Anda di halaman 1dari 116

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN


DI PT. PHAPROS, Tbk.

SISTEM INSTALASI POWER SUPPLY PADA PHB UTAMA


UTILITY PT. PHAPROS, Tbk.

Disusun oleh :

Nama : Nanda Puji Arianto

NIM : 5311311009

Jurusan/Prodi : Teknik Elektro/Teknik Elektro D3

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN 2014

1
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan Telah disyahkan oleh PT. Phapros, Tbk dan

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.

Hari :

Tanggal :

Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Drs. Agus Murnomo, MT. M. Arif, A.Md


NIP. 195506061986031002

Mengetahui, Mengetahui,
Ketua Jurusan Ass. Manager Utility

Drs. Suryono, MT. M. Ali, ST.


NIP.195503161985031001

2
Abstrak

Nanda Puji Arianto


SISTEM INSTALASI POWER SUPPLY
PADA PHB UTAMA UTILITY PT. PHAPROS, Tbk

Program Studi Teknik Elektro D3 – Teknik Elektro


Universitas Negeri Semarang
Tahun 2014.

Listrik merupakan bentuk energi yang sangat dibutuhkan dalam


kemajuan zaman seperti sekarang ini. Penggunaanya secara luas dan juga
fleskibel karena energi listrik ini mudah untuk dipindahkan, diubah, atau
ditransmisikan menjadi bentuk besaran listrik lain. Energi listrik diubah menjadi
bentuk energi lain untuk keperluan proses dalam suatu usaha melalui alat listrik
yang bermacam-macam yang sudah tentu memiliki besaran listrik yang berbeda-
beda, sehingga alat listrik tersebut suatu kerjanya sudah tentu bergantung pada
ada dan tidaknya energi listrik. Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah
produsen enegi listrik terbesar dan melingkupi kebutuhan energi listrik yang
sangat banyak, salah satunya kebutuhan energi listrik di industri. Diantaranya
PT. Phapros, Tbk. sebagai industri farmasi membutuhkan energi listrik untuk
proses produksinya.

Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang di lakukan adalahmelakukan


survei, dan analisis mengenai sistem kelistrikan pada PHB Utama PT. Phapros,
Tbk. Semarang. Pengumpulan data dalam laporan ini di lakukan dengan
beberapa cara yaitu: observasi atau pengamatan secara langsung di lapangan,
studylinterature dari dokumen yang terkait sistem kelistrikan yang terdapat pada
PHB Utama, dan wawancara kepada petugas teknisi yang ahli di bidangnya
sehingga pengamatan yang di peroleh menjadi lebih lengkap dan jelas.

Di PT. Phapros, Tbk. ini penulis mengangkat judul laporan


PKL“SISTEM INSTALASI POWER SUPPLY PADA PHB UTAMA UTILITY
PT. PHAPROS, Tbk.”. Laporan ini membahas instalasi kelistrikan pada tingkat
distribusi jaringan listrik utama PT. Phapros, Tbk. yang kedua sumbernya berasal
dari PLN dan GENSET yang kemudian terkoneksi melalui peralatan automatisasi
dan proteksi.Tujuannya ialah bilamana salah satu sumbernya mengalami
gangguan/kendala dalam beroperasi sehingga energi lsitrik akan tetap terjaga
dengan baik untuk memasok peralatan listrik produksi dan non-produksi. Tujuan
dari laporan ini dimaksudkan untuk mengetahui sistem instalasi secara
keseluruhan dengan batasan masalah sampai pada tingkat distribusi panel utama
dan membahas komponen listrik apa saja yang terhubung dalam sistem panel
hubung bagi (PHB) terutama pada sistem pemindah daya automatis yakni
Automatic Transfer Switch (ATS).

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT karena atas kasih sayang-Nya penulis
telah berhasil menyelesaikan proyek dan penyusunan laporan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di industri farmasi PT. Phapros, Tbk. Semarang pada periode 15
Juli – 31 Agustus 2013.
Pelaksanaan proyek dan laporan ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh dan menambah ilmu, wawasan, pengetahuan di bangku kuliah
dalam dunia kerja yang sebenarnya, selain untuk memenuhi kurikulum pada
program studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.
Penulis menyadari bahwa dalam keseluruhan pelaksanaan PKL ini
berjalan lancar berkat bimbingan yang dengan sepenuh hati meluangkan waktunya
untuk memberi informasi, saling berbagi ilmu yang dibutuhkan, dan mengarahkan
dengan jelas dari dukungan berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada
berbagai pihak antara lain, yang terhormat:
1. Drs. Iswanto, Apt., MM selaku Direktur Utama PT. Phapros Tbk.
Semarang yang telah memberi izin, kesempatan, dan fasilitas untuk
melaksanakan PKL di Industri Farmasi PT. Phapros, Tbk
2. Dra. Barokah Sri Utami, Apt. MM selaku Direktur Produksi PT. Phapros
Tbk. Semarang yang telah memberikan izin, dan kesempatan
melaksanakan praktik kerja lapangan di PT. Phapros, Tbk
3. Bapak M. Ali, ST selaku Asisten Manager Utility di PT. Phapros Tbk.
yang telah banyak membagi ilmu, saran, dukungan, serta pengalaman
berharga selama pelaksanaan PKL
4. Bapak M. Arif, A.Md selaku Pembimbing Lapangan yang telah banyak
membagi ilmu, dan memberikan pengarahan yang membantu dalam

4
penyusunan laporan &mempelajari sistem kelistrikan di PT. Phapros,
Tbk
5. Bp. Pramono, Bp. Supriyanto, Bp. Supriyanto, Bp. Marga selaku
Operator Utility Listrik Air (LA) yang telah membantu menjelaskan
banyak hal tentang sistem kelistrikan LVMDP di PT. Phapros, Tbk
6. Bp. Mahil, Bp. Dedy, Bp. Rahmat, Ibu. Rani selaku karyawan Unit
Utility yang telah banyak membantu & mengarahkan dalam
pelaksananan PKL.
7. Drs. M. Harlanu, M.Pd selaku dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan praktik kerja
lapangan
8. Drs. Suryono, MT selaku Ketua jurusan Teknik Elektro di Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin untuk
melaksanakan praktik kerja lapangan
9. Ibu Riana Defi Mahadji Putri, ST, MT selaku Ketua prodi Teknik
Elektro D3 di Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan praktik kerja lapangan
10. Drs. Agus Murnomo,M.T selaku dosen pembimbing PKL di Universitas
Negeri Semarang, yang telah membimbing dan mengarahkan dalam
pelaksanaan PKL
11. Seluruh staf dan karyawan PT Phapros Tbk. atas kerjasamanya selama
pelaksanaan PKL
12. Rekan-rekan selama praktek kerja: Dhanis, Randy, Avinda, Vita dll.
terima kasih atas kekompakan dan kerjasama kalian selama pelaksanaan
praktek kerja. Dan juga banyak mengulas ilmu seputar software gambar
teknik AutoCAD
13. Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
terimakasih atas dukungan dan bantuannya.

5
Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang Teknologi. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan,untuk
itu saya mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun guna kesempurnan
laporan ini.
Semarang, Juli 2014.

Penulis
Nanda Puji Arianto.

6
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
ABSTRAK.......................................................................................................iii
KATA PENGANTAR......................................................................................iv
DAFTAR ISI....................................................................................................vii

DAFTAR TABEL............................................................................................x

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

1.1 Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan (PKL)...........................1

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan...................................................2

1.3 Tempat dan Pelaksanaan...............................................................2

1.4 Metode Pengumpulan Data...........................................................2

1.5 Pembatasan Masalah.....................................................................3

1.6 Sistematika Penulisan Laporan.....................................................3

BAB II TINJAUAN UMUM.........................................................................5

2.1 Sejarah dan Perkembangan...........................................................5

2.2 Visi dan Misi PT. Phapros, Tbk....................................................7

2.3 Lokasi dan Sarana Produksi..........................................................9

2.4 Strategi Perusahaan.......................................................................11

2.5 Struktur Organisasi PT. Phapros, Tbk...........................................15

2.6 Departemen Sumber Daya Manusia dan Pelayanan Umum.........16

2.7 Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan

(PPPP)..................................................................................................17

7
2.8 Pengadaan (Procurement).............................................................18

2.9 Produksi........................................................................................20

2.10 Engineering.................................................................................22

2.11 Departemen Quality Operation....................................................23

2.12 Departemen Perencanaan dan Pengembangan Produk (PPP).....27

2.13 Sistem Unit Pengendalian Udara (Air Handling Unit)...............32

2.14 Sistem Pengolahan Air (Water System)......................................36

2.15 Penanganan Limbah....................................................................38

BAB III SISTEM INSTALASI POWER SUPPLY

PADA PHB UTAMA PT. PHAPROS,Tbk....................................................45

3.1 Pengertian Umum.........................................................................45

3.2 Penjelasan Khusus........................................................................46

3.3 Perancangan Instalasi Kelistrikan.................................................48

3.3.1 Gambar Situasi.....................................................................49

3.3.2 Bagan Instalasi Kelistrikan..................................................52

3.3.3 Gambar Diagram Garis Tunggal..........................................53

3.4 Instalasi Listrik dari PLN..............................................................55

3.4.1 Penghantar...........................................................................56

3.4. 2 Pemisah..............................................................................56

3.4.3 Pengaman............................................................................57

3.4.4 Penurun Tegangan...............................................................58

3.4.5 Panel Kapasitor....................................................................59

3.5 Instalasi Listrik dari Generator Set (GENSET)............................59

3.5.1 Penghantar...........................................................................60

3.5.2 Pengaman............................................................................61

8
3.5.3 Synchronizing Panel............................................................62

3.5.4 Generator Set.......................................................................63

3.5.1 Penghantar...........................................................................60

3.6 Automatic Transfer Switch...........................................................71

3.7 LVMDP (Low Voltage Main Distribution Panel).........................72

3.7.1 LVMDP Grup Lama............................................................73

3.7.2 LVMDP Produksi................................................................77

3.7.3 LVMDP Utility....................................................................81

3.7.4 LVMDP Grup Lama............................................................73

3.8 Komponen Kelistrikan..................................................................83

3.8.1 Circuit Breaker....................................................................83

3.8.2 Penghantar...........................................................................87

3.8.3 Pemisah...............................................................................92

BAB IV PENUTUP........................................................................................93

4.1 Kesimpulan...................................................................................93

4.2 Saran.............................................................................................93

Daftar Pustaka......................................................................................94

9
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Persyaratan air yang digunakan untuk produksi.................................36

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Logo Lama dan Logo Baru PT. Phapros, Tbk................................5

Gambar 2. Denah PT. Phapros, Tbk.................................................................10

Gambar 3. Struktur Organisasi PT. Phapros, Tbk.............................................16

Gambar 4. Alur Kerja Departemen PPPP.........................................................18

Gambar 5. Alur kerja Departemen Pengadaan.................................................20

Gambar 6. Departemen Produksi......................................................................21

Gambar 7. Alur Kerja Departemen Produksi....................................................22

Gambar 8. Alur Kerja Departemen PPP...........................................................31

Gambar 9. Sistem AHU....................................................................................33

Gambar 10. Skema Proses Purified Water untuk Produksi...............................38

Gambar 11. Pengolahan Limbah Cair IPAL I...................................................42

Gambar 12. Pengolahan Limbah Cair IPAL II.................................................44

Gambar 13. Identifikasi warna pada busbar / rel..............................................48

Gambar 14. Gambar Situasi Instalasi PT. Phapros, Tbk...................................49

Gambar 15. Gambar Situasi PHB Utama PT. Phapros, Tbk.............................50

Gambar 16. Gambar Instalasi Kelistrikan PT. Phapros, Tbk............................52

Gambar 17. Diagram Garis Tunggal Instalasi Kelistrikan Old (Lama)............54

Gambar 18. Diagram Garis Tunggal Instalasi Kelistrikan Exist (Baru)...........54

Gambar 19. Diagram Garis Tunggal Instalasi Listrik PLN..............................55

10
Gambar 20. Spesifikasi ACB Schneider Electric dari laman web....................58

Gambar 21. Transformator Unindo di PT. Phapros, Tbk..................................58

Gambar 22. Diagram Garis Tunggal Instalasi Listrik dari Genset...................60

Gambar 23. Generator Set Perkins dengan daya 700 kVA di PT. Phapros, Tbk
..........................................................................................................................65

Gambar 24. Generator Set Mitsubishi 1 dengan daya 770 kVA di PT. Phapros,
Tbk....................................................................................................................67

Gambar 25. Generator Set Mitsubishi 2 dengan daya 770 kVA di PT. Phapros, Tbk
..........................................................................................................................68

Gambar 26. Generator Set Mercy dengan daya 150 kVA di PT. Phapros, Tbk 70

Gambar 27. Blok Diagram Proses Kerja AMF dan ATS..................................72

Gambar 28. Diagram Garis Tunggal LVMDP Grup Lama...............................73

Gambar 29. Diagram Garis Tunggal LVMDP Produksi...................................77

Gambar 30. Miniature Circuit Breaker (MCB)................................................84

Gambar 30. Moulded Case Circuit Breaker (MCCB)......................................85

Gambar 31. ACB Tampak depan PT. Phapros, Tbk.........................................86

Gambar 32. ACB Tampak Keseluruhan...........................................................86

Gambar 33. No Fuse Breaker (NFB)................................................................87

Gambar 34. Kabel NYA....................................................................................88

Gambar 35. Kabel NYM...................................................................................89

Gambar 36. Kabel NYY...................................................................................90

Gambar 37. Kabel N2XY.................................................................................91

Gambar 38. Kabel NYFGbY............................................................................91

Gambar 39. Simbol Interlocking Switch DS & ES..........................................92

DAFTAR LAMPIRAN

11
Lampiran 1. Denah Mesin Genset....................................................................96

Lampiran 2. Wiring Diagram PT. Phapros, Tbk. versi lama (old)....................97

Lampiran 3. Wiring Diagram PT. Phapros, Tbk. versi baru (exist)..................98

Lampiran 4. Daftar Hadir dan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan....................99

12
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Industri


Adanya perkembangan zaman yang cukup sangat pesat di bidang
pengetahuan dan teknologi, hal tersebut merupakan tantangan bagi semua pihak
yang menggeluti dunia ilmu pengetahuan tersebut dan berbagai cara ditempuh
antara lain; adanya pertukaran pelajar, seminar penelitian di bidang pendidikan
pada umumnya dan perguruan tinggi pada khususnya.
Salah satu pihak yang terkait dengan masalah ilmu pengetahuan dan
teknologi, penulis selaku mahasiswa Universitas Negeri Semarang merasa turut
serta dalam mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama
pada bidang teknik kelistrikan dan berbagai hal yang diajarkan di bangku kuliah
merupakan teori dasar untuk memasuki pasca kuliah atau masuk dalam dunia
kerja di butuhkan dunia pengalaman dalam bidang teknik listrik praktek kerja
lapangan (PKL) merupakan salah satu aplikasi antara teori dan praktek dalam
dunia kerja yang sesungguhnya atau di lapangan
Sebagai mana kita ketahui bahwa suatu industri tidak akan mampu
mengembangkan produksinya tanpa di dukung oleh adanya koordinasi yang baik
antar komponen indutri, misalnya seperti mesin produksi atau peralatan
pendukung lainnya, dan juga membutuhkan sumber energi listrik yang tersistem
dengan baik.
Tanpa energi listrik sebuah industri tidak dapat menjalankan
produksinya, walaupun ada beberapa sektor yang tidak membutuhkan energi
listrik, tetapi banyak alat produksi yang kebanyakan beroperasi dan bergantung
pada energi listrik. Khususnya PT. Phapros, Tbk. sebagai industri farmasi yang
memproduksi obat-obatan standar Cara Pembuatan Obat yg Baik (CPOB) sangat
diharuskan menggunakan peralatan yang tersistem, terkalibrasi, dan berpengaman
yang baik khususnya pada mesin-mesin listrik yang membutuhkan daya besar.
2

Sistem distribusi energi listrik yang baik sangat penting yang terdiri dari
sumber pembangkitan (power plan), penyaluran (distributing), sampai ke tingkat
penggunaan (user) oleh karena itu dalam penulisan laporan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) penulis mengambil judul “SISTEM INSTALASI POWER
SUPPLY PADA PHB UTAMA UTILITY PT. PHAPROS, Tbk.”

1.2 Tujuan Praktek Kerja LapanganIndustri


Tujuan di laksanakan PKL ( Praktek Kerja Lapangan ) di PT.
Phapros,Tbk Semarang adalah:
a) Untuk memenuhi jumlah mata kuliah yang harus di tempuh pada
prodi Teknik Elektro D3 Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang .
b) Sebagai studi pembanding berorientasi pada penerapan teori yang
telah di peroleh selama masa perkuliahan dengan praktek kerja
lapangan .
c) Dapat menguasai sistem instalasi tenaga listrik di perusahaan
d) Menambah wawasan dan cakrawala pengetahuan agar lebih matang
alam mendalami, memasuki dunia kerja nanatinya .
1.3 Tempat dan Pelaksanaan
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan berada di PT. Phapros, Tbk. beralamat
di Jalan Simongan No. 131 Semarang. Di mulai pada tanggal 15 Juli 2013
sampai dengan tanggal 31 Agustus 2013.

1.4 Metode Pengumpulan Data


Metode penyuisunan laporan praktek kerja lapangan ini , menggunakan
beberapa metode, meliputi :

a) Metode wawancara: yaitu suatu cara pengumpulan data dimana


persoalan di ajukandalam bentuk pertanyaan kepada karyawan operator
utility listrik air (LA) di PT. Phapros, Tbkkota semarang terutama yang
berhubungan langsung dengan masalah kelistrikan dan koneksi
pengkabelan pada Panel LVMDP Utama.
3

b) Metode observasi: yaitu dengan suatu cara pengumpulan data dengan


pengamatan langsung mengenai sistem kelistrikan selama proses PKL di
PT. Phapros,Tbk kota Semarang

c) Metode studylinterature: yaitu dengan menggunakan semua referensi


yang berkaitan dengan Praktek Kerja Lapangan untuk memperoleh data
yang di butuhkan,sehingga dapat di jadikan acuan dalam penulisan
laporan.

d) Metode analisa: yaitu dengan melakukan menganalisa dan mencermati


proses pada jaringan listrik mulai dari penyambungan cubicle PLN
sampai ke Sub-Distribution Panel atau Power Panel.

1.5 Pembatasan Masalah

Batasan masalah merupakan pembatasan bahasan-bahasan yang dilakukan


selama pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan di PT. Phapros, Tbk. agar
permasalahan yang dibahas tidak meluas. Adapun laporan yang dibahas dalam
laporan ini yaitu:

Pembahasan hanya meliputi instalasi kelistrikan pada unit Utility PT.


Phapros, Tbk. yaitu bermula pada tiang akhir jaringan tegangan menengah JTM
yang terkait dengan sumber listrik genset dan ATS (Automatic Transfer Switch)
sampai pada cubicle PHB Utama yang masing-masing tertera beban-beban
listriknya.

1.6 Sistematika Penulisan Laporan

Secara sistematika penyusun akan menjelaskan secara global tentang


tiap-tiap Bab sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan
Menjelaskan tentang latar belakang masalah,dasar pemilihan judul,Ruang
lingkup masalah ,tujuan ,pembatan masalah metode penelitian dan sistematika
penulisan.
4

Bab II Tinjauan Umum


Menguraikan tentang sejarah dan perkembanmgan PT. Phapros, Tbk.
Kota Semarang,lokasi dan tata letak, struktur organisasi PT. Phapros, Tbk Kota
Semarang, tugas pokok dan fungsi PT. Phapros,Tbk produksi dan penjernihan
secara umum, sumber air bersih baku, dan daerah distribusi .

