Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Chikungunya adalah infeksi virus yang ditandai dengan serangan demam dan
nyeri sendi secara mendadak. Virus ini menyerang dan menulari manusia melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus, dua jenis nyamuk yang
juga dikenal sebagai penyebab demam berdarah. Meski penyakit ini jarang
mengancam jiwa, tetapi bisa menyerang siapa saja.

Saat ini, hampir seluruh provinsi di Indonesia berpotensi untuk mengalami


Kejadian Luar Biasa (KLB) chikungunya. KLB sering terjadi pada awal dan
akhir musim hujan. Data Kementerian Kesehatan RI menyebutkan, sepanjang
tahun 2017 terdapat 126 kasus chikungunya di 4 kota/kabupaten di Indonesia.
Dari 126 kasus tersebut, 121 kasus terjadi di provinsi Sulawesi Tengah,
sedangkan 5 sisanya terjadi di Aceh. Hingga saat ini, belum ada laporan kematian
akibat chikungunya. (Marianti,2018)

Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Chikungunya yang


ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Di Sumatera Barat terdapat
peningkatan kasus Chikungunya yang signifikan yaitu dari 11 kasus pada tahun
2011 menjadi 1607 kasus di tahun 2012. Peningkatan kasus tertinggi terjadi di
kabupaten Solok, yaitu sebanyak 1400 kasus, selanjutnya kota Padang 168 kasus,
kota Bukittinggi 34 kasus dan kota Pariaman sebanyak 5 kasus. Tujuan penelitian
ini adalah menentukan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat
mengenai pencegahan penyakit Chikungunya dan vektornya. Penelitian
dilakukan pada bulan November 2012 - bulan Oktober 2013 di nagari Saning
Bakar kabupaten Solok. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan
desain cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 127 orang diambil secara
simple random sampling dan dianalisis menggunakan uji chi-square,hasil analisis

1
dikatakan bermaknajika p<0,05. Hasil penelitian menunjukkan, sebanyak 106
orang (83,5%) memiliki tingkat pengetahuan yang rendah, sebanyak 125 orang
(98,43%) memiliki sikap yang positif, serta sebanyak 88 orang (69,3%) memiliki
tindakan yang kurang baik terhadap pencegahan penyakit Chikungunya dan
vektornya. Disimpulkan bahwa antara tingkat pengetahuan dengan tindakan
masyarakat dalam pencegahan penyakit Chikungunya dan vektornya didapatkan
hubungan yang tidak bermakna, tetapi antara sikap dengan tindakan pencegahan
penyakit Chikungunya didapatkan cenderung ada hubungan. (Ramadhani
dkk,2017)

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Chikungunya
2. Patogenesis & Patofisiologis Chikungunya
3. Penyebab Chikungunya
4. Gejala Chikungunya
5. Pengobatan Chikungunya
6. Pencegahan Chikungunya

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Menetahui Pengertian Chikungunya
2. Menetahui Patogenesis & Patofisiologis Chikungunya
3. Menetahui Penyebab Chikungunya
4. Menetahui Gejala Chikungunya
5. Memahami Pengobatan Chikungunya
6. Memahami Pencegahan Chikungunya

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat yang diperoleh dari penulusan ini adalah pembaca dapat mengetahui
pengertian tentang chikungunya, diagnosis, penyebab, gejala, pengobatan, serta
cara pencegahan dari penyakit chikungunya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Chikungunya


Flu tulang(chikungunya) disebabkan oleh virus jenis Chikungunya dari genus
Alphavirus dan famili Togaviride. Virus ini dapat menjangkit manusia
melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegepti atau Aedes albopictus yang
terinfeksi. Nyamuk itu memang sama dengan yang membawa penyakit
demam berdarah (DBD). (Anies,2011)
Chikungunya merupakan jenis penyakit reemerging yang kasusnya muncul
setelah vakum beberapa tahun, selain itu KLB penyakit chikungunya masih
mengalami fluktuasi di Indonesia. Dalam kurun waktu 5 tahun penyakit
chikungunya sudah menyebar ke 11 provinsi di indonesia dengan angka
serangan kasus 1,46% dan angka kematian 0,18%. Penelitian ini bertujuan
mengetahui faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik yang berhubungan dengan
kejadian penyakit chikungunya di wilayah kerja puskesmas mojolaban
kabupaten sukoharjo tahun 2016. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan desain kasus kontrol, menggunakan teknik pengambilan
sampel acak sederhana. Jumlah sampel 39 kasus dan 39 kontrol. Analis data
dilakukan secara univariat dan bivariat dengan metode chi-square (α=0,05).
Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor intrinsik yang berhubungan
dnegan kejadian chikungunya adalah keberadaan semak-semak disekitar
rumah (p=0,002). Faktor ektrinsik yang berhubungan dengan kejadian
chikungunya adalah tingkat pendidikan (p=0,002), kebiasaan tidur siang
beresiko (p=0,0001), kebiasaan menggantung pakaian bekas pakai
(p=0,0001). Faktor yang tidak berhubungan dengan kejadian chikungunya
adalah umur (p=0,4200, status pekerjaan (p=0,795) dan kebiasaan menguras
bak mandi (p=0,788). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat
hubungan antara faktor intrinsik yakni keberadaan semak-semak disekitar
rumah dan terdapat hubungan antara faktor ekstrinsik yakni tingkat

