ARTIKEL ILMIAH
Artikel Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja
Lapangan Quality Control di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Soeroto Ngawi
Disusun oleh :
Laporan ini telah diperiksa oleh Clinical Instruktur (CI) Instalasi Radiologi
RSUD Dr. Soeroto Ngawi, dan telah disetujui untuk memenuhi tugas mata
‘Aisyiyah Yogyakarta.
NIM : 1810505051
Mengetahui
ABSTRACT
Lead apron testing aims to ensure that radiation protection equipment can
provide optimal protection when used. The frequency of lead apron tests is
carried out once a year. Storage or placement of the lead apron should not be
folded and not hung because it can cause damage so that it can reduce its function
as radiation protection equipment. If the lead apron is not used, it should be stored
on a special apron rack with a supine lead apron position (KEMENKES, No.
1250, 2009).
testing the lead apron found in the Radiology Installation of RSUD Dr. Soeroto of
Ngawi using a Computer Radiography (CR). the results obtained from these tests
uji lead apron dilakukan 1 tahun sekali. Penyimpanan atau peletakkan lead apron
sebaiknya tidak dilipat dan tidak digantung karena dapat meyebabkan kerusakan
lead apron tidak digunakan, maka sebaiknya disimpan di rak khusus apron
hasil yang didapatkan dari pengujian tersebut bahwa lead apron masih layak
digunakan.
KATA KUNCI : Lead apron, Computer Radiografi, RSUD Dr. Soeroto Ngawi
PENDAHULUAN
Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu
sendiri dan orang di sekelilingnya. Alat pelindung diri atau perlengkapan proteksi
yang biasa digunakan oleh pekerja radiasi adalah lead apron, gonad shield, sarung
Salah satu Alat Pelindung Diri (APD) yang sering digunakan adalah lead
apron. Lead apron adalah sejenis baju pelindung yang dipakai oleh personil atau
petugas yang bekerja dengan radiasi pengion guna melindungi dari radiasi
sekunder. Lead apron biasanya terbuat dari campuran karet dan timbal yang
memiliki ketebalan 0,25 mm atau 0,50 mm. Lead apron mempunyai fungsi yang
penting untuk melindungi dan menjaga keselamatan personil atau petugas radiasi.
Oleh karena itu, penggunaan yang tepat dan kondisi penyimpanan yang baik
uji lead apron dilakukan 1 tahun sekali. Menurut Australian Radiation Protection
and Nuclear Safety Agency (2015), lead apron juga harus diuji untuk melindungi
integritas dari apron tersebut dengan interval 12-18 bulan sekali. Pengujian ini
Penyimpanan atau peletakkan lead apron sebaiknya tidak dilipat dan tidak
digantung karena dapat meyebabkan kerusakan sehingga dapat mengurangi
fungsinya sebagai peralatan proteksi radiasi. Apabila lead apron tidak digunakan,
maka sebaiknya disimpan di rak khusus apron dengan posisi lead apron terlentang
apron masih layak jika daerah yang mengalami kerusakan tidak lebih dari 670
mm2 atau setara dengan lubang berdiameter 29 mm. Pada daerah yang tidak
sensitif radiasi dan tidak layak apa bila kerusakan lead apron yang terjadi lebih
dari 670mm2 atau setara dengan lubang berdiameter 29 mm. Kerusakan lead
apron yang terjadi pada daerah sensitif radiasi masih layak digunakan apabila
kerusakan yang terjadi tidak lebih dari 15 mm2 atau setara dengan lubang
berdiameter 4,3 mm, dan lead apron dinyatakan tidak layak apabila kerusakan
pada daerah yang sensitif radiasi lebih dari 15 mm2 atau setara dengan lubang
terdapat 6 buah lead apron dengan berbagai merk, dimana 1 buah lead apron
yang penulis jadikan sebagai acuan menulis artikel ilmiah ini dari segi kondisi
fisik masih cukup bagus terlihat pada keseluruhan bagian apron belum ada
mengalami robekan jahitan atau kerusakan. Tebal timbal lead apron di instalasi
radiologi RSUD Dr. Soeroto Ngawi yaitu 0,5 mm Pb. Cara peletakan lead apron
di RSUD Dr. Soeroto Ngawi yaitu dengan cara meletakkan apron terlentang di rak
khusus penyimpanan APD radiasi.. Lead Apron di RSUD Dr. Soeroto terakhir kali
lebih dalam mengenai pengujian lead apron di Instalasi Radiologi RSUD Dr.
