Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN BIOLOGI TENTANG PEMBUATAN TELUR PUYUH ASIN

LAPORAN PRAKTIKUM

TELUR PUYUH ASIN

“Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktikum Mata Pelajaran Biologi”

Di Susun Oleh :

Ahmad Khoirul Umam

Nurul hidayatullah

Fahri muzakki

Alpha demas Gian saputra

Moh. Azi pangestu AS.

KELAS XI IPA 1

SMA NEGERI 4 PANDEGLANG

I. JUDUL

Telur puyuh asin


II. TUJUAN

Untuk mengetahui proses pembuatan telur asin pada telur puyuh

III. TEORI DASAR

Proses Masuknya Garam ke dalam Telur

Pengasinan telur umumnya dilakukan dengan dua cara, yaitu perendaman dalam larutan garam dan
pemeraman oleh adonan campuran garam dengan tanah liat, atau abu gosok atau bubuk bata
merah Prinsip kedua cara tersebut adalah dehidrasi osmosis, yaitu proses pengurangan air dari
bahan dengan cara membenamkan bahan dalam suatu larutan ber- konsentrasi tinggi, larutan
tersebut mempunyai tekanan osmosis tinggi. Dehidrasi osmosis (osmotic dehydration) merupakan
proses perpindahan massa secara simultan (countercurrent flows) antara keluarnya air dari bahan
dan zat terlarut berpindah dari larutan ke dalam bahan. Perpindahan massa osmosis dinyatakan
sebagai kehilangan air (WL,water loss) dan penambahan padatan, SG, solid gain). Aplikasi
dehidrasi osmosis dalam proses pengasinan, terlihat dengan keluarnya air dari dalam telur
bersamaan dengan masuknya larutan garam ke dalam telur. (Kastaman dkk, 2005)

IV. ALAT DAN BAHAN

A. Alat

1. Wadah tempat adonan

2. Kardus untuk memeram telur asin

3. Ember plastik

4. Panci

5. Kompor atau alat pemanas

6. Alat pengaduk

7. Lap halus

B. Bahan

1. Telur Puyuh

2. Garam

3. Cuka

4. Serbuk batu bata

5. Abu gosok

6. Air secukupnya

V. LANGKAH KERJA

1. Pilih telur yang bermutu baik (tidak retak atau busuk).


2. Bersihkan telur dengan dicuci atau dilap dengan air hangat, kemudian keringkan.

3. Amplas seluruh permukaan telur menggunakan air cuka agar pori-porinya terbuka.

4. Buat adonan pengasin yang terdiri dari campuran abu gosok garam, dan bubuk batu bata dengan
perbandingan sama. Untuk mendapatkan tingkat kekentalan yang tepat, adonan dapat dicoba untuk
ditempelkan pada kulit telur. Apabila adonan tersebut dapat melekat dengan baik dan mudah,
bararti tingkat kekentalannya telah tepat. Dalam pembuatan setiap adonan, kadar air yang
dibutuhkan disesuaikan dengan tingkat kekeringan media. Makin tinggi tingkat kekeringannya, maka
makin banyak pula air yang diperlukan. Kebutuhan air dinyatakan cukup apabila adonan sudah dapat
menempel pada kulit telur. Adonan yang mendapat air dalam jumlah yang kurang ataupun
berlebihan, akan mengakibatkan adonan tidak dapat menempel pada kulit telur.

5. Bungkus telur dengan adonan satu persatu secara merata sekeliling permukaan telur, kira-kira
setebal 1-2 mm.

6. Simpan telur dalam kardus selama 5-7 hari. Usahakan agar telur tidak pecah, simpan di tempat
yang bersih dan terbuka.

7. Setelah dirasa atau pemeraman cukup waktunya (+/- 3hari). Segera bongkar adonan pembalut
pada telur. Agar tidak merusak telur pada saat pengbongkaran adonan pembalut, sebaiknya
tambahkan sedikit air hingga adonan yang kering menjadi sedikit basah dan gembur. Dengan
demikian, adonan dapat dibongkar dengan lebih mudah dan aman.

8. Selanjutnya rebus telur asin. Cuci dahulu telur asin yang hendak direbus hingga bersih. Untuk
mencegah retak atau pecahnya telur dalam proses perebusan ini, sebaiknya dilakukan cara
perebusan seperti berikut ini.

a. Masukkan telur dalam panci perebus yang telah diisi dengan air secukupnya.

b. Panaskan dengan api kecil, usahakan agar air perebus menjadi panas namun tidak mendidih (+/-
30 menit).

c. Selanjutnya, api dapat dibesarkan hingga air mendidih.

Hal ini dilakukan agar putih telur menjadi matang atau mengental terlebih dahulu sebelum
mematangkan semua isi telurnya. Sehingga benturan-benturan yang terjadi selama perebusan, tidak
akan menyebabkan retak atau pecahnya telur-telur asin tersebut.

VI. DATA PENGAMATAN

Hasil Pengamatan

Telur Asin Telur Biasa


Warna Kuning Kuning Kuning
Telur Pekat bulat
dikelilingi
warna hitam
dipinggirnya
Rasa Asin Sedikit Standar,
seperti rasa
telur rebus
biasa
Tekstur Agak Kasar Halus

VII. ANALISIS DATA

Berdasarkan pengamatan melalui pemeraman diperoleh hasil bahwa telur yang menggunakan
garam memiliki sifat fisik produk dengan karakteristik warna, rasa, tekstur dan aroma yang sangat
baik dibandingkan dengan telur yang biasa saja.

VIII. PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa telur asin dan telur yang biasa memang
berbeda baik dari warna kuning telur, rasa, tekstur, ataupun aroma. Keempat factor tersebut karena
memang telur yang akan dibuat menjadi telur asin diamplas terlebih dahulu dan direndam dengan
lartan asam cuka sehingga cangkangnya menipis dan pori-porinya terbuka. Setelah itu dilapisi
dengan campuran abu, batu bata, garram, dan perasa ayam. Sehingga meresap melalui pori-pori
setelah didiamkan beberapa hari.

B. Saran

Pemeraman untuk telur puyuh tidak perlu selama waktu pemeraman untuk telur itik karena telur
puyuh memiliki struktur kulit telur yang lebih tipis sehingga garam lebih mudah merembes masuk
sehingga pemeraman yang terlalu lama akan menyebabkan rasa telur yang terlalu asin. Penggunaan
bata merah dapat membantu menyerap air dari dalam telur. Saat pengamplasan, pemeraman, dan
perebusan sebaiknya telur puyuh diperlakukan dengan berhati-hati karena kktelur puyuh lebih
rentan pecah jika dibandingkan telur itik.

Anda mungkin juga menyukai