3
pendidikan, kebiasaan tidur siang beresiko dan kebiasaan menggantung
pakaian bekas pakai dengan kejadian chikungunnya. (Pratama,2017)
2.2 Patogenesis & Patofisiologis Chikungunya
Tidak ada studi lengkap mengenai patogenesis demam chikungunya. Setelah
gigitan nyamuk yang terinfeksi, virus bereplikasi di dalam organ-organ
limfoid dan mieloid dan kemudian merangsang imunitas seluler dan humoral
yang menyebabkan timbulnya manifestasi penyakit ini. Kerusakan akibat
peradangan pada tulang rawan dalam bentuk nekrosis, kolagenosis dan
fibrosis menyebabkan timbulnya gejala-gejala persendian. Hal ini terbukti
melalui penelitian biokimia yang menunjukkan adanya peningkatan jumlah
mukopolisakarida, hidroksiprolin dan prolin di dalam urine penderita
chikungunya.
Penelitian mengenai pelepasan sitokin pada pasien dengan chikungunya
menunjukkan bahwa jumlah protein terinduksi 10, protein kemoatraktan
monosit dan IL 8 meningkat sementara jumlah IFN γ, TNF α, IL 1β, 6, 10
dan 12 tercatat normal.
Virus chikungunya masuk ke dalam aliran darah (viremia) selama 4-7 hari --
> virus melakukan replikasi --> merangsang imunitas selular dan humoral -->
bila pasien mengalami imunocompromise --> maka akan timbul beberapa
manifestasi klinis --> myalgia (nekrosis), athralgia dan demam --> fase
demam terjadi ketika virus sudah masuk ke dalam sistem peredaran darah -->
merangsang termostat dalam tubuh akibat adanya respon pada hipotalamus --
> sementara athralgia dan myalgia --> terjadi karena kerusakan akibat
peradangan pada tulang rawan dalam bentuk nekrosis, kolagenosis dan
fibrosis menyebabkan timbulnya gejala-gejala persendian.(Intansari,2018)

Pada suatu penelitian di tikus didapatkan setelah inokulasi virus pada kulit,
virus ini bereplikasi pada fibroblast, sel mesenkim dan osteoblast. Virus
chikungunya menginduksi respon sitokin lokal dan kemokin untuk menarik
sel NK, monosit, makrofag, sel T CD4+ dan CD8+. Kerusakan akibat
replikasi virus dan infiltrasi sel imun menyebabkan edema lokal, degenerasi
serabut otot secara ekstensif, kerusakan pada sel mesenkimal sinovium dan

4
periosteum. Infeksi pada osteoblast meningkatkan ligan nF-kβ pada
osteoprotegerin di tumit dan lutut yang meningkatkan pembentukan
osteoklast dan menyebabkan destruksi tulang.

Pada tikus ditemukan pola bifasik dari infeksi virus ini dengan puncak
pertama terjadi 2-3 hari setelah terinfeksi dan puncak kedua terjadi 6-7 hari
setelah terinfeksi. Puncak pertama terjadi karena replikasi virus yang
ekstensif pada kaki yang menyebabkan kematian sel, produksi sitokin dan
edema jaringan. Puncak kedua terjadi akibat virus dibersihkan dari darah dan
jaringan oleh karena influks sel inflamasi pada sendi dan jaringan sekitar
yang menyebabkan myositis, sinovitis, dan edema yang lebih hebat.
Sekalipun virus tidak ditemukan di sirkulasi setelah 7 hari infeksi, RNA virus
chikungunya dapat ditemukan pada sendi lebih dari 4 minggu setelah
terinfeksi.

