Makalah Zat Warna
Makalah Zat Warna
PENDAHULUAN
manusia, oleh karena itu makanan yang kita makan bukan hanya harus memenuhi
gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti
Indonesia saat ini berkembang dengan sangat pesat. Ditemukan makanan dan
produk kering yang dibuat dari tapioka atau tepung lain dengan menggunakan
bahan yang sesuai dengan jenis makanan lainnya. Kerupuk mudah diperoleh di
dilarang untuk makanan yaitu zat pewarna untuk tekstil (Rohaendi, 2009).
1
Rhodamin B adalah zat pewarna berupa kristal yang tidak berbau
dan berwarna hijau atau ungu kemerahan yang beredar di pasar untuk industri
No. 28 Tahun 2004, Rhodamin B merupakan zat warna tambahan yang dilarang
iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi pada mata, iritasi pada saluran
pencernaan, keracunan, dan gangguan hati akan tetapi sampai sekarang masih
ternyata masih ada produsen yang sengaja menambahkan zat warna Rhodamin B
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan tambahan pangan adalah bahan atau campuran bahan yang secara
alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan. Bahan ini biasanya tidak
digunakan sebagai makanan dan bukan bahan khas makanan, mempunyai atau
tidak mempunyai nilai gizi yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk
melebihi dosis yang diizinkan. Bahan aditif juga bisa membuat penyakit jika tidak
digunakan sesuai dosis, apalagi bahan aditif buatan atau sintetis. Penyakit yang
bisa timbul akibat dari penggunaan zat aditif dalam jangka waktu lama adalah
Zat pewarna adalah bahan-bahan yang dibuat secara kimiawi atau bahan
alami dari tanaman, hewan, atau sumber lain yang diekstrak yang ditambahkan
atau digunakan ke bahan makanan, obat atau kosmetik, bisa menjadi bagian dari
makanan antara lain; warna dapat memberi petunjuk mengenai perubahan kimia
dalam makanan. Oleh karena itu, warna menimbulkan banyak pengaruh terhadap
awalnya, makanan diwarnai dengan zat warna alami yang diperoleh dari
tumbuhan, hewan, atau mineral, akan tetapi zat warna tersebut tidak stabil oleh
panas dan cahaya serta harganya mahal (Utami & Suhendi, 2009).
suatu produk. Oleh karena itu produsen pun berlomba menawarkan aneka
dari tumbuhan, hewan, atau dari sumber – sumber mineral. Zat warna ini telah
digunakan sejak dahulu dan umumnya dianggap lebih aman daripada zat warna
sintetis. Pigmen-pigmen zat pewarna alami diantaranya yaitu karoten
menghasilkan warna jingga sampai merah yang dihasilkan dari wortel atau
pepaya, biksin yang menghasilkan warna kuning didapatkan dari bixa orellana,
klorofil menghasilkan warna hijau yang dihasilkan dari daun suji, daun pandan
dan lain-lain serta antosianin yang menghasilkan warna merah, oranye, ungu, biru
dan kuning yang terdapat pada bunga dan buah-buahan (Hidayat & Saati, 2006).
buatan yang mengandalkan bahan-bahan kimia atau dari bahan yang mengandung
dapat menghasilkan warna lebih kuat meskipun jumlah pewarna yang digunakan
hanya sedikit. Selain itu, biarpun telah mengalami proses pengolahan dan
pemanasan, warna yang dihasilkan dari pewarna buatan akan tetap cerah
(Cahyadi, 2009).
sintetis daripada zat pewarna alami diantaranya warna yang dihasilkan pewarna
sintetis lebih cerah dan lebih homogen, sedangkan zat pewarna alami lebih pudar
dan tidak homogen; pewarna sintetis memiliki banyak variasi warna, sedangkan
pewarna alami sedikit; zat pewarna sintetis harganya lebih murah sedangkan zat
pewarna alami lebih mahal; ketersediaan zat pewarna sintetis tidak terbatas,
sedangkan zat pewarna alami terbatas; zat pewarna sintetis bersifat stabil
dyes dan lakes. Dyes adalah zat pewarna yang umumnya bersifat larut dalam air,
dan absorpsi dyes pada radikal (Al atau Ca) yang dilapisi dengan aluminium
pewarna untuk berbagai bahan pangan oleh produsen, misalnya pemakaian zat
penjelasan dalam label yang melarang penggunaan senyawa tersebut untuk bahan
pangan. Haltersebut disebabkan bea masuk zat pewarna untuk makanan jauh lebih
hijau atau ungu kemerahan, tidak berbau, serta mudah larut dalam larutan
Kelarutan Rhodamin B dalam air adalah ~50 g/L. Namun kelarutan dalam
larutan asetat 30 % vol. Adalah ~ 400 g/L. Air kran yang diklorinasi terurai
Rheonine B, D & C Red No. 19, C.I. Basic Violet 10, C.I. No 45179, Food Red
15, ADC Rhodamine B, Aizan Rhodamone dan Briliant Pink B. Sedangkan nama
kimianya adalah :
N-9-(carboxyphenyl)-6-(diethylamino)-3H-xanten-3-ylidene]-N-
C28H31N2O3Cl dengan berat molekul sebesar 479 g/mol. Sangat larut dalam air
yang akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan dan berfluorensi kuat (Sri, ).
