Makalah GIC
Makalah GIC
Penyusun :
FAKULTAS KEDOKTERAN
BANJARMASIN
2012
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, hanya karena izin-
Nya lah makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini diharapkan dapat membantu para
Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada drg. Didit Aspriyanto, atas bimbingan
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Judul ...................................................................................................................................... 1
Bab I Pendahuluan
Bab V Penutup
Kesimpulan ................................................................................................................ 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
Awalnya semen ini dirancang untuk tambalan estetik pada gigi anterior dan
dianjurkan untuk penambalan gigi dengan preparasi kavitas kelas III dan V. Semen ini
menghasilkan ikatan adhesi yang sangat kuat dengan struktur gigi, akan sangat berguna
untuk restorasi konservatif pada daerah yang tererosi. Kebutuhan akan retensi mekanis
Ionomer kaca adalah nama generik dari sekelompok bahan yang menggunakan
bubuk kaca silikat dan larutan asam poliakrilat. Bahan ini mendapatkan namanya dari
formulanya yaitu sutu bubuk kaca dan asam ionomer yang mengandung gugus karboksil.
Penggunaan semen ionomer kaca telah meluas antara lain sebagai bahan perekat,
pelapik, bahan restoratif untuk restorasi konservatif kelas I dan II, sebagai penutup pit
dan fisura. Meskipun demikian, semen ionomer kaca tidak dianjurkan untuk restorasi
kelas II dan IV karena sampai saat ini formulanya masih kurang kuat dan lebih peka
Semen ionomer kaca adalah material yang tersusun dari kalsium, bubuk kaca
strontium aluminosilikat, dan digabungkan dengan cairan polymer (acid) (P., Uphadaya,
2005)
4
1.2 Rumusan Masalah
2. Apakah ada perbedaan setting time glass ionomer cement dengan variasi bubuk
dan cairan?
Metode Literatur
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Glass ionomer cement adalah istilah dalam kedokteran gigi yang menunjukkan
sekelompok bahan gigi yang menggunakan tepung kaca silikat dan larutan asam
2.2 Komposisi
Bubuk : yaitu larutan dasar asam kalsium aluminosilikat glass yang mengandung
fluoride. Ini dibuat dengan mencampur silika + alumina + kalsium fluoride, metal
oksida dan metal fosfat pada 1100o-1500o C kemudian tuangkan lelehan ke pelat
logam atau ke dalam air. Glass yang terbentuk dihancurkan, digiling dan
terurai oleh asam karena adanya ion Al+3 yang bisa dengan mudah dapat masuk
6
Cairan : Cairan yang digunakan pada GIC adalah asam poliakrilik dengan
Bahan tambahan : Asam tartar, metal oksida dan polifosfat. ( Mahesh et al,
2011)
Reaksi Setting :
Pada pencampuran bubuk dan cairan atau bubuk dan air asam secara lambat
merendahkan lapisan luar partikel kaca melepaskan ion Ca+2 dan Al+3. selama
fase setting awal, Ca+2 dilepaskan lebih cepat terutama bertanggung jawab untuk
reaksi dengan poliacid untuk membentuk produk reaksi seperti yang ditunjukkan
dalam gambar 2.5. Al+3 dilepaskan lebih lambat dan terlibat dalam setting fase
selanjutnya sehingga sering disebut sebagai reaksi fase sekunder. Bahan terdiri
dari ini kaca yang tidak bereaksi tertanam dalam matriks silang poliacid. Fase
7
2.3 Sifat
1. Sifat Fisik
Sifat yang sangat menonjol dari penggunaan semen ionomer kaca sebagai
bahan restorative adalah kekuatannya terhadap fraktur. Semen ionomer kaca tipe
II jauh lebih inferior daripada komposit. Juga lebih rentan terhadap keausan
terhadap dibanding komposit bila dikenai uji abrasi dengan sikat gigi secara in
vitro dan uji keausan oklusal. Namun, semen ionomer kaca cukup menarik karena
mempunyai kecocokan biologis, dapat melekat pada email dan dentin, dan
Seperti banyaknya sifat dental cement, sifat glass ionomer tergantung padda
optimal akan menghasilkan campuran yang kering dan tampak rapuh yang
kurang disukai oleh dokter gigi. Oleh karena itu ada kecenderungan untuk dokter
yang lebih basah dengan efek yang merugikan pada sifat fisik materi. Masalah ini
2008)
8
2. Mekanisme Adhesi
perlekatan ini terutama melibatkan proses relasi dari gugus karboksil dari
poilasam dengan kalsium di Kristal apatit email dan dentin. Meskipun ini berlaku
untuk semen polikarboksilat, mekanisme adhesi dari semen ionomer kaca juga
setara, karena keduanya berdasar pada poliasam. Ikatan dengan email selalu lebih
besar daripada ikatan dengan dentin, ini dikarenakan kandungan anorganik dari
email lebih banyak dan homogenitasnya lebih besar dilihat dari sudut pandang
2.4 Klasifikasi
Berasarkan aplikasinya :
Tipe II dapat juga digunakan sebagai fissure sealant, restorasi untuk gigi sulung.