Virus chikungunya diperkirakan dapat berinteraksi dengan antigen presenting


cell pada kulit (sel Langerhans) dan kemudian menyebar ke organ lain seperti
otot, hati, ginjal, jantung dan otak.

Orang yang terinfeksi akan mengalami masa inkubasi selama 3-7 hari. Pada
pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan lymphopenia, thrombositopenia,
peningkatan kadar kreatinin, dan peningkatan enzim transaminase hepar.
Virus chikungunya ditransmisikan melalui dua siklus, urban dan sylvatik.
Siklus urban adalah transmisi virus dari manusia ke nyamuk ke manusia.
Siklus sylvatik adalah transmisi dari hewan ke nyamuk ke manusia.
Transmisi ke manusia diperantarai oleh nyamuk yang berasal dari genus
aedes, utamanya Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Beberapa jenis sel manusia lebih rentan terinfeksi, misalnya sel epitel,
endotel, fibroblast, dan monocyte-derived macrophage. Setelah virus masuk
ke tubuh manusia dan melakukan replikasi pertama, terjadi respon imun host,
namun sebagian virus chikungunya akan berpindah ke nodus limfatik dan

5
jaringan melalui sirkulasi. Pada tahap inilah terjadi fase viremia.
(Dosan,2017)

2.3 Penyebab Chikungnya


Penyakit chikungunya disebabkan oleh virus yang menyebar melalui gigitan
nyamuk spesies Aedes, terutama Aedes aegypti dan Aedes albopticus.
Biasanya nyamuk-nyamuk ini menyerang pada siang hari, meski tidak
menutup kemungkinan bahwa mereka juga dapat menggigit pada malam hari.

Nyamuk tersebut mendapatkan virus chikungunya saat menggigit seseorang


yang telah terinfeksi sebelumnya. Penularan virus terjadi bila orang lain
digigit oleh nyamuk pembawa virus tadi. Perlu diketahui bahwa virus
chikungunya tidak menyebar secara langsung dari orang ke orang.

Virus chikungunya dapat menyerang siapa saja. Namun, risiko terserang


penyakit ini lebih tinggi pada bayi yang baru lahir, lansia 65 tahun ke atas,
dan individu dengan kondisi medis lain, seperti hipertensi, diabetes, dan
penyakit jantung. (Marianti,2018)

2.4 Gejala Chikungunya


Chikungunya memiliki gejala yang hampir sama dengan gejala yang
ditimbulkan oleh demam dengue, hal yang membedakan gejala chikungunya
dengan demam dengue adalah nyeri di persendian yang hebat, sehingga
terkadang tangan dan kaki sulit digerakkan. Walau demikian, nyeri sendi ini
paling banyak ditemukan pada dewasa. Sering kali pada anak tidak
menimbulkan gejala apa pun. Pada beberapa kasus, chikungunya tidak
menimbulkan gejala apa pun.
Secara mendadak anak-anak yang menderita penyakit ini akan mengalami
demam tinggi selama lima hari,sehingga dikennal pula isitilah demam lima
hari.. Pada anak kecil ada manisfestasi kulit kemerahan,ruam-ruam merah itu
mucul setelah 3-5 hari.Mata biasanya merah disertai tanda-tanda sepeti flu.

6
Pada anak yang lebih besar, demam biasanya diikuti rasa sakit pada otot dan
sendi,serta terjadi pembesaran kelenjar getah bening. Pada orang dewasa
gejala penyakit ini adalah demam mendadak yang mencapai 39°C , nyeri pada
persendian terutama sendi lutut,pergelangan,jari kaki dan tangan serta tulang
belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit.
(Zulkoni,2011)
Akan tetapi, umumnya penderita chikungunya mengalami gejala, seperti:
 Demam hingga 39 derajat Celsius
 Nyeri pada otot dan sendi
 Sendi bengkak
 Nyeri pada tulang
 Sakit kepala
 Muncul ruam di tubuh
 Lemas
 Mual
 Meriang
 Muntah

Gejala di atas biasanya timbul 3-7 hari setelah seseorang digigit nyamuk
pembawa virus. Pada umumnya, penderita akan membaik dalam
seminggu. Tapi pada sebagian penderita, nyeri sendi dapat berlangsung
hingga berbulan-bulan. Walaupun tidak sampai menyebabkan kematian,
gejala chikungunya yang parah dapat menyebabkan kelumpuhan
sementara. (Marianti,2018)

2.5 Pengobatan Chikungunya


Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk demam chikungunya. Secara
umum, pengobatan yang dilakukan hanya bertujuan untuk mengurangi
gejala. Demam ditangani dengan obat antipiretik, sementara obat anti
inflamasi non steroid untuk nyeri sendi. Dokter akan meresepkan
paracetamol atau ibuprofen guna meredakan nyeri sendi dan demam.

