PENDAHULUAN
Chikungunya adalah infeksi virus yang ditandai dengan serangan demam dan
nyeri sendi secara mendadak. Virus ini menyerang dan menulari manusia melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus, dua jenis nyamuk yang
juga dikenal sebagai penyebab demam berdarah. Meski penyakit ini jarang
mengancam jiwa, tetapi bisa menyerang siapa saja.
1
dikatakan bermaknajika p<0,05. Hasil penelitian menunjukkan, sebanyak 106
orang (83,5%) memiliki tingkat pengetahuan yang rendah, sebanyak 125 orang
(98,43%) memiliki sikap yang positif, serta sebanyak 88 orang (69,3%) memiliki
tindakan yang kurang baik terhadap pencegahan penyakit Chikungunya dan
vektornya. Disimpulkan bahwa antara tingkat pengetahuan dengan tindakan
masyarakat dalam pencegahan penyakit Chikungunya dan vektornya didapatkan
hubungan yang tidak bermakna, tetapi antara sikap dengan tindakan pencegahan
penyakit Chikungunya didapatkan cenderung ada hubungan. (Ramadhani
dkk,2017)
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pendidikan, kebiasaan tidur siang beresiko dan kebiasaan menggantung
pakaian bekas pakai dengan kejadian chikungunnya. (Pratama,2017)
2.2 Patogenesis & Patofisiologis Chikungunya
Tidak ada studi lengkap mengenai patogenesis demam chikungunya. Setelah
gigitan nyamuk yang terinfeksi, virus bereplikasi di dalam organ-organ
limfoid dan mieloid dan kemudian merangsang imunitas seluler dan humoral
yang menyebabkan timbulnya manifestasi penyakit ini. Kerusakan akibat
peradangan pada tulang rawan dalam bentuk nekrosis, kolagenosis dan
fibrosis menyebabkan timbulnya gejala-gejala persendian. Hal ini terbukti
melalui penelitian biokimia yang menunjukkan adanya peningkatan jumlah
mukopolisakarida, hidroksiprolin dan prolin di dalam urine penderita
chikungunya.
Penelitian mengenai pelepasan sitokin pada pasien dengan chikungunya
menunjukkan bahwa jumlah protein terinduksi 10, protein kemoatraktan
monosit dan IL 8 meningkat sementara jumlah IFN γ, TNF α, IL 1β, 6, 10
dan 12 tercatat normal.
Virus chikungunya masuk ke dalam aliran darah (viremia) selama 4-7 hari --
> virus melakukan replikasi --> merangsang imunitas selular dan humoral -->
bila pasien mengalami imunocompromise --> maka akan timbul beberapa
manifestasi klinis --> myalgia (nekrosis), athralgia dan demam --> fase
demam terjadi ketika virus sudah masuk ke dalam sistem peredaran darah -->
merangsang termostat dalam tubuh akibat adanya respon pada hipotalamus --
> sementara athralgia dan myalgia --> terjadi karena kerusakan akibat
peradangan pada tulang rawan dalam bentuk nekrosis, kolagenosis dan
fibrosis menyebabkan timbulnya gejala-gejala persendian.(Intansari,2018)
Pada suatu penelitian di tikus didapatkan setelah inokulasi virus pada kulit,
virus ini bereplikasi pada fibroblast, sel mesenkim dan osteoblast. Virus
chikungunya menginduksi respon sitokin lokal dan kemokin untuk menarik
sel NK, monosit, makrofag, sel T CD4+ dan CD8+. Kerusakan akibat
replikasi virus dan infiltrasi sel imun menyebabkan edema lokal, degenerasi
serabut otot secara ekstensif, kerusakan pada sel mesenkimal sinovium dan
4
periosteum. Infeksi pada osteoblast meningkatkan ligan nF-kβ pada
osteoprotegerin di tumit dan lutut yang meningkatkan pembentukan
osteoklast dan menyebabkan destruksi tulang.
Pada tikus ditemukan pola bifasik dari infeksi virus ini dengan puncak
pertama terjadi 2-3 hari setelah terinfeksi dan puncak kedua terjadi 6-7 hari
setelah terinfeksi. Puncak pertama terjadi karena replikasi virus yang
ekstensif pada kaki yang menyebabkan kematian sel, produksi sitokin dan
edema jaringan. Puncak kedua terjadi akibat virus dibersihkan dari darah dan
jaringan oleh karena influks sel inflamasi pada sendi dan jaringan sekitar
yang menyebabkan myositis, sinovitis, dan edema yang lebih hebat.
