dan dan prasarana
4. Menempatkan SOP 4. SOP ditempatkan sepenuh hati. kediklatan ”.
sesuai dengan lokasi pada lokasi yang (Akuntabilitas)
yang telah ditentukan. telah ditentukan.
5. Melakukan 5. Dokumentasi Menarik dan inovatif dalam
dokumentasi kegiatan penempatan SOP pembuatan dan
penempatan SOP. di workshop penyusunan SOP.
kejuruan teknik (Etika Publik)
las.
Penanaman sikap
kepedulian kepada
instruktur, staff dan peserta
pelatihan untuk turut
menjaga SOP yang telah
terpasang.
(Anti Korupsi)

Pencetakan SOP untuk


workshop kejuruan teknik
las yang efektif dan
efisien.
(Komitmen Mutu)

4. Membuat poster 1. Melakukan konsultasi 1. Mendapatkan Perwujudan Nasionalisme Dengan penerapan Melalui
himbauan tentang dengan atasan / persetujuan dari sila pertama, yaitu nilai-nilai dasar PNS penerapan nilai-
keselamatan dan Kepala BLK. atasan / Kepala diwujudkan dengan (ANEKA) dalam nilai dasar PNS
kesehatan kerja 2. Melakukan koordinasi BLK. berdo’a kepada Tuhan kegiatan ini, (ANEKA) dalam
(K3). dan diskusi dengan 2. Terbentuknya Yang Maha Esa ketika diharapkan dapat kegiatan ini,
Sumber kegiatan: ketua kejuruan, desain poster memulai dan mengakhiri mewujudkan diharapkan
Inovasi instruktur dan staff yang akan dibuat. konsultasi. tercapainya misi BLK akan mampu
teknik las untuk 3. Tercetaknya (Nasionalisme sila ke - 1) Karanganyar, yaitu meningkatkan
menentukan desain poster yang telah “mengembangkan nilai kreatif,

41
Tabel 4.1 Rancangan Aktualisasi

Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan nilai-


No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi nilai organisasi

1 2 3 4 5 6 7
poster yang akan dipesan. Dengan penuh penuh standarisasi sarana inovatif
dibuat dan lokasi 4. Poster yang tanggung jawab dalam dan prasarana
pemasangannya. terpasang pada menyusun dan membuat kediklatan ”.
3. Memesan poster yang tempat yang telah poster.
telah di desain. disepakati. (Akuntabilitas)
4. Pemasangan poster 5. Dokumentasi
sesuai dengan tempat pemasangan Membuat poster dengan
yang telah disepakati. poster. inovasi dan desain
5. Mendokumentasikan semenarik mungkin,
kegiatan pemasangan sehingga mendorong orang
poster di workshop untuk melihat dan
kejuruan teknik las. membacanya.
(Etika Publik)

Menanamkan sikap
kepedulian kepada
instruktur, staff dan peserta
pelatihan untuk turut
merawat poster yang telah
terpasang.
Anti Korupsi

Pencetakan poster untuk


workshop kejuruan teknik
las yang efektif dan
efisien.
(Komitmen Mutu)

5. Melakukan 1. Membuat buku 1. Buku evaluasi Melakukan evaluasi dengan Dengan penerapan Melalui
evaluasi evaluasi. 2. Evaluasi jelas dan terukur. nilai-nilai dasar PNS penerapan nilai-
2. Melaksanakan evaluasi terlaksana (Akuntabilitas) (ANEKA) dalam nilai
dengan baik kegiatan ini,
Melakukan musyawarah

42
Tabel 4.1 Rancangan Aktualisasi

Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan nilai-


No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi nilai organisasi

1 2 3 4 5 6 7
kepada atasan atau rekan diharapkan dapat ANEKA dalam
kerja dan peserta pelatihan mendukung kegiatan ini
terkait dengan hasil dari tercapainya visi BLK diharapkan
kegiatan yang telah Karanganyar yaitu m a m p u
dilakukan. “BLK Karanganyar men in g ka t kan
(Nasionalisme) sebagai pusat nilai organisasi
pengembangan SDM yaitu profesional,
Melakukan proses
yang kompeten, transparan dan
komunikasi, kerja sama
handal, tangguh dan berintegritas.
serta respect terhadap
pendapat orang lain yang berdaya saing tinggi.
berkaitan dengan hasil dari Dalam hal ini BLK
kegiatan yang telah memberikan
dilkukan pelatihan secara
(Etika Publik) jelas dan transparan.

