Anda di halaman 1dari 10

PAPER CASE WAL-MART STORES, INC

MATA KULIAH SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

Dibuat Oleh :

Anastasia Yolanda P.J. 4

Daniella Mayuni S. 13

Hanny 22

Lydia Lesmana 28

PROGRAM PENDIDIKAN AKUNTANSI BCA

ANGKATAN 43
LATAR BELAKANG

Wal-Mart Stores, Inc merupakan bisnis retail yang didirikan oleh Sam Walton
pada tahun 1962 dengan slogan “Everyday Low Prices”. Toko pertama Wal-Mart
perdana dibuka di Rogers, Arkansas. Pertumbuhan Wal-Mart begitu pesat sampai pada
akhir tahun 2005, Wal-Mart Stores, Inc merupakan retailer terbesar di dunia,
menjadikan Wal-Mart sebagai bisnis sektor privat dengan karyawan terbanyak di
dunia. Pencapaian tersebut menjadikan Wal-Mart sebagai perusahaan yang
mendapatkan banyak sekali penghargaan internasional, baik dalam kategori Cost
Leadership maupun Most Admired Companies.

Wal-Mart tentu memiliki supplier yang tidak sedikit, mengingat usahanya yang
begitu besar. Jumlah supplier Wal-Mart mencapai angka 3.000 supplier. Namun, Wal-
Mart selalu memastikan bahwa ia tidak terlalu bergantung terhadap satu supplier pun,
dimana tidak ada vendor yang memegang lebih dari 4% total volume pembelian Wal-
Mart.

Selain itu, Wal-Mart juga menerapkan budaya organisasi yang mendorong


karyawannya untuk menghindari adanya pencurian persediaan, terus meningkatkan
performa mereka (Best Yesterday), bersikap ramah dan responsif terhadap pelanggan
(10-Foot Attitude) dan menetapkan berbagai bentuk insentif.

Untuk menjalankan bisnis retailnya ini pun Wal-Mart mengikuti sebuah siklus
bisnis (business cycle). Bermula dari Wal-Mart mengambil produk dari para
suppliernya yang sangat banyak dan beragam, menempatkan produk-produk tersebut
ke pusat distribusi dan baru kemudian menyalurkan produk tersebut ke toko-toko yang
berjarak 1 hari perjalanan. Barulah produk-produk ini di-display di toko-toko Wal-mart
dan pelanggan yang ingin berbelanja dapat memilih dan mengambil sendiri produk
yang mereka inginkan lalu membawanya ke kasir dan membayar atas belanjaan
tersebut (self-service).
Siklus bisnis yang dijalani oleh Wal-Mart pun didukung oleh armada dan
teknologi yang sangat maju. Seperti yang diketahui, Wal-Mart memiliki ribuan truk
yang digunakan untuk menciptakan proses distribusi yang lebih efektif dan efisien.
Informasi pun disebar secara luas antartoko, pemasok, kantor pusat dan pusat distribusi
dalam suatu jaringan milik perusahaan sendiri dan menggunakan teknologi RFID.
Seluruh toko Wal-Mart berdiri sebagai investment center, sehingga evaluasi didasarkan
pada profit relatif terhadap investasinya, atau dalam kata lain pemimpin dalam setiap
toko memiliki tanggung jawab atas keputusan yang diambilnya (terdapat
desentralisasi).

Namun terlepas dari itu semua, Wal-Mart sebagai perusahaan yang bergerak
dalam bidang retail tetap memiliki risiko, misalnya :

1. Memiliki toko yang begitu banyak tentu membuat Wal-Mart memiliki jumlah
persediaan yang sangat banyak. Akibatnya, selalu terdapat risiko bahwa barang
persediaan Wal-Mart usang atau expired, terlebih mengingat Wal-Mart juga
menjual bahan-bahan panganan. Wal-Mart berusaha meminimalisir risiko ini
dengan tidak menimbun inventory dan menghubungkan data persediaannya
dengan suppliernya agar persediaan hanya dipesan saat sudah mencapai titik
tertentu saja.
2. Wal-Mart menjual begitu macam produk yang sangat bervariasi,
memungkinkan adanya produk-produk tertentu yang tidak atau kurang laku di
pasaran dan pada akhirnya akan merugikan perusahaan. Untuk itu, Wal-Mart
berusaha bersikap responsif terhadap adanya penurunan penjualan dan
perubahan selera konsumen, dengan menciptakan sistem informasi yang saling
terhubung sehingga siap dianalisa.
3. Selayaknya bisnis retail lainnya, Wal-Mart juga dihadapkan pada risiko adanya
pencurian dan shoplifting baik dilakukan oleh konsumen maupun karyawannya
sendiri. Oleh karena itu, Wal-Mart berusaha menetapkan kebijakan yang
mendorong karyawan setiap toko untuk mengurangi adanya tindakan-tindakan
tersebut dengan membagikan 50% dari saving yang diperoleh dari penurunan
pencurian dalam toko. Hal ini tentu akan mendorong karyawan untuk selalu
bersikap hati-hati.
4. Risiko supplier merupakan risiko apabila pemasok tidak mau menjual atau
menetapkan harga yang tinggi kepada retail. Risiko ini ditekan oleh Wal-Mart
dengan menggunakan banyak supplier sehingga tidak bergantung pada satu
supplier pun.
5. Risiko distribusi terjadi terutama karena Wal-Mart mengurus sendiri seluruh
proses distribusi persediaannya dengan truk-truknya. Dalam perjalanan, bisa
saja inventory mengalami kerusakan atau dicuri.
6. Lalu yang pasti ada dalam setiap bisnis adalah risiko terjadinya fraud

