Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH KENDALI MUTU

KEBOCORAN KOLIMASI

Disusun oleh Kelompok 2

Milaniawati Suwito 151610383005


Lelly Agustina Sisparwati 151610383006
Alivia Intan Dinia 151610383007
Febryandhita maharani 151610383008
Aisyatun Mardliyyah 151610383009

Dosen Pembimbing : Risalatul Latifah, S.Si., M.Si

PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI RADIOLOGI PENCITRAAN


FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Memastikan kebocoran sinar-x yang melewati kolimator.
1.2 Rumusan masalah
1. Amati apakah ada kebocoran yang dilihat dari hasil film?
2. Ukur berapa luas kebocoran sinar-x yang terjadi!
1.3 Dasar Teori

Quality assurance terdiri dari segala macam aktivitas yang bertujuan untuk
memberikan kepercayaan terhadap pelayananradiologi yang selalu konsisten, baik dalam
pelayanan maupundalam hal pemberian gambar yang berkualitas tinggi. Qualityassurance
meliputi evaluasi terhadap aktivitas seperti interpretasihasil pemeriksaan, perawatan
peralatan, standar prosedur, pencatatanfilm, perbaikan kerja, penjadwalan pemeriksaan
dan lain-lain. Proses quality assurance bekerja dengan melakukan identifikasi masalahatau
daerah potensial yang bermasalah, memonitor masalah dankemudian memecahkan masalah
(Charlton, 1992: 439)
Nilai kesesuaian medan radiasi cahaya mengukur seberapa baik kolimator mengatur
ukuran lapangan dan apakah area yang diterangi oleh cahaya pemosisian dan area yang
terkena sinar-X adalah sama. Kolimator terdiri dari dua set daun jendela yang dapat dibuka
dan ditutup, bersama dengan bola lampu kecil yang dipasang di tepi luar dan cermin yang
dipasang di pusat untuk memantulkan cahaya dari bola lampu melalui pembukaan rana.
Seiring waktu, cermin ini dapat bergeser atau mekanisme yang menggerakkan jendela
dapat rusak, menyebabkan kinerja yang tidak benar, yang mengarah ke dosis pasien yang
lebih besar dan mengulang gambar (Papp, 2015).
BAB I

METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1 Alat dan Bahan

a. Kaset film/CR/detektor DR
b. Reader
c. Monitor

2.2 Tata Laksana Percobaan

1. Letakkan image receptor (kaset ukuran kaset 24 cm x 30 cm) pada permukaan yang
datar.
2. Arahkan tabung sinar-x ke tengah image receptor
3. Gunakan waterpas untuk memastikan sumbu utama berkas sinar-x dan imaging
plate (kaset/CR/detektor DR) dalam posisi tegak lurus
4. Atur SID sebesar 100 cm
5. Atur satu kolimasi tertutup, satu yang lain terbuka
6. Berikan faktor eksposi (50-60 kVp dan 0-4 mAs). Catatan: upayakan menggunakan
kondisi eksposi yang menghasilkan citra yang dapat dievaluasi
7. Cuci atau cetak film
8. Ulangi langkah 1-7 untuk kolimator ditutup bergantian dan keduanya ditutup
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan

a. Shutter X (kanan-kiri) ditutup dan shutter Y (atas-bawah) dibuka

b. Shutter X (kanan-kiri) dibuka dan shutter Y (atas-bawah) ditutup


c. Keduanya ditutup

3.2 Analisa Hasil

Dari hasil percobaan yang kami lakukan, kami mendapati perbedaan yang cukup
signifikan antara percobaan A dan B di atas, di mana hasil eksposur pada percobaan A
terdapat banyak sekali scatter atau radiasi hambur yang disertai dengan bayangan atau
penumbra. Shutter Y (kolimasi atas-bawah) yang masih terbuka menyebabkan adanya
sinar-x yang masih keluar dengan luas terbukanya diafragma kanan mencapai 0,77 cm dan
total pengukuran penumbra mencapai 1,54 cm. Hal ini bisa terjadi karena disebabkan oleh
banyak faktor yaitu bisa jadi disebabkan oleh pemberian eksposur yang kurang tepat atau
human error dari operator sehingga menimbulkan scatter yang sangat banyak karena focal
spot ke objek yang kurang tepat, atau bisa jadi pula karena waktu eksposure yang kurang
tepat. Sedangkan pada percobaan B luasan diafragma kiri hanya mencapai 0,63 cm dengan
tidak didapatinya scatter dan penumbra. Jumlah ini bisa dibilang lebih kecil apabila
dibandingkan dengan percobaan B. Sementara untuk percobaan C dimana semua
diafragma ditutup, kami mendapati hasil gambar yang tampa celah atau dengan kata lain
tidak didapatinya kebocoran sedikitpun, bahkan tidak terdapat scatter maupun penumbra,
hal ini menyatakan jika tabung maupun diafragma bekerja dengan baik dan tidak
mengalami kebocoran. Jadi dari hasil analisa yang kami lakukan terhadap tiga percobaan
yang telah kami lakukan di Unit Radiologi RSKI Universitas Airlangga kami dapat
mengambil kesimpulan jika kebocoran hanya terjadi pada percobaan A di mana terdapat
penumbra sebesar 1,54 cm yang dapat terbilang cukup besar jika menilik dari efek yang
mungkin dapat terjadi apabila terpapar ke tubuh pasien.
BAB IV

PENUTUP

1.1 Simpulan

Jadi dari hasil analisa yang kami lakukan terhadap tiga percobaan yang telah kami
lakukan di Unit Radiologi RSKI Universitas Airlangga kami dapat mengambil kesimpulan
jika kebocoran hanya terjadi pada percobaan A di mana terdapat penumbra sebesar 1,54
cm yang dapat terbilang cukup besar jika menilik dari efek yang mungkin dapat terjadi
apabila terpapar ke tubuh pasien.

1.2 Saran
Jika memungkinkan dapat dilakukan pengulangan pada semua percobaan untuk
benar-benar memastikan jika memang ada atau tidaknya kebocoran pada tabung sinar x
yang ada di Unit Radiologi RSKI Universitas Airlangga.
DAFTAR PUSTAKA

Hastuti, P, dkk., 2009, UJI KESESUAIAN SEBAGAI ASPEK PENTING


DALAMPENGAWASAN PENGGUNAAN PESAWAT SINAR-X DI FASILITAS
RADIOLOGI DIAGNOSTIK, PTNBR – BATAN, hlm 269 -277.
Papp, Jeffrey. 2015. QUALITY MANAGEMENT IN THE IMAGIING SCIENCES. Fifth
edition. St. Louis : Elsevier Inc.

Purnomo, S, 2010, PENGUKURAN UJI KEBOCORAN TABUNG PESAWAT SINAR-X


DIAGNOSTIK RONTGEN DI WILAYAH KABUPATEN PATI DAN
KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH, ISSN, hlm 581 -584.

Anda mungkin juga menyukai