Gambar 2.1 Struktur Rhodamin B (Sumarlin, 2010).
sifat kumulatif yaitu iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi pada mata,
iritasi pada saluran pencernaan, keracunan, dan gangguan hati (Sumarlin, 2010).
karena penggunaan rhodamin B dalam waktu lama dan jumlah yang banyak pada
manusia dapat menyebabkan gangguan fungsi hati atau kanker hati dengan cara
B, urine akan berwarna merah atau merah muda (Pertiwi, et.al., 2003).
makanan dalam waktu yang lama akan dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati
maupun kanker. Namun demikian, bila terpapar Rhodamin B dalam jumlah besar
maka dalam waktu singkat akan terjadi gejala akut keracunan Rhodamin B. Bila
berwarna merah maupun merah muda. Selain melalui makanan dan minuman,
terjadi iritasi pada saluran pernafasan. Mata yang terkena Rhodamin B juga akan
mengalami iritasi yang ditandai dengan mata kemerahan dan timbunan cairan atau
udem pada mata. Jika terpapar pada bibir dapat menyebabkan bibir akan pecah-
senyawa klorin (Cl). Senyawa klorin merupakan senyawa halogen yang berbahaya
dan reaktif. Jika tertelan, maka senyawa ini akan berusaha mencapai kestabilan
dalam tubuh dengan cara mengikat senyawa lain dalam tubuh, hal inilah yang
bersifat racun bagi tubuh. Selain itu, rhodamin B juga memiliki senyawa
Rhodamin B ini juga adalah bahan kimia yang digunakan sebagai bahan
pewarna dasar pada tekstil dan kertas. Pada awalnya zat ini digunakan untuk
berhubungan dengan sifatnya dapat berfluorensi dalam sinar matahari. Selain itu,
rhodamin B juga digunakan di laboratorium untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg
dan Th. Rhodamin B digunakan sebagai pewarna, pelacak dalam air untuk
2.3 Kerupuk
macamnya menurut rasa, bentuk, dan asal daerahnya. Sebagai jenis makanan
ringan, kerupuk mengandung pati yang cukup tinggi karena umumnya terbuat dari
dicurigai menggunakan zat pewarna yang dilarang untuk makanan ( zat pewarna
untuk tekstil). Hal ini disebabkan karena zat pewarna tersebut mudah didapatkan,
warna menarik serta lebih tahan lama sehingga banyak konsumen yang
menyukainya dan harganya lebih murah serta memberikan keuntungan yang lebih
Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi
planar , yang fase diamnya berupa lapisan seragam (uniform) pada permukaan
bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, plat aluminium, atau plat plastik
perbedaan daya serap (adsorpsi) dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-
komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen. Oleh karena
daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak sama, maka komponen
bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan
Lapisan yang memisahkan terdiri atas bahan berbutir (fase diam) ditempatkan
pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran
yang akan dipisah berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita, setelah
pelat/lapisan ditaruh dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang
(Sudjadi, 1988).
berdasarkan perbedaan adsorpsi atau partisi oleh fase diam di bawah gerakan
terjadi hubungan kesetimbangan antara fase diam dan fasa gerak, dimana ada
interaksi antara permukaan fase diam dengan gugus fungsi senyawa organik yang
ini dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : kepolaran fase diam, kepolaran fase gerak,
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
kisi difraksi dengan detektor. Panjang gelombang yang dikaitkan dengan cahaya
tampak itu mampu mempengaruhi selaput pelangi mata manusia dan akan
yang diukur pada panjang gelombang absorban tertentu, yaitu panjang gelombang
yang diperoleh dari hasil nilai absorbansi yang tertinggi. Larutan pembanding
dalam spektrofotometri pada umumnya adalah pelarut murni atau suatu larutan
blanko yang mengandung sedikit zat yang akan ditetapkan atautidak sama sekali
Tabel 2.1 Panjang gelombang warna komplementer dan warna yang diserap
1. Sumber cahaya
Sinar Tampak ada dua macam, yaitu lampu Tungsten (Wolfram) dan lampu
Deuterium.