Pembuatan kegiatan
evaluasi yang efektif dan
efisien.
(Komitmen Mutu)

Dengan rasa penuh


tanggung jawab dalam
melakukan proses
evaluasi.
(Anti korupsi)

(Sumber: data dielaborasi penulis, 2019)

43
B. Jadwal Rancangan Aktualisasi
Kegiatan aktualisasi akan dilaksanakan di BLK Karanganyar pada tanggal 15 September sampai 20 Oktober 2019.
Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Aktualisasi

Habituasi
Bukti
NO Kegiatan September 2019 Oktober 2019
Kegiatan
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Sosialisasi Draft
tentang arti sosialisasi,
pentingnya daftar hadir,
keselamatan slide power
dan kesehatan point dan foto
1 kerja (K3) kegiatan
terhadap
peserta
pelatihan

Jadwal pengisi
Membuat dan “safety talk”,
membudayakan daftar hadir dan
2
gerakan foto kegiatan.
"Safety Talk"
Membuat Draft SOP dan
Standard foto kegiatan.
Operating
3
Procedure
(SPO) tentang
pengelasan
Membuat Desain poster,
poster poster
himbauan terpasang dan
foto kegiatan.
4 tentang
keselamatan
dan kesehatan
kerja (K3)
Buku evaluasi,
Melakukan testimoni dan
5 Evaluasi lembar
pengamatan

(Sumber: data elaborasi penulis, 2019)

44
Keterangan:

: Pelaksanaan Aktualisasi

: Hari Libur

45
C. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala
Pada pelaksanaan kegiatan aktualisasi ANEKA, kemungkinan
dapat terjadi kendala pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan, sehingga
rancangan kegiatan aktualisasi tidak dapat direalisasikan secara optimal.
Oleh karena itu, perlu adanya antisipasi untuk menghadapi kendala-
kendala yang mungkin saja terjadi, sehingga dampak negatif dapat
diminimalisir. Antisipasi dalam menghadapi kendala-kendala selama
aktualisasi dapat dijelaskan lebih lanjut pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala

No. Kegiatan Potensi Kendala Antisipasi dan Strategi


1. Sosialisasi Sulitnya menentukan Berkonsultasi dan
tentang arti waktu yang tepat berkoordinasi dengan kepala
pentingnya untuk melakukan BLK untuk menentukan waktu
keselamatan dan sosialisasi kepada yang tepat.
kesehatan kerja peserta pelatihan.
(K3) kepada
peserta pelatihan.
2. Membuat dan
Sulitnya mengubah Berkomitmen dan sepakat
membudayakan habit yang sudah mulai dari ketua kejuruan,
“Safety Talk”. berjalan selama ini instruktur dan staff kejuruan
dan cenderung lebih teknik las untuk melaksanakan
menekankan kepada “safety talk” sebelum
skill semata. melakukan pelatihan.
3. Membuat Tempat pemasangan Berkoordinasi dengan ketua
Standard yang tidak strategis kejuruan, instruktur dan staff
Operating sehingga kurang kejuruan teknik las untuk
Procedure (SOP)
efektif. tempat pemasangan SOP yang
tentang
pengelasan tepat dan strategis.

4. Membuat poster Desain poster yang Berkonsultasi, berdiskusi


himbauan tentang kurang menarik dan dengan atasan dan rekan kerja
keselamatan dan tidak persuasif serta serta mencari referensi tentang
kesehatan kerja pemasangan poster desain poster supaya
(K3) yang kurang menghasilkan desain poster
strategis. semenarik mungkin sehingga
memberikan dampak positif
kepada peserta pelatihan.
Alat atau sarana Mencetak poster di luar

46
untuk mencetak kantor / tempat percetakan.
poster tidak ada
5. Melakukan Sulitnya menentukan Berkonsultasi dan
waktu dan berkoordinasi dengan ketua
Evaluasi
mengumpulkan kejuruan teknik las
semua instruktur,
menentukan waktu yang tepat.
staff dan peserta
pelatihan kejuruan
teknik las.
(Sumber: data dielaborasi penulis, 2019)

47
BAB V

PENUTUP

A. Pentingnya Rancangan Aktualisasi Dibuat

Pentingnya rancangan aktualisasi dibuat melalui habituasi di unit


kerja merupakan rancangan kegiatan yang akan digunakan untuk
menyelesaikan isu yang telah identifikasi dan dirumuskan melalui metode
analisa APKL dan analisa USG. Identifikasi isu yang ada dapat berasal dari
individu, unit kerja maupun dari organisasi. Dari sana, muncul beberapa isu
yang dapat diangkat. Tetapi, dari beberapa isu tersebut kemudian dilakukan
identifikasi dengan metode USG. Pada akhirnya isu yang diangkat yaitu
rendahnya kesadaran peserta pelatihan terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja (K3). Dari isu tersebut muncul gagasan pemecahan isu
yang tertuang dalam 5 kegiatan inovasi. Adapun kegiatan tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Sosialisasi tentang arti pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja (K3)


terhadap semua peserta pelatihan.
2. Membuat dan membudayakan gerakan “Safety Talk”.
3. Membuat Standard Operating Prosedure (SOP) tentang pengelasan.
4. Membuat poster himbauan tentang keselamatan dan kesehatan kerja
(K3).
5. Melakukan evaluasi.