Bab III Sistem Instalasi Power Supply Pada PHB Utama Utility PT.
Phapros, Tbk.

Menjelaskan tentang Sistem Instalasi Power Supply Pada PHB Utama


PT. Phapros, Tbk.Kota Semarang.

Bab IV Penutup
Berisi tentang kesimpulan dan saran – saran berdasarkan uraian laporan
yang di buat oleh penulis laporan.
5

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah dan Perkembangan


PT. Phapros, Tbk. didirikan oleh NV. Kian Gwan Handels Maatschappy
(Prof. Liem Wie Hock) pada tanggal 21 Juni 1954. PT. Phapros, Tbk. merupakan
bagian dari pengembangan usaha Oei Tiong Ham Concern (OTHC), konglomerat
pertama Indonesia yang menguasai bisnis gula dan agro industri. Cikal bakal salah
satu perusahaan farmasi tertua di Indonesia ini adalah NV Pharmaceutical
Processing Industries, yang disingkat menjadi Phapros.

Pada awal pendiriannya, OTHC menguasai 96% saham Phapros tetapi


dalam perkembangan kepemilikan sahamnya mengalami perubahan. Hingga saat
ini saham PT. Phapros, Tbk. dimiliki oleh PT. Rajawali Nusantara Indonesia
(BUMN di bawah Departemen Keuangan) sebesar 54% dan sisanya 46% dimiliki
oleh masyarakat umum, terutama dari kalangan dokter, apoteker dan profesional
lainnya di bidang kesehatan yang berjumlah 300 orang. Pada tahun 2000 status
PT. Phapros, Tbk. berubah dari perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka
karena modal setornya sudah di atas ketentuan 3 miliar rupiah.
Pada ulang tahun PT. Phapros, Tbk. ke 50, yaitu 21 Juni 2004 logo lama
PT. Phapros Tbk. diganti dengan logo baru. Dengan bergantinya logo, diharapkan
PT. Phapros Tbk. siap untuk menyongsong masa depan dengan optimis.

Logo Lama Logo Baru


6

Gambar 1. Logo Lama dan Logo Baru PT. Phapros, Tbk.

Makna dari logo baru tersebut adalah sebagai berikut :


 Tiga lingkaran yang berurutan keatas mewakili tiga stake holder yaitu
konsumen, pemegang saham dan karyawan yang saling mendukung dan
untuk menaikkan nilai kepentingan ketiga stake holder melaju bersama
menyongsong masa depan.
 Lingkaran melayang melambangkan benih ide baru selain itu juga
menggambarkan landasan yang kokoh.
 Kedekatan lingkaran melambangkan nilai kekeluargaan dan menunjukkan
karakter yang kuat.
 Warna biru melambangkan inovasi, perkembangan, kesungguhan dan
kebijaksanaan.
 Gradasi warna merah kuning melambangkan keberanian dan keharmonisan
organisasi.
 Typografi melambangkan kesederhanaan tanpa meninggalkan kesan stabil
dan kokoh.
Dalam perkembangannya, PT. Phapros, Tbk. selalu berusaha
mengembangkan produknya. Perkembangan produksi yang telah dilakukan PT.
Phapros, Tbk. adalah sebagai berikut :
Tahun 1957 : tablet dan tablet salut gula (Livron B Plex)
Tahun 1960 : injeksi (Pehacain Injeksi)
Tahun 1963 : kapsul (Pehacycline)
Tahun 1964 : sirop (Livron Tonic)
Tahun 1972 : salep dan cream (Fluocort N Cream dan NB Tab Oint)
Tahun 1978 : tablet salut selaput (Metaneuron)
Tahun 1990 : memperoleh sertifikat CPOB
Tahun 1999 : memperoleh sertifikat ISO 9001 mengenai sistem mutu
Tahun 2000 : memperoleh sertifikat ISO 14001 mengenai lingkungan
7

Tahun 2002 : memproduksi 137 item obat, 124 diantaranya adalah obat hasil
pengembangan sendiri.
Tahun 2004 : PT. Phapros, Tbk. memperkenalkan produk alam dalam kelompok
Agro-Medicine (Agromed)
Tahun 2009 : sertifikasi OHSAS 18001:2007 (Occupational Health and Safety
Assessment Series)
Guna memperkuat jaringan dan distribusi, PT. Phapros, Tbk. mempererat
kerja sama dengan PT. Rajawali Nusindo yang merupakan distributor tunggal
dalam memasarkan produk PT. Phapros, Tbk. Sejak tahun 1997 pemasaran untuk
obat-obat ethical ditangani sendiri oleh PT. Phapros, Tbk., sedangkan untuk obat-
obat generik dan Inpres dilaksanakan oleh PT. Rajawali Nusantara Indonesia.
Sampai saat ini PT. Phapros, Tbk. telah memproduksi kurang lebih 250 macam
produk. Produk-produk yang dihasilkan PT. Phapros, Tbk. dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
1) Produk PT. Phapros, Tbk. meliputi:
a. Produk rutin yaitu produk dengan nama dagang, seperti: Antimo, Bio
ATP, Becefort, Supralivron, Livron B-Plex, dll.
b. Produk obat generik berlogo (OGB), seperti: Amoxicillin kaplet,
Ampicillin kaplet, Ampicillin sirup, dll.
c. Produk Pesanan Pemerintah seperti produk untuk PKD (Peningkatan
Kesehatan Daerah), seperti obat antituberkulosis.
d. Produk Agromed, seperti: Tensigard ®, Ocugard, Hepagard, Fitogen, X-
gra®, dsb.
2) Produk-produk lisensi dari Boehringer Mannheim GmBHm Jerman,
American Product USA, Lederle Laboratories Division, Lekk Ljubljana
Slovenia, F. Trenka Austria, dan Schwabe Jerman. seperti: Artane tablet,
Xiclav tablet, Diamox tablet, dan lain-lain.

2.2 Visi dan Misi PT. Phapros, Tbk.


Visi PT. Phapros, Tbk. adalah menjadi perusahaan farmasi terkemuka yang
menghasilkan produk inovatif dan jasa kesehatan yang didukung oleh manajemen
8

profesional serta kemitraan strategis guna meningkatkan kualitas hidup


masyarakat. Misi yang dikembangkan PT. Phapros, Tbk. untuk mendukung
visinya adalah :
1. Menyediakan produk kesehatan terbaik guna memenuhi kebutuhan
masyarakat.
2. Memberikan imbal hasil kepada pemegang saham sebagai refleksi kinerja
perusahaan dan memberikan penghargaan terhadap karyawan yang
memberikan kontribusi serta melakukan innovasi.
3. Menjadi perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial dan ramah
lingkungan.

Kebijakan Perusahaan PT. Phapros, Tbk.:


1. Menyediakan produk obat dan produk kesehatan lainnya yang aman,
manjur dan bermutu
2. Memberikan layanan dan informasi tentang penggunaan dan
penanganan produk yang dihasilkan
3. Menetapkan sistem pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja, pencemaran lingkungan dan dampaknya dalam setiap aktifitas operasi
perusahaan
4. Menetapkan sistem pengelolaan risiko dalam setiap aktifitas operasi
perusahaan.
5. Menetapkan sistem kerja yang berorientasi pada peningkatan
produktivitas, efisiensi dan inovasi dengan mempertimbangkan perbaikan
mutu, dampak lingkungan dan kualitas kesehatan kerja
6. Perbaikan terus menerus atas proses, infrastruktur, teknologi dan
kompetensi SDM sesuai tuntutan persyaratan mutu, lingkungan dan kesehatan
kerja
7. Meningkatkan kepedulian lingkungan dalam rangka tanggung jawab
sosial perusahaan
Pelaksanaan kebijakan perusahaan ini diterjemahkan dalam Prosedur
Operasional dan Instruksi Kerja yang mengakomodasi tindakan perbaikan dan
9

pencegahan yang berkesinambungan.

2.3 Lokasi dan Sarana Produksi


PT. Phapros, Tbk. terletak di Jl. Simongan No. 131 Semarang, Jawa
Tengah. Pada awal masa pendiriannya, PT. Phapros, Tbk. cukup strategis sebagai
lokasi industri karena jauh dari pemukiman penduduk, tetapi pada saat ini di
daerah sekitar industri sudah dipadati oleh penduduk. Denah PT. Phapros, Tbk.
dapat dilihat pada Gambar 2. PT. Phapros, Tbk. Mempunyai luas area kurang
lebih 3,5 hektar terdiri atas 3 hektar untuk bangunan dan selebihnya adalah taman,
lapangan olahraga, pengelolaan limbah, dan lain - lain.
Sarana produksi yang dimiliki oleh PT. Phapros, Tbk. terdiri dari
bangunan dan peralatan produksi. Bangunan PT. Phapros, Tbk. terdiri dari:
a. Bangunan kantor, meliputi kantor direksi, kesekretariatan, bagian umum, SAI,
Akuntansi, Keuangan, Pembelian, SDM, dan PPPP/ LPP.
b. Bangunan produksi, terdiri dari gedung produksi -Laktam dan non -Laktam.
Gedung -Laktam terpisah dengan gedung produksi non -Laktam, mengingat
sifat khas dari bahan aktifnya yang dapat menyebabkan hipersensitifitas.
Gedung -Laktam terdiri dari satu lantai yang meliputi ruang produksi, ruang
pengemasan, gudang transit bahan baku dan produk jadi. Produk -Laktam
yang dihasilkan antara lain: tablet, kapsul, sirup kering, dan injeksi. Untuk
gedung produksi non -Laktam terdiri dari 3 lantai, yaitu: lantai satu untuk
aktivitas pengemasan produk ruahan (pengemasan primer dan sekunder), dan
sebagai tempat untuk mencuci botol kemasan tablet dan sirup. Lantai dua
merupakan tempat produksi sediaan tablet, tablet salut dan kapsul. Lantai tiga
digunakan untuk produksi sediaan injeksi, salep dan sirup. Lantai empat
gedung produksi non -Laktam terdapat sistem pengaturan udara yang
disirkulasikan dalam ruang produksi.
c. Gudang bahan baku, yang digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan baku
10

sebelum didistribusikan ke bagian produksi. Terdapat dua gudang bahan baku,


yaitu gudang bahan baku -Laktam dan non -Laktam.
d. Gudang produk bahan jadi, digunakan untuk menyimpan produk yang sudah
jadi dan siap untuk diedarkan.
e. Gudang bahan kemas, digunakan untuk menyimpan bahan-bahan yang dipakai
untuk mengemas produk, seperti silika gel, foam, brosur, etiket, dll.
f. Gudang varia, digunakan untuk menyimpan kebutuhan non produksi seperti
alat tulis kantor, kebutuhan administrasi dan lain - lain.
g. Gudang teknik, digunakan untuk menyimpan alat-alat produksi terutama spare
part mesin.
h. Gedung Pengendalian dan Pemastian Mutu (PPM) dan gedung Perencanaan
dan Pengembangan Produk (PPP) yang dilengkapi dengan perpustakaan.
i. Bangunan pendukung, seperti poliklinik, kantin, garasi, bengkel, mushola dan
masjid, Unit Pengelolaan Lingkungan Hidup (UPL), Air Handling Unit (AHU),
lapangan olah raga, laundry, dll. Sarana pendukung lain yaitu unit listrik dan
air, bangunan dan pertukangan, serta pool kendaraan. Selain itu terdapat
Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) yang terdiri dari dua bagian yaitu
IPAL I untuk pengelolaan limbah produksi -Laktam dan IPAL II untuk
pengelolaan limbah non produksi dan produksi non -Laktam.
11

Gambar 2. Denah PT. Phapros, Tbk.


2.4 Strategi Perusahaan
PT. Phapros, Tbk. telah menerapkan strategi perusahaan (corporate
strategy) dalam menghadapi persaingan global industri farmasi. Strategi
perusahaan yang diterapkan meliputi :
a) Produk
Sampai sekarang PT. Phapros, Tbk. telah memproduksi 342 macam
produk, 313 diantaranya adalah obat hasil pengembangan sendiri (non-lisensi).
PT. Rajawali Nusindo merupakan distributor tunggal untuk memasarkan
produk PT. Phapros, Tbk. Meski begitu, sejak tahun 1997 pemasaran obat-obat
ethical ditangani sendiri oleh PT. Phapros, Tbk. Sedangkan untuk obat-obat
generik dan Inpres dilaksanakan oleh PT. Rajawali Nusindo. Produk PT.
Phapros, Tbk. meliputi over the counter (OTC), generic, ethical, dan agro
medicine (Agromed). Masing-masing produk memiliki titik berat sendiri-
sendiri. Produk-produk yang dihasilkan PT. Phapros, Tbk. dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
12

1) Produk yang rutin diproduksi yang terdiri atas produk obat bebas/ OTC,
produk obat generik, produk PKD/ Peningkatan Kesehatan Daerah dan
produk Agromed.
2) Produk-produk lisensi, misalnya dari Boehringer Mannheim GmBHm
Jerman (1960), American Product USA (1975), Lederle Laboratories
Division, Lekk Ljubljana Slovenia (1987), F. Trenka Austria (1990), dan
Schwabe Jerman (1995) seperti Artane® tablet, Xiclav® tablet, Diamox®
tablet, dan sebagainya.
Berikut ini adalah penjelasan dari berbagai macam produk-produk tersebut:
I. Over the counter (OTC), yang menitikberatkan pada customer intimacy.
Dalam mengembangkan produk OTC, PT. Phapros, Tbk. menekankan
pengenalan pelanggan secara baik sehingga dapat dengan cepat
memberikan respons terhadap kebutuhan pelanggan yang spesifik dan
khusus. Untuk mendukung strategi ini, PT. Phapros, Tbk.,
mengembangkan produk-produk baru yang memiliki keunggulan bersaing
sehingga mampu menjadi leading product di pasar. Sebagai contoh obat
yang termasuk OTC yaitu Antimo, Antimo Anak, Livron B Plex, Supra
Livron, Noza, dan Pehanoni.

II. Generic, dengan titik berat pada operational excellence. PT. Phapros,
Tbk. selalu berupaya menyediakan produk yang dapat diandalkan dan
memberikan service kepada pelanggan pada harga yang kompetitif, serta
kemudahan untuk mendapatkan produk tersebut. Untuk menciptakan
diferensiasi dan positioning product, PT. Phapros, Tbk., mengembangkan
produk-produk baru yang memiliki leadership tinggi. Sebagai contoh
obat generik yaitu Albendazole, Aminofilin, Amoxicillin, Ampicillin,
Antalgin, Antiparkinson DOEN, Asam Askorbat, Asam Folat, Asam
Mefenamat, Asetosal, Acyclovir, Benzatin Benzin Penisilin, Garam
Oralit, Gentamisin (injeksi & salep), Glibenclamide, Griseofulvin,
Ibuprofen, Isoniazide, Kalsium laktat, Kaptopril, Ketamin injeksi,
Klorpromazin Kotrimoksazol 120 mg tablet pediatrik, Lidocain injeksi
13

2%, Lyncomycin 500 mg, Methylprednisolon injeksi 500 mg,


Methylprednisolon tablet 4 mg, Metronidazole tablet 250 mg, Natrium
diklofenak tablet 25 mg, Natrium diklofenak tablet 50 mg, Natrium
tiosulfat injeksi 25%-10 ml, Nifedipine tablet 10 mg, Nistatin Dragee,
OAT Anti Tuberkulosis Kategori 1,2 & 3 Adult, Obat Anti Tuberkulosis
Kategori Sisipan Anak & Adult, Omeprazole Tablet 12,5 mg, Parasetamol
Sirop 120 mg, Parasetamol Tablet 500 mg, Pirantel Tablet 125 mg,
Prazikuantel Tablet 600 mg, Prednison Tablet 5 mg, Primakuin Tablet 15
mg, Prokain Benzil Penisilin G Injeksi 3 juta IU/Vial, Prometazin Tablet
12,5 mg, Prometazin Tablet 25 mg, Ranitidine Tablet 150 mg, Rifampisin
Kaplet 300 mg, Rifampisin Kaplet 450 mg, Simetidine Tablet 200 mg,
Siprofloksasin Tablet 500 mg, Streptomisin Injeksi 1,5 g/ml, Tablet
Tambah Darah/30, Tetrasiklin Kapsul 250 mg, Tetrasiklin Kapsul 500 mg,
Tiamin HCl Mononitrat (Vitamin B1) Injeksi, Tiamfnicol 500 mg, Ferro
Sulphate Syrup Bottle 150 ml, Natrium Fenitoin 30 mg Kapsul, Natrium
Phenitoin 50 mg Kapsul.

III. Ethical, titik berat pada product leadership. PT. Phapros, Tbk.
menawarkan produk yang inovatif untuk memenangkan persaingan, baik
melalui modifikasi content maupun context, serta memberikan service
sebagai nilai tambah kepada pelanggan. Contoh obat ethical yaitu
Amaropo Plus, Becefort Sirup, Betafort, Bio ATP, Bioneuron Tablet,
Bioneuron Injeksi, Cardismo, Corsona Tablet, Corsona Injeksi,
Dextamine, Dextamine Sirup, Dextrofen Kapsul, Diafac, Dolsic Injeksi,
Droxefa 500 Kapsul, Febrinex Sirup, Fluocort N Cream, Geriavita,
Grivin, Grivin Forte, Hemafort, Hustab Tablet, Hustab P Tablet, Hustab P
Sirup, Hypobhac 25 Injeksi, Hypobhac 100 Injeksi, Hypobhac 200
Injeksi, Ilusemin 100, Kolkatriol, Kolkatriol Forte, Metaneuron, Nacoflar
25, Nacoflar 50, NB Topical Ointment, Osteotin, Palentin 375, Palentin
625, Palentin Sirup Kering, Palentin F Sirup Kering, Pehacain Injeksi,
Pehadoxin, Pehadoxin Forte, Pehamoxil Forte, Pehamoxil 125 Sachet,
14

Pehastan 500, Pehatrim Suspensi, Pehatrim Dewasa, Pehatrim Forte,


Pehavral, Pehazon, Pehazon Forte, Phadilon 500 Injeksi, Phadilon 4
Tablet, Phalol 10, Phaproxin 500, Pro Infark, Sefure 750 Serbuk Injeksi,
Spirolacton 25, Spirolacton 100, Taxef 1000 Serbuk Injeksi, Tebokan,
Tebokan Spesial, Trixon 1000 Serbuk Injeksi, Vapril 12.5, dan Vapril 25.