2. Monokromator
3. Kompartemen sampel
merupakan wadah yang digunakan untuk menaruh sampel yang akan dianalisis.
d. Tidak rapuh
e. Bentuknya sederhana
4. Detektor
Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar kemudian
diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder dan ditampilkan
detektor adalah :
5. Visual display
METODOLOGI PENELITIAN
danYuningrat, 2007).
Manado yaitu pasar tuminting, pasar paal 2, pasar 45 dan pasar bersehati 45.
merek yang ada dipasar, sampel diambil dari tiap-tiap empat penjual yang ada di
takar, gelas kimia, gelas ukur, pipet, batang pengaduk, spektrofotometer UV-
Vis(PG Instrument T80 UV-Vis), hot plate ANKE, oven, kertas saring (Whatman
akuades, etanol 70%, larutan asam klorida, larutan ammonia, n-butanol, etil asetat,
plate.
4. Residu dari penguapan dilarutkan dalam 10 ml air yang mengandung asam
10%).
benang diangkat.
8. Benang wol akan melepaskan pewarna, pewarna akan masuk ke dalam larutan
basa.
dengan cara dipanaskan dalam oven pada suhu 1000C selama 30 menit. Sampel
ditotolkan pada plat KLT dengan menggunakan pipa kapiler pada jarak 1,5 cm
dijenuhkan dengan fase gerak berupa nbutanol: etil asetat : ammonia (10:4:5).
diangkat dan dikeringkan. Diamati warna secara visual dan dibawah sinar UV,
jika secara visual noda berwarna merah jambu dan dibawah sinar UV 254 nm dan
B (Ditjen POM, 2001; Djalil et al dalam Utami dan Suhendi, 2009; Putri, 2009).
dipekatkan pada plat KLT kemudian dielusi oleh fasa gerak. Fasa gerak yang
digunakan yaitu nbutanol: etil asetat : ammonia (10:4:5). Kemudian noda hasil
noda akan memberikan berwarna merah jambu dibawah sinar UV 254 nm dan
akan berfluoresensi menjadi warna kuning atau orange pada panjang gelombang
366 nm.
Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa dari sepuluh sampel yang telah diuji
dengan dua kali pengujian (duplo), yaitu sembilan sampel T1, T2, T3, P1, P2, P3,
452, B1, dan B2 adalah negatif atau tidak mengandung rhodamin B dan satu
sampel dari pasar 451 positif mengandung rhodamin B. Hal ini dapat dilihat
dangan fluoresensi kuning pada KLT yang di sinari lampu UV dengan panjang
gelombang 366 nm. Pada Gambar 1 dibawah ini adalah noda cuplikan dari sampel
dengan melihat harga Rf-nya. Identifikasi dilkaukan jika senyawa yang dianalisis
Dari tabel dapat dilihat bahwa pada sampel ke delapan, sampel dari pasar
konsentrasi 3,5 ppm dengan panjang gelombang 500-600 nm. Hal ini dilakukan
persamaan garis y = 0,1275x + 0,0081 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,989.
Hasil kolerasi yang terdapat positif antara kadar dan serapan, artinya dengan
Hasil penetapan kadar Rhodamin B pada sampel dapat dilihat pada Tabel
3 dibawah ini
Dari tabel di atas dapat dilihat dengan kadar rhodamin B dalam kerupuk.
dalam tubuh maka besar efek toksik yang akan timbul. Rhodamin B ditambahkan
pada kerupuk untuk menambah kualitas pewarna agar lebih menarik sehingga
5.1 Kesimpulan
Rhodamin B pada sampel dari pasar 451 yaitu sebesar 0,28 μg/ml.
5.2 Saran
1. Bagi konsumen agar lebih hati-hati dalam membeli kerupuk untuk dikonsumsi.
2. Pemerintah dalam hal ini lebih intensif bagi dinas kesehatan agar memperketat
pengawasan dan pemeriksaan pada kerupuk sehingga tidak ada penggunaan zat
Bandung