PERTEMUAN 11
BENTUK-BENTUK BADAN USAHA DAN KEWIRAUSAHAAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan Tentang bentuk-bentuk badan usaha
berdasarkan hukum sehingga setelah mempelajari bab ini diharapkan
mahasiswa memahami:
11.1 Perusahaan perorangan
11.2 Perusahaan persekutuan (firma)
11.3 Perusahaan terbatas (PT)
11.4 Koperasi
11.5 Bentuk-bentuk lain organisasi dalam bisnis
11.6 Kewirausahaan
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 11.1:
Perusahaan perorangan
menjadi suatu usaha atau bisnis. Jumlah modal yang diinvestasikan tidak
harus sama untuk setiap partner. Beberapa partner ada yang tidak
menginvestasikan dalam bentuk uang. Sebagai gantinya mereka
menyumbangkan jasa atau nama mereka. Jika tidak terdapat perjanjian khusus
diantara partner, setiap partner akan memperoleh laba dan rugi yang sama,
dengan mengabaikan jumlah modal yang ditanam.
Perjanjian utnuk membentuk persekutuan bisa dibuat dalam bentuk
lisan dan tertulis. Walaupun demikian, setiap orang yang ingin masuk dalam
persekutuan seharusnya menyatakan secara tegas dalam suatu perjanjian
tertulis untuk keamanan kepentingannya apabila terjadi perselisihan diantara
partner. Suatu perjanjian persekutuan yang sederhana menyatakan suatu
peraturan-peraturan dari suatu usaha yang akan beroperasi. Perjanjian tertulis
sangat bermacam-macam, tetapi hampir semua kontrak persekutuan memuat
hal-hal sebagai berikut:
a) Nama dari persekutuan dan partnernya.
b) Lokasi dan tipe usaha.
c) Periode waktu yang tertulis dalam perjanjian.
d) Jumlah dan jenis modal yang dikontribusikan oleh setiap partner.
e) Metode pembagian laba rugi diantara partner.
f) Gaji, jumlah pengambilan dan bunga yang diizinkan pada modal
persekutuan.
g) Kekuatan dan keterbatasan dari partner dalam manajemen persekutuan.
h) Prosedur-prosedur pemasukan dan pemberhentian suatu partner dan
pemberhetian usaha.
Beberapa kelebihan dan kekurangan dari perusahaan persekutuan
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kelebihan-kelebihan perusahaan persekutuan:
a. Modal tersedia lebih banyak.
Karena sumber-sumber modal berasal dari dua orang atau lebih yang
dikombinasikan, maka otomatis jumlah modal akan tersedia lebih
banyak. Modal tersebut kemudian digunakan untuk membangun
suatu persekutuan dengan fondasi keuangan yang lebih kuat. Apabila
yang sangat tinggi dan dua orang partner tidak mempunya harta,
kreditur dapat menagih semua piutangnya dari partner yang ketiga.
Jadi, perusahaan persekutuan adalah suatu bentuk kepemilikan yang
mempunyai risiko sangat tinggi.
b. Umur yang terbatas
Secara hukum, suatu persekutuan dapat diberhentikan karena adanya
kematian, ketidak mampuan atau penarikan salah satu dari partner.
Apabila seorang partner menjual kepentingannya atau partner baru
masuk, persekutuan dianggap berhenti, mungkin saja terjadi dalam
perjanjian diantara anggota, dimana untuk mencegah penghentian
suatu persekutuan karena keadaan tersebut, dapat dilakukan rencana
trust device (perwakilan penjamin dana). Ini diberikan dalam
perjanjian sebagai pilihan atau kewajiban mutlak dari partner yang
tersisa untuk membeli kepentingan dari partner yang berhenti.
c. Lemahnya pengendalian
Setiap partner wajib bertanggung jawab terhadap keputusan dari
partner yang lain. Semua indicant yang dilakukan setiap partner atas
nama persekutuan akan mengikat semua partner walaupun indicant
tersebut mungkin tidak diketahui oleh orang lain. Penting sekali bagi
semua partner untuk saling mengerti dan bisa bekerja sama secara
baik antara satu dengan yang lain sebagaimana otoritas yang tersebar
diantara partner. Tanpa kerja sama dan pengertian yang baik,
perdebatan akan mudah terjadi. Penyempitan kekuasaan dan
perselisihan mungkin menyebabkan penghentian suatu saham.
Lebih lanjut, Lupiyoadi R. dan Wacik J (1998:60-61) mengungkapkan
bahwa fungsi dan kedudukan partner dalam sebuah persekutuan dapat berupa :
a. Otensible partner, merupakan partner yang berperan aktif pada abisnis
yang akan dijalankan dan dikenal oleh pihak-pihak yang berkepentingan
sebagai partner. Partner jenis ini dapat juga berfungsi sebagai general
partner.
b. Active partner, merupakan partner yang berperan aktif pada bisnis yang
akan dijalankan. Partner jenis ini dapat juga berfungsi sebagai Otensible
partner.
c. Secret partner, merupakan partner yang berperan aktif pada bisnis yang
akan dijalankan tetapi kesertaanya dirahasiakan.
d. Dormant partner, merupakan partner yang berperan tidak aktif pada
bisnis yang akan dijalankan dan kesertaanya dikenal oleh pihak-pihak
yang berkepentingan sebagai partner.
e. Nominal partner, yaitu seseorang yang ikut serta dalam suatu CV di
mana kesertaanya sebagai partner diwakili oleh seseorang.
f. Subparner, yaitu seseorang yang dikontrak oleh seorang partner di
dalam CV untuk turut membantu kelancaran jalannya CV yang
bersangkutan.
g. Limited partner, merupakan partner yang harus dimintai persetujuan
lebih dahulu apabila hartanya akan dijadikan modal kerja bagi CV yang
ada.
