Anda di halaman 1dari 10

RESUME DAN ANALISIS KASUS KONSEP DASAR ETIKA UMUM

Disusun untuk melengkapi mata kuliah Humaniora

Dosen Pembimbing:
Ratih Novitasari, SST, MPH

Semester VII

Disusun Oleh :
1. Dewi Rahmawati (1602460003)
2. Yola Fadelia (1602460007)
3. Seftiana Rizqy N (1602460012)
4. Savira Iluk Adkha (1602460016)
5. Priska Agustri (1602460021)
6. Adelia Laksmita D S (1602460025)
7. Rustika Lestyaning T (1602460029)
8. Ekaristi Hendra N (1602460033)
9. Regyna Istnaini B (1602460037)
10. Berty Pritasari (1602460041)
11. Diana Lestari (1602460045)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN KEDIRI
2019
Resume Humaniora
tentang Konsep Dasar Etika Umum

1. Pengertian Dasar Etika


Istilah “etika” berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani etos dalam bentuk
tunggal mempunyai arti kebiasaan-kebiasaan tingkah laku manusia, adat, akhlak, watak,
perasaan, sikap, dan cara berpikir. Dalam bentuk jamak ta etha mempunyai arti adat
kebiasaan. Menurut filsuf Yunani Aristoteles, istilah etika sudah dipakai untuk
menunjukkan filsafat moral. Sehingga berdasarkan asal usul kata, maka etika berarti ilmu
tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. (Burhan, Asmawati.
2019)
Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia
dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah (Jones, 1994). Seseorang bidan
dikatakan profesional bila ia mempunyai kekhususan. Sesuai dengan peran dan fungsinya
seorang bidan bertanggung jawab menolong persalinan. Dalam hal ini bidan mempunyai
hak untuk mengambil keputusan sendiri yang harus mempunyai pengetahuan yang
memadai dan harus selalu memperbaharui imunya dan mengerti tentang etika yang
berhubungan dengan ibu dan bayi. (Burhan, Asmawati. 2019)
Bertens merumuskan arti etika sebagai berikut :
a. Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai dan norma moral yang menjadi pegangan
seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya
b. Etika berarti kumpulan asas/moral. Etika mempunyai arti ilmu tentang apa yang baik
atau apa yang buruk.

2. Tujuan Etika
Tujuan etika dalam profesi yaitu
a. Untuk mengatur dalam menjalankan tugas sesuai profesi
b. Menjadi alat self-control dari tindakan yang menyimpang
c. Meningkatkan pengabdian kepada masyarakat
d. Menjaga dan memelihara kesejahteraan pelayanan kebidanan
e. Meningkatkan kualitas pelayanan
3. Pembagian Etika
a. Etika Deskriptif
Melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya adat kebiasaan, anggapan
tentang baik buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak. Etika deskriptif
tidak memberi penilaian tetapi menggambarkan moralitas pada individu tertentu,
kebudayaan atau subkultur tertentu dalam kurun waktu tertentu.
b. Etika normatif
Terjadi penilaian perilaku manusia, penilaian ini terbentuk atas dasar norma. Etika
normatif bersifat preskriptif (memerintahkan), tidak melukiskan melainkan
menentukan benar atau tidaknya tingkah laku. Etika normatif menampilkan
argumentasi atau alasan atas dasar norma dan prinsip atas apa yang dapat
dipertanggung jawabkan secara rasional dan dapat diterapkan dalam praktik.
c. Metaetika
Meta berasal dari bahasa Yunani yang berarti melebihi atau melampaui. Metaetika
mempelajari logika khusus dari ucapan – ucapan etis. Pada metaetika mempersoalkan
bahasa normatif apakah dapat diturunkan menjadi ucapan kenyataan, Metaetika
mengarahkan pada arti khusus dari bahasa etika.

