Anda di halaman 1dari 16

PENGUJIAN LEAD APRON DI INSTALASI RADIOLOGI

RUMAH SAKIT DR. SOEROTO NGAWI

ARTIKEL ILMIAH
Artikel Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja
Lapangan Quality Control di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Soeroto Ngawi

Disusun oleh :

Nedy Riko Ananda Zulkarnain


1810505051

PROGRAM STUDI JENJANG DIPLOMA III RADIOLOGI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini telah diperiksa oleh Clinical Instruktur (CI) Instalasi Radiologi

RSUD Dr. Soeroto Ngawi, dan telah disetujui untuk memenuhi tugas mata

kuliah Praktek Kerja Lapangan IV Prodi Diploma III Radiologi Universitas

‘Aisyiyah Yogyakarta.

Nama : NEDY RIKO ANANDA ZULKARNAIN

NIM : 1810505051

Judul : Pengujian lead apron di Instalasi Radiologi Rumah Sakit

Dr. Soeroto Ngawi

Ngawi, Maret 2021

Mengetahui

Pembimbing Clinical Instruktur

Anshor Nugroho, S.Kom. Tri Kusdiarto, SST.


PENGUJIAN LEAD APRON DI INSTALASI RADIOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SOEROTO NGAWI
Nedy Riko Ananda Zulkarnain 1) Tri Kusdiarto, SST 2) Anshor Nugroho, S.Kom 3)
1)
Mahasiswa Program Studi Jenjang D-III Radiologi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta,
2)
Clinical Instruktur Radiologi RSUD Dr. Soeroto Ngawi,
3)
Dosen program Studi Jenjang D-III Radiologi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
email: nrikoaz@gmail.com

ABSTRACT
Lead apron testing aims to ensure that radiation protection equipment can

provide optimal protection when used. The frequency of lead apron tests is

carried out once a year. Storage or placement of the lead apron should not be

folded and not hung because it can cause damage so that it can reduce its function

as radiation protection equipment. If the lead apron is not used, it should be stored

on a special apron rack with a supine lead apron position (KEMENKES, No.

1250, 2009).

The type of testing used is a quantitative type with a descriptive method of

testing the lead apron found in the Radiology Installation of RSUD Dr. Soeroto of

Ngawi using a Computer Radiography (CR). the results obtained from these tests

that lead apron is still feasible to use.

KEYWORD : Lead Apron, Computer Radiography, RSUD Dr. Soeroto Ngawi


ABSTRAK

Pengujian lead apron bertujuan untuk menjamin bahwa peralatan proteksi

radiasi dapat memberikan perlindungan yang optimal ketika digunakan. Frekuensi

uji lead apron dilakukan 1 tahun sekali. Penyimpanan atau peletakkan lead apron

sebaiknya tidak dilipat dan tidak digantung karena dapat meyebabkan kerusakan

sehingga dapat mengurangi fungsinya sebagai peralatan proteksi radiasi. Apabila

lead apron tidak digunakan, maka sebaiknya disimpan di rak khusus apron

dengan posisi lead apron terlentang (KEMENKES, No. 1250, 2009).

Jenis pengujian yang digunakan adalah jenis kuantitatif dengan metode

deskriptif melakukan pengujian lead apron yang terdapat di Instalasi Radiologi

RSUD Dr. Soeroto Ngawi menggunakan pesawat Computer Radiografi (CR).

hasil yang didapatkan dari pengujian tersebut bahwa lead apron masih layak

digunakan.

KATA KUNCI : Lead apron, Computer Radiografi, RSUD Dr. Soeroto Ngawi
PENDAHULUAN

Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat

bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu

sendiri dan orang di sekelilingnya. Alat pelindung diri atau perlengkapan proteksi

yang biasa digunakan oleh pekerja radiasi adalah lead apron, gonad shield, sarung

tangan, thyroid shield dan kacamata Pb (BAPETEN No.8 Tahun 2011).