Sekalipun virus tidak ditemukan di sirkulasi setelah 7 hari infeksi, RNA virus
chikungunya dapat ditemukan pada sendi lebih dari 4 minggu setelah
terinfeksi.
Orang yang terinfeksi akan mengalami masa inkubasi selama 3-7 hari. Pada
pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan lymphopenia, thrombositopenia,
peningkatan kadar kreatinin, dan peningkatan enzim transaminase hepar.
Virus chikungunya ditransmisikan melalui dua siklus, urban dan sylvatik.
Siklus urban adalah transmisi virus dari manusia ke nyamuk ke manusia.
Siklus sylvatik adalah transmisi dari hewan ke nyamuk ke manusia.
Transmisi ke manusia diperantarai oleh nyamuk yang berasal dari genus
aedes, utamanya Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Beberapa jenis sel manusia lebih rentan terinfeksi, misalnya sel epitel,
endotel, fibroblast, dan monocyte-derived macrophage. Setelah virus masuk
ke tubuh manusia dan melakukan replikasi pertama, terjadi respon imun host,
namun sebagian virus chikungunya akan berpindah ke nodus limfatik dan
5
jaringan melalui sirkulasi. Pada tahap inilah terjadi fase viremia.
(Dosan,2017)
6
Pada anak yang lebih besar, demam biasanya diikuti rasa sakit pada otot dan
sendi,serta terjadi pembesaran kelenjar getah bening. Pada orang dewasa
gejala penyakit ini adalah demam mendadak yang mencapai 39°C , nyeri pada
persendian terutama sendi lutut,pergelangan,jari kaki dan tangan serta tulang
belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit.
(Zulkoni,2011)
Akan tetapi, umumnya penderita chikungunya mengalami gejala, seperti:
Demam hingga 39 derajat Celsius
Nyeri pada otot dan sendi
Sendi bengkak
Nyeri pada tulang
Sakit kepala
Muncul ruam di tubuh
Lemas
Mual
Meriang
Muntah
Gejala di atas biasanya timbul 3-7 hari setelah seseorang digigit nyamuk
pembawa virus. Pada umumnya, penderita akan membaik dalam
seminggu. Tapi pada sebagian penderita, nyeri sendi dapat berlangsung
hingga berbulan-bulan. Walaupun tidak sampai menyebabkan kematian,
gejala chikungunya yang parah dapat menyebabkan kelumpuhan
sementara. (Marianti,2018)
7
Dokter juga menganjurkan penderita untuk banyak istirahat dan
meningkatkan asupan gizi agar dapat mempercepat proses kesembuhan.
Pengobatan Chikungunya. Dalam banyak kasus, gejala akan mereda
dalam seminggu. Di samping itu, pasien juga akan disarankan banyak
minum dan istirahat yang cukup.
Saat ini, belum ada vaksin yang tersedia untuk melawan infeksi virus ini.
Namun, Anda bisa mencegah chikungunya dengan menghindari gigitan
nyamuk dan mengontrol sarang nyamuk melalui cara-cara berikut:
Takaran penggunaan bubuk abate adalah: untuk 10 liter air cukup dengan
1 gram bubuk abate, atau 10 gram untuk 100 liter dan seterusnya. Bila
tidak ada alat untuk menakar, gunakan sendok makan. Satu sendok makan
yang diratakan di atasnya sama dengan 10 gram abate. Anda tinggal
membaginya atau menambahnya sesuai dengan banyaknya air yang akan
8
digunakan.
Jangan khawatir, takaran penggunaan abate tak perlu terlalu tepat. Selain
menggunakan abate, Anda juga bisa mulai memelihara ikan di beberapa
tempat air tersebut, karena ikan dapat membunuh atau memakan para
jentik nyamuk. (Taufik,2017)
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Dosan,Rizky.2017.Patofisiologis Chikungunya
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakitinfeksi/chikungunya/patofisioloi
Diakses pada 30 agustus 2019
Zulkoni,Akhsin.2011.Parasitologi.Nuha Medika:Jakarta
11