4. Perbedaan Etika, Etiket, Moral, Norma.


Etika berbeda dengan etiket, etika menunjukkan norma tentang perbuatan tersebut
bersifat absolute berlaku baik saat sendiri maupun lingkup sosial yang berasal dari
bathiniah, sedangkan etiket merupakan suatu perbuatan harus dilakukan berlaku hanya
dalam pergaulan bersifat relatif tergantung pada perbuatan yang berasal secara lahiriah.
Membahas etika selalu berkaitan dengan moral.
Moral merupakan istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat
peran lain, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar,
salah, baik, dan buruk. Amoral berarti tidak berkaitan dengan moral, netral etis. Immoral
berarti tidak bermoral, tidak etis. Moral berdasarkan sumber dan sifatnya yaitu moral
keagamaan yang diperoleh dengan mempelajari ajaran-ajaran agama yang dikehendaki
dibidang moral dan moral sekuler moral yang tidak berdasarkan landasan agama dan
bersifat duniawi semata.
Etika dan moral juga diatur dalam norma. Norma dibagi menjadi norma khusus dan
norma umum. norma umum meliputi tentang sopan santun misalnya dalam cara makan,
duduk dll, norma hukum yang dijamin oleh hukum bagi pelanggarnya. Norma moral yang
mengatur mengenai sikap dan perilaku manusia. Dalam penerapannya untuk bisa
bertindak sesuai etika dan moral dapat menerapkan budaya malu dan bersalah. Budaya
malu (Shame Culture) yang ditandai dengan rasa malu, menekankan pengertian hormat,
nama baik bila melakukan kejahatan harus disembunyikan dari orang lain sanksi dari apa
yang dipikirkan orang lain dan hati nurani tidak berperan. Sedangkan budaya bersalah
ditandai dengan rasa bersalah, kendati suatu kejahatan tidak diketahui orang lain maka
akan tetap merasa bersalah. Peran etika dalam dunia modern terdapat moral, agama dan
hukum.
Istri Meninggal Usai Melahirkan, Suami Polisikan Bidan

SIANTAR-Ando Sihombing (35) tidak merelakan kematian istrinya, Ranimawarni Turnip


(30) usai melahirkan anak keempat mereka. Pasalnya, resiko kematian bisa dicegah kalau saja
Bidan R Manarung yang menangani persalinan itu, tidak mewakilkan penanganan itu kepada
anggota dan putrinya sendiri. Curiga terjadi malprakatik, warga Rantau Prapat, Labuhan Batu
ini lantas melaporkannya ke pihak yang berwajib, Selasa (20/12).

Disela-sela acara Adat jelang pengebumian korban di rumah duka, Jalan AMD Kelurahan
Naga Pita, Siantar Martoba, Ando tampak shok seraya memandangi wajah istrinya yang
terbaring kaku didalam peti. Ketika ditemui, mengaku harus meminta pertanggungjawaban R
Manurung, selaku bidan yang menangani persalinan istrinya. "Kesal kali aku lae, bisanya dia
selamat kalau saja bidan itu tidak menyerahkan penanganan kepada anak dan anggotanya,"
ujarnya seraya mengarahkan konfirmasi lanjut kepada kakak iparnya, Rina br Turnip (44).

Dikatakan Rina, saat itu persinya Minggu (18/12) sekira pukul 10.00 WIB, adiknya mengaku
sudah merasakan sakit pada bagian perut hingga berpikir sudah saat nya untuk melahirkan
sang bayi. Sesuai rencana, korban langsung dibawa ke rumah R Manurung di Jalan Medan,
Kelurahan Naga Pita, Siantar Martoba atau 2 KM dari rumah orangtuanya (rumah duka, red).
Saat itu, Rina ditemani suami korban serta adik kandungnya, Saut Maruli Turnip (26) ke
kerumah bidan tersebut.

Setelah ditangani, sang bidan berprediksi kalau kelahiran ditaksi sekitar pukul 16.00 WIB.
Sehingga menyarankan korban termasuk suaminya untuk berjalan-jalan disekitar rumah yang
sekaligus tempat ruang praktik persalinan. Belum merasa ada kekhawatiran saat itu, namun
sekitar pukul 14.00 WIB, korban merasakan sakit lagi dibagian kemaluannya. Namun sang
bidan malah keluar pamitan untuk menghadiri undangan pesta pernikahan.

Tanpa ada komando, Delvi br Sitorus (28) yang mengaku anak dari R Br Manurung bersama
seorang perawat, langsung menangani korban. Baru hitungan detik memeriksa, Delvi
memberitahu bahwa saatnya Ranimawarni melahirkan. Hal itu diketahuinya karena titik
bukaan sudah tujuh. Selanjutnya meminta kepada Rani maupun suami korban untuk memberi
ruang kepada kedua wanita tersebut menangani proses persalinan.
Hasilnya, masih hitungan sekali "Ngeden" sang jabang bayi berjenis klamin laki-laki itu,
berhasil keluar dari rahim korban. Bahkan berat badan bayi mencapai 4 Kg dengan panjang
45 Cm. Rani dan suami yang sejak tadi memberi semangat pada korban, sempat
mengingatkan kalau darah masih tetap keluar dari kemaluan korban. Tapi kedua gadis
tersebut mengatakan kalau hal itu sudah biasa.