Dengan adanya pembuatan rancangan aktualisasi, diharapkan


pelaksanaan kegiatan aktualisasi dapat menghasilkan output yang sesuai
dengan perencanaan. Selain itu dengan membuat rancangan aktualisasi,
penulis juga dapat lebih memahami nilai-nilai dasar ANEKA (Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi) yang dapat
diimplementasikan dalam berbagai kegiatan selama melaksanakan
aktualisasi maupun dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Selain itu,
penulis juga akan lebih paham mengenai sikap dan perilaku yang dapat
memberikan kontribusi terhadap visi dan misi organisasi serta mengasah
kepekaan terhadap masalah yang sedang dihadapi unit kerja.

48
B. Dampak Apabila Rancangan Aktualisasi Tidak Dibuat

Apabila rancangan aktualisasi tidak dibuat, maka dapat


mengakibatkan dampak tidak terselesaikannya isu yang telah yang ada di
unit kerja yang berupa:

5. Kurangnya kesadaran dan pemahaman peserta pelatihan di kejuruan


teknik las terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

6. Terjadinya kecelakaan kerja di area workshop kejuruan teknik las.

7. Rusaknya peralatan dan mesin dan yang ada di kejuruan teknik las.

Selain itu, terkait dengan nilai-nilai dasar PNS; pemahaman


mengenai nilai-nilai dasar ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu dan Anti Korupsi) pun menjadi kurang karena tidak ada
pedoman dan panduan dalam mengimplementasikan nilai-nilai tersebut.

49
DAFTAR PUSTAKA

Pradnya Paramita.1996. Teknologi Pengelasan Logam . Harsono Toshie,


Jakarta.
Lembaga AdministrasI Negara. (2015). Modul Diklat Prajabatan CPNS
Golongan I dan II Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar Profesi Pegawai
Negeri Sipil. Lembaga Administrasi Negara, Jakarta.
Lembaga Administras Negara. (2015). Modul Diklat Prajabatan CPNS
Golongan I dan II : Akuntabilitas. Lembaga Administrasi
Negara, Jakarta.
Lembaga Administras Negara. (2015). Modul Diklat Prajabatan CPNS
Golongan I dan II : Nasionalisme. Lembaga Administrasi
Negara, Jakarta.
Lembaga Administras Negara. (2015). Modul Diklat Prajabatan CPNS
Golongan I dan II : Etika Publik. Lembaga Administrasi Negara,
Jakarta.
Lembaga Administras Negara. (2015). Modul Diklat Prajabatan CPNS
Golongan I dan II : Komitmen Mutu. Lembaga Administrasi
Negara, Jakarta.
Lembaga Administras Negara. (2015). Modul Diklat Prajabatan CPNS
Golongan I dan II : Anti Korupsi. Lembaga Administrasi Negara,
Jakarta.
Lembaga Administras Negara. (2017). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS
Pelayanan Publik. Lembaga Administrasi Negara, Jakarta.
Lembaga Administras Negara. (2017). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS
Manajemen Aparatur Sipil Negara. Lembaga Administrasi
Negara, Jakarta.
Lembaga Administras Negara. (2017). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS
Whole of Goverment. Lembaga Administrasi Negara, Jakarta.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. (2017). Modul
Pendidikan dan Pelatihan Dasar Calon PNS Habituasi.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Jakarta.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2015. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta.
.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

50
A. Identitas

Nama : M. Burhan Yasin, S.T


NIP : 19850605 201903 1 009
Tempat/Tgl. Lahir : Sragen, 05 Juni 1985
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Instruktur Ahli Pertama
Pangkat/ Golongan : Penata Muda/ IIIa
Alamat Rumah : Perumahan Puri Kahuripan Blok B-9
RT:01 RW:08 Jati, Jaten, Karanganyar
Nomor HP : 0812 1567 4404
Unit Kerja : BLK Karanganyar
Alamat Kantor : Jl. Raya Solo-Tawangmangu Km.24
Bangsri, Karangpandan, Karanganyar
Alamat e-mail : Burhan_eng@yahoo.com

B. Riwayat Pendidikan

No Sekolah Tahun Lulus Jurusan


1. SD Negeri II Sidodadi 1997 -
2. SLTP Negeri 1 Masaran 2000 -
3. MA Negeri 1 Sragen 2003 IPA
4. Universitas Negeri
2008 Teknik Mesin S-1
Semarang

C. Riwayat Pekerjaan
No Nama Instansi Jabatan Tahun
1. BLK Karanganyar Instruktur April 2019 -
sekarang

51

Anda mungkin juga menyukai