Anda di halaman 1dari 53

GAMBARAN PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU SADARI SEBAGAI


PENCEGAHAN KANKER PAYUDARA PADA SISWI SMK PGRI
PAMIJAHAN BOGOR TAHUN 2019

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan kepada Jurusan Program Studi Sarjana Kedokteran Fakultas


Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Untuk Menyusun Skripsi S1

LUTHFIA AYU WICAKSANA

102016129

PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAN KRISTEN KRIDA WACANA

JAKARTA

2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh


dunia. Kanker adalah perubahan pertumbuhan sel jaringan tubuh menjadi ganas
yang akan terus tumbuh dan menyebar ke jaringan lain dan menyebabkan kematian.
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang paling banyak ditemui
pada wanita setelah kanker serviks. Kanker payudara sendiri merupakan tumor
ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara yang berupa benjolan abnormal.

Menurut Organisasi Penanggulangan Kanker Dunia dan Badan Kesehatan


Dunia, diperkirakan terjadi peningkatan kejadian kanker di dunia 300% pada tahun
2030, dan mayoritas terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Berdasarkan
Data GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer (IARC),
diketahui bahwa pada tahun 2012 trdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan
8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia. Kanker payudara, kaker
prostat, dan kanker paru merupakan jenis kanker dengan persentase kasus baru
(setelah dikonrol dengan umur) tertinggi yaitu 43,3%, 30,7% dan 23,1%. Pada
tahun 2012 kanker menjadi penyebab kematian sekitar 8,2 juta orang. Kanker paru,
kanker hati, kanker kolorektal dan kanker payudara adalah penyebab terbesar
kematian akibat kanker setiap tahunnya. Sementara itu, kanker paru dan kanker
payudara merupakan penyebab kematian (setelah dikontrol dengan umur) tertinggi
akibat kanker.1

Menurut pusat data dan informasi kementerian kesehatan Republik Indonesia


(KEMENKES RI) pada tahun 2016, Kanker payudara adalah kanker paling umum
kedua di dunia dan merupakan kanker yang paling sering diantara perempuan
dengan perkiraan 1,67 juta kasus kanker baru yang di diagnosa pada tahun 2012
(25% dari semua kanker). Kasus kanker payudara lebih banyak terjadi di negara
berkembang (883.000 kasus) dibandingkan di negara maju (794.000 kasus).
Tingkat incindence rate (IR) bervariasi hampir empat kali lipat di seluruh dunia,

2
mulai 27 kasus per 100.000 di Afrika Tengah dan Asia Timur sampai 92 kasus
per 100.000 di Amerika Utara. Di Indonesia, kanker payudara menempati urutan
tertinggi prevalensi kanker pada wanita tahun 2013, yaitu sebesar 0,5%.
Berdasarkan estimasi jumlah penderita kanker payudara terbanyak terdapat di
Jawa Timur dan Jawa Tengah. Namun, dengan hal ini kita tidak bisa menganggap
kecil persentase kanker payudara di provinsi lain seperti Jawa Barat. Persentasi
prevalensi penderita kanker payudara di Jawa Barat mencapai 0,3% dengan
estimasi jumlah penderita sebesar 6.701. 2

Menurut departemen kesehatan (DEPKES 2016) provinsi Jawa Barat tercatat


bahwa 871 dari 816.262 wanita dengan kisaran usia 30-50 tahun di Kabupaten
Bogor yang telah melakukan pemeriksaan payudara sendiri dan 3 diantaranya
menemukan tumor berupa benjolan. Angka ini memperlihatkan bahwa Kabupaten
Bogor menyumbang 0,34% dari tingginya angka prevalensi kanker payudara di
Jawa Barat 1,3