Salah satu Alat Pelindung Diri (APD) yang sering digunakan adalah lead

apron. Lead apron adalah sejenis baju pelindung yang dipakai oleh personil atau

petugas yang bekerja dengan radiasi pengion guna melindungi dari radiasi

sekunder. Lead apron biasanya terbuat dari campuran karet dan timbal yang

memiliki ketebalan 0,25 mm atau 0,50 mm. Lead apron mempunyai fungsi yang

penting untuk melindungi dan menjaga keselamatan personil atau petugas radiasi.

Oleh karena itu, penggunaan yang tepat dan kondisi penyimpanan yang baik

merupakan hal sangat penting (Orhan dan Arzu, 2012).

Pengujian lead apron bertujuan untuk menjamin bahwa peralatan proteksi

radiasi dapat memberikan perlindungan yang optimal ketika digunakan. Frekuensi

uji lead apron dilakukan 1 tahun sekali. Menurut Australian Radiation Protection

and Nuclear Safety Agency (2015), lead apron juga harus diuji untuk melindungi

integritas dari apron tersebut dengan interval 12-18 bulan sekali. Pengujian ini

dapat dilakukan dengan menggunkan fluoroscopy maupun radiography.

Penyimpanan atau peletakkan lead apron sebaiknya tidak dilipat dan tidak
digantung karena dapat meyebabkan kerusakan sehingga dapat mengurangi

fungsinya sebagai peralatan proteksi radiasi. Apabila lead apron tidak digunakan,

maka sebaiknya disimpan di rak khusus apron dengan posisi lead apron terlentang

(KEMENKES, No. 1250, 2009).

Menurut Lambert (2001), dikutip Nikmawati (2015) kerusakan pada lead

apron masih layak jika daerah yang mengalami kerusakan tidak lebih dari 670

mm2 atau setara dengan lubang berdiameter 29 mm. Pada daerah yang tidak

sensitif radiasi dan tidak layak apa bila kerusakan lead apron yang terjadi lebih

dari 670mm2 atau setara dengan lubang berdiameter 29 mm. Kerusakan lead

apron yang terjadi pada daerah sensitif radiasi masih layak digunakan apabila

kerusakan yang terjadi tidak lebih dari 15 mm2 atau setara dengan lubang

berdiameter 4,3 mm, dan lead apron dinyatakan tidak layak apabila kerusakan

pada daerah yang sensitif radiasi lebih dari 15 mm2 atau setara dengan lubang

berdiameter 4,3 mm.

Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soeroto Ngawi

terdapat 6 buah lead apron dengan berbagai merk, dimana 1 buah lead apron

yang penulis jadikan sebagai acuan menulis artikel ilmiah ini dari segi kondisi

fisik masih cukup bagus terlihat pada keseluruhan bagian apron belum ada

mengalami robekan jahitan atau kerusakan. Tebal timbal lead apron di instalasi

radiologi RSUD Dr. Soeroto Ngawi yaitu 0,5 mm Pb. Cara peletakan lead apron

di RSUD Dr. Soeroto Ngawi yaitu dengan cara meletakkan apron terlentang di rak

khusus penyimpanan APD radiasi.. Lead Apron di RSUD Dr. Soeroto terakhir kali

dilakukan pengujian yaitu pada tahun 2019.


Berdasarkan pengamatan diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji

lebih dalam mengenai pengujian lead apron di Instalasi Radiologi RSUD Dr.

Soeroto Ngawi untuk menjamin bahwa lead apron ini dapat digunakan secara

optimal untuk melindungi petugas radiasi, pasien maupun keluarga pasien dari

bahaya radiasi dan menjadikannya dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul

“PENGUJIAN LEAD APRON DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD DR.

SOEROTO NGAWI”
METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif dengan

pendekatan observasional, yaitu penulis melakukan pengamatan secara langsung

di lokasi penelitian, dilakukan di RSUD Dr. Soeroto Ngawi. Waktu penelitian

Februari-Maret 2021, dilakukan pada 1 buah lead apron. Dalam pengumpulan

data, penulis melakukan observasi dan pengujian terhadap lead apron. Data yang

diperoleh kemudian dianalisa dan ditarik kesimpulan.


HASIL
DAN
PEMBAHASAN

Berdasarkan observasi yang diakukan penulis di Instalasi Radiologi RSUD

Dr. Soeroto Ngawi mempunyai 6 buah Lead apron.