Meski begitu, Delvi memerintahkan perawat tadi untuk mengeluarkan ari-ari korban. Namun
lebih dari setengah jam, ari-ari tersebut tak kunjung keluar meski perawat yang identitasnya
sengaja dirahasiakan keluarga R Manurung itu sudah menekan perut korban berulang-ulang.
Bukannya ari-ari, tapi darah tetap saja mengalir. "Biasanya itu kak, tadi dia (Ranimawarni,
red) saat melahirkan buang air seni jadi deras dia keluarnya," ujar Rina menirukan perkataan
Delvi saat itu.

Begitu sudah keluar, Delvi kembali memerintahkan perawat tadi untuk menjahit kemaluan
korban. Bahkan proses itu, Delvi masih tetap mengarahkan. Sehingga menurut Rina dan
Ando, korban dijadikan objek praktek. Sebab selama menjahit itu, perawat tadi masih meraba
dan tampak jelas masih sangat ragu-ragu.

Masih keterangan Rina, satu jam setelah persalinan dianggap selesai, korban tiba-tiba saja
mengeluhkan rasa sakit dan perih pada bagian rahim dan kemaluannya. Bahkan beberapa kali
terucap, kalau korban lebih baik mati daripada menahan sakit itu. Jeritan itu membuat
suaminya, dan Rina bingung apalagi, R br Manurung masih belum saja kembali. Walaupun
mereka meminta Delvi untuk menghubungi ibunya, justru kembali beralasan, rasa perih itu
masih biasa kepada orang yang baru melahirkan.

Bingung bercampur takut karena jeritan korban tidak henti-hentinya, Rina lantas menawarkan
agar adiknya itu dibawa ke rumahsakit. Tapi Delvi menjawab dingin seolah keberatan dibawa
kerumahsakit. Sebelum dibawa, R br Manurung akhirnya tiba dirumah. Namun tidak banyak
berbuat dan hanya memeriksa kembali keadaan Ranimawarni serta bayinya.

Karena jeritan kesakitan tetap saja keluar dari mulut korban, membuat Saut Maruli Tua
Turnip (26) iba dan langsung berinisiatif membawa kakaknya ke rumahsakit dengan
menumpang angkot. Begitupun, bidan tersebut enggan memberi ijin karena tetap ngotot kalau
kondisi korban tidak apa-apa. Tapi naas, sekitar pukul 17.45 WIB sebelum tiba di rumahsakit
Horas Insani Pematangsiantar, korban meninggal dalam perjalanan. Hal itu diketahui setelah
dokter rumahsakit memvonis, kalau korban sudah tidak bernyawa. Alangkah terkejutnya
Rina, Ando dan Saut, sebab korban masih sempat bercerita didalam angkot. Diiringi
kepedihan mendalam, korban dibawa pulang kerumah orang tua Ando di Jalan AMD tadi.
Sedangkan bayi tersebut masih berada dirumah bidan R br Manurung.

Keluarga yang menyesalkan kejadian itu, mengarahkan kesalahan pada R br Manurung yang
membiarkan Delvi dan perawat itu menangani persalinan. Anggapan Rina, Ando dan Saut
kalau kedua wanita itu masih meraba. Apalagi diketahui kalai Delvi bukan berlatar
pendidikan kesehatan maupu kebidanan. Sedangkan perwat tadi masih berstatus sekolah.
Hasil perembukan keluarga, persoalan itupun dibawa ke pihak yang berwajib.

Oleh Polre Pematangsiantar unit Reskrim dan UPPA setelah menerima laproan Ando, Selasa
(20/12) sekitar pukul 11.00 WIB langsung mendatangi rumah R br Manurung. Sayangnya
petugas tidak mengijinkan peliputan dirumah tersebut. Vahkan R Br Manurung enggan
menemui wartawan dan memilih diam dikamar.

Kasubag Humas Polres Pematangsiantar, AKP Altur Pasaribu menanggapi kalau pihaknya
masih tahap penyelidikan dan membantah kalau kedatangan personilnya ke rumah R br
Manurung bukan untuk mengamankan namun untuk mengorek keterangan. Pihaknya juga
sudah melempar beberapa pertanyaan kepada Delvi dan perawat yang menangani persalinan
korban. "Hasilnya kita tunggu saj," ujarnya seraya mengatakan, kalau R br Manurung dalam
laporan itu masih diduga melakukan malpraktek
HASIL KAJIAN KASUS (TENTANG HUKUM)

A. Malpraktek Di Bidang Hukum

Criminal malpractice yang bersifat negligence (lalai) misalnya kurang hati-hati


melakukan proses kelahiran.