PEMBAHASAN

Sebuah entitas berdiri pasti memiliki strategi agar mampu berhasil mencapai
tujuannya, tak terkecuali dalam kisah sukses Wal-Mart Stores, Inc. Strategi kunci dari
Wal-Mart adalah dengan menjual produk-produk branded dengan harga yang rendah.
Dengan kata lain, Wal-Mart menerapkan strategi Cost Leadership atau Low Cost.
Slogannya adalah “Everyday Low Prices”. Hal ini terlihat karena memang bila
dibandingkan dengan kompetitornya, Wal-Mart memiliki COGS yang lebih rendah
ditambah dengan penetapan gross margin yang rendah sehingga membuat harga jual
produk Wal-Mart menjadi rendah pula. Selain itu, dalam pembahasan-pembahasan
selanjutnya akan terlihat bahwa memang Wal-Mart selalu berusaha menekan biaya dan
harganya dengan tetap memperhatikan kualitas dan proses.

Pada tahun-tahun awalnya, Wal-Mart fokus mendirikan large discount stores


di daerah-daerah pinggir kota di saat pesaingnya berfokus pada kota-kota besar yang
ditempati oleh lebih dari 50.000 penduduk. Strategi ini berhasil berhasil menjadikan
Wal-Mart sebagai retailer dengan market share atau pangsa pasar terbesar di Amerika
Serikat. Mengapa? Karena Wal-Mart melihat dari arah yang berbeda sehingga
dibandingkan dengan membuka toko di pusat kota, perusahaan berusaha menjangkau
pasar yang lebih besar, yaitu dengan mendirikan toko-toko di pinggiran kota.

Harga yang lebih murah ini berhasil menarik konsumen karena produk-produk
yang dijual oleh Wal-Mart adalah consumer goods dimana elastisitas permintaan
terhadap harga adalah tinggi sehingga penurunan harga akan menaikan permintaan
dalam jumlah yang besar. Akibatnya, walaupun menjual dengan harga yang lebih
murah (harga discount), volume penjualan yang besar membuat Wal-Mart tetap
berhasil meraih keuntungan yang besar. Selain itu, biaya mendirikan toko di pinggiran
kota tentu lebih rendah dibandingkan dengan pusat kota, sehingga dapat sekaligus
menghemat biaya yang dikeluarkan Wal-Mart, misalnya biaya sewa atau pembelian
tanah dan bangunan.

Wal-Mart memiliki ribuan pemasok dan setiap pemasok yang dimilikinya


memasok produk tidak lebih dari 4% dari total volume pembelian Wal-Mart. Prinsip
yang dipegang oleh Wal-Mart ini membuatnya tidak bergantung pada satu pemasok
pun. Hal ini menghilangkan kemungkinan adanya supplier yang melakukan tindakan-
tindakan yang dapat merugikan Wal-Mart, misalnya dengan menaikan harga secara
sepihak.

Selain itu, Wal-Mart juga diketahui mengadopsi strategi saturasi untuk


ekspansinya, dimana Wal-Mart mendirikan toko-toko yang mampu dijangkau selama
sehari perjalanan dari pusat distribusinya. Akibatnya setiap distribution center dapat
menjangkau 150 hingga 200 toko dimana hal ini meningkatkan efisiensi sekaligus
menghemat biaya. Pengiriman juga dilakukan dengan truk yang dimiliki sendiri oleh
perusahaan. Dengan begitu, Wal-Mart dapat melakukan distribusi dengan fleksibel,
murah dan tidak bergantung pada pihak lain (seperti dalam kasus outsourcing). Hal ini
dapat menjaga proses distribusinya aman terkait dengan ketepatan waktu dan destinasi,
serta keamanan distribusinya. Pusat-pusat distribusi bekerja selama 24 jam sehari dan
dilengkapi dengan teknologi yang memungkinkan pekerjaan dilakukan dengan efisien
dan efektif. Adanya efisiensi ini membuat biaya distribusi Wal-Mart hanya 1.3% dari
total penjualannya, di saat pesaingnya mengeluarkan biaya 3.5%.