Gambar 1. Lead apron di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

Dengan rincian 6 buah lead apron disimpan di ruang pemeriksaan

konvensional dengan ketebalan 0,5 mm Pb, dan terakhir kali dilakukan

pengujian pada tahun 2019. Prosedur Pengujian lead apron di Instalasi

Radiologi RSUD Dr. Soeroto Ngawi , menggunakan 1 buah Lead apron

warna biru tua, tahun pembelian 2020, ketebalan 0,5 mm Pb. Pesawat sinar-X

Merk Toshiba KXO-32SS, Nomor Seri 7K1163, kV Maksimum 150 kV, kV


Minimum 40 kV, mA Maksimum 500 mA, mA Minimum 10 mA, mAS

Maksimum 560.0 mAS, mAS Minimum 0,6 mAS. Menggunakan Imaging

plate (IP) ukuran 35x43 cm, Computed radiography (CR) merk Carestream.

Letakkan imaging plate (IP) berukuran 35x43 cm di atas meja pemeriksaan,

selanjutnya atur FFD setinggi 100 cm dan kolimator seluas kaset, kemudian

letakan lead apron di atas imaging plate (IP). Lakukan eksposi dengan

menggukan faktor eksposi 60 kV, 100 mA dan 0,1 s, Eksposi dilakukan

sebanyak empat kali pada lead apron yaitu pada bagian kanan atas, kiri atas.

Kanan bawah, kiri bawah. Kemudian ambil imaging plate (IP) yang telah di

ekspose dan lakukan processing dengan menggunakan computer radiography

(IP), Terakhir Lakukan analisa dari hasil radiograf dari pengujian lead apron.

Langkah-langkah pengujian lead apron sebagai berikut :

a. Sebelum pengujian alat dan bahan dipersiapkan terlebih dahulu

b. Pengujian lead apron dilakukan pada satu sisi kemudian dibagi menjadi 4

kuadran untuk memastikan seluruh lead apon mendapatkan penyinaran

sinar-X.

c. Lead apron diletakkan dengan posisi horizontal diatas meja pemeriksaan.

d. Dibawah lead apron diletakkan imaging plate (IP) berukuran 35 cm x 43

cm. Imaging Plate (IP) diletakkan dengan cara ditumpuk antar imaging

plate (IP) agar tampak seluruh bagian lead apron.

e. Pesawat sinar-X diatur sebagai berikut :

1) Arah sinar vertikal tegak lurus terhadap lead apron

2) Jarak tabung sinar-X dengan imaging plate (IP)adalah 100 cm.


3) Faktor eksposi : untuk lead apron dengan ketebalan setara dengan 0,5

mm Pb menggunakan faktor eksposi sebesar 60 kV, 100 mA dan 0,1

s.

4) Ilustrasi pengujian

Gambar 2. Ilustrasi pengujian lead apron

f. Bila terlihat pada layar monitor computed radiography (CR) adanya

retakan pada hasil gambaran yaitu ditandai adanya garis memanjang

dengan berwarna hitam, adanya lekukan yaitu ditandai adanya gambar

seperti gelombang berwarna putih, dan adanya lubang ditandai gambar

lingkaran berwarna hitam.


Hasil Radiografi Lead apron

Gambar 1. Radiograf hasil pengujian Gambar 2. Radiograf hasil pengujian


Lead Apron bagian kanan atas Lead Apron bagian kanan bawah

Gambar 3. Radiograf hasil pengujian Gambar 4. Radiograf hasil pengujian


Lead Apron bagian kiri atas Lead Apron bagian kiri bawah

Hasil pengujian lead apron pada bagian kiri atas pada panah warna biru

terlihat adanya lingkaran hitam tapi tidak begitu besar. pada lead apron bagian

kanan bawah pada panah warna biru juga terdapat lingkaran hitam kecil,

sedangkan pada lead apron pada bagian kanan atas dan kiri bawah tidak terdapat
kerusakan karena penyimpanan lead apron yang baik dan struktur lapisan timbal

masih terlihat baik karena tidak menimbulkan patahan.

