Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS KASUS (SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN)

Adella Diva Veratami 1402160113

Diny Islami

Muhammad Surya Arijofa 1402164177

Nelsha Meutia Nurillah 1402162089

Roby Citra Awaludin 1402164040

AK-40-08

Wal-Mart Store, Inc. Setelah didirikan oleh Sam Walton, toko Wal-Mart pertama
dibuka di Rogers, Arkansas, pada tahun 1962. Tujuh belas tahun kemudian, penjualan
tahunan mecapai $1 miliar. Pada akhir Januari 2002, Wal-Mart Stores, Inc. (Wal-Mart),
merupakan perusahaan ritel terbesar di dunia, dengan penjualan $218 miliar.

Strategi kemenangan Wal-Mart di AS didasarkan pada penjualan produk bermerek


dengan biaya rendah. Setiap minggu, sekitar 100 juta pelanggan mengunjungi sebuah toko
Wal-Mart dimana saja di dunia. Perusahaan memperkerjakan lebih dari 1,3 juta “associates”
(istilah yang digunakan Wal-Mart untuk karyawan) di seluruh dunia melalui lebih dari 3.200
toko di AS dan lebih dari 1.100 unit di Meksiko, Puerto Rico, Kanada, Argentina, Brazil,
Cina, Korea, Jerman, dan Inggris. (Toko internasional pertama dibuka di Mexico City pada
1991.)

Pada tahun 2001, majalah Fortune menyebut Wal-Mart sebagai perusahaan ketiga
yang paling mengagumkan di Amerika, dan Financial Times dan Pricewaterhouse-Coopers
menempatkannya pada peringkat delapan sebagai perusahaan paling mengagumkan di dunia.
Pada tahun berikutnya, Wal-Mart disebut sebagai nomor satu pada daftar Fortune 500 dan
disajikan dengan Ron Brown Award for Corporate Leadership, suatu penghargaan presiden
yang mengakui perusahaan-perusahaan atas pencapaian dalam hubungan masyarakat dan
karyawan.

Setiap toko merupakan pusat investasi dan dievaluasi atas labanya sehubungan
dengan investasi persediaan barang. Data tingkat toko tentang penjualan, beban, serta rugi
dan laba dikumpulkan, dianalisis, dan ditransmisikan secara elektronis secara tepat waktu.
Namun dalam ini, permasalahan yang signifikan pada laba retailer adalah pencurian kecil
(shoplifting). Wal-Mart merupakan salah satu perusahaan yang mengalami hal tersebut.

Dalam analisis yang kami lakukan, Wal-Mart merupakan salah satu retailer yang
mengambil kebijakan dalam mengatasi masalah tersebut. Hal ini dilakukan dengan cara
melembagakan kebijakan yang berbagi 50% dari penghematannya dari penurunan pencurian
satu toko diantara karyawan toko itu melalui rencana insentif toko. Tidak hanya itu, manajer
departemen juga bertanggungjawab dan dapat memberi karyawan insentif atas tindakan
kreatifnya. Salah satu diantaranya dengan melakukan people greater. People greater adalah
tindakan yang dilakukan karyawan dengan menyambut pelanggan ketika mereka masuk ke
toko. Para penyambut ini tidak hanya memberi pelayanan pribadi, kehadiran mereka
berfungsi untuk mengurangi pencurian.

Selain itu, salah satu kebijakan yang dilakukan Wal-Mart dengan cara “10-Foot
Attitude”. 10-Foot Attitude adalah pendekatan pelayanan konsumen lain yang dikembangkan
oleh Walton. Ketika pendiri itu mengunjungi tokonya, ia meminta karyawannya untuk
membuat janji, sambil memberitahu mereka. “Saya ingin Anda berjanji bahwa bilamana
Anda tiba dalam jarak 10 kaki dari seseorang pelanggan, Anda akan menatapnya, memberi
salam, dan bertanya apakah Anda dapat membantu dia.” Keputusan ini merupakan kebijakan
(keputusan) yang diambil oleh pihak Wal-Mart dalam upaya penuntasan masalah (problem
solving) terkait hal tersebut, tak hanya itu pihak Wal-Mart melakukan penegasan kembali
terhadap kebijakan lamanya dalam upaya menunjang kebijakan baru dalam mengatasi
permasalahan tersebut. Seperti imbalan loyalitas dan pengabdian karyawan berupa bagi hasil
sejak tahun 1971. Walton berkata bahwa, “setiap karyawan yang telah bekerja bersama kami,
setidaknya satu tahun dan yang bekerja setidaknya 1000 jam setahun memperoleh bagi hasil”.
Dengan menggunakan rumus pertumbuhan pada laba, pihak Wal-Mart memberi kontribusi
persentase dari upah setiap karyawan yang berhak dan dapat diambil ketika mereka
meninggalkan perusahaan, atau dapat diperoleh secara tunai atau berbentuk saham Wal-Mart.
Pada tahun 2001, hal itu digambarkan dengan kontribusi Wal-Mart terhadap pegawai senilai
$486 juta.

Wal-Mart juga melengkapi kebijakannya dan meningkatkan loyalitas pegawai atas


kebijakan yang telah ditetapkan dengan kebijakan lainnya seperti insentif bonus, rencana
pembelian saham diskon, promosi dari dalam, kenaikan gaji yang didasarkan pada kinerja
bukan senioritas.

Dalam mendukung upaya bisnisnya dan meningkatkan keunggulan kompetitif dalam


persaingan industri retail diskon, Wal-Mart menetapkan beberapa kebijakan (keputusan)
seperti:

 Dengan tingginya pangsa pasar Wal-Mart yang hingga pada titik 50% dalam
industri ritel diskon dengan ini Wal-Mart perlu didukung pemasok dalam
jumlah besar. Hingga titik ini, hampir 3.000 pemasok yang telah bekerjasama
dengan Wal-Mart. Dengan besarnya perputaran ini, Wal-Mart mengambil
kebijakan dengan tidak terlalu bergantung pada salah satu pemasok seperti
tidak ada vendor tunggal yang menguasai lebih dari 4% volume penjualan
keseluruhan.
 Strategi “saturasi” untuk ekspansi toko Wal-Mart. Hal ini dilakukan dengan
melakukan penempatan pusat distribusi sedemikian strategis sehingga dapat
melayani 100-200 toko Wal-Mart dalam sehari. Toko dibangun sejauh
mungkin tetapi masih dalam satu perjalanan pusat distribusi, area itu
kemudian diisi kembali.
 Wal-Mart mengimplementasikan sistem jaringan satelit yang memungkinkan
informasi dibagikan diantara jaringan toko, pusat distribusi, dan pemasok.
Sistem tersebut mengkonsolidasikan pesanan untuk barang, yang
memungkinkan perusahaan untuk membeli barang satu truk penuh tanpa
menanggung biaya persediaan barang.
 Strategi pemasaran yang dilakukan oleh Wal-Mart adalah menjamin “harga
rendah setiap hari” sebagai cara untuk menarik pelanggan, sedangkan retailer
diskon tradisional mengandalkan “penjualan” yang diiklankan.

Anda mungkin juga menyukai