Di bidang teknologi dan informasi sendiri, Wal-Mart memiliki jaringan


komunikasi satelit sendiri sehingga memungkinkan adanya komunikasi yang lebih
efektif dan efisien untuk menghubungkan seluruh toko Wal-Mart yang tersebar di
seluruh dunia. Selain itu, Wal-Mart juga menerapkan sistem informasi (rantai suplai
seperti RFID) yang menghubungkan data-data dan informasi antartoko, kantor pusat
Wal-Mart, pusat distribusi dan para pemasok. Sehingga segala data dapat dengan cepat
diketahui, dikelola dan diproses.

Hal ini tentu membuat Wal-Mart terkesan mengeluarkan biaya yang sangat
banyak alih-alih melakukan penghematan biaya. Namun sebenarnya ini langkah yang
baik mengingat jumlah toko yang dimiliki Wal-Mart jumlahnya sangat banyak dan
berada di pinggiran kota sehingga bila Wal-Mart meng-outsouce sarana distribusinya,
biayanya akan jauh lebih tinggi, terlebih bila dilihat dalam lingkup kurun waktu yang
panjang. Selain itu, adanya teknologi informasi yang canggih juga memungkinkan
Wal-Mart dapat mengurangi atau menghentikan persediaan produk-produk yang dirasa
kurang menguntungkan. Atau juga Wal-Mart dapat mengurangi jumlah persediaannya
karena ia memiliki supplier yang siap mengantar persediaan apabila persediannya
sudah mencapai jumlah tertentu, sehingga dapat mengurangi carrying cost dan
opportunity cost.

Strategi Wal-Mart yaitu Cost Leadership dibentuk dari analisa SWOT yaitu
mengenai kekuatan atau strengths yang dimiliki, Wal-Mart menawarkan produk
kepada konsumen dengan harga yang murah, serta tokonya terletak di banyak lokasi,
termasuk daerah-daerah pinggir kota sekalipun. Lalu dihubungkan dengan opportunity
yang ada yaitu setiap orang pasti membeli barang kebutuhan sehari-hari (consumer
goods) dan threats dari banyaknya competitor yang ada.
Keunggulan kompetitif merupakan aspek yang menjadikan sebuah bisnis
unggul dibandingkan dengan kompetitornya. Tentu memiliki keunggulan kompetitif
merupakan impian semua orang, namun tak banyak orang yang dapat menempatkan
posisi bisnis mereka untuk meraih keunggulan kompetitif. Pada kasus Wal-Mart, basis
for Competitive Advantage yang dimiliki oleh Wal-Mart adalah Low-Cost Advantage
yaitu dimana Wal-Mart memiliki relative cost position yang superior (menetapkan
harga jual yang rendah) dengan tidak menciptakan diferensiasi produk (inferior
differentiation position). Selain itu, berdasarkan analisa industri, aspek-aspek
keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh Wal-Mart adalah sbb :

1. Industri retail memang memiliki banyak pesaing di dalamnya, namun Wal-


Mart berhasil memenangkan kompetisi dengan menetapkan harga yang
lebih rendah dibanding pesaingnya dan mengejar target pasar di daerah-
daerah pinggir kota. (The intensity of rivalry among existing competitors)
2. Permintaan konsumen terhadap barang-barang kebutuhan sehari-hari
sangat tinggi sehingga membuat bisnis Wal-Mart dapat berkembang. (The
bargaining power of costumers)
3. Wal-Mart tidak bergantung pada supplier mana pun, dan jumlah supplier
untuk produk yang dijual oleh Wal-Mart pun sangat banyak sehingga
kekuatan supplier dalam hal ini kecil. (The bargaining power of suppliers)
4. Ancaman adanya substitusi untuk bisnis retail pun relatif rendah, kecuali
untuk adanya perkembangan teknologi yang memungkinkan adanya
penjualan secara online dan dalam hal ini pun dewasa ini Wal-Mart sudah
melakukan e-commerce (Threats from substitutes)
5. Untuk mendirikan bisnis retail ini juga terbilang relatif mudah sehingga
Wal-Mart dapat melakukan ekspansi dengan mudah.