Berdasarkan hasil pengukuran pada lead apron terdapat 2 lingkaran hitam

yang ditunjukan oleh panah warna biru pada kiri atas dan kanan bawah, akan

tetapi ukuran lingkaran hitamnya sangat kecil dan pada pengujian lead apron

tidak terdapat lekukan dan ketidakrataan yang dapat menyebabkan patahan,

karena terjadinya banyak lekukan diakibatkan oleh cara perawatan dan peletakan.

Menurut penulis hasil pengujian lead apron di Instalasi Radiologi RSUD Dr.

Soeroto Ngawi masih sangat baik dan dapat digunakan sampai sekarang, karena

tidak ada kerusakkan yang melebihi batas toleransi yaitu seluas 670 mm2 atau

setara dengan lubang berdiameter 29 mm pada daerah yang tidak sensitif radiasi,

dan tidak lebih dari seluas 15 mm2 atau setara dengan lubang berdiameter 4,3 mm 2

pada daerah yang sensitif radiasi.


KESIMPULAN

Hasil pengujian di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Soeroto Ngawi

menunjukan bahwa pada lead apron terdapat 2 titik lingkaran yang disebabkan

oleh ketidakrataan lapisan timbal, pada hasil pengujian tidak terdapat patahan

sehingga masih dinyatakan layak. Pada lead apron terdapat lingkaran hitam pada

bagian kiri atas dan pada bagian kanan bawah tetapi lingkaran hitam ini tidak

melebihi batas toleransi yaitu seluas 670 mm2 , sehingga lead apron masih layak

digunakan.

SARAN

1. Sebaiknya pengujian lead apron di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Soeroto

Ngawi dilakukan pengujian dan perawatan secara rutin 1 tahun sekali untuk

memastikan kondisi dari lead apron yang digunakan masih layak digunakan

atau tidak.

2. Sebaiknya peletakkan lead apron dilakukan seperti di Instalasi Radiologi

RSUD Dr. Soeroto Ngawi yang terdapat rak khusus untuk penyimpanan lead

apron dengan cara peletakkannya terlentang.


DAFTAR PUSTAKA
BAPETEN, 2011, keselamatan radiasi dalam penggunaan pesawat sinar-x
radiologi diagnostic, Badan Tenaga Nuklir : Jakarta

Indarti, Rini dkk. 2017. Proteksi Radiasi Bidang Radiodiagnostik dan


Intervensional. Inti media pustaka : Magelang

Kemenkes, surat keputusan No. 1250 Tahun 2009 Tentang Pedoman Kendali
Mutu (Quality Control) Peralatan RadioZdiognostik.

Lamber, K and Mckeon, T. 2001. Inspection of Lead Aprons : Criteria for


Rejection, Operation Radiation Safety, Supplement to Health Physich, 80,
suppl 5 May 2001, S67-S69

Yuliati, Setyo. 2015. Pengujian Lead Apron di Instalasi Radiologi RSUD DR.
MOEWARDI
SURAKARTA. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Husada Semarang:
Semarang.

Republik Indonesia. 2008. Keputusan Kepala Menteri Kesehatan No-1014 Tahun


2008. Tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik Di Sarana
Pelayanan Kesehatan. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta.Kurniati, Dyah. 2012.
Pengujian Lead Apron di Instalasi Radiologi RSUD Salatiga. Poltekkes
Kemenkes Semarang: Semarang.

Neringa, Vaiciunaite, dkk. 2011. Verification Of Lrad Equivalent For Protective


Apron Used In Radiologi. Kaunas University Of Tecnology: Physics
Departement.

Nikmawati, Atin. 2018. “Evaluasi Performance Lead Apron di Instalasi Radiologi


Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang” Politeknik Kesehatan
Kemenkes Semarang: Karya Tulis Ilmiah

\
LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. TEMPAT APD RADIASI LAMPIRAN 2. PENGECEKAN KEBOCORAN APRON

LAMPIRAN 3. PROSEDUR PEMAKAIAN APRON LAMPIRAN 4. DAFTAR ISI TEMPAT APD RADIASI

LAMPIRAN 5. KETERANGAN LEAD APRON YANG DIUJI COBA

Anda mungkin juga menyukai