Shareholder
Select
Board of Directors
Select
Company Managers
Supervisor
Gambar 11.1
Struktur Organisasi dan Garsi Kekuasaan Perseroan Terbatas
Sumber: Hiong Chai, M. 1990. Management of Business, Fifth edition, McGraw-Hill
Book Company
produksi dilakukan oleh semua dan untuk semua yang wujudnya dapat
ditafisrkan sebagai koperasi. Dalam wacaran sistem ekonomi daerah koperasi
disebut juga sebagai the third way, atau “jalan ketiga”, istilah yang akhir-akhir
ini dipopulerkan oleh sosiolog Inggris, Anthony Giddens, yaitu sebagai “jalan
tengah” antara kapitalisme dan sosialisme.
Dewasa ini, di dunia ada dua macam model koperasi. Pertama, adalah
koperasi yang dibina oleh pemerintahan dalam kerangka sistem sosialis.
Kedua, adalah koperasi yang dibiarkan berkembang di pasar oleh masyarakat
sendiri, tanpa bantuan pemerintah. Tapi, di negara sosialis seperti RRC,
koperasi adalah counterpart sector negara, karena itu koperasi disebut juga
sebagai “sektor sosial” (social sector) yang merupakan wadah dari usaha
individu dan usaha rumah tangga.
Jika Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan usaha skala
besar, maka koperasi mewadahi usaha-usaha kecil, walaupun jika telah
bergabung dalam koperasi menjadi badan usaga skala besar juga. Di negara-
negara kapitalis, baik di Eropa Barat, Amerika Utara, dan Australia, koperasi
juga menjadi wadah usaha kecil dan konsumen berpendapatan rendah. Di
Jepang, koperasi telah menjadi wadah perekonomian pedesaan yang berbasis
pertanian. Di pedesaan Jepang, koperasi menggantikan peranan bank atau
menjadi semacam “bank rakyat”, yaitu koperasi yang beroperasi dengan
sistem perbankan (Rahardjo, Kompas, 9 Agustus 2002).
Di Indonesia, Bung Hatta sendiri menganjurkan didirikannya tiga
macam koperasi. Pertama, adalah koperasi konsumsi yang terutama melayani
kebutuhan kaum buruh dan pegawai. Kedua, adalah koperasi produksi yang
merupakan wadah kaum petani (termasuk peternak atau nelayan). Ketiga,
adalah koperasi kredit yang akan melayani perdagangan kecil dan pengusaha
kecil guna memenuhi kebuthan modal. Bung Hatta juga menganjurkan
pengorganisasian industri kecil dan koperasi produksi, guna memenuhi
kebutuhan bahan baku dan pemasaran hasil.
Peran koperasi dalam perekonomian Indonesia paling tidak dapat
dilihat dari :
2. Kemandirian
Masalah kemandirian merupakan isu utama dalam pembinaan
koperasi. Pola pembinaan yang dilakukan selama ini telah menimbulkan
ketergantungan dan berakibat pada tingkat kompetensi yang rendah.
Karena itu perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan kemandirian, antara
lain dengan mengurangi berbagai intervensi pemerintah dan
mengembangkan kebijakan yang mengarah kepada reposisi, refungsi dan
reorientsi koperasi sesuai dengan prinsip-prinsip dan nilai dasar koperasi.
Hal demikian harus dijadikan landasan dalam pembinaan koperasi
selanjutnya, agar koperasi terhindar dari penyimpangan dan
penyalahgunaan.
3. Sumber Daya
Manusia. Menyangkut sumberdaya manusia, masih ditemukan
adanya keterbatasan pengetahuan dan pemahaman para pengelola
koperasi tentang teknis pengkoperasian terutama terkait dengan
pemahaman atas hakikat dan karakteristik koperasi sebagai badan usaha.
Di samping itu, pengeloalaan koperasi kebanyakan masih belum
ditangani oleh sumberdaya manusia yang memiliki wawasan,
pengetahuan, dan keterampilan kewirausahaan yang memadai. Sehingga,
hal sedemikian berdampak terhadap perkembangan dan kinerja koperasi.
4. Manajemen
Ketebatasan sumberdaya manusia, terutama dari aspek
kualitasnya, berpengaruh pada tingkat profesionalitas manajemen
koperasi yang belum optimal. Hampir seluruh fungsi manajemen, belum
dilakukan secara optimal dan profesional, sehingga masih tampak bahwa,
secara umum, koperasi masih belum menunjukkan perkembangan dan
kinerja yang memadai. Maka, konsekuensinya, upaya-upaya peningkatan
kinerja manajerial harus terus ditingkatkan. Dalam hal ini perlu ditunjang
oleh kualitas SDM yang berpendidikan, terampil, bermoral dan
mempunyai etos kerja yang tinggi.
Citra Kemandirian
Permodalan
Gambar 11.2.
Permasalahan Koperasi di Indonesia
Join Venture
Sindicate
Gambar 11.3.
Bentuk lain dari Organisasi Bisnis
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
D. DAFTAR PUSTAKA