IV. Agromed, titik berat pada innovation and standardization. PT. Phapros,
Tbk., juga melakukan inovasi yang memberikan diferensiasi dengan
menawarkan produk obat berbasis bahan alam yang telah teruji
khasiatnya secara klinis. Pada tahun 1969, PT. Phapros, Tbk.
meluncurkan Pehastone, peluruh batu ginjal yang dibuat dari tanaman
obat dan diikuti dengan produk alam dalam kelompok Agromed.
Agromed menawarkan kearifan tradisional dengan kepastian ilmiah
modern. Pada tahun 2005, PT. Phapros, Tbk. meluncurkan fitofarmaka
pertama di Indonesia, yaitu X-gra® dan Tensigard®. Uji klinik untuk
produk Agromed Tensigard® merupakan hasil kerja sama dengan Dr. dr.
Siti Fadilah Supari, Sp.Jtg (Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta),
sedangkan pada X-gra® bekerja sama dengan pakar ahli Prof. Dr. dr.
Wimpie Pangkahila, Sp. And. (Rumah Sakit Sanglah, Bali). Produk
Agromed lainnya adalah Ocugard, Hepagard, Fitogen, Hemorogard dan
Glucogard.

b) Komunikasi (360º communication)


Dalam berinteraksi dengan stakeholder, khususnya pelanggan, PT.
Phapros, Tbk. menerapkan strategi komunikasi dan promosi 360º yang
mengkombinasikan pembentukan citra dalam jangka panjang dan penciptaan
penjualan dalam jangka pendek.

c) Penetapan Harga (Value, benefit, price)


Harga disusun secara spesifik dan unik sesuai dengan karakteristik
pasar. Untuk kelompok produk OTC, PT. Phapros, Tbk., menekankan
15

penciptaan value yang tinggi kepada pelanggan. Untuk kelompok produk


ethical, PT. Phapros, Tbk., menggunakan strategi penciptaan keuntungan
produk yang tinggi. Sedangkan untuk produk generic, merupakan strategi
berorientasi harga untuk memperkuat portofolio produk.

d) Sumber Daya Manusia: Competency Based Organization (CBO)


Strategi pengembangan SDM sebagai penjabaran visi-misi PT.
Phapros, Tbk., didasarkan pada pengembangan kompetensi karyawan.
Penerapan CBO diarahkan pada terciptanya faktor-faktor kompetensi skill,
knowledge, attitude yang efektif dalam meningkatkan daya saing bisnis PT.
Phapros, Tbk.
PT. Phapros, Tbk., menguasai semua kunci utama sukses sebagai
sebuah perusahaan farmasi terkemuka, yaitu sumber daya manusia
berkualitas dan berdedikasi, portofolio produk yang kuat, kondisi keuangan
yang solid, kemampuan untuk mengembangkan dan memasarkan obat baru,
serta budaya perusahaan yang dinamis.

2.5 Struktur Organisasi PT. Phapros, Tbk.


Struktur Organisasi PT. Phapros, Tbk. dapat dilihat pada Gambar 3.
Internal audit (Satuan Pengawasan Intern) merupakan bagian yang bertugas
mengawasi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan produksi,
kegiatan pemasaran, dan keuangan.Internal Audit (Quality Management
Representative) dibentuk setiap 6 bulan sekali. Internal audit dipegang oleh
Manager dari departemen yang terpilih. Anggotanya terdiri dari tenaga farmasis
dan non farmasis yang selalu berganti secara periodik dan bersifat independent.
Sistem yang dilakukan dalam internal audit adalah audit silang, tujuannya untuk
mendapatkan obyektifitas hasil audit. Internal audit juga mempunyai tujuan untuk
mempersiapkan PT. Phapros, Tbk. dalam menghadapi audit dari pihak luar seperti
BPOM atau industri lain yang ingin melakukan toll in. Pengembangan bisnis
mempunyai tugas antara lain menilai kelayakan suatu usulan produk untuk dapat
dijadikan produk baru atau tidak, dan kemungkinan untuk membeli pabrik farmasi
16

lainnya (akuisisi). Corporate secretary merupakan suatu sekretaris perusahaan


yang salah satu tugasnya adalah public relations (PR). Struktur Organisasi PT.
Phapros, Tbk terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Struktur Organisasi PT. Phapros, Tbk.

2.6 Departemen Sumber Daya Manusia (SDM) dan Pelayanan Umum


Departemen SDM terdiri dari tiga bagian yaitu bagian Administrasi SDM
dan Hubungan Ketenagakerjaan, bagian Perencanaan dan Pengembangan SDM,
serta bagian Pelayanan Umum dan Rumah Tangga. Bagian Administrasi SDM dan
Hubungan Ketenagakerjaan bertugas mengatur sistem penggajian, status
karyawan dan golongan, jaminan atau santunan sosial, fasilitas kesehatan,
perjalanan dinas, insentif dan penghargaan, cuti dan fasilitas-fasilitas lain.
17

Bagian Perencanaan dan Pengembangan SDM bertugas


melakukanperencanaan tenaga kerja, rekruitmen dan seleksi, kompetensi,
pelatihan dan pengembangan, program induksi, dan sistem manajemen
kinerja.Bagian Pelayanan Umum dan Rumah Tangga tugasnya menyediakan
barang-barang non produksi seperti kendaraan, kertas, pengelolaan kantin,
pelayanan kesehatan, dan lain-lain.Fasilitas penanganan limbah juga dikelola oleh
Unit Pengelolaan Limbah.
2.7 Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan
(PPPP)
Departemen PPPP berfungsi sebagai pengelola pesanan, pengendalian
material, perencanaan, dan evaluasi produksi. Departemen ini membawahi divisi
logistik dan pengendalian persediaan, gudang bahan baku (raw material
warehouse), dan gudang produk jadi (finish good warehouse). Kegiatan dari PPPP
adalah menyusun perencanaan produksi dan pengendalian persediaan dengan
menyusun kebutuhan bahan awal, rencana produksi sesuai dengan permintaan
departemen marketing; mengendalikan dan mengelola stok bahan awal dan
produk jadi; menerima, mengirim dan memantau distribusi poduk ke distributor
utama serta menerima pengembalian produk dari distributor jika ada. Departemen
PPPP menjadi koordinator untuk penerimaan Toll In Manufacturing dan
penempatan produksi Toll Out Manufacturing. Alur kerja departemen PPPP dapat
dilihat pada Gambar 4.
Untuk merealisasikan produksi, maka bagian ini mengeluarkan Work
Order (WO) yang didistribusikan pada bagian produksi yang bersangkutan,
gudang, manager produksi dan bagian keuangan.Perencanaan dan pengendalian
persediaan bertujuan agar pemakaian bahan dapat dilakukan dengan tepat jumlah,
mutu, dan waktu serta ekonomis sehingga dapat mencegah terjadinya kelebihan
atau kekurangan persediaan.Pengendalian persediaan didasarkan pada rencana
produksi, persediaan di gudang dan formulasi produksi.
Sistem kontrol di setiap bagian PT. Phapros, Tbk. menggunakan
Information Technology (IT) yaitu MFG-Pro / QAD.Salah satu programnya
adalah MRP (Material Resources Planning). Sistem MRP melakukan perencanaan
18

dengan mempertimbangkan berbagai sumber daya yang berhubungan dengan


proses ketersediaan bahan baku dan kapasitas produksi. Sistem MRP ini
membantu Departemen PPPP dalam mengkontrol dan memperkirakan
pelaksanaan order akan terpenuhi berdasarkan ketersediaan bahan baku dan
kapasitas produksi.

Gambar 4. Alur Kerja Departemen PPPP

2.8 Pengadaan (Procurement)


19

Secara umum, tugas dari pengadaan adalah untuk memenuhi


kebutuhan dari Produksi (bahan baku, spare parts mesin, dll.), Umum (alat
kantor, dll.), dan Marketing Support (sarana promosi, dll.). Secara spesifik
bagian pengadaan bertugas mengurusi semua hal yang berhubungan dengan
permintaan pembelian/ purchase requisition (seperti bahan baku, bahan
kemas, bahan-bahan pendukung produksi, dan barang investasi serta
peralatan), penawaran, evaluasi pembelian, mengurus surat pesanan, proses
inspeksi, pembayaran, seleksi dan evaluasi vendor, dan monitoring pengadaan
bahan. Bagian Pengadaan terhubung langsung dengan sistem MRP II,
sehingga dapat mengetahui permintaan dari Departemen PPPP.
Tugas dari bagian pengadaan adalah:
1. Mendapatkan barang dengan kualitas dan spesifikasi yang sesuai.
2. Mendapatkan barang dengan harga yang kompetitif dan termin
pembayaran yang panjang.
3. Mendapatkan barang yang sesuai jumlahnya dan sesuai waktu
kebutuhannya.
4. Melakukan pembelian barang sesuai peraturan yang berlaku.
5. Maintenance supplier dalam hal kualitas dan ketersediaan barang.
Faktor penting dalam bagian pengadaan adalah :Quality; Price; Lead time/
delivery time; Quantity; Term of payment; Availability. Untuk menjamin kualitas
bahan baku yang dipilih, Bagian Pengadaan memiliki data mengenai supplier
yang telah memenuhi kualifikasi. Kriteria supplier diantaranya berdasarkan
pertimbangan harga, kualitas dari bahan, ketepatan waktu pengiriman (delivery
time) dan waktu pembayaran (time of payment).Data untuk supplier baru meliputi:
Company Profile, Customer List, Product List, dan bila diperlukan Sertifikat GMP
(Good Manufacturing Practices), ISO, dan lain-lain. Dalam memutuskan
pemilihan bahan baku tersebut dilakukan pengujian sejumlah sampel oleh bagian
Perencanaan dan Pengembangan Produk (PPP).
20

Gambar 5. Alur kerja Departemen Pengadaan


Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah barang tersisa harus
dicatat.Catatan berisi keterangan mengenai pasokan, nomor batch atau lot, tanggal
penerimaan atau penyerahan, tanggal pelulusan dan tanggal daluarsa bila ada.
Didalam pengadaan bahan perlu dilakukan seleksi terhadap pemasok yang akan
dipilih, diantaranya untuk mengetahui konsistensi pengadaan dari vendor,
penyesuaian kondisi finansial perusahaan dan untuk mendapatkan bahan dengan
spesifikasi yang sesuai dengan ketentuan perusahaaan.

2.9 Produksi
Departemen Produksi PT. Phapros Tbk membawahi 4 bagian yaitu:
1) Bagian Tablet, Tablet Salut, dan Kapsul (TTSK) dan Agromed
Produksi tablet, tablet salut, dan kapsul dilakukan di gedung produksi
non β-Laktam lantai dua. Proses produksi dan pengemasan dibagi
menjadi 2 lantai. Ruang proses produksi terletak di lantai 2 yang meliputi
proses pengolahan tablet atau kapsul sejak berupa bahan baku sampai
menjadi tablet atau kapsul.
21

PRODUKSI

ISS TTSK & OT PENGEMASAN β-LAKTAM

Gambar 6. Departemen Produksi

2) Bagian Pengemasan
Proses pengemasan dilakukan di gedung produksi non β-Laktam
lantai satu. Proses pengemasan ini terbagi menjadi dua, yaitu
pengemasan primer dan pengemasan sekunder. Pengemasan primer
dilakukan di grey area sedangkan pengemasan sekunder dilakukan di
black area.
3) β-Laktam
Proses produksi antibiotika golongan β-Laktam dilakukan dalam
gedung yang terpisah dari unit produksi lainnya. Sesuai ketentuan
CPOB, produksi obat β-Laktam harus dilakukan pada lokasi tersendiri
karena golongan obat ini dapat menyebabkan reaksi hipersensitifitas pada
sebagian orang. Ketentuan ini juga bertujuan untuk menghindari
terjadinya kontaminasi silang terhadap produk obat yang lain. Gudang
penyimpanan bahan baku β-Laktam dibuat terpisah dari tempat
penyimpanan bahan baku yang lain. Bagian β-Laktam juga memiliki
sistem pengolahan limbah tersendiri untuk pemecahan cincin β-Laktam.
Karyawan yang akan bekerja di Bagian β-Laktam terlebih dahulu
diperiksa sensitivitasnya terhadap antibiotik golongan penisilin dengan
dilakukan tes alergi. Hal ini untuk menghindari terganggunya kesehatan
karyawan karena reaksi alergi terhadap obat golongan penisilin. Adapun
proses produksi sediaan steril yaitu filling injeksi kering yang berupa
22

powder dilakukan di white area yaitu di ruang kelas 100 (di bawah LAF
dengan area penunjang kelas 10.000).
4) Injeksi, Salep, dan Sirup (ISS)
Bagian ISS bertugas memproduksi sediaan steril injeksi, salep,
dan sirup non β-Laktam, serta pembuatan aqua pro injeksi sesuai dengan
rencana produksi yang ditetapkan Departemen PPPP. Produksi injeksi,
salep, dan sirup dilakukan di gedung produksi non β-Laktam lantai III
yang telah memenuhi ketentuan CPOB. Di tempat ini dilakukan proses
produksi dan pengemasan primer pada produk injeksi, salep, dan sirup.
Ruang produksi terbagi menjadi tiga area, yaitu black area, grey area,
dan white area. Proses pengemasan sekunder, printing, dan viewing serta
sirup dilakukan di grey area. White area terbagi dalam dua kelas, yaitu
kelas 100 (dengan LAF, digunakan untuk produksi secara aseptis yaitu
filling sediaan injeksi) dan kelas 10.000 (dengan HEPA-filter, digunakan
sebagai area penunjang bagi area kelas 100).

Gambar 7. Alur Kerja Departemen Produksi

2.10 Engineering

Bagian engineering dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: bagian preventive


maintenance, utility, investment and technology development.
23

1) Preventive Maintenance
Bagian pemeliharaan bertanggung jawab untuk melaksanakan
pemasangan alat (instalasi), perawatan rutin (mesin produksi, mesin
pendukung dan peralatan laboratorium), dan pelaksanaan proses
kualifikasi (kualifikasi instalasi, operasional dan kinerja).
2) Investment and technology development
Tugas utama dari bagian ini adalah bertindak sebagai koordinator
pelaksanaan investasi peralatan. Bagian ini juga bertanggung jawab untuk
menjamin ketersediaan spare part mesin.
3) Utility
Bagian utility bertanggung jawab menyediakan suplai air, listrik,
jaringan komputer, jaringan komunikasi dan alarm kebakaran di seluruh
bagian. Bagian utility juga bertanggung jawab untuk menyediakan sistem
AHU untuk ruang produksi, ruang mikrobiologi dan ruang penimbangan
di gudang bahan baku.

2.11 Departemen Quality Operation

Departemen QO merupakan bagian yang memegang kendali mutu


dan kualitas produk. Kegiatan QO bertujuan untuk menjamin obat yang
sampai ke tangan konsumen memiliki mutu yang baik. Mutu produk harus
dibentuk mulai dari bahan baku, proses produksi, produk jadi hingga saat
distribusi sampai Expired Date. Secara garis besar tugas QO adalah
melakukan pemeriksaan terhadap setiap tahapan kritis untuk mengetahui
secara dini kesalahan yang terjadi dalam proses produksi obat. Pemeriksaan
tersebut dilakukan berdasarkan spesifikasi dan persyaratan dalam buku
standar yang ditetapkan oleh PT. Phapros, Tbk.
Departemen QO terdiri atas 4 bagian yaitu:
a. Bagian Pengendalian
Mutu
Quality Control (pengendalian mutu) adalah bagian dari CPOB
yang berkaitan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian
24

laboratorium mengikuti prosedur standar dan resmi sesuai dengan


ketentuan pemerintah. Tanggung jawab QC adalah:
a) Pemeriksaan bahan awal. Pemeriksaan bahan awal
dilakukan melalui pemeriksaan tahap I (visual dan kebenaran
berdasarkan dokumen) dan tahap II (laboratorium berdasarkan
spesifikasi referensi). Bahan yang diperiksa meliputi bahan baku
untuk produksi dan bahan pengemas.
b) Pemeriksaan dalam proses (In Process Control/IPC),
misalnya pemeriksaan pada trial cetak, produk antara, dan produk
ruahan pada granul. Proses IPC dilakukan oleh departemen produksi.
Pemeriksaan yang dilakukan hanya pada uji fisika saja dan dilakukan
oleh Departemen Produksi
c) Pemeriksaan produk jadi meliputi inspeksi akhir untuk
kelengkapan kemasan atau review Catatan Pengolahan Bets (CPB).
d) Pemeriksaan sarana produksi (infrastruktur).
e) Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan air (aqua
pro injectio, air baku, aqua demineralisata) dan pemeriksaan ruangan
(jumlah partikel, mikroba),
f) Melaksanakan validasi metode analisa dan verifikasi
metode kompendial,
g) Mengelola sampel pertinggal (bahan baku dan produk),
h) Melakukan kualifikasi peralatan laboratorium,
i) Pemeriksaan stabilitas, pemrosesan ulang, sistem sampling,
Bagian pengendalian mutu terdiri atas beberapa tim kerja, antara
lain:
a) Administrasi dan dokumentasi
b) Laboratorium non HPLC
c) Laboratorium HPLC
d) Laboratorium mikrobiologi
e) Stabilitas/mutu pasca produksi
f) Bahan baku/bahan kemas
25

b. Bagian Pemastian
Mutu
Quality Assurance (QA) adalah serangkaian aktivitas untuk
memberikan bukti bahwa fungsi kualitas dijalankan dengan memadai,
sehingga dapat dihasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan sebelumnya.
Bagian Pemastian Mutu bertanggung jawab atas :
a) mengkoordinasi program validasi dan kualifikasi seperti kualifikasi
alat (IQ, OQ, PQ), kualifikasi ruangan, validasi proses produksi,
validasi pengemasan (primer), validasi pembersihan,
b) menjalankan program kalibrasi dengan mengkoordinasi dan
memastikan bahwa instrumen yang digunakan memenuhi batas
validitasnya,
c) audit intenal dan eksternalyang bertujuan untuk memastikan sistem
mutu yang baik, mengaudit vendor, audit toll out manufacturer,
inspeksi diri,
d) pengendalian perubahan dan penyimpangan bila terdapat perubahan
dan yang bersifat sementara atau tetap,
e) pengendalian dokumen, misalnya mengendalikan penyimpanan
Catatan Pengolahan Bets (CPB),
f) menjalankan pelatihan CPOB dengan mengidentifikasikan jenis
pelatihan, personel yang dilatih, menyusun materi pelatihan, memilih
trainer, dan mengevaluasi efektivitas pelatihan.

c. Bagian Sistem Mutu


Bagian Sistem Mutu bertanggung jawab atas :
1). Membuat, mengendalikan serta mengevaluasi sasaran dan anggaran
sistem mutu (termasuk kebutuhan karyawan) sesuai dengan rencana
departemen dengan biaya yang efektif (Cost Effectiveness).
26

2). Bekerja sama dengan semua unit untuk melakukan pengendalian


dokumen termasuk review dokumen secara periodik
3). Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program dalam peningkatan
kinerja sistem terintegrasi .
4). Melakukan pemutahiran peraturan dan pemenuhan terhadap
peraturan yang terkait dengan sistem dan operasional produksi.
5). Mengelola pelatihan CPOB, keselamatan dan kesehatan kerja dan
lindungan lingkungan untuk menjamin bahwa karyawan yang terkait
dengan produk mampu melaksanakan pekerjaannya dengan benar dan
selamat.
6). Melakukan review, bimbingan dan konseling karyawan di bawah
asuhannya serta mengusulkan mutasi, demosi dan rencana
pengembangan sebagai bagian dari manajemen kinerja untuk
memotivasi karyawan.
7). Mengusulkan pelatihan karyawan untuk memaksimalkan
produktivitas tenaga kerja.
8). Mengendalikan dan memastikan semua kegiatan bagian sesuai dengan
CPOB terkini/c-GMP, ISO 9001, serta manajemen lingkungan ISO
14001 terutama dalam hal mengendalikan dampak lingkungan dari
kegiatan produksi/pemeriksaan mutu dan memastikan bahwa analis
dan pelaksana lain selalu mengikuti instruksi kerja ISO 14001 yang
berlaku, termasuk Material Safety Data Sheet (MSDS) dan OHSAS
18001.

d. EHSOfficer
EHS Officer bertanggung jawab atas :
a) Membuat, mengendalikan serta mengevaluasi sasaran dan anggaran
unit dengan biaya yang efektif (Cost Effectiveness).
b) Melakukan analisis risiko terhadap aktifitas operasional yang ada dan
direncanakan untuk melihat potensi bahaya yang ada baik terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja maupun terhadap lingkungan
27

c) Menentukan tindak pencegahan dan pengendalian yang sesuai


terhadap risiko yang telah diidentifikasi dan memastikan
efektifitasnya
d) menyusun program dan pelaksanaan pengukuran dan pemantauan
lingkungan dan K3 serta melakukan evaluasi.
e) mengkoordinasi dan berperan aktif dalam penyelidikan kecelakaan
kerja (termasuk near miss) dan pencemaran lingkungan.dan segera
merekomendasikan/melakukan tindak perbaikan dan pencegahannya.
f) memastikan pelatihan dan simulai penanganan keadaan darurat
dilakukan secara berkala dan memastikan bahwa selalu dalam kondisi
siaga.
g) membantu penerapan Job safety analysis dan melakukan pemeriksaan
pekerjaan yang dilakukan pada kondisi sulit atau pada situasi bahaya.
h) memberikan rekomendasi/melakukan perbaikan atas temuan audit
sistem K3LL (internal/eksternal) dan memantau pelaksanaan rencana
tindak lanjut
i) bertanggungjawab untuk pembuatan laporan tertulis secara berkala ke
Manjemen mengenai kinerja k3LL dan laporan ke instansi terkait.
j) menjamin dan memastikan bahwa semua kegiatan di unit kerjanya
mengacu pada CPOB, sistem manajemen mutu ISO 9001, sistem
manajemen lingkungan ISO 14001 dan sistem manajemen K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) OHSAS 18001 dan berupaya
untuk meningkatkan pemenuhannya secara efisien /perbaikan terus
menerus.

