Disusun oleh :
Risma Dama Yanti
B 2019
(NIM : 051911133062)
Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga
2019
RINGKASAN INDUSTRI KOSMETIK
Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti keterampilan menghias,
mengatur. Definisi kosmetik dalam peraturan Mentri Kesehatan RI No.
445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sebagai berikut “kosmetik adalah sediaan atau paduan
bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan
organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya
tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki
bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit”.
Kosmetik berasal dari kata konmein (yunani) yang berarti "berhias" bahan yang pakai
dalam usaha untuk mempercantik diri sendiri, dahulu diramu dari baha-bahan alami yang
terdapat di sekitarnya. Sekarang kosmik dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi
juga dari bahan buatan untuk maksud untuk meningkatkan kecantikan. Menurut Wall dan
Jellinek, 1970, pemakaian kosmetik mulai mendapakan perhatian yaitu selain untuk
kecantikan juga untuk kesehatan, sehingga para pakar kosmetik dahulu adalah juga pakar
kesehatan, seperti para tabib dukun bahkan penasehat keluarga istana dalam
perkembangannya kemudian terjadi pemisahan antara kosmetik dengan obat baik dalam
jenis, efek samping, dan lain-lain.
Industri kosmetik dalam negeri semakin tumbuh pesat naik sebesar 16% tiap
tahunnya. Sayangnya hadirnya kosmetik import dan ketersedian bahan baku masih menjadi
kendala.
Penggolongan kosmetik menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI, kosmetik dibagi
menjadi 13 kelompok yaitu : Preparat untuk bayi ; Preparat untuk mandi ; Preparat untuk
mata ; Preparat wangi-wangian ; Preparat untuk rambut ; Preparat pewarna rambut Preparat
make-up (kecuali mata) ; Preparat untuk kebersihan mulut ; Preparat untuk kebersihan badan
; Preparat kuku ; Preparat perawatan kulit ; Preparat cukur. Penggolongan menurut sifat dan
cara pembuatan, kosmetik dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kosmetik modern dan kosmetik
tradisional. UU yang Mengatur peran Apoteker di bidang Industri PP 51 no 2009 pasal 9 dan
Permenkes No 1175/MENKES/PER/VII/2010.
Contoh perusaahan industri farmasi di bidang kosmetik ialah wardah.
Masalah pada industri kosmetik antara lain sertifikat BPOM yang cukup lama,
tersedianya bahan baku yang terbatas, tersaingi dengan produk impor, Masuknya Barang
Impor Secara Ilegal, dan Industri Kosmetik Belum Bisa Terapkan CPKB.