Soeroto Ngawi untuk menjamin bahwa lead apron ini dapat digunakan secara
optimal untuk melindungi petugas radiasi, pasien maupun keluarga pasien dari
bahaya radiasi dan menjadikannya dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul
SOEROTO NGAWI”
METODE PENELITIAN
data, penulis melakukan observasi dan pengujian terhadap lead apron. Data yang
warna biru tua, tahun pembelian 2020, ketebalan 0,5 mm Pb. Pesawat sinar-X
plate (IP) ukuran 35x43 cm, Computed radiography (CR) merk Carestream.
selanjutnya atur FFD setinggi 100 cm dan kolimator seluas kaset, kemudian
letakan lead apron di atas imaging plate (IP). Lakukan eksposi dengan
sebanyak empat kali pada lead apron yaitu pada bagian kanan atas, kiri atas.
Kanan bawah, kiri bawah. Kemudian ambil imaging plate (IP) yang telah di
(IP), Terakhir Lakukan analisa dari hasil radiograf dari pengujian lead apron.
b. Pengujian lead apron dilakukan pada satu sisi kemudian dibagi menjadi 4
sinar-X.
cm. Imaging Plate (IP) diletakkan dengan cara ditumpuk antar imaging
s.
4) Ilustrasi pengujian
Hasil pengujian lead apron pada bagian kiri atas pada panah warna biru
terlihat adanya lingkaran hitam tapi tidak begitu besar. pada lead apron bagian
kanan bawah pada panah warna biru juga terdapat lingkaran hitam kecil,
sedangkan pada lead apron pada bagian kanan atas dan kiri bawah tidak terdapat
kerusakan karena penyimpanan lead apron yang baik dan struktur lapisan timbal
yang ditunjukan oleh panah warna biru pada kiri atas dan kanan bawah, akan
tetapi ukuran lingkaran hitamnya sangat kecil dan pada pengujian lead apron
karena terjadinya banyak lekukan diakibatkan oleh cara perawatan dan peletakan.
Menurut penulis hasil pengujian lead apron di Instalasi Radiologi RSUD Dr.
Soeroto Ngawi masih sangat baik dan dapat digunakan sampai sekarang, karena
tidak ada kerusakkan yang melebihi batas toleransi yaitu seluas 670 mm2 atau
setara dengan lubang berdiameter 29 mm pada daerah yang tidak sensitif radiasi,
dan tidak lebih dari seluas 15 mm2 atau setara dengan lubang berdiameter 4,3 mm 2
menunjukan bahwa pada lead apron terdapat 2 titik lingkaran yang disebabkan
oleh ketidakrataan lapisan timbal, pada hasil pengujian tidak terdapat patahan
sehingga masih dinyatakan layak. Pada lead apron terdapat lingkaran hitam pada
bagian kiri atas dan pada bagian kanan bawah tetapi lingkaran hitam ini tidak
melebihi batas toleransi yaitu seluas 670 mm2 , sehingga lead apron masih layak
digunakan.
SARAN
Ngawi dilakukan pengujian dan perawatan secara rutin 1 tahun sekali untuk
memastikan kondisi dari lead apron yang digunakan masih layak digunakan
atau tidak.
RSUD Dr. Soeroto Ngawi yang terdapat rak khusus untuk penyimpanan lead
Kemenkes, surat keputusan No. 1250 Tahun 2009 Tentang Pedoman Kendali
Mutu (Quality Control) Peralatan RadioZdiognostik.
Yuliati, Setyo. 2015. Pengujian Lead Apron di Instalasi Radiologi RSUD DR.
MOEWARDI
SURAKARTA. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Husada Semarang:
Semarang.
\
LAMPIRAN
LAMPIRAN 3. PROSEDUR PEMAKAIAN APRON LAMPIRAN 4. DAFTAR ISI TEMPAT APD RADIASI