2.12Departemen Perencanaan dan Pengembangan Produk (PPP)


Departemen PPP bertugas merencanakan dan mengembangkan produk
baru dengan mengadakan riset dalam bidang teknologi formulasi hingga
rancangan kemasan, menggali potensi produk lama dengan penyempurnaan
formula, penyempurnaan kemasan, standardisasi bahan awal, produk toll
in/tollout, serta dokumentasi dan registrasi. Kegiatan ini dilakukan secara
28

berkesinambungan dimulai dari tahap penelusuran ide hingga produk baru yang
siap dipasarkan. Dalam perkembangan terakhir, pengembangan produk PT.
Phapros, Tbk. difokuskan pada pengembangan produk Agromed dan me too
products. Pengembangan produk Agromed dilakukan untuk memperkuat pangsa
pasar khususnya jenis produk herbal. Produk Agromed yaitu produk obat dari
bahan alam berkualitas yang berdasarkan penelitian telah terbukti berkhasiat.
Produk ini bertujuan untuk mendukung era obat asli Indonesia dan memenuhi
kebutuhan masyarakat yang memiliki konsep back to nature dalam menjaga
kesehatannya. Sedangkan pengembangan untuk me too products dilakukan
secepat mungkin. Tujuannya agar menjadi me too products yang pertama,
dikarenakan masih memiliki pangsa pasar yang masih luas. Untuk
mengembangkan produk baru, PT. Phapros, Tbk. memerlukan waktu selama 2-3
tahun (sampai melakukan pendaftaran).
Ide produk dapat berasal dari bagian PPP, pemasaran (trend pasar dan
survei pasar), bagian produksi, dan bagian lain. Seluruh ide tersebut akan dikelola
oleh bagian Bussines Development. Ide yang disetujui untuk suatu rancangan
produk, ditangani oleh tim dari PPP sebagai suatu rancangan proyek berupa
formula dan dilakukan percobaan skala laboratorium (trial lab), skala pilot (pilot
scale), dan skala produksi (scale up). Pada trial lab, tim PPP harus melakukan uji
stabilitas (real time dan accelerated stability) produk selama 3-6 bulan. Bila
memenuhi persyaratan, maka dilanjutkan skala pilot dan dilakukan uji stabilitas
minimal terhadap 2 batch, untuk real time (long term) study dilakukan selama 12
bulandengan kondisi penyimpanan suhu 25°C ± 2°C dan kelembaban 60% RH ±
5% RH atau pada suhu 30°C ± 2°C dan kelembaban 75% RH ± 5% RH,
sedangkan untuk accelerated stability dilakukan selama 6 bulan dengan kondisi
penyimpanan suhu 40°C ± 2°C dan kelembaban 75% RH ± 5% RH. Kemudian
yang dilakukan oleh PPP adalah uji disolusi terbanding. Uji disolusi dilakukan
untuk memprediksi bioavailabilitas, dan dalam beberapa kasus dapat sebagai
pengganti uji klinik untuk menilai bioekivalensi. Dari hasil uji tersebut, dapat
diketahui apakah calon produk memerlukan uji bioavailabilitas dan bioekivalensi
(Uji BA/BE) atau tidak. Kriteria obat yang tidak memerlukan uji BA/BE yaitu
29

memiliki disolusi yang cepat dan mirip, memiliki kelarutan tinggi, permeabilitas
tinggi, jendela terapi lebar, dan eksipien yang digunakan telah diakui oleh FDA
sebagai eksipien untuk immediate releasesoliddosage forms. Jika tidak memenuhi
kriteria tersebut, PPP akan melakukan uji BA/BE bekerja sama dengan pihak luar.
Bila skala pilot memenuhi persyaratan, maka dilakukan scale up untuk
skala produksi. Pengujian skala produksi seperti uji identitas, penetapan kadar
(titrasi, spektrofotometri, KCKT, TLC Scanner), uji disolusi, uji stabilitas (real
time dan accelerated stability) dilakukan oleh tim PPM untuk menjamin mutu
produk dan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan. Untuk produk baru yang
telah melalui uji stabilitas real time dan accelerated stability, maka pada saat
pendaftarannya akan mendapatkan expired date dari BPOM. Perhitungan expired
date didapatkan dengan cara menambahkan masa 1 tahun terhadap uji stabilitas
real time yang dilakukan oleh PT. Phapros, Tbk. (expired date = 1 tahun + masa
uji stabilitas real time).
Produk Agromed PT. Phapros, Tbk. yang telah menjadi fitofarmaka antara
lain adalah X-gra® dan Tensigard®. Pengembangan produk agromed dilakukan
dengan mengacu pada penelitian ilmiah dan data efektivitas simplisia.
Departemen PPP membawahi 5 bagian yaitu:
1) Pengembangan Formulasi
Bagian ini bertugas mulai dari studi praformulasi, penyusunan
formula berdasarkan sifat fisika kimia, dan pengembangan standar. Bila
tidak ada formula standar, maka dibuat beberapa formula alternatif.
Beberapa formula terpilih dilakukan trial dalam skala kecil untuk
menentukan formula terbaik. Kemudian dilanjutkan laboratory scale
(terdapat uji stabilitas) dan terakhir dilakukan pilot scale (1/10 ukuran batch
komersial) sebagai dasar untuk produksi full batch. Data-data yang
didapatkan pada pilot scale dapat digunakan untuk melakukan registrasi
dengan ketentuan minimal dibuat dalam 2 batch komersial dan
melampirkan data stabilitas selama 1 tahun.
2) Technical Support
30

Bagian ini bertugas membantu Departemen Produksi dalam hal


merencanakan, mengendalikan sasaran dan anggaran, serta mengelola
sumber daya yang ada di unit kerja meliputi kegiatan pemecahan masalah
yang terjadi selama produksi, transfer proses toll manufacturing untuk
menjamin ketersediaan produk, perbaikan formulasi, dan proses untuk
memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku sesuai dengan prinsip cost
effectiveness.
3) Pengembangan Kemasan
Bagian ini bertugas menentukan komposisi dan konsep desain kemasan
sesuai dengan spesifikasi produk. Dalam menentukan konsep kemasan,
bagian ini melakukan analisa segmentasi bekerja sama dengan bagian
marketing untuk produk OTC, sedangkan untuk produk generik dan
ethical harus mengikuti aturan dari BPOM. Konsep desain ini juga
disertakan dalam formulir registrasi. Bila registrasi telah selesai dan nomor
registrasi telah keluar, bagian pengembangan kemasan membuat desain
standar kemasan.
31

Usulan Produk Baru Usulan Perubahan Produk


disetujui disetujui

Penyusunan RPP Penyusunan RPPP

RPP RPPP Change Control

Network Planning

Pengembangan Formula Pengembangan Analisa Pengembangan Kemasan

Stabilitas

Tinjauan Desain Pengembangan Keseluruhan

Desain Pengembangan Terpilih

Master Batch Awal

Pelaksanaan Proses Produksi Batch Awal

Konsisten

Pelaksanaan Validasi Proses

Valid

Master Formula

Gambar 8. Alur Kerja Departemen PPP


4) Dokumentasi dan Registrasi
Bagian ini bertugas mengumpulkan data-data yang diperlukan
untuk registrasi produk baru untuk mendapatkan Nomor Ijin Edar (NIE).
Registrasi ulang produk yang sudah exist dilakukan setiap lima tahun
sekali dan menyusun berkas registrasi produk, mengkompilasi data teknis
32

(data selama pengembangan produk), dan membuat dokumen produksi


meliputi PPI Olah/kemas, CPB Olah dan Kemas, spesifikasi dan metode
analisa bahan baku, bahan kemas, produk dan juga bertanggung jawab
untuk entry BOM, spec IT, Routing, item number pada sistem MFG-
Pro/QAD untuk dapat memulai proses MRP.
5) Pengembangan Analisa
Bagian ini bertugas membuat spesifikasi bahan/produk, prosedur
pemeriksaan tervalidasi, dan studi stabilitas accelerated dan real time
condition. Bagian ini juga melakukan uji stabilitas laboratory scale untuk
menentukan spesifikasi standar produk dan bahan baku. Setelah dilakukan
uji stabilitas dipercepat, maka dilakukan evaluasi stabilitas formula. Hasil
pengembangan analisa inilah yang nantinya diberikan kepada
Pengendalian Mutu untuk digunakan dalam melakukan analisa.

2.13 Sistem Unit Pengendalian Udara (Air Handling Unit)

a) Ruang Produksi Non ß-Laktam


Sistem Air Handling Unit merupakan seperangkat alat yang dapat
mengontrol suhu, kelembaban, tekanan udara, tingkat kebersihan (jumlah
partikel/mikroba), pola aliran udara dan jumlah pergantian udara di ruang
produksi sesuai dengan persyaratan ruangan yang telah ditetapkan. PT. Phapros,
Tbk. memiliki sistem AHU 1-1, 2-1, 3-1 dan 3-2 untuk mendistribusikan udara
dengan persyaratan tertentu sesuai dengan pedoman yang tercantum dalam CPOB
Terkini. AHU 1-1, 2-1, 3-1 dan 3-2 adalah AHU yang digunakan untuk mengatur
sirkulasi udara pada ruang-ruang produksi kelas grey area dan white area di
gedung produksi non ß-Laktam. AHU 1-1, 2-1 dan 3-1 mengatur sirkulasi udara
masing-masing di lantai 1, 2 dan 3 grey area sedangkan AHU 3-2 mengatur
sirkulasi udara di lantai 3 white area gedung produksi non ß-Laktam. Skema
sistem AHU dapat dilihat pada Gambar 9.
33

Gam
bar 9. Sistem AHU

Sebelum didistribusikan, udara terlebih dahulu didinginkan dan


dimampatkan agar dapat menghasilkan output udara sesuai dengan spesifikasi
suhu, kelembaban dan tekanan yang dikehendaki. Pengendalian kondisi udara
ruangan oleh AHU menggunakan Chilled Water System (sistem air yang
didinginkan) melalui Chiller dan pompa yang berperan dalam proses pendinginan
dan penurunan kelembaban udara. Sistem pengaturan kelembaban (RH) belum
terintegrasi ke dalam sistem pengaturan udara meskipun proses pendinginan yang
dilakukan juga dapat menurunkan kelembaban udara tetapi penurunan
kelembaban udara tersebut sebenarnya hanya merupakan hasil sampingan dari
proses sehingga dibutuhkan dehumidifier untuk menghasilkan kondisi ruangan
dengan RH yang tinggi atau rendah.
Air (raw water) yang digunakan untuk proses pendinginan terlebih dahulu
dilunakkan untuk mengurangi kadar ion kalsium sehingga akan mencegah
timbulnya kerak. Raw water yang telah dilunakkan (soft water), dari storage tank
dengan suhu 8-15oC dipompa ke dalam chiller dan suhunya diatur menjadi 4-8oC
lalu melewati evaporator AHU sehingga suhu evaporator menjadi lebih rendah.
Proses pendinginan udara dilakukan dengan cara mengalirkan udara panas yang
berasal dari campuran udara balik (return air) dan udara luar (fresh air) melewati
kisi-kisi evaporator AHU yang bersuhu lebih rendah. Proses tersebut
menyebabkan terjadinya kontak antara udara dan permukaan kisi evaporator
34

sehingga terjadi aliran panas dari udara ke kisi evaporator dan akan dihasilkan
udara dengan suhu yang lebih rendah. Proses ini juga menyebabkan air yang
terkandung dalam udara mengalami kondensasi sehingga kelembaban udara akan
berkurang. Evaporator dirancang agar kisi-kisinya memiliki permukaan kontak
yang luas sehingga proses penyerapan panas dari udara berlangsung efektif. Panas
yang mengalir ke dalam evaporator kemudian dibawa oleh air yang mengalir di
dalam kisi evaporator menuju chiller. Di dalam chiller tersebut kembali akan
terjadi proses pertukaran panas dari air menuju chiller sehingga suhu air yang
keluar dari chiller akan turun dan dapat kembali dialirkan menuju evaporator
untuk mendinginkan udara.
Udara yang telah dingin kemudian didorong oleh blower radial, yang
dapat menghasilkan gaya tekan, ke dalam saluran udara (ducting) yang
membentuk suatu rangkaian tertutup menuju ke ruang produksi. Suhu udara yang
dialirkan dijaga agar tetap rendah dengan cara melapisi permukaan luar ducting
dengan insulator yang dapat menahan penetrasi panas dari lingkungan luar saluran
udara. Udara akan dialirkan ke dalam ruangan melalui ujung-ujung saluran yang
berhubungan dengan ruangan dan akan ditarik lagi dari ruangan menuju saluran
udara melalui return grill. Debit udara yang didistribusikan ke dalam ruangan
diatur dengan mengatur ukuran saluran ducting yang menuju ke ruangan serta
dengan menempatkan dumper di setiap percabangan saluran ducting yang menuju
ruangan. Dumper digunakan untuk membagi debit udara dari ducting utama ke
ducting yang lebih kecil yang menuju ke ruangan. Di dalam saluran udara terdapat
filter-filter yang berfungsi untuk menjaga kandungan partikel dalam udara agar
memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan. Pada sistem AHU untuk grey area
menggunakan pre filter dengan efisiensi 25-35% pada fresh air, pre filter dan
medium filter yang dipasang pada return duct dan medium filter dengan efisiensi
95% yang dipasang pada supply duct yang menuju ke ruang produksi. Pada white
area, filter-filter yang digunakan sama seperti grey area yang ditambah dengan
penggunaan HEPA filter dengan efisiensi 99,997% pada supply duct yang menuju
ruang produksi.
35

Suplai udara pada sistem AHU berasal dari dua sumber, yaitu udara balik
(return air) dan udara luar (fresh air). Pemasukan udara luar diperlukan sebagai
penyeimbang sistem. Hal ini penting untuk mengantisipasi hilangnya udara dari
sistem yang sangat dimungkinkan terutama pada saat udara berada dalam ruang
produksi karena tekanan yang dihasilkan di dalam ruangan yang besar sedangkan
konstruksi ruangan tidak dirancang kedap udara sehingga besar kemungkinan
terjadi kebocoran.
b) Ruang Produksi ß-Laktam
Pada ruang produksi ß-Laktam yang terdiri dari kelas grey area dan white
area, suplai udara berasal dari FCU (Fan Cooling Unit). FCU (Fan Cooling Unit)
adalah suatu rangkaian mesin yang berfungsi untuk mendapatkan temperatur,
kelembaban, pertukaran udara (air change), jumlah partikel dan tekanan udara
yang sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan terhadap kondisi udara dalam
ruang produksi non steril kelas 100.000 (grey area) dan ruang produksi steril kelas
100 (white area). Komponen utama dari suatu FCU adalah kompresor, kondensor,
blower dan evaporator. FCU dihubungkan dengan komponen lain seperti ducting
(supply dan return), dumper, filter dan diffuser. Pada sistem ini terdapat indoor
dan outdoor unit.
FCU akan memproses media gas (freon) dengan tekanan tertentu sehingga
bersuhu rendah untuk dilewatkan ke dalam evaporator. Freon terletak di sepanjang
indoor dan outdoor unit. Di dalam outdoor unit terdapat kondensor dan udara
panas dilepas keluar. Di dalam indoor unit terdapat evaporator, udara yang
dilewatkan evaporator akan mengalami proses pelepasan panas (kalor) sehingga
suhunya turun. Kandungan air (RH) juga akan mengalami penurunan akibat
adanya perbedaan suhu pada kisi-kisi evaporator sehingga uap air di udara akan
terkondensasi. Air hasil kondensasi selanjutnya dibuang lewat saluran drain.
Udara yang telah terkondisi didistribusikan/disalurkan ke ruang-ruang
produksi melalui ductingsupply. Udara yang disirkulasikan ke ruang produksi
berasal dari udara luar (fresh air) dan udara balik (return air). Fresh air
diperlukan dalam sistem ini sebagai penyeimbang karena dalam prosesnya ada
sebagian udara yang hilang (losses).
36

2.14 Sistem Pengolahan Air (Water System)

Air merupakan salah satu aspek kritis (vital) dalam pelaksanaan c-GMP.
Hal tersebut disebabkan karena air merupakan bahan baku dalam jumlah besar
terutama untuk produk sirup, injeksi, salep, cairan infus dan lain-lain. Bila
tercemar, akan beresiko sangat fatal bagi pemakai (pasien). Tujuan dari sistem
pengolahan air adalah menghilangkan cemaran sesuai dengan standar kualitas air
yang telah ditetapkan. Kualitas air yang digunakan untuk produksi tergantung dari
persyaratan air yang digunakan produk yang dibuat, misalnya air murni (purified
water) atau air untuk injeksi (water for injection). Standar air yang digunakan
untuk produksi sesuai dengan persyaratan CPOB Terkini 2006, seperti yang dapat
dilihat pada Tabel I.
Secara umum, suplai air di PT. Phapros, Tbk. dibagi menjadi dua, yaitu
untuk bagian produksi dan non produksi. Air yang digunakan untuk bagian non
produksi adalah raw water yang tidak mengalami proses pretreatment terlebih
dahulu. Sedangkan air yang digunakan untuk produksi, terlebih dahulu dilakukan
pretreatment dan pengolahan lebih lanjut. Tahap pretreatment dan pengolahan air
untuk produksi bertujuan untuk mendapatkan air yang memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan sebagai air produksi.
Tabel I. Persyaratan air yang digunakan untuk produksi
Purified Highly purified Water for injection
water water
EP + USP EP EP USP
Conductivity at ≤ 1.3 μS/cm ≤ 1.3 μS/cm ≤ 1.3 μS/cm
25oC
Heavy metals - 0.1 ppm 0.1 ppm -
Nitrate - 0.2 ppm 0.1 ppm -
Total Organic < 500 ppb < 500 ppb < 500 ppb
Carbon
Microbial limit < 100 cfu/mL < 10 cfu/mL < 10 cfu/mL
Endotoxins - < 0.25 Eu/mL < 0.25 Eu/mL