9
2.5 Indikasi
1. Karies kelas v estetik baik dengan daya tahan lebih efisien dan lebih
2. Karies yang mencapai pulpa, abrasi cervical, tumpatan untuk gigi decidui.
(McCabe, 2008)
3. Cocok untuk restorasi pada gigi sulung anterior terutama dibagian proksimal.
(Rhamdani, 2011)
1. Tidak dapat digunakan untuk karies kelas IV dan kelas I gigi permanen
3. Agak opak daripada resin komposit sehingga kurang estetik untuk gigi depan
(Adiana, 2008)
10
BAB III
Bahan
b. Vaselin
Alat
a. Pengaduk plastic
11
b. Paper pad
c. Celluloid strip
d. Lempeng kaca
12
f. Sonde
a. Permukaan cetakan pada pita seluloid diulasi dengan vaselin, kemudian cetakan
c. Cairan diteteskan 1 tetes, dengan cara memegang botol secara vertikal kemudian
dua bagian. Bagian pertama dicampur dengan cairan selama 5 detik, kemudian
ditambahakan bubuk bagian kedua dan diaduk kurang lebih selama 10 detik sampai
adonan ditutup dengan pita seluloid. Working time dimulai awal pengadukan sampai
1,5 menit.
13
f. Setting time diukur dengan menusukkan permukaan adonan glass ionomer
menggunakan ujung sonde, hingga sonde tidak dapat menembus permukaan adonan.
Setting time dicatat yang dihitung sejak awal pencampuran hingga semen mengeras.
14
BAB IV
4.2 Pembahasan
Semen ionomer kaca merupakan bahan restorasi yang berupa serbuk dan cairan.
time semen ionomer kaca menurut ISO 9917 untuk restorative semen antara 2 – 6 menit
sedangkan untuk bahan luting 2.5-8 menit. Untuk working time kurang lebih 2 menit
Dengan ketebalan 2 mm. Glass ionomer cement memiliki waktu setting antara 6-
takar bubuk GIC dan 2 tetes larutan GIC menunjukkan setting time 14 menit 47 detik
dihitung sejak awal pencampuran. Hal ini menunjukkan bahwa hasil tidak sesuai dengan
teori dan spesifikasi No 96 (ISO 9917) yang dikeluarkan oleh ANSI/ADA yang
menyatakan bahwa setting time GIC untuk restorative semen antara 2 – 6 menit. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh larutan yang digunakan terlalu banyak sehingga adonan
15
menjadi sedikit lebih cair dan setting time lebih lama daripada ketentuan yang ditetapkan
oleh ADA.
1. Suhu.
dingin, tetapi teknik ini akan berpengaruh pada kekuatannya. (Powers et al, 2006)
2. Rasio bubuk:cairan. Penurunan rasio akan berakibat buruk pada sifat semen yang
(Anusavice, 2004).
Semakin sedikit jumlah bubuk yang digunakan maka setting time akan semakin
lambat.
3. Varnish. Bahan harus dilindungi dari kontaminasi kelembaban selama satu jam
terlebih dulu, jika tidak kekuatan dan kelarutan cenderung dipengaruhi. Oleh
karena itu perlu untuk memberikan varnish pada permukaan filling segera setelah
pengerasan awal. Varrnish yang digunakan terdiri dari resin tahan air terlarut
dalam pelarut yang mudah menguap seperti eter atau etil asetat. Varnish ini
diharapkan mampu perlindungan pada kaca ionomer untuk variasi waktu, dari
beberapa detik hingga satu jam atau lebih tergantung pada secepat apa dia
Hasil praktikum menunjukkan bahwa semakin sedikit bubuk yang ditambahkan maka
setting time akan semakin lama yaitu menjadi 23 menit 35 detik, sedangkan apabila
bubuk ditambahkan semakin banyak maka setting time menjadi lebih pendek yaitu
menjadi 11 menit 43 detik. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa semakin
16
Keuntungan dari campuran yang lebih sedikit bubuknya diantaranya adalah mudahnya
pencampuran bubuk dan cairan pada saat manipulasi, selain itu sifat fisik dari tumpatan
lebih halus. Sedangkan kerugiannya adalah campuran menjadi lengket dan dengan
Sedangkan jika bubuk yang ditambahkan terlalu banyak maka tumpatan akan rapuh dan
17
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Dari percobaan yang telah praktikan lakukan dan berdasarkan literatur yang
praktikan baca, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan setting time antara
rasio bubuk:cairan yang digunakan pada manipulasi GIC. GIC dengan lebih sedikit
bubuk cenderung lebih lama setting time nya dan sedangkan dengan jumlah bubuk
lebih banyak setting time GIC meenjadi lebih cepat, selain itu suhu juga
berpengaruh pada setting time GIC. Kesimpulan ini tentunya sangat berguna bagi
18
DAFTAR PUSAKA
1. Adiana, Ika Devi. Skripsi : Semen Ionomer sebagai bahan pelapik pada
2. Anusavice, KJ. 2004. Phillips buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi, ed 10, alih
bahasa drg. Johan Arief Budiman dan drg. Susi Purwoko. Jakarta, Indonesia :
EGC, h. 449-455.
3. Hamzah, Fanani, Abdul Rahman, Cucu Setyawati dan Suwardi. Jurnal keramik
5. McCabe, JF and Angus W.G. Walls. 2008. Applied dental materials, 9th ed.
7. Mitchell, laura and David Mitchell. Oxford handbook of clinical dentistry, 4th
ed. New York, United States : Oxford Univercity Press inc., 2005, p. 675
8. Ramadhan, Gilang Ardian. Serba serbi kesehatan gigi dan mulut. Jakarta,
terhadap kekuatan tarik semen luting pada lempeng logam dari fakultas
19