Pasal-pasal 359 sampai dengan 361 KUHP, pasal-pasal karena lalai menyebabkan mati
atau luka-luka berat.

1. Pasal 359 KUHP, karena kelalaian menyebabkan orang mati :


Barangsiapa karena kelalaiannya menyebabkan mati-nya orang lain, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lamasatu tahun.
2. Pasal 360 KUHP, karena kelalaian menyebakan luka berat :
Ayat (1) Barangsiapa karena kealpaannya menyebakan orang lain mendapat luka-luka
berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling
lamasatu tahun. Ayat (2) Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain
luka-luka sedemikian rupa sehinga menimbulkan penyakit atau alangan menjalankan
pekerjaan, jabatan atau pencaharian selama waktu tertentu, diancam de¬ngan pidana
penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling tinggi tiga ratus rupiah.
3. Pasal 361 KUHP, karena kelalaian dalam melakukan jabatan atau pekerjaan
(misalnya: dokter, bidan, apoteker, sopir, masinis dan Iain-lain) apabila melalaikan
peraturan-peraturan pekerjaannya hingga mengakibatkan mati atau luka berat, maka
mendapat hukuman yang lebih berat pula.

B. Pertanggung Jawaban Bidan Terhadap Profesi Dan Pelayanan Kebidanan Di Bidang


Hukum

Kajian fenomena dari sudut pandang hukum :

Berdasarkan kasus tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kasus terjadi karena standar
pelayanan bidan yang kurang bertanggungjawab. Bidan merupakan sebuah profesi.
Sebagai seorang profesional dibidang pelayanan asuhan kebidanan, tindakan bidan harus
didasarkan atas ketelitian dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya, karena
kecerobohan dalam bertindak yang berakibat terancamnya jiwa pasien, dapat
mengakibatkan bidan terkena tuntutan pidana. Asas ini tersirat dalam ketentuan pasal 22-
24 UU RI nomor 36 tahun 2009, Tentang kesehatan, yang mengharuskan:

a Bidan wajib memiliki kualifikasi minimum


b Bidan wajib memiliki izin
c Bidan wajib memenuhi kode etik profesi,standar profesi,standar pelayanan dan
standar prosedur operasional
d Bidan wajib memberikan hak pengguna pelayanan kesehatan
Dan adanya sanksi pidana pada pasal 42 Kepmenkes nomor 900 tahun 2002 Tentang
registrasi dan praktik kebidanan.

Kemudian didalam kasus pasien tidak ditangani oleh tenaga yang tidak sesuai
dimana bukan lulusan pendidikan dari bidan akibat bidan yang ceroboh melimpahkan
wewenang terhadap tenaga yang belum lulus sesuai standar profesi menjalankan praktek.
Asas kehatian‐hatian dalam profesi bidan sudah melekat dikarenakan merupakan lulusan
yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan (UU RI No 36/2009 dan UU RI No
29/2004 serta Permenkes No 149/2010, Permenkes RI No 369/2007) dan mempunyai
kode etik profesi, standar pelayanan dan adanya pembinaa dan pengawasan dari
pemerintah dan organisasi profesi. Sehingga menimbulkan keselamatan pasien
yang berakibat menurunnya Angka Kematian Ibu.
Yang dimaksut dalam Pelayanan asuhan kebidanan yang tidak sesuai meliputi:
a. Pelayanan asuhan kebidanan tidak sesuai standar pelayanan.
b. Pelayanan asuhan kebidanan tidak sesuai operasional prosedure.
c. Melakukan pelayanan asuhan kebidanan diluar kewenangannya, yang menimbulkan
ketidak puasan pasien/keluarganya, maka hal tersebut menimbulkan tanggung jawab
hukum bidan. Dalam kaitannya pada kasus Angka Kematian Ibu diluar persalinan
normal, karena tidak dipatuhinya azas kehati‐hatian yang ditangani oleh bidan dapat
menimbulkan tanggung jawab
hukum,baik berupa pidana,perdata maupun administratif.
DAFTAR PUSTAKA

Burhan, Asmawati. 2019. Buku Ajar Etika Umum. Yogyakarta: Deepublish


Novitasari, Ratih. 2019. Powerpoint Konsep Dasar Etika. Disadur pada http://vilep-
pusdik.kemkes.go.id/poltekkesmalang/mod/page/view.php?id=1004 diakses tanggal 29 Juli
2019 pukul 12.30 WIB .

Anda mungkin juga menyukai