7
Dokter juga menganjurkan penderita untuk banyak istirahat dan
meningkatkan asupan gizi agar dapat mempercepat proses kesembuhan.
Pengobatan Chikungunya. Dalam banyak kasus, gejala akan mereda
dalam seminggu. Di samping itu, pasien juga akan disarankan banyak
minum dan istirahat yang cukup.

Perlu diketahui, jangan menggunakan aspirin atau obat antiinflamasi


nonsteroid (OAINS) sebelum dokter memastikan gejala yang dialami
bukan gejala demam berdarah. Hal tersebut untuk mencegah terjadinya
perdarahan. Bila Anda sedang menjalani pengobatan untuk kondisi lain,
sebaiknya berkonsultasi dahulu dengan dokter sebelum mengonsumsi
obat lain. (Marianti,2018)

2.6 Pencegahan Chikungunya

Saat ini, belum ada vaksin yang tersedia untuk melawan infeksi virus ini.
Namun, Anda bisa mencegah chikungunya dengan menghindari gigitan
nyamuk dan mengontrol sarang nyamuk melalui cara-cara berikut:

 Menjaga kebersihan lingkungan sekitar


Kuras dan bersihkan tempat-tempat air untuk membunuh jentik-
jentik nyamuk Aedes.
 Menggunakan bubuk abate
Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras,
taburkan bubuk abate ke dalam genangan air tersebut untuk
membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi hal ini setiap 2-3 bulan
sekali.

Takaran penggunaan bubuk abate adalah: untuk 10 liter air cukup dengan
1 gram bubuk abate, atau 10 gram untuk 100 liter dan seterusnya. Bila
tidak ada alat untuk menakar, gunakan sendok makan. Satu sendok makan
yang diratakan di atasnya sama dengan 10 gram abate. Anda tinggal
membaginya atau menambahnya sesuai dengan banyaknya air yang akan

8
digunakan.
Jangan khawatir, takaran penggunaan abate tak perlu terlalu tepat. Selain
menggunakan abate, Anda juga bisa mulai memelihara ikan di beberapa
tempat air tersebut, karena ikan dapat membunuh atau memakan para
jentik nyamuk. (Taufik,2017)

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Chikungunya yang


ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Virus ini menyerang dan
menulari manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes
albopictus, dua jenis nyamuk yang juga dikenal sebagai penyebab demam
berdarah.

Untuk mendiagnosis penyakit chikungunya, dokter akan melakukan


pemeriksaan darah seperti Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA).
Chikungunya memiliki gejala yang hampir sama dengan gejala yang
ditimbulkan oleh demam dengue, hal yang membedakan gejala chikungunya
dengan demam dengue adalah nyeri di persendian yang hebat. Tidak ada
pengobatan yang spesifik untuk demam chikungunya. Secara umum,
pengobatan yang dilakukan hanya bertujuan untuk mengurangi gejala.

3.2 Saran

Tetap menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal sekitar,tidak


membuang sampah dan segala sesuatu yang dapat menjadi pemicu
munculnya penyebab dari chikungunya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anies.2011.Penyakit Akibat Lingkungan.Ar-Ruzz Media.Semarang

Dosan,Rizky.2017.Patofisiologis Chikungunya
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakitinfeksi/chikungunya/patofisioloi
Diakses pada 30 agustus 2019

Intansari,Zahra.2018.Chikungunya dan Demam Dengue.


https://www.academia.edu/31745000/Chikungunya_dan_Demam_berdarah_
Dangue Diakses pada 30 agustus 2019

Marianti.2018.Penyebab,Gejala dan Pencegahan Chikungunya. .


https://www.alodokter.com/chikungunya Diakses pada 30 agustus 2019

Pratama, A.2017. Analisis Faktor Intrinsik dan Ekstrinsik Kejadian Penyakit


Chikungunya. HIGEIA (Journal of Public Health Research an Development),
1(3), 11-20. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/view/
Diakses pada 30 agustus 2019

Ramadhani,T dkk.2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan


Masyarakat Terhadap Pencegahan Penyakit Chikungunya.
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/686 Diakses pada 30
agustus 2019

Zulkoni,Akhsin.2011.Parasitologi.Nuha Medika:Jakarta

11

Anda mungkin juga menyukai