Sumber air yang digunakan oleh PT. Phapros, Tbk. berasal dari sumur
artesis yang ditampung dalam storage tank. Air yang berasal dari sumur artesis ini
(raw water) memiliki tingkat kesadahan (hardness)yang cukup tinggi. Air yang
37

digunakan untuk produksi harus memenuhi persyaratan tingkat kesadahan yang


rendah. Proses pretreatment bertujuan untuk menurunkan kesadahan air dari 20-
25 odH menjadi 0 odH.
Raw water dari deepwell, diinjeksi dengan Chlorine sebelum memasuki
rawwatertank bertujuan untuk membunuh bakteri. Setelah itu dialirkan menuju
multimedia filter, untuk menangkap partikel berukuran besar, kotoran lain
sehingga dihasilkan rawwater yang jernih. Selanjutnya rawwater dimasukkan
watersoftener ke kolom resin anionik, berfungsi mengikat kation Ca2+ dan Mg2+.
Dihasilkan softenedwater dengan hardness 0 dH.
Softenedwater diinjeksi dengan Antiscalant untuk mencegah timbulnya
endapan atau kerak; ditampung ke dalam filtered water tank. Menggunakan
feedwaterpump, softenedwater dinjeksi Sodiummetabisulphite untuk menetralisir
kandungan Chlorine sebelum memasuki cartridgefilter berukuran 5m. Chlorine
dapat menyebabkan kerusakan membran RO (ReverseOsmosis).
Feedwater (softenedwater yang sudah dinetralisir kandungan Chlorine-
nya) dilewatkan membrane RO1 untuk menghasilkan permeate yang akan
ditampung ke dalam Breaktank sebagai feedwater Osmotron (RO2). Osmotron
menghasilkan purifiedwater dengan proses softening, RO dan Electro-
Deionization (EDI). Purifiedwater yang dihasilkan ditampung ke dalam
purifiedwatertank dan selanjutnya disirkulasi kontinyu selama 24 jam dengan
Loopo (main loop system). RO1, Osmotron dan Loopo merupakan sistem yang
terintegrasi. Loopo mensuplai kebutuhan purifiedwater untuk produksi dengan
parameter yang selalu termonitor. Purifiedwater yang diperoleh digunakan untuk
feed water WFI dan produksi non steril (cuci akhir container, produksi sirup,
salep, tablet dan coating).
38

Gambar 10. Skema Proses Purified Water untuk Produksi


Purified water didestilasi menggunakan alat Finn Aqua 75 (kecepatan 75
L/jam) dan mengalami destilasi 4 tingkat. Air yang masuk, diuapkan, kemudian
dikondensasi dan dipanaskan lagi pada kolom berikutnya. Proses ini diulang
sampai 4 kali dan menghasilkan Water For Injection yang dapat digunakan untuk
produk parenteral karena bebas bakteri dan pirogen.

2.15 Penanganan Limbah

PT. Phapros Tbk. melakukan proses pengolahan terlebih dahulu terhadap


semua limbah yang dihasilkan. Penanganan limbah ini dilaksanakan oleh unit
pengolahan limbah yang berada pada bagian Pelayanan Umum dan Rumah
Tangga, di bawah departemen SDM. Limbah yang dihasilkan dari proses produksi
tidak boleh menjadi cemaran bagi lingkungan sekitar pabrik apalagi bagi
39

penduduk sekitarnya. Secara umum pengolahan limbah di PT. Phapros Tbk. telah
memenuhi standar manajemen mutu lingkungan yang terbukti dengan
diperolehnya sertifikat ISO 14001 tentang Sistem Manajemen Lingkungan dan
adanya kebijakan mutu dan lingkungan di perusahaan ini.
Jenis limbah yang ada di PT. Phapros Tbk. digolongkan menjadi dua yaitu
limbah padat yang terdiri dari limbah padat B 3 dan non-B3 serta limbah cair yang
terdiri dari limbah cair produksi (non β-Laktam, β-Laktam, laboratorium) dan
limbah cair non produksi (kantin, laundry, limbah cair eks sanitasi).
a. Limbah Padat
a) Limbah padat B3
Menurut PP 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3,
limbah B3 bersifat reaktif, beracun, korosif, mudah meledak, mudah
terbakar, dan menyebabkan infeksi. Sumber limbah padat B 3 di PT.
Phapros Tbk. berasal dari rejected product pada proses produksi,
produk pengembalian, sisa sampel pertinggal, kemasan primer bahan
baku, lumpur IPAL, bahan baku rejected, dan perlengkapan
administrasi yang mengandung bahan B3. Limbah tersebut
dimusnahkan di PPLI-Cileungsi, Bogor.
b) Limbah padat non-B3
Sumber limbah padat non-B3 di PT. Phapros Tbk. adalah
administrasi perkantoran, kantin, kemasan sekunder bahan baku, dan
kemasan primer yang telah bersih. Limbah untuk barang yang
mempunyai nilai jual dan bebas bahan pencemar dijual ke pihak III
sedangkan untuk barang-barang yang tidak mempunyai nilai jual
dibuang ke TPA.
b. Limbah Cair
Karekteristik limbah cair adalah bila nilai COD ≥ 700 mg/L dan
nilai BOD ≥ 400 mg/L. Limbah tersebut akan mengalami pengolahan
sebelum masuk ke saluran pembuangan umum, dengan batas maksimum
kadar COD dan BOD sebesar: COD 150 mg/L dan BOD 75 mg/L, serta
TSS sebesar 75 mg/L dan pH 6-9. Limbah cair terdiri dari :
40

a) Limbah cair produksi. Limbah ini berasal dari unit produksi β-Laktam
dan non β-Laktam, agromed, QC/QA dan R&D.
b) Limbah cair non produksi. Limbah ini berasal dari unit kantin,
laundry, perkantoran dan gudang produk jadi.
Limbah cair yang berasal dari unit produksi β-Laktam diolah di
IPAL I dengan metode hidrolisa basa dan selanjutnya diolah di IPAL II.
Limbah cair yang berasal dari unit produksi non β-Laktam diolah di IPAL
II seperti juga untuk limbah cair yang berasal dari limbah non produksi.
Limbah cair yang dihasilkan oleh PT. Phapros Tbk. diolah
melalui dua jalur pengolahan, yaitu:
a) Proses pengolahan limbah cair IPAL I
Inlet IPAL I berasal dari sanitasi peralatan produksi dan
gedung β-Laktam, water scrubber dust collector, laundry pakaian
dan sisa proses. Tahapan proses IPAL I, seperti pada Gambar 11,
adalah sebagai berikut :
1. Bak penampungan awal (ekualisasi). Pada bagian ini, limbah
yang berasal dari ruang produksi, sanitasi ruangan produksi,
bekas cucian mesin produksi, dari dust collector(water scrubber
unit), dan limbah padat yang berasal dari product out off spec
dalam jumlah sedikit, padatan dari dust collector, serta limbah
yang berasal dari pemeriksaan produk-produk β-Laktam
ditampung dalam satu tempat. Kapasitas bak penampungan awal
adalah 15 m3.
2. Bak hidrolisa. Limbah cair dari bak penampungan awal dialirkan
ke dalam bak hidrolisa. Kapasitas bak hidrolisa adalah 5 m3.
Sebelum proses dimulai, dilakukan pemeriksaan pH awal terlebih
dahulu. Setelah limbah yang dialirkan ke dalam bak hidrolisa
sesuai dengan kapasitasnya, ditambahkan NaOH hingga tercapai
pH 11,5. Tujuannya adalah untuk memecahkan cincin β-Laktam
yang terdapat dalam limbah. Untuk meningkatkan proses
41

homogenisasi NaOH, dilakukan pengadukan selama ± 4 jam


dengan kecepatan pengadukan 17 rpm.
3. Bak penetralan (bak netralisasi). Pada tahap ini dilakukan proses
netralisasi limbah yang telah mengalami hidrolisa basa tinggi
dengan menggunakan larutan HCl teknis sampai dicapai pH 6-8.
Proses netralisasi dibantu dengan pengadukan selama ± 1 jam
dengan kecepatan pengadukan 17 rpm. Tujuan netralisasi adalah
untuk menetralkan air sehingga tidak mematikan organisme yang
dilaluinya atau yang membantu pengolahan di IPAL II.
4. Bak sedimentasi. Limbah yang telah dinetralisasi dialirkan
menuju bak sedimentasi. Pada tahap ini, terjadi proses
pengendapan secara gravitasi terhadap hasil netralisasi. Proses
pengendapan berlangsung selama ± 12 jam. Lumpur hasil
pengendapan yang terbentuk kemudian dikeluarkan dan
ditampung dalam bak drying bed untuk dikeringkan. Setelah
kering, limbah ini akan dikumpulkan bersama limbah padat
golongan B3 lainnya untuk dikirim ke tempat pembuangan
limbah industri di PPLI-Cileungsi, Bogor.
5. Baksand filter. Limbah cair dari bak sedimentasi dialirkan menuju
bak ini. Pada bak ini terjadi proses filtrasi limbah cair bak
sedimentasi dengan beberapa janis saringan, yaitu coral batu kali,
ijuk, dan arang. Bak sand filter diganti setiap 1- 2 bulan.
Umumnya yang diganti adalah arang, pasir, dan ijuk, sedangkan
pada koral dilakukan pencucian. Setelah melalui tahap ini, limbah
cair akan dialirkan menuju bak produksi. Dari bak produksi,
limbah akan dialirkan menuju pengolahan IPAL II (Gambar 12).
42

Gambar 11. Pengolahan Limbah Cair IPAL I


b) Proses pengolahan limbah cair IPAL II
Tahapan limbah cair pada proses pengolahan limbah cair
IPAL II adalah :
1. Bak penampungan awal. Pada tahap ini, limbah dari bagian
produksi dan non produksi ditampung. Selain itu dilakukan juga
proses pengendapan partikel-partikel yang berukuran besar. Pada
bak ini terdapat sekat-sekat yang menyebabkan partikel berukuran
besar akan mengendap di ruang antara sekat.
2. Bak ekualisasi. Limbah yang telah diendapkan dari bak
penampungan awal kemudian mengalir ke bak ini. Pada bak ini
terjadi proses homogenasi limbah baik secara kualitatif maupun
kuantitatif terhadap limbah yang berasal dari bak produksi, bak
non produksi, dan bak PM. Pada bak ekualisasi diberi aerasi
untuk mencegah timbulnya bau.
3. Bak rapid mix. Selanjutnya, limbah akan mengalir menuju bak
rapid mix. Bak ini terletak lebih tinggi dari bak ekualisasi,
sehingga limbah harus dipompa ke atas. Pada bak ini, terjadi
proses koagulasi limbah. Koagulasi bahan pencemar yang ada
pada limbah cair dilakukan dengan menggunakan larutan PAC
(Poly Aluminium Chloride) dengan takaran 2 ml per liter limbah.
Kecepatan pengadukan pada bak ini adalah 312 rpm.
4. Bak slow mix. Dari bak rapid mix, limbah akan dialirkan ke bak
slow mix. Pada bagian ini, terjdai proses flokulasi limbah dengan
menggunakan larutan super flok (dosis 4 ml, larutan super flok
43

per liter limbah). Kecepatan pengadukan pada bak ini adalah


sebesar 17 rpm.
5. Bak sedimentasi I. Limbah yang telah mengalami flokulasi
kemudian dialirkan menuju bak sedimentasi. Pada bak ini, akan
terjadi pemisahan antara flokulat limbah dan air limbah. Flokulat
yang mengendap akan dialirkan menuju bak drying bed untuk
proses pengeringan. Sedangkan air limbah akan dialirkan menuju
bak selanjutnya.
6. Bak aerasi. Pada bagian ini, terjadi proses aerasi untuk
menambah suplai oksigen pada air limbah. Aerator yang
digunakan adalah aerator tipe kontak dengan kapasitas 8 pK.
Rata-rata dissolved oxygen sebesar 2 mg/Liter.
7. Bak sedimentasi II. Pada tahap ini, terjadi proses sedimentasi
terhadap hasil degradasi bahan organik secara biologi yang
berlangsung di bak aerasi.
8. Bakrapid filter. Selanjutnya, limbah dialirkan menuju bak rapid
filter. Pada tahap ini, terjadi proses filtrasi limbah dengan
menggunakan batuan koral atau kerikil, ijuk dan pasir. Bahan ini
juga digunakan sebagai media pelekatan bakteri fakultatif anaerob
yang membantu proses pengolahan utama.
9. Baksand filter. Setelah melalui bak rapid filter, kemudian limbah
cair dialirkan menuju bak sand filter. Pada tahap ini, terjadi
proses filtrasi terhadap partikel-partikel hasil degradasi bahan
organik yang berukuran sangat kecil dan juga mikroorganisme
lain yang terbawa aliran dengan tujuan agar diperoleh kualitas
effluent yang lebih baik. Setelah melalui bak sand filter, air
limbah ini kemudian ditambah dengan zat anti busa. Setelah itu
air limbah dapat dibuang ke lingkungan.
44

Gambar 12. Pengolahan Limbah Cair IPAL II


Dalam pengolahan limbah, PT. Phapros Tbk. tidak menggunakan bioindikator
dikarenakan permasalahan efisiensi mengingat bioindikator yang digunakan
dalam pengolahan limbah harus memenuhi persyaratan seperti : umur harus
seragam, harus berasal dari satu induk, penggantian bioindikator dilakukan tiap
tiga bulan untuk menghindari adaptasi terhadap lingkungan. Pengujian-pengujian
yang ketat dilakukan untuk menjamin output pengolahan limbah tetap memenuhi
persyaratan. Pengujian ini berupa pemeriksaan terhadap limbah baik di IPAL I dan
IPAL II. Pada IPAL I pemeriksaan dilakukan pada tahap ekualisasi, sesudah
hidrolisa, sesudah netralisasi, dan sesudah filtrasi. Pada IPAL II pemeriksaan
hanya dilakukan pada titik terakhir pengolahan limbah, yaitu output limbah.
Permasalahan dalam pengolahan limbah PT. Phapros Tbk. adalah bau
limbah yang masih sering dijumpai terutama pada hari Senin karena proses
pengolahan limbah pada hari Minggu tidak berjalan. Penutupan bak pengolahan
limbah untuk mengurangi bau dirasakan kurang efektif, karena dengan menutup
bak, maka proses penguraian limbah secara anaerob akan meningkat. Gas-gas
hasil penguraian limbah ini harus dikeluarkan melalui cerobong gas, sehingga
akan membutuhkan pengeluaran biaya yang lebih banyak. Untuk mengatasi
masalah ini PT. Phapros, Tbk. telah membuat rencana yaitu menanam tanaman
Lidah Mertua untuk menyerap bau dan radiasi. Selain itu sudah dilakukan
penelitian skala laboratorium mengenai pengolahan limbah dengan biodegradator.
Namun hal ini masih belum dapat diterapkan karena saluran limbah produksi dan
air hujan masih menjadi satu, sehingga volume limbah bertambah (overload), dan
kondisi ini akan mengganggu proses degradasi limbah. Program jangka panjang
untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan memisahkan saluran limbah
dengan air hujan.
45

BAB III

SISTEM INSTALASI POWER SUPPLY


PADA PHB UTAMA
UTILITY PT. PHAPROS, Tbk.

3.1 Penjelasan Umum


Pada bab ini akan dibahas mengenai sistem instalasi power supply di PT.
Phapros, Tbk. yang merupakan perusahaan industri farmasi tempat penulis
melaksanakan program praktek kerja lapangan, Instalasi power supply
menyangkut dan mencakup sistem instalasi kelistrikan yang berfungsi sebagai
penyalur tenaga dari proses pembangkitan sampai pemakaian yang telah melewati
serangkaian komponen proteksi, pemisah, penghantar, dll. Karena instalasi listrik
merupakan sebuah hal yang penting yang terdapat dalam sebuah bangunan atau
gedung. Di Indonesia dalam dunia teknik listrik aturan yang ada antar lain PUIL
2000 (Persyaratan Umum Instalasi Listrik). Dalam suatu perancangan, produk
yang dihasilkan adalah gambar dan analisa .
Akan tetapi penulis membatasi masalah hanya pada lokasi PHB Utama
yakni bermula dari tiang akhir JTM sampai pada Low Voltage Main Distribution
Panel (LVMDP) Utama yang terhubung dengan variasi beban-beban listrik pada
perusahaan meliputi beban produksi, non-produksi dan beban-beban lain yang
semua terhubung pada kotak panel LVMDP secara khusus akan diperinci pada
sub-bab selanjutnya.
Penggunaan Gambar disini ditujukan untuk memudahkan pemahaman
mengenai bahasa teknik yang telah disepakati bersama yang tertera dalam PUIL,
gambar ini selanjutnya dapat digunakan untuk menganalisa/troubleshooting suatu
gangguan. Perusahaan industri farmasi PT. Phapros, tbk. mempunyai 2
jenis/macam sumber energi listrik yang dipergunakan untuk keperluan proses
produksi dan non-produksi. Untuk sumber listrik utama berasal dari jaringan
46

tegangan menengah dari perusahaan listrik negara PLN. Untuk sumber kedua
sebagai energi listrik alternatif/cadangan berasal dari Generator Set (GENSET),
pada saat penulis melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) selama
1,5 bulan Unit Utility PT. Phapros, Tbk. melakukan penambahan 2 unit Generator
Set Mitsubishi S6R2-PTAA yang masing-masing memiliki daya output sebesar
770 KVA, keduanya merupakan generator bertipe sama yang kerjanya
tersinkronisasi secara automatis melalui modul kontroller berupa Modul Deep Sea
Electronic yang merupakan pengembangan dari PLC.
Peralatan kontrol automatisasi antara sumber dari PLN dan Genset ini
disebut ATS (Automatic Transfer Switch). Bekerjanya ATS dapat diatur juga
secara AUTO maupun MANUAL, sehingga kemudahan dalam pengoperasian alat
ini sangat fleksibel, dan memudahkan operator dalam tugasnya.
Sehingga tujuan akhir dari sistem instalasi listrik di PT. Phapros, Tbk.
dapat menyediakan ketersediaan energi listrik yang berkelanjutan dan tercover
dengan baik sehingga kelanjutan produksi dapat terus berjalan dengan baik yang
berdampak langsung pada peningkatan kualitas produksi.