Bedasarkan data pasien RS Kanker Dharmais 2010-2015, kanker payudara,


kanker serviks, kanker paru merupakan tiga penyakit terbanyak, dengan jumlah
kasus baru dan jumlah kasus kematian semakin meningkat. Besaran masalah
kanker payudara di Indonesia dapat dilihat dari pasien kanker payudara yang
datang untuk pengobatan, dimana 60-70% penderita sudah dalam stadium III-IV
yang merupakan stadium lanjut.2 Hal ini disebabkan oleh rendahnya pengetahuan
masyarakat tetang deteksi dini kanker payudara sehingga tidak sedikit remaja yang
bahkan menderita tumor di payudara dan sudah berkembang menjadi kanker akibat
tidak di deteksi lebih awal. Namun seiring berjalan waktu, penyakit ini mulai
mengarah ke usia lebih muda, maka usia remaja juga perlu untuk melakukan
SADARI secara rutin sebagai upaya pencegahan dan deteksi dini. Pemeriksaan
payudara sendiri atau biasa dikenal dengan SADARI merupakan pemeriksaan yang
bahkan dapat kita lakukan kapanpun dimanapun.Tindakan SADARI sangat penting
untuk deteksi awal karena penderita dapat menemukan sendiri adanya benjolan
abnormal di payudara, sehingga SADARI merupakan hal yang penting bagi remaja
untuk mengetahui dan mempelajari tentang SADARI sedini mungkin agar bisa
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari dengan benar. American Cancer

3
Society menganjurkan bahwa SADARI perlu dilakukan oleh wanita usia 20 tahun
atau lebih setiap bulannya yaitu pada hari ke-7 atau ke-10 setelah haid.2

Pengetahuan tentang prosedur SADARI mempengaruhi perilaku remaja putri


terhadap sikap dan perilaku pelaksanaan SADARI sehingga dapat diterapkan secara
rutin untuk mendeteksi secara dini kanker payudara.4 Kurangnya pengetahuan
masyarakat mengenai kanker payudara dan keengganan untuk melakukan deteksi
dini dengan SADARI secara langsung turut menunjang kenaikan kasus kanker
payudara di Indonesia setiap tahunnya. Berdasarkan latar belakang ini, peneliti
akan melakukan penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku remaja putri
terhadap SADARI sebagai langkah utama dalam mendeteksi kanker payudara, oleh
karena itu, peneliti akan mendatangi remaja putri yang sedang bersekolah untuk
lebih memudahkan penelitian. Sekolah yang akan peneliti datangi yaitu SMAK
PGRI PAMIJAHAN Bogor Jawa Barat. SMAK PGRI PAMIJAHAN merupakan
sekolah yang berada di kaki gunung salak Kabupaten Bogor dan jauh dari pusat
kota sehingga paparan edukasi mengenai SADARI cukup kecil persentase nya.
berdasarkan latar belakang, peneliti ingin mengetahui pengaruh penyuluhan
kesehatan terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku SADARI sebagai pencegahan
kanker payudara pada siswi SMK PGRI PAMIJAHAN Kabupaten Bogor pada
tahun 2019.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka perumusan masalah


dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran pengaruh penyuluhan kesehatan
mengenai SADARI terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku SADARI sebagai
pencegahan kanker payudara pada siswi SMK PGRI PAMIJAHAN Kabupaten
Bogor pada tahun 2019.

Hipotesis

Siswi SMK PGRI PAMIJAHAN Kabupaten Bogor pada tahun 2019


mempunyai pengetahuan yang cukup, perilaku yang cukup dan sikap yang positif
mengenai SADARI sebagai pencegahan kanker payudara.

4
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum :
1. Mengetahui gambaran pengetahuan,sikap dan perilaku siswi tentang
SADARI terhadap pencegahan kanker payudara di SMK PGRI
PAMIJAHAN Kabupaten Bogor pada tahun 2019 sebelum dan sesudah
dilakukan penyuluhan.
1.3.2 Tujuan Khusus :
1. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan siswi SMK PGRI
PAMIJAHAN Kabupaten Bogor pada tahun 2019 tentang kanker
payudara sebelum dan sesudah penyuluhan meliputi :
- Pengertian kanker payudara
- Faktor resiko
- Manifestasi klinis
- Deteksi