Dalam mengimplementasikan strategi yang ada, suatu perusahaan harus


memiliki sistem pengendalian manajemen yang baik pula, barulah tujuannya dapat
tercapai . Sistem pengendalian manajemen adalah sebuah sistem yang ditetapkan oleh
perusahaan untuk memastikan bahwa seluruh karyawan bekerja untuk mencapai tujuan
perusahaan. Sistem pengendalian diperlukan terutama karena pimpinan tidak dapat
selalu mengawasi anak buahnya, maka kehadiran sebuah sistem akan memastikan
bahwa semua nya berjalan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Sistem pengendalian manajemen perusahaan selalu berkaitan dengan tiga


aspek. Ketiga aspek tersebut antara lain adalah struktur organisasi, manajemen sumber
daya manusia, dan budaya organisasi. Pertama, struktur organisasi menggambarkan
segala sesuatu yang menghasilkan pengambilan keputusan dalam suatu organisasi.
Kedua, manajemen sumber daya manusia adalah segala sesuatu tentang karyawan,
mulai dari perekrutan, pelatihan, evaluasi, hingga promosi untuk mengasah
pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan oleh karyawan untuk
mengimplementasikan strategi organisasi. Ketiga, budaya berisi kepercayaan, tingkah
laku, dan norma yang menuntun perilaku anggota organisasi secara implisit dan
eksplisit.

Ketika ketiga aspek dalam sistem pengendalian manajemen dilaksanakan


dengan baik dan selaras, sistem pengendalian manajemen akan terlaksana dengan baik.
Jika sistem pengendalian manajemen terlaksana dengan baik, strategi perusahaan akan
dapat tercapai sesuai dengan tujuan utama perusahaan, yakni menghasilkan kinerja
yang baik dan nilai tambah akan tercipta, baik dari sisi perusahaan maupun dari sisi
pelanggan.

Berikut adalah beberapa sistem pengendalian manajemen yang digunakan oleh


Wal-Mart sebagai upaya untuk mencapai tujuannya.

1. Organization Structure
 Wal-Mart memperlakukan setiap toko nya sebagai investment center.
Untuk itu, setiap toko bertanggung jawab atas profit dan kegiatan
investasinya sendiri, dan performa manajer akan dinilai berdasarkan hal
ini. Secara tidak langsung, dapat diartikan bahwa pengambilan
keputusan diserahkan kepada manajer di setiap toko (adanya
desentralisasi). Hal ini tentu baik mengingat bahwa toko-toko Wal-Mart
berjumlah sangat banyak dan terletak di banyak daerah sehingga yang
paling memahami selera konsumen setempat dan mengetahui keputusan
yang terbaik adalah manajer itu sendiri.
2. Human Resource Management
 Wal-Mart mengadakan berusaha mencegah terjadinya pencurian
dengan memberikan porsi sebesar 50% dari penghematan atas
penurunan tingkat pencurian di toko tersebut kepada karyawan toko
tersebut agar karyawan yang ada di setiap toko termotivasi untuk
mengatasi masalah pencurian, misalnya bersikap lebih hati-hati dan
tidak terlibat dalam upaya pencurian itu sendiri.
 Wal-Mart menggunakan sistem pemberian insentif dimana Wal-Mart
memberikan penghargaan bagi pekerja yang loyal dimana pekerja
tersebut mendapatkan hasil berupa saham yang diberikan untuk pekerja
yang sudah bekerja selama lebih dari satu tahun atau setidaknya seribu
jam setahun.
3. Organization Culture
 Untuk menciptakan rantai suplai yang efisien, Wal-Mart juga
menggunakan teknologi RFID dengan para pemasok. Teknologi ini
menghubungkan para pemasok dengan setiap toko Wal-Mart dengan
cara yang lebih mudah dan tepat waktu. RFID memungkinkan Wal-
Mart untuk meningkatkan pengawasan dan tata kelola atas
persediaannya.
 Wal-Mart menggunakan satelit yang dimilikinya untuk
menghubungkan tokonya dengan toko yang lain, pusat distribusi, dan
para pemasok. Dengan adanya satelit ini, informasi mengenai jumlah
persediaan, jumlah pesanan dan pelacakan barang yang sedang diantar
semakin mudah di kontrol. Akibatnya, setiap toko Wal-Mart yang
jumlahnya sangat banyak tersebut dapat terhubung dalam satu jaringan
privat milik perusahaan walaupun berada di pinggir kota.
 Wal-Mart menganggap setiap karyawannya sebagai associates atau
partner, bukan sebagai bawahan. Hal ini dibudayakan oleh Wal-Mart
agar setiap karyawan merasa memiliki kedudukan yang penting dalam
perusahaan. Hal ini sangat baik karena pegawai merupakan pihak yang
akan menjalankan sebagian besar kegiatan operasional, untuk itu,
penting untuk menanamkan rasa kepemilikan ke dalam jiwa karyawan.

Anda mungkin juga menyukai