3.2 Penjelasan Khusus


Pada sistem Instalasi Listrik menurut Persyaratan Umum Instalasi Listrik
2000 (PUIL 2000) yang dimaksud PHB Utama adalah PHB yang menerima
tenaga listrik dari saluran utama konsumen dan membagikannya ke seluruh
instalasi konsumen. Perlengkapan Hubung Bagi (PHB) disini yaitu suatu
perlengkapan untuk membagi tenaga listrik dan/atau mengendalikan dan
melindungi sirkit dan pemanfaat listrik mencakup sakelar pemutus sirkit, papan
hubung bagi tegangan rendah dan sejenisnya, dapat dilihat pada kolom dibawah
PHB menurut PUIL 2000. PHB adalah panel hubung bagi / papan hubung bagi /
panel berbentuk lemari(cubicle), yang dapat dibedakan sebagai :
 Panel Utama / MDP : Main Distribution Panel
 Panel Cabang / SDP : Sub Distribution Panel
 Panel Beban / SSDP : Sub-sub Distribution Panel
47

Untuk PHB sistem tegangan rendah, hantaran utamanya menggunakan jenis kabel
antara lain seperti NYY dan NYFGbY. Di dalam panel terdapat busbar / rel dibagi
menjadi dua segmen yang salingberhubungan dengan saklar pemisah, yang satu
mendapat saluran masuk dari sumber listrik PLN dan satunya lagi dari sumber
listrik sendiri (Genset).
Dari kedua busbar masuk ke Switch COS yang merupakan Switch Selector
pemindah daya, outgoing dari Switch COS tersebut kemudian didistribusikan ke
beban secara langsung melalui SDP danatau SSDP. Tujuan busbar dibagi menjadi
dua segmen ini adalah jika sumber listrikdari PLN mati akibat gangguan ataupun
karena pemeliharaan, maka suplai kebeban tidak akan terganggu dengan adanya
sumber listrik sendiri (Genset) sebagaicadangan.

Berdasarkan pengamatan penulis, kedua segmen busbar / rel di Panel


Utama (MDP) Produksi berukuran masing-masing 3 x (2 x 100 mm x 10 mm) + 1
x (1 x 100 mm x10 mm) yang ini mengartikan 3 lapisan pada busbar yaitu Phase
R, S, T, dan 1 lapisan pada busbar yaitu Phase N.
Busbar tersebut dari Penghantar Telanjang (Bare Conductor) terbuat dari
Pelat Tembaga dengan ukuran lebar: 100 mm dan ukuran tebal: 10 mm.
Pada bagian Panel Utama (MDP) Non-Produksi busbar / rel hanya terdapat
satusegmen saja yakni berukuran 3 x (1 x 50 mm x 10 mm) pada Phase R, S,T dan
1 x (1 x 30 mm x 10 mm). Masing-masing busbar terdapat tanda pengenal Phase
berupa warna.
Warna pada busbar / rel tersebut adalah:
a) Warna Merah pada Phase “R”
b) Warna Kuning pada Phase “S”
c) Warna Hitam pada Phase “T”
d) Warna Biru pada Netral “N”
e) Warna Loreng Hijau-Kuning pada Penghantar Pembumian.
48

Untuk memudahkan dalam pembacaan warna tersebut dapat dilihat pada


Gambar di bawah ini:

Gambar 13. Identifikasi warna pada busbar / rel

3.3 Perancangan Instalasi Kelistrikan


Pada bagian perancangan instalasi kelistrikan menurut Persyaratan
Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000). Pada Bab 4.1.2.1 tentang rancangan instalasi
listrik merupakan syarat khusus sebuah rancangan instalasi kelistrikan yang
memuat berkas gambar rancangan disertai dengan uraian teknik yang digunakan
sebagai pedoman untuk melaksanakan suatu instalasi listrik. Selanjutnya pedoman
rancangan tersebut dikategorikan lagi menjadi 3 gambar teknik yang utamanya
diperlukan dalam perancangan suatu instalasi kelistrikan antara lain meliputi:
a) Gambar situasi
b) Gambar instalasi
c) Gambar diagram garis tunggal
.
49

3.3.1 Gambar Situasi


Gambar situasi adalah gambar yang menunjukkan dengan jelas letak
bangunan instalasi tersebut akan dipasang dan rencana penyambungannya dengan
jaringan listrik PLN.Yang menunjukan gambar posisi gedung / bangunan yang
akan dipasang instalasi listriknya terhadap saluran / jaringan listrik terdekat. Data
yang perlu ditulis pada gambar situasi ini adalah alamat lengkap, jarak terhadap
sumber listrik terdekat (tiang listrik / bangunan yang sudah berlistrik) untuk
daerah yang sudah ada jaringan listriknya dan disertai dengan penanda masing-
masing bagian. Berikut dibawah ini merupakan gambar situasi PHB Utama yang
berada pada unit utility Listrik Air (LA) di PT. Phapros, Tbk.

Gambar 14. Gambar Situasi Instalasi Utama PT. Phapros, Tbk.

Dari gambar 14 diatas telah dicantumkan Jl. Simongan No. 131


Semarang sebagai alamat perusahaan PT. Phapros, Tbk. Sesuai data standar
gambar situasi. Selanjutnya apabila diperjelas lagi di dalam denah gambar situasi
diatas diperoleh gambar dibawah ini yang menjelaskan secara detail peletakan
50

masing-masing blok pada cubicle dan juga PHB disertai dengan penomoran
dengan angka yang jelas sehingga dapat dijadikan acuan dalam menentukan
rancangan kelistrikan bagi para operator/petugas. Pada gambar denah tersebut
dapat dilihat blok-blok letak masing-masing komponen berdiri.

Gambar 15. Gambar Situasi PHB Utama PT. Phapros, Tbk.


Dalam gambar denah situasi tersebut penomoran masing-masing blok komponen
adalah sebagai berikut:
1. Panel Kapasitor
2. Panel Kapasitor
3. Panel Kapasitor
51

4. Main Switch Kapasitor


5. Main Switch PLN
6. Main Switch MDP UTILITY
7. Main Switch MDP LT 1,2,3, MB & BL
8. Main MDP LANTAI 1
9. Main MDP LANTAI 2
10. Main MDP LANTAI 3
11. Main MDP BL & MB
12. Main MDP UTILITY
13. ATS MDP UTILITY
14. ATS MDP LT 1,2,3, MB & BL
15. Panel Diesel Perkins 2
16. Panel Diesel Mercy
17. Panel Diesel Mitsubishi
18. Switch Grup Non Produksi (MDP Lama)
19. Switch Grup Non Produksi (MDP Lama)
20. Main Switch PLN
21. Panel Kapasitor
22. Diesel Perkins 2
23. Diesel Mercy
24. Diesel Mitsubishi
25. Diesel Mitsubishi
26. Cubicle PLN
27. Cubicle PT. Phapros
28. Trafo UNINDO 1250 KVA
29. Trafo UNINDO 2500 KVA
3.3.2 Gambar Instalasi
Gambar instalasi ini memuat secara garis besar sistem instalasi listrik di
PT. Phapros, Tbk. yang menjelaskan secara umum koneksi antar blok bagian
berhubungan antara satu dengan yang lain. Secara garis besar sistem instalasi
listrik di PT. Phapros, Tbk berasal dari 2 sumber utama yaitu Sumber Power
52

Supply dari PLN dan Sumber Power Supply dari Generator Set (Genset). Dari
kedua sumber tersebut terkoneksi ke panel Automatic Transfer Switch (ATS)
kemudian menuju ke panel distribusi utama atau Main Distribution Panel (MDP)
Produksi dan Utilitydengan variasi beban yang berbeda-beda. Pembahasan lanjut
mengenai ATS dijelaskan pada halaman Sub-bab Automatic Transfer Switch
(ATS).

Gambar 16. Gambar Instalasi Kelistrikan PT. Phapros, Tbk.

Masing-masing bagian dari blok Gambar 15. akan dijelaskan secara lebih
rinci pada sub-bab selanjutnya, antara lain: Instalasi Listrik PLN, Instalasi Listrik
Genset, Instalasi Automatic Transfer Switch (ATS).
3.3.3 Gambar Diagram Garis Tunggal
Merupakan gambar yang menunjukkan gambar suatu garis dari APP ke
PHB utama yang didistribusikan ke beberapa grup langsung ke beban (untuk
bangunan berkapasitas kecil) dan melalui panel cabang (SDP) maupun subpanel
cabang (SSDP) baru ke beban. Pada diagram garis tunggal ini selain pembagian
53

grup pafa PHB utama/cabang subcabang juga menginformasikan jenis beban,


ukuran dan jenis penghantar, ukuran dan jenis pengaman arusnya, dan sistem
pembumian/pertanahannya. Dalam merancang suatu instalasi listrik harus terlebih
dahulu memahami diagram garis tunggalnya. Yang tercantum dalam diagram garis
tunggal ini meliputi:
a) Diagram PHB lengkap dengan keterangan mengenai ukuran dan besaran
nominal komponennya.
b) Keterangan mengenai jenis dan besar beban yang terpasang dan
pembaginya.
c) Ukuran dan besar penghantar yang dipakai.
d) Sistem pembumiannya.
Pada laporan ini terdapat dua versi dari gambar diagram garis tunggal ini yakni:
1) Diagram garis tunggal old (lama)
2) Diagram garis tunggal existing (baru)
Gambar diagram lama merupakan gambar yang telah jadi sebelumnya oleh
perancang kelistrikan Utility PT. Phapros, Tbk. sementara itu untuk gambar
diagram baru merupakan pekerjaan/job pada saat penulis melaksanakan praktik
kerja lapangan (PKL) di PT. Phapros, Tbk. Perbedaan kedua gambar antara yang
lama dengan yang baru terletak pada penambahan gambar;
1) Penambahan pada gambar Cubicle PLN Baru
2) Pengurangan pada gambar Genset Diesel Perkins II
3) Pennambahan pada gambar Genset Diesel Mitsubishi
4) Penambahan pada gambar Genset Diesel Mercy
5) Penambahan pada gambar Panel ATS MDP Produksi
6) Penambahan pada gambar Panel ATS MDP Utility
7) Penambahan data pada Spesifikasi Diesel Mitsubishi
Pada gambar di bawah ini merupakan gambar dari kedua diagram garis tunggal
tersebut, untuk meilihat kelengkapan gambar yang lebih jelas penulis sertakan
pada halaman lampiran.
54

Gambar 17. Diagram Garis Tunggal Instalasi Kelistrikan Old (Lama)

Gambar 18. Diagram Garis Tunggal Instalasi Kelistrikan Exist (Baru)

. Melalui gambar diagram garis tunggal itu dapat dilihat rencana


pengkabelan secara jelas kemana masing-masing komponen terhubung antara satu
55

dengan yang lain. Untuk selanjutnya penulis hanya akan menjelaskan hanya pada
bagian instlalasi yang baru saja (existing).

3.4 Instalasi Listrik dari PLN


Sumber power listrik dari PLN seperti yang sudah dibahas secara umum
merupakan sumber utama/pokok yang melayani kebutuhan secara fundamental
PT. Phapros, Tbk. Selanjutnya mengenai koneksi antar komponen kelistrikan
dapat dilihat pada gambar 19 yang merupakan gambar potongan dari gambar
diagram garis tunggal, penulis mencoba menjelaskan satu-persatu komponen apa
saja dan spesifikasinya.

Gambar 19. Diagram Garis Tunggal Instalasi Listrik dari PLN

Dari gambar diagram garis tunggal diatas dapat diketahui masing-masing


komponen yang terhubung. Yaitu: Penghantar, Pemisah, Pengaman/Proteksi,
maupun komponen penurun tegangan.
56

3.4.1 Penghantar
Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan
energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim digunakan adalah
aluminium dan tembaga. Pemakaian tembaga pada teknik listrik yang terpenting
adalah sebagai penghantar, misalnya kawat berisolasi (NYA,NYAF), kabel
(NYM,NYY, NYFGbY), busbar, lamel mesin dc, cincin seret pada mesin AC.
Tembaga mempunyai ketahanan terhadap korosi, oksidasi. Massa jenis tembaga
murni pada 20 °C adalah 8,96 g/cm3, titik beku 1083 °C. Kekuatan tarik tembaga
tidak tinggi yaitu berkisar antara 20 hingg 40 kg/mm2, kekuatan tarik batang
tembaga akan naik setelah batang tembaga diperkecil penampangnya untuk
dijadikan kawat berisolasi atau kabel.
Dari macam penghantar tersebut pada PHB Utama UtilityPT. Phapros,
Tbk. khususnya pada instalasi lisrik PLN terdapat jenis penghantar yakni;
1) Kabel
Kabel yang dipakai adalah:
- N2XSY 4 x (1 x 70 mm2) berjumlah 1 line
- N2XSY 4 x (1 x 95 mm2) berjumlah 1 line
- N2XSY 4 x (1 x 50 mm2) berjumlah 2 line
- NYY 14 x (1 x 400 mm2) berjumlah 2 line
Untuk keterangan pengunaan pembacaan ukuran kabel akan dijelaskan
pada bab komponen kelistrikan.
2) Busbar
Busbar berukuran 7 x (1 x 100 mm x 10 mm)
3.4.2 Pemisah
Pemisah (PMS) atau disconnecting switch adalah sebuah alat yang
dipergunakan untuk menyatakan secara visual bahwa suatu peralatan masih
tersambung atau sudah bebas dari tegangan kerja. Dari definisi diatas maka dapat
diketahui fungsi dari pemisah (PMS) adalah sebuah alat yang dapat menyambung
atau memutuskan rangkaian dengan arus yang rendah kurang lebih lima ampere
(5A). Sesuai dengan fungsinya pemisah dibagi menjadi dua yaitu :
57

a) Pemisah Tanah (Pisau Pentanahan) / Earthing Switch (ES)


b) Pemisah Peralatan / Disconnecting Swich (DS)
c) Pemisah Berbeban / Load Break Switch (LBS)

Di Cubicle PLN PT. Phapros,Tbk. terdapat DS dan ES sebagai


komponen pemisahnya.

3.4.3 Pengaman
Alat pengaman atau pelindung adalah suatu alat yang berfungsi
melindungi atau mengamankan suatu sistem penyaluran tenaga listrik dengan cara
membatasi tegangan lebih (over voltage) atau arus lebih (over current) yang
mengalir pada sistem tersebut, dan mengalirkannya ke tanah (ground). Dengan
demikian alat pengaman harus dapat menahan tegangan sistem agar kontinuitas
pelayanan ke pusat beban (load center) tidak terganggu hingga waktu yang tidak
terbatas.
Di PT. Phapros, Tbk. penulis menjumpai macam pengaman jaringan
listrik yang terhubung di dalam cubicle. Pengaman itu adalah:

a) Air Circuit Breaker (ACB)


ACB ACB (Air Circuit Breaker) merupakan jenis circuit breaker
dengan sarana pemadam busur api berupa udara. ACB dapat digunakan
pada tegangan rendah dan tegangan menengah. Udara pada tekanan
ruang atmosfer digunakan sebagai peredam busur api yang timbul akibat
proses switching maupun gangguan. Pada unitUtility PT. Phapros,
Tbk.,ACB yang penulis dapati adalah keluaran dari pabrikan Schneider
Electric dengan masing rating arus berkisar antara 800-1600 Ampere, ini
juga didukung dengan bukti dari situs resmi Schneider Electric. Dengan
spesifikasi sebagai berikut:
1) Rating arus nominal: 800-1600 Ampere
2) Rating tegangan mencapai 1000 Volt
58

3) Menggunakan Micrologic kontroller untuk beda masing-masig


tipe

Gambar 20. Spesifikasi ACB Schhneider Electric dari laman web

3.4.4 Penurun Tegangan


Komponen penurun tegangan yaitu transformator distribusi. Penjelasan
lebih lanjut mengenai trafo distribusi akan dijelaskan sendiri pada bab berikutnya.
Trafo distribusi ini dapat menurunkan tegangan 20 kV pada jaringan 3 phase
menjadi 380 V pada jaringan 3 phase pada frekuensi 50 Hz.

Gambar 21. Transformator UNINDO di PT. Phapros, Tbk.

Trafo distribusi pada unit utility PT. Phapros, Tbk. adalah sebagai
berikut:
59

1) Trafo UNINDO 1250 kVA yang dipergunakan untuk memasok daya


listrik pada Panel MDP Lama.
2) Trafo UNINDO 2500 kVA yang dipergunakan untuk memasok daya
pada Panel MDP Utility dan Produksi. Dalam hal ini nantinya akan
terhubung ke panel Automatic Transfer Switch (ATS).

3.4.5 Panel Kapasitor


Secara garis besar, fungsi dari Panel Kapasitor adalah untuk memperbaiki
Cos Phi pada suatu Jaringan listrik yang mempunyai beban dengan Cos Phi
dibawah 0.85. Perlunya dilakukan perbaikan Cos Phi tersebut adalah
dimaksudkan untuk salah satunya menghindari biaya yang timbul akibat dari
pemakaian kelebihan KVARH (berkaitan erat dengan baik-buruknya nilai Cos
Phi), karenanya PLN akan membebankan biaya akibat dari kelebihan pemakaian
KVARH pada pelanggan, jika rata-rata factor dayanya ( Cos Phi) kurang dari 0.85.
Cos Phi tersebut dapat diukur dengan sebuah alat ukur, sehingga dapat
diketahui nilainya yang nantinya dapat diambil sebuah keputusan untuk perlu
tidaknya pemasangan sebuah Panel Kapasitor pada area yang dimaksud. Di
Industri farmasi PT. Phapros, Tbk. banyak ditemukan peralatan yang mempunyai
tipe beban induktif sehingga pemasangan Panel Kapasitor ini sangat diperlukan
untuk memperbaiki faktor daya yang buruk.

3.5 Instalasi Listrik dari Generator Set (GENSET)


Sumber power listrik dari Genset seperti yang sudah dibahas secara
umum merupakan sumber kedua/cadangan setelah sumber dari PLN, ini
dikarenakan sumber listrik dari PLN tidak mungkin secara terus menerus akan
terus memberi aliran listriknya, ada kalanya mengalami gangguan sehingga harus
digantikan alternatif sumber lain seperti genset atau disebut generator set. Wiring
diagram pada sistem instalasi genset adalah sebagai berikut di bawah ini.
60

Gambar 22. Diagram Garis Tunggal Instalasi Listrik dari Genset

Dari gambar diagram garis tunggal diatas dapat diketahui masing-masing


komponen yang terhubung. Yaitu: Penghantar, Pemisah, Pengaman/Proteksi, dan
generator set.

3.5.1 Penghantar
Penghantar yang digunakan dalam instalasi litrik genset adalah:
1) Kabel
Kabel yang dipakai adalah:
a) Pada Diesel Perkins Generator 700 kVA
- NYY (1 x 240 mm2) berjumlah 3 line
- NYY (1 x 400 mm2) berjumlah 1 line
b) Pada Diesel Mitsubishi 1 Generator 770 kVA
- NYY (1 x 240 mm2) berjumlah 11 line
c) Pada Diesel Mitsubishi 2 Generator 770 kVA
- NYY (1 x 240 mm2) berjumlah 11 line
d) Pada Diesel Mercy Generator 150 kVA
61

- NYFGbY (4 x 95 mm2) berjumlah 4 line


2) Busbar
- 4 x (1 x 120 mm x 10 mm) pada line Phase
- 1 x (60 mm x 10 mm) pada line Netral

3.5.2 Pengaman
Alat pengaman atau pelindung adalah suatu alat yang berfungsi
melindungi atau mengamankan suatu sistem penyaluran tenaga listrik dengan cara
membatasi tegangan lebih (over voltage) atau arus lebih (over current) yang
mengalir pada sistem tersebut, dan mengalirkannya ke tanah (ground). Dengan
demikian alat pengaman harus dapat menahan tegangan sistem agar kontinuitas
pelayanan ke pusat beban (load center) tidak terganggu hingga waktu yang tidak
terbatas. Adapun macam pengaman yang terdapat pada instalasi listrik genset
adalah sebagai berikut:
a) Air Circuit Breaker (ACB)
ACB sudah dijelaskan sebelumya pada sub-bab instalasi listrik
PLN jadi tidak akan penulis jelaskan lagi.
Rating ACB yang terpasang pada instalasi listrik Genset adalah sebagai
berikut:
- ACB Berkapasitas 1600 A pada line genset Perkins
- ACB Berkapasitas 1250 A pada line genset Mitsubishi 1
- ACB Berkapasitas 1250 A pada line genset Mitsubishi 2

b) No Fuse Breaker (NFB)


NFB adalah pemutus tanpa sikring, berfungsi untuk
menghubungkan dan memutus tegangan/arus utama dengan sirkuit
atau beban, selain itu berfungsi juga untuk memutuskan/melindungi
beban dari arus yang berlebihan ataupun jika terjadi hubung singkat.
Cara kerja NFB, ketika arus yang mengalir melaluinya melebihi dari
nilai yang tertera pada NFB maka secara otomatis NFB akan
memutuskan arusnya gambar diatas adalah NFB 3 Phase umumnya
62

digunakan pada sirkuit induktion motor atau control panel. Pada line
diesel Mercy NFB yang digunakan adalah 3 Phase/250 Ampere.

3.5.3 Synchronizing Panel


Adalah panel yang berfungsi untuk mengoperasikan dua buah genset
atau lebih yang bekerja secara parallel(bersamaan) agar didapat catu daya sumber
yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan beban listrik disamping juga untuk
efisiensi jika beban listrik dalam level rendah/ringan. Dengan adanya teknologi
yang semakin pesat maka pengoperasian panel synchrone sudah sedemikian
mudah karena dilengkapi dengan modul modul elektronik berteknologi tinggi
yang secara keseluruhan sudah diatur secara otomatis.
Synchroun dapat dilakukan antara Genset dengan Genset atau Genset
dengan PLN ketika 2 atau lebih generator sets running bersama untuk mensupplay
sebuah system kelistrikan, Genset tersebut harus disinchronkan secara manual
atau automatic sehingga mempunyai phase, voltage dan frekwensi yang sama.
Perangkat ini dilengkapi dengan tombol kontrol di panel depan. Saklar
ini bertanggung jawab untuk menaikkan dan menurunkan kecepatan dan tegangan
dari generator agar sesuai dengan frekuensi dan tegangan bus sebelum
sinkronisasi. Ada volt meter digital dalam perangkat yang menawarkan bus
generator dan pengukuran.
Penggunaan Synchronizing Panel antara lain:
- Rekayasa sistem
- Multiplexing beberapa generator
- Komunikasi multimedia
- Telekomunikasi
- Sinkronisasi data
- Semikonduktor
- Peralatan electron

3.5.4 Generator Set


63

Generator set (genset) merupakan alat yang terdiri dari satu set peralatan
gabungan yang terdiri dari dua perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau
alternator. Engine atau mesin merupakan perangkat pemutar (prime mover),
sedangkan generator atau alternator berfungsi sebagai perangkat pembangkit
listrik. Namun memiliki konfigurasi komponen listrik serta desain yang berbeda-
beda sesuai dengan penggunaanya.
Jenis bahan bakar yang digunakan pada generator set adalah bensin,
minyak tanah, diesel, atau propane. Pemakaian bahan bakar tersebut disesuaikan
dengan beberapa hal, diantaranya ketersediaan bahan bakar serta harganya, berapa
besar daya yang dihasilkan oleh generator, berapa lama penggunaannya, serta
fungsi pemakaian- apakah untuk keperluan rumah tangga, industri, perkantoran,
atau tujuan komersil lainnnya.

Dalam menghasilkan energi listrik, generator mengubah energi mekanik


kemudian menghasilkan energi listrik. Energi listrik inilah yang kita manfaatkan.
Sedangkan secara umum, komponen-komponen utama dari generator set adalah
sebagai berikut:

1) Motor
Motor merupakan sumber energi mekanik dari generator.

2) Alternator
Bagian dari genset yang berfungsi untuk mengubah energi listrik dari
energi mekanik.

3) Sistem Bahan Bakar


Pada tangki bahan bakar memiliki kapasitas yang biasanya diatur
agar dapat beroperasi selama kurang lebih 6-8 jam. Sedangkan jika
digunakan untuk tujuan komersial, sangat perlu ditambahkan tangki
eksternal, sehingga generator dapat beroperasi lebih lama.
64

4) Pengaturan Tegangan
Bagian ini berfungsi untuk mengatur tegangan generator.

5) Sistem Pendingin dan Saluran Pembuangan Uap


Penggunaan generator dalam waktu yang lama dapat menyebabkan
komponennya menjadi panas. Karena itu dibutuhkan sistem
pendingin yang berfungsi menstabilkan temperatur komponen
selama penggunaan. Sedangakan saluran pembuangan uap
digunakan untuk membuang sisa pembakaran bahan bakar generator.

6) Sistem Pelumas
Genset terdiri dari mesin-mesin yang berputar pada tempatnya.
Sehingga dibutuhkan pelumas untuk membuat mesin-mesin tersebut
menjadi lebih awet dan bergerak lebih halus, meski digunakan dalam
waktu yang lebih lama.

7) Sistem Pengisian Baterai


Sistem ini digunakan generator untuk mengisi baterai dari sumber
listrik utama. Tegangan untuk mengisi baterai haruslah tepat, jika
terlalu rendah, baterai tidak akan terisi penuh. Namun jika terlalu
tinggi baterai akan cepat rusak.

8) Papan Pengontrol
Papan ini digunakan untuk mempermudah pengguna dalam
mengatur kerja dari setiap komponen di dalam generator set, serta
untuk mengatur penggunaan sesuai kebutuhan.

9) Frame Generator Set


Frame merupakan “rumah” (wadah) untuk kemudahan penggunaan
serta keamanan. Terdapat 4 buah jenis Genset dan masing-masing akan
diperinci sesuai dengan maksud dan keperluannya. Selanjutnya pada
65

Panel PHB Utama, Diesel Genset (Generator Set) yang digunakan adalah
sebagai berikut:

1) Diesel Genset Perkins 700 kVA


Genset ini memberikan backup suplai tenaga yang diperuntukkan bagi
Main Distribution Panel (MDP) Lama atau Grup Lama (1a/VII, II, III, IV, V,
VI). Genset Perkins 700 kVA ini memberikan backup/cadangan suplai tenaga
listrik dimana ketika sumber tenaga listrik dari PLN padam/OFF. Pengoperasian
genset ini dilakukan secara Manual oleh operator/petugas yang ada.
Dikarenakan Genset ini dibagi menjadi dua bagian utama yakni Penggerak
utama (Prime Mover) dalam hal ini mesin diesel Perkins yang digunakan dan
Generator itu sendiri yang berkapasitas 700 kVA. Penulis akan menjelaskan
secara lanjut mengenai detail spesifikasi mesin diesel dan generatornya.

Gambar 23. Generator Set Perkins dengan daya 700 kVA di PT.
Phapros, Tbk.
66

Selanjutnya spesifikasi dari generator set Perkins adalah sebagai berikut:


 Data Mesin
a) Jenis Mesin : Diesel
b) Merk : Perkins
c) Type : 3012-TAG3A
d) Buatan Negara : England
e) Tahun : 1992
f) Daya : 1005 PK
g) RPM : 1500 RPM

 Data Generator
a) Merk : Stamford
b) Type : HC 634 G1
c) Buatan Negara : England
d) Tahun : 1992
e) Jumlah Fasa :3
f) Frekuensi : 50 Hz
g) Daya Output : 700 KVA
h) Tegangan : 380 Volt
i) Arus : 1064 A
j) Cos Φ : 0,8
k) Rpm : 1500

2) Diesel Genset Mitsubishi 770 kVA


Genset ini memberikan backup suplai tenaga yang diperuntukkan bagi
Low Voltage Main Distribution Panel (LVMDP) Utility dan Produksi yang
tenaga listriknya utamanya berasal dari transformator 2500 kVA.
Genset ini berjumlah 2 buah dengan seri dan tipe yang sama dengan
penggerak utama berupa mesin diesel S6R2-PTAA. Genset Perkins 770 kVA ini
67

secara automatis akan berjalan sendiri (running) pada selang wktu 30 detik
sesaat setelah sumber tenaga listrik dari PLN padam/OFF dan.
Dalam pengoperasianya genset ini telah disinkronkan secara automatis
melalui panel sinkronisasi genset yang terdapat modul kontroller berupa PLC
yakni Deep Sea Electronic DSE-8610 pada panel sinkronisasi genset dan DSE-
7110 pada badan genset sendiri.
Sementara itu kondisi yang sebernarnya dari genset Mitsubishi 770 kVA
ini adalah sebagai berikut:
68

Gambar 24. Generator Set Mitusbishi 1 dengan daya 770 kVA di PT.
Phapros, Tbk

Gambar 25. Generator Set Mitusbishi 2 dengan daya 770 kVA di PT.
Phapros, Tbk

Pada Gambar 24. dan 25. diatas merupakan Genset Mistubishi 1 &
Mitsubishi 2 yang terletak di ruangan Genset. Agar dapat bekerja secara
tersinkronisasi, kedua unit Genset tersebut harus memiliki syarat-syarat di bawah
ini:
a) Tegangan dari Output Generator harus sama (V1=V2)
b) Frekuensi harus sama (F1=F2)
c) Urutan Fasa harus sama
d) Sudut Fasa harus sama
69

Semua dari syarat-syarat agar kedua Generator dapat disinkronkan dapat


dimonitoring pada Modul DS-8610.

Selanjutnya Spesifikasi teknis dari Genset Mitsubishi 770 KVA adalah


sebagai berikut:

 Data Mesin
a) Jenis Mesin : Diesel
b) Merk : Mitsubishi
c) Type : S6R2-PTAA
d) Buatan Negara : Jepang
e) Tahun : 2011
f) Daya : 965,6 PK
g) RPM : 1500 RPM

 Data Generator
a) Merk : Stamford
b) Type : X13C115716
c) Buatan Negara : Jepang
d) Tahun : 2011
e) Jumlah Fasa :3
f) Frekuensi : 50 Hz
g) Daya Output : 800 KVA
h) Tegangan : 380 Volt
i) Arus : 1215,5 A
j) Cos Φ : 0,8
k) Rpm : 1500

3) Diesel Genset Mercy 150 kVA


70

Pada Genset Mercedez Benz (Mercy) 150 KVA, Genset ini beroperasi /
dijalankan secara kontinyu pada saat proses produksi sedang berlangsung, sebab
ada mesin tertentu di bagian produksi yang tidak boleh terjadi pemadaman daya
listrik, Genset ini terus menerus dijalankan dikarenakan sumber daya listrik dari
PLN tidak selamanya kontinyu dalam memberikan aliran daya listrik. Mesin
tersebut adalah COATING PAN dan SEJONG.
71

Gambar 26. Generator Set Mercy dengan daya 150 kVA di PT. Phapros, Tbk

Selanjutnya Spesifikasi teknis dari Genset Mercy 150kVA adalah sebagai


berikut:

 Data Mesin
a) Jenis Mesin : Diesel
b) Merk : Mercy
c) Type : OM 355 A
d) Buatan Negara : Germany
e) Tahun : 1997
f) Daya : 201 PK
g) RPM : 1500 RPM

 Data Generator
a) Merk : AVK
b) Type : D1KB49/160-4
c) Buatan Negara : Germany
d) Tahun : 1977
e) Jumlah Fasa :3
f) Frekuensi : 50 Hz
g) Daya Output : 150 KVA
h) Tegangan : 380 Volt
i) Arus : 228 A
j) Cos Φ : 0,8
k) Rpm : 1500

3.6 Automatic Transfer Switch (ATS)


72

ATS adalah singkatan dari AutomaticTransfer Switch, yaitu proses


pemindahan penyulang dari penyulang/sumber listrik yang satu ke sumber listrik
yang lain secara bergantian sesuai perintah pemrograman, ATS adalah
pengembangan dari COS atau yang biasa disebut secara jelas sebagai Change
Over Switch, beda keduanya adalah terletak pada sistem kerjanya, untuk ATS
kendali kerja dilakukan secara otomatis, sedangkan COS dikendalikan atau
dioperasikan secara manual.Hal ini dikarenakan sumber dari PLN tidak selamanya
kontinyu memberikan pasokan listrik yang sesuai untuk kebutuhan produksi
Sistem kerja dari ATS adalah sebagai berikut: Catu daya utama (PLN)
tidak selalu menyalurkan energi listriknya, kadang mengalami gangguan.
Automatic Main Failure (AMF) dapat mengendalikan transfer suatu alat dari
suplai utama ke suplai cadangan atau dari suplai cadangan ke suplai utama. AMF
akan beroperasi saat catu daya utama (PLN) padam dengan mengatur catu daya
cadangan (Genset). Sumber listrik dari PLN saat beroperasi tegangannya naik
turun. Kira-kira 10% dari tegangan nominalnya atau hilang. Sehingga sinyal
gangguan akan masuk ke AMF pada pemrosesan, sinyal diolah menghasilkan
perintah ke penggerak dapat berupa pemutusan kedua catu daya yang sedang
beroperasi dengan system saling mengunci (interlock). AMF dapat mengatur
Genset beroperasi jika PLN mati dan memutuskan jika PLN hidup lagi.
73

Gambar 27. Blok Diagram Proses Kerja AMF dan ATS


.
3.7 LVMDP (Low Voltage Main Distribution Panel)
Panel Utama Tegangan Rendah atau Low Voltage Main Distribution Panel
(LVMDP) berfungsi menerima daya listrik dari transformer atau genset/PKG
untuk selanjutnya didistribusikan ke panel-panel distribusi tegangan rendah.
LVMDP ini menerima daya listrik dari Trafo atau PKG.
Pembagian distribusi listrik ke panel-panel distribusi tegangan rendah dari
outgoing LVMDP menuju ke panel adalah sebagai berikut :Panel Sub Distribusi
menggunakan jenis kabel NYY yang selanjutnya mendistribusikan menuju panel
distribusi. Kemudian dari panel distribusi tersebut tersambung beban-beban yang
bervariasi tingkatan dayanya. Disebut Low Voltage karena pada panel ini
memakai sistem jaringan tegangan rendah antara 220-380 Volt.
Di PHB Utama PT. Phapros, Tbk. macam –macam panel LVMDP antara
lain: MDP Lama, MDP Utility, dan MDP Produksi.
Kemudian secara lebih lanjut akan dijelaskan macam-macam LVMDP
tersebut beserta fungsinya di PT. Phapros, Tbk.

3.7.1 LVMDP Grup Lama


LVMDP ini terletak dalam suatu panel papan hubung bagi (PHB) karena
fungsinya Panel ini sebagai penyalur suatu instalasi tenaga dari pusat beban ke
panel selanjutnya SDP (Sub Distribution Panel).
74

Gambar 28. Diagram Garis Tunggal LVMDP Grup Lama

Posisi peletakan dari panel ini seperti yang ditunjukkan pada gambar
situasi terletak pada ruang genset di Utility PT. Phapros, Tbk. panel ini
selanjutnya memiliki beban yang tersambung seperti yang dijelaskan pada uraian
di bawah ini:

a) SDP Grup Ia/VII


Pada SDP ini terhubung pada semua beban-beban listrik yang
digunakan non-produksi, pada ujung dari titik persambungan grup
terdapat pengaman berupa pengaman lebur (FUSE), beban yang
tersambung antara lain:
 PP. UTARA (Power Panel Utara)
terhubung melalui kabel NYFGbY 4 x 50 mm2, berpengaman
MCCB 100 Ampere.
 ISS LAMA, CENTRAL CODING
tersambung melalui kabel NYFGbY 4 x 50 mm2, berpengaman
MCCB 250Ampere.
 COMPACT LINE, UMUM
tersambung melalui kabel NYFGbY 4 x 50 mm2 , tidak
berpengaman

b) SDP Grup II
Pada SDP ini terhubung pada semua beban-beban listrik yang
digunakan non-produksi, pada grup II ini tidak terdapat
75

fuse/pengaman lainnya melainkan langsung tersambung melalui


pengaman MCCB ke masing-masing panel distribusi, beban yang
tersambung antara lain:
 AC STAGING, GUDANG BAHAN
tersambung melalui kabel NYFGbY 4 x 25 mm2 , berpengaman
MCCB 75 Ampere
 GUDANG
tersambung melalui kabel GPLK 4 x 50 mm2 , berpengaman
MCCB 150 Ampere

c) SDP Grup III


Pada SDP ini terhubung beban listrik untuk keperluan non-produksi,
berpengaman MCCB 150 Ampere, beban yang tersambung pada SDP
ini antara lain:
 IT
tersambung melalui kabel NFGbY 4 x 25 mm2 , berpengaman
MCCB 25 Ampere
 AVICENA
tersambung melalui kabel NFGbY 4 x 35 mm2 , berpengaman
MCCB 60 Ampere
 LECT, LA, PML, PANG
tersambung melalui kabel GPLK 4 x 50 mm2 , berpengaman
MCCB 60 Ampere
 KANTOR DEPAN
tersambung melalui kabel NFGbY 4 x 35 mm2 , berpengaman
MCCB 150 Ampere

d) SDP Grup IV
Pada SDP ini terhubung beban listrik untuk keperluan non-produksi,
berpengaman lebur (FUSE) 500 Ampere, dan terhubung melalui
sebuah saklar tuas, beban yang tersambung antara lain:
76

 GLATT, LAP. TENIS, KANTIN


tersambung melalui kabel NFGbY 4 x 120 mm2 , tidak
berpengaman

e) SDP Grup V
Pada SDP ini terhubung beban listrik untuk keperluan non-
produksi,tersambung secara paralel dengan SDP Grup IV, dan
berpengaman lebur (FUSE) 200 Ampere, beban yang tersambung
pada SDP ini antara lain:
 TABLET
tersambung melalui kabel NFGbY 4 x 50 mm2 , berpengaman
MCCB 175 Ampere
 PM/PP, POMPA
tersambung melalui kabel NFGbY 4 x 35 mm2 , berpengaman
MCCB 100 Ampere

f) SDP Grup VI
Pada SDP ini terhubung beban listrik untuk keperluan non-
produksi,tersambung secara paralel dengan SDP Grup IV, dan
berpengaman lebur (FUSE) 160 Ampere, beban yang tersambung
pada SDP ini antara lain:
 PORTIR, POL,MUS,UPL,PAK. BLK
tersambung melalui kabel NFGbY 4 x 25 mm2 , tidak
berpengaman
 EX. PAK, EKSPDISI
tersambung melalui kabel NFGbY 4 x 16 mm2 , tidak
berpengaman
 GPJ
tersambung melalui kabel NFGbY 4 x 16 mm2 , berpengaman
MCCB 60 Ampere
77

3.7.2 LVMDP Produksi

LVMDP ini terletak dalam suatu panel papan hubung bagi (PHB) karena
fungsinya Panel ini sebagai penyalur suatu instalasi tenaga dari pusat beban ke
78

panel selanjutnya SDP (Sub Distribution Panel).

Gambar 29. Diagram Garis Tunggal LVMDP Produksi


Keterangan pada Gambar diatas:
79

Nomor:
1. Dari Panel Sinkronisasi Genset Mitsubishi
2. Dari Genset Mercy 150 kVa
3. Menuju Incoming Panel ATS Produksi
4. Dari Outgoing Panel ATS Produksi
5. Menuju Incoming Panel ATS Utility

Pada LVMDP ini posisi peletakan dari panel ini seperti yang
ditunjukkan pada gambar situasi terletak pada ruang genset di Utility PT.
Phapros, Tbk. panel ini selanjutnya memiliki beban yang tersambung seperti
yang dijelaskan pada uraian di bawah ini:

a) MDP Lantai 1
Pada MDP ini terhubung pada semua beban-beban listrik yang
digunakan pada SDP produksi, pada ujung dari titik persambungan
grup terdapat pengaman berupa pengaman lebur (FUSE), beban yang
tersambung antara lain:
 LP 1
terhubung melalui kabel NYY 4 x 16 mm2, berpengaman MCCB
80 Ampere.
 PP FCU (Power Panel Fan Cooling Unit)
tersambung melalui kabel NYY 4 x 50 mm.
 PP 1 (Power Panel 1)
tersambung melalui kabel NYY 4 x 95mm2, berpengaman
MCCB 225 Ampere.
 AC/OD UNIT
tersambung melalui kabel NYY 4 x 35mm2, berpengaman
MCCB 100 Ampere.
 OSMOTRON
80

tersambung melalui kabel NYY 4 x 50mm2, berpengaman


MCCB 160 Ampere.

b) MDP Lantai 2
Pada MDP ini terhubung pada semua beban-beban listrik yang
digunakan pada SDP produksi, pada ujung dari titik persambungan
grup terdapat pengaman berupa pengaman lebur (FUSE), beban yang
tersambung antara lain:
 COATING PAN
terhubung melalui kabel NYY 4 x 25 mm2, berpengaman MCCB
80 Ampere.
 LP 2
tersambung melalui kabel NYY 4 x 16 mm, berpengaman
MCCB 80 Ampere.
 GLATT PP2A
tersambung melalui kabel NYY 4 x 160mm2, berpengaman
MCCB 300 Ampere.
 CADANGAN
berpengaman MCCB 100 Ampere.
 PP2 (Power Panel 2)
tersambung melalui kabel NYY 7 x 1 x 120 mm2 , berpengaman
MCCB 500 Ampere.
 SEJONG
tersambung melalui kabel NYY 4 x 70 mm2 , berpengaman
MCCB 175 Ampere.

c) MDP Lantai 3
Pada MDP ini terhubung pada semua beban-beban listrik yang
digunakan pada SDP produksi, pada ujung dari titik persambungan
81

grup terdapat pengaman berupa pengaman lebur (FUSE), beban yang


tersambung antara lain:
 LP 3
terhubung melalui kabel NYY 4 x 16 mm2, berpengaman
MCCB 80 Ampere.
 HAS
tersambung melalui kabel NYY 4 x 150 mm, berpengaman
MCCB 300 Ampere.
 PP DC
tersambung melalui kabel NYY 4 x 120mm2, berpengaman
MCCB 300 Ampere.
 PP 3
tersambung melalui kabel NYY 4 x 1 x 150mm2 , berpengaman
MCCB 500 Ampere.
 CADANGAN
berpengaman MCCB 100 Ampere.
 STRUNCK CL
tersambung melalui kabel NYY 4 x 25 mm2 , berpengaman
MCCB 100 Ampere.

d) MDP Betalactam dan Microbiologi


Pada MDP ini terhubung pada semua beban-beban listrik yang
digunakan pada SDP produksi, pada ujung dari titik persambungan
grup terdapat pengaman berupa pengaman lebur (FUSE), beban yang
tersambung antara lain:
 AC & LP MA
terhubung melalui kabel NYY 4 x 35 mm2, berpengaman
MCCB 100 Ampere.
 AC & BL
tersambung melalui kabel NYY 4 x 95 mm, berpengaman
MCCB 200 Ampere.
82

 PP & BL
tersambung melalui kabel NYY 2 x 4 x 120mm2, berpengaman
MCCB 400 Ampere.
 LP & BL
tersambung melalui kabel NYY 4 x 16mm2 , berpengaman
MCCB 80 Ampere.
 PPP, AIR, HYDR
berpengaman MCCB 300 Ampere.

3.7.3 LVMDP Utility

LVMDP ini terletak dalam suatu panel papan hubung bagi (PHB) karena
fungsinya Panel ini sebagai penyalur suatu instalasi tenaga dari pusat beban ke
panel selanjutnya SDP (Sub Distribution Panel).

a) SDP Grup I
Pada SDP ini terhubung pada semua beban-beban listrik yang
digunakan non-produksi, pada grup II ini tidak terdapat
fuse/pengaman lainnya melainkan langsung tersambung melalui
pengaman MCCB ke masing-masing panel distribusi, beban yang
tersambung antara lain:
 LIFT 1
tersambung melalui kabel MICC 4 x 35 mm2 , berpengaman
MCCB 100 Ampere
 CHILLER
tersambung melalui kabel NYY 4 x 2( 240 mm2 ),
berpengaman MCCB 100 Ampere
 LIFT 2
tersambung melalui kabel MICC 4 x 35 mm2 , berpengaman
MCCB 100 Ampere
83

 AHU 1 (Air Handling Unit 1)


tersambung melalui kabel NYY 4 x 35 mm2 , berpengaman
MCCB 100 Ampere
 AHU 2 (Air Handling Unit 2)
tersambung melalui kabel NYY 4 x 70 mm2 , berpengaman
MCCB 175 Ampere
 AHU 3-1 (Air Handling Unit 3-1)
tersambung melalui kabel NYY 4 x 25 mm2 , berpengaman
MCCB 100 Ampere
 AHU 3-2 (Air Handling Unit 3-2)
tersambung melalui kabel NYY 4 x 25 mm2 , berpengaman
MCCB 100 Ampere
 PP DW
tersambung melalui kabel NYY 4 x 16 mm2 , berpengaman
MCCB 80 Ampere
 CADANGAN
berpengaman MCCB 100 Ampere
84

3.8 Komponen Kelistrikan


Untuk dapat mengalirkan energi listrik maka sangatlah perlu komponen-
komponen listrik yang memadai disertai fungsi masing-masing, berikut ini
merupakan komponen listrik yang terdapat di PT. Phapros, Tbk.
Peralatan pengaman arus listrik untuk penghubung dan pemutus terdiri dari :

3.8.1 Circuit Breaker (CB)


a) MCB
Miniature Circuit Breaker (MCB) adalah suatu rangkaianpengaman
yang dilengkapi dengan komponen thermis (bimetal) untuk pengaman beban lebih
dan juga dilengkapi relay elektromagnetik untuk pengaman hubung singkat. MCB
banyak digunakan untuk pengaman sirkit satu fasa dan tiga fasa. Keuntungan
menggunakan MCB, yaitu:

 Dapat memutuskan rangkaian tiga fasa walaupun terjadi


hubung singkat pada salah satu fasanya.
 Dapat digunakan kembali setelah rangkaian diperbaiki akibat
hubung singkat atau beban lebih
 Mempunyai respon yang baik apabila terjadi hubung singkat
atau beban lebih

Pada MCB terdapat dua jenis pengaman yaitu secara thermis dan
elektromagnetis, pengaman thermis berfungsi untuk mengamankan arus beban
lebih sedangkan pengaman elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan jika
terjadi hubung singkat. Pengaman thermis pada MCB memiliki prinsip yang sama
dengan thermal overload yaitu menggunakan dua buah logam yang digabungkan
(bimetal), pengamanan secara thermis memiliki kelambatan, ini bergantung pada
85

besarnya arus yang harus ran yang dapat menarik sebuah angker dari besi lunak.
MCB dibuat hanya memiliki satu kutub untuk pengaman satu fasa, sedangkan
untuk pengaman tiga fasa biasanya memiliki tiga kutub dengan tuas yang
disatukan, sehingga apabila terjadi gangguan pada salah satu kutub maka kutub
yang lainnya juga akan ikut terputus.
Berdasarkan penggunaan dan daerah kerjanya, MCB dapat
digolongkan menjadi 5jenis ciri yaitu :

 Tipe Z (rating dan breaking capacity kecil)


Digunakan untuk pengaman rangkaian semikonduktor dan
trafo-trafo yang sensitiveterhadap tegangan.
 Tipe K (rating dan breaking capacity kecil)
Digunakan untuk mengamankan alat-alat rumah tangga.
 Tipe G (rating besar) untuk pengaman motor.
 Tipe L (rating besar) untuk pengaman kabel atau jaringan.
 Tipe H untuk pengaman instalasi penerangan bangunan

(a) MCB 1 fasa (b) MCB 3 fasa

Gambar 29. Miniature Circuit Breaker (MCB)


86

b) MCCB
Moulded Case Circuit Breaker (MCCB) merupakan sakah satu alat
pengaman yang dalam proses operasinya mempunyai dua fungsi yaitu sebagai
pengaman dan sebagai alat penghubung. Jika dilihat dari segi pengaman, maka
MCCB dapat berfungsi sebagai pengaman gangguan arus hubung singkat dan arus
beban lebih. Pada jenis tertentu pengaman ini, mempunyai kemampuan
pemutusan yang dapat diatur sesuai denga yang diinginkan.
Keterangan :
1. Bahan BMC untuk bodi
dan tutup
2. Peredam busur api
3. Blok sambungan untuk
pemasangan
ST dan UVT
4. Penggerak lepas-sambung
5. Kontak bergerak
6. Data kelistrikan dan pabrik
pembuat
7. Unit magnetik trip

Gambar 30. Moulded Case Circuit Breaker (MCCB)

c) ACB
Air Circuit Breaker (ACB) merupakan jenis dari circuit breaker
dengan sarana pemadam busur api berupa udara. ACB dapat digunakan pada
tegangan rendah dan tegangan menengah.
Udara pada tekanan ruang atmosfer digunakan sebagai peredam
busurapi yang timbul akibat proses switching maupun gangguan. Air Circuit
Breaker dapat digunakan pada tegangan rendah dan tegangan menengah.
Pengoperasian pada bagian mekanik ACB dapatdilakukan dengan
bantuan solenoid motor ataupun pneumatik. Pengoperasian pada bagian mekanik
87

ACB dapat dilakukan dengan bantuan selenoid motor maupun pneumtaik.


Perlengkapan lain yang sering diintegrasikan dalam ACB adalah:
 Over Current Relay (OCR)
 Over Voltage Relay (OVR)
di dalam cubicle utama PLN menggunakan ACB tegangan menengah dengan
spesifikasi alat 630 Ampere / 20 Kilovolt.
Pada Gambar di bawah ini merupakan penampakan dari ACB di
cubicle PLN PT. Phapros, Tbk.

Gambar 31. ACB Tampak depan PT. Phapros, Tbk


88

Gambar 32. ACB Tampak Keseluruhan


d) NFB
No Fuse Breaker (NFB) berfungsi untuk menghubungkan dan
memutus tegangan/arus utama dengan sirkuit atau beban, selain itu berfungsi juga
untuk memutuskan/melindungi beban dari arus yang berlebihan ataupun jika
terjadi hubung singkat. Cara kerja NFB, ketika arus yang mengalir melaluinya
melebihi dari nilai yang tertera pada NFB maka secara otomatis NFB akan
memutuskan arusnya

Gambar 33. No Fuse Breaker (NFB)


89

3.8.2 Penghantar
Untuk instalasi listrik, penyaluran arus listriknya dari panel ke beban
maupunsebagai pengaman (penyalur arus bocor ke tanah) digunakan penghantar
listrikyang sesuai dengan penggunaanya.
Ada dua macam penghantar listrik yaitu :
 Kawat
penghantar tanpa isolasi (telanjang) yang dibuat dari Cu, ALsebagai
contoh BC, BCC, A2C, A3C, ACSR.
 Kabel
penghantar yang terbungkus isolasi, ada yang berinti tunggal atau
banyak, adayang kaku atau berserabut, ada yang dipasang di udara atau di dalam
tanah,dan masing-masing digunakan sesuai dengan kondisi pemasangannya.Kabel
instalasi yang biasa digunakan pada instalasi penerangan, jenis kabelyang banyak
digunakan dalam instalasi rumah tinggal untuk pemasangan tetapialah NYA dan
NYM. Pada penggunaannya kabel NYA menggunakan pipa untukmelindungi
secara mekanis ataupun melindungi dari air dan kelembaban yangdapat merusak
kabel tersebut.
Pada PT. Phapros, Tbk. terdapat penghantar berupa kabel NYA,
NYM, NYY, N2XSY, NYFGbY. Selanjutnya spesifikasi dari kabel tersebut seperti
di bawah ini:

a) Penghantar NYA
Kabel NYA hanya memiliki satu penghantarberbentuk pejal, kabel
ini pada umumnyadigunakan pada instalasi rumah tinggal.Dalam pemakaiannya
pada instalasi listrikharus menggunakan pelindung dari pipaunion atau paralon /
PVC ataupun pipafleksibel.
90

Gambar 34. Kabel NYA

b) Penghantar NYM
Sedangkan kabel
NYM adalah kabel yang memiliki
beberapa penghantar dan memiliki isolasi luar sebagai pelindung. Konstruksi dari
kabel NYM terlihat pada gambar. Penghantar dalam pemasangan pada instalasi
listrik, boleh tidak menggunakan pelindung pipa. Namun untuk memudahkan
saat peggantian kabel / revisi, sebaliknya pada pemasangan dalam dinding /
beton menggunakan selongsong pipa.

Gambar35. Kabel NYM


91

c) Penghantar NYY
Kabel tanah thermoplastik tanpa perisai seperti NYY, biasanya
digunakan untuk kabel tenaga pada industri. Kabel ini juga dapat ditanam dalam
tanah, dengan syarat diberikan perlindungan terhadap kemungkinan kerusakan
mekanis. Perlindungannya bisa berupa pipa atau pasir dan diatasnya diberi batu.

Gambar36. Kabel NYY

Pada prinsipnya susunan NYY ini sama dengan susunan NYM.


Hanya tebal isolasi dan selubung luarnya serta jenis PVC yang digunakan
berbeda. Warna selubung luarnya hitam. Untuk kabel tegangan rendah tegangan
nominalnya 0,6/1 kV dimana maksudnya yaitu :
 0,6 kV : Tegangan nominal terhadap tanah.
 1,0 kV : Tegangan nominal antar penghantar.
Penggunaan utama NYY sebagai kabel tenaga adalah untuk
instalasi industri di dalam gedung maupun di alam terbuka, di saluran kabel dan
dalam lemari hubung bagi, apabila diperkirakan tidak akan ada gangguan
mekanis. NYY dapat juga ditanam di dalam tanah asalkan diberi perlindungan
secukupnya terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan mekanis.
92

d) Penghantar N2XY
Kabel tanah thermoplastik tanpaperisai ialah N2XY, kabel N2XY
intinya terdiri dari penghantar tembaga, dengan isolasi XLPE, berpelindung bebat
tembaga serta berselubung PVC dengan tegangan pengenal 0,6/1 kV (1,2 kV)
yang dipasang sejajar pada suatu sistem fase tiga.

Gambar37. Kabel N2XY

e) Penghantar NYFGbY
Kabel tanah thermoplastik berperisai seperti NYFGbY, biasanya
digunakan apabila ada kemungkinan terjadi gangguan kabel secara mekanis, kabel
NYFGbY intinya terdiri dari penghantar tembaga, dengan isolasi PVC,
penggabungan dua atau lebih inti dilengkapi selubung atau pelindung yang terdiri
dari karet dan perisai kawat baja bulat. Perisai dan pembungkus diikat dengan
spiral pita baja, untuk menghindari korosi pada pita baja, maka kabel di selubungi
pelindung PVC warna hitam.
93

Gambar38. Kabel NYFGbY


3.8.3 Pemisah
a) Disconecting Switch (DS)
Disconecting Switch (DS) adalah saklar pemutus yang didesain tidak
bisa terbuka pada saat arus beban yang melewatinya masih ada dan DS
digunakan pada peralatan listrik yang tersupply daya besar. DS dipakai dalam
pemutusan/penyambungan tegangan supply yang besar diatas 1000 Volt yang
memerlukan teknik sendiri dalam pengoperasiannya.

b) Earthing Switch (ES)


Earthing Switch (ES) adalah saklar pembumian yang bekerja secara
bersamaan saling mengunci atau interlocking dan dapat memastikan saat switch
DS dalam posisi membuka maka switch ES akan dalam posisi tertutup begitu
juga sebaliknya. Hal ini mencegah apabila transformator kehilangan beban dari
MDP kemudian arus sisa dari transformator dapat langsung dibumikan secara
langsung melalui interlocking switch ES, karena arus tersebut berasal dari sisa
induksi elektromagnetik transformator JTM arus tersebut dapat membahayakan
keselamatan operator apabila tidak langsung dibumikan
Simbol dari interlocking switch DS & ES seperti gambar 14.
Dibawah ini :
94

Gambar 39. Simbol Interlocking Switch DS & ES


BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a) Listrik dari PLN digunakan sebagai sumber listrik utama/pokok pada
Sistem PHB Utama, sementara Genset merupakan energilistrik
alternatif/cadangan. Sumber energi listrik dari keduanya dapat
dikendalikan sesuai dengan switch pemindah daya yaitu ATS (Automatic
Transfer Switch), ATS dapat langsung bekerja secara automatis.Dan
secara langsung dapat meberikan respon yang realistis pada saat
beroperasi.
b) Berdasarkan pengamatan penulis, pengaman listrik untuk
menghubungkan arus besar maksimal pada trip 4000 Ampere digunakan
ACB (Automatic Circuit Breaker) antara lain buatan dari: Schneider
Electric, dan Merlin Gerlin.
c) Penghantar berupa kabel dalam Sistem PHB Utama adalah jenis kabel:
NYA, NYY, N2XSY, NYFGbY.
d) Sistem Instalasi Listrik di PT. Phapros, Tbk. sudah mengikuti aturan yang
dipersyaratkan PUIL 2000 pada bagian 4 tentang Perancangan Instalasi
Listrik pasal 4.1.2.3 yaitu dalam perancangan Instalasi harus meliputi:
95

 Gambar Situasi
 Gambar Instalasi
 Diagram Garis Tunggal
4.2 Saran
a) Dalam melakukan pengoperasian alat-alat bertegangan listrik hendaknya
selalu mengutamakan keselamatan, dan kesehatan kerja (K3) karena
energi listrik bersifat dinamis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Prih Sumardjati, dkk. TEKNIK PEMANFAATAN TENAGA


LISTRIK JILID 1, 2008.
2. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000)
3. http://electricalhobbies.blogspot.com/2011/03/memilih-panel-ats-
amf.html Diakses pada tanggal 28 Agustus 2013 pukul 10:32
4. http://otosensing.blogspot.com/2009/10/komponen-pemutus.html
Diakses pada tanggal 27 Agustus 2013 pukul 15:46
5. http://www.scribd.com/doc/30406266/Tek-Pemanf-listrik-Jilid-
1#download Diakses pada tanggal 23 Agustus 2013 pukul 07:47
6. http://www.scribd.com/doc/30406266/27/ACB-Air-Circuit-Breaker
Diakses pada tanggal 23 Agustus 2013 pukul 07:40
7. http://www.habetec.com/product/17/34/ Diakses pada tanggal 23
Agustus 2013 pukul 07:35
8. http://www.deepseaplc.com/products/dse-Genset/auto-start-
controllers/dse8610/ Diakses pada tanggal 30 Agustus 2013
pukul 14 : 22
96

HALAMAN LAMPIRAN
97
98
99
100

Lampiran 4. Daftar Hadir dan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan


101
102
103
104

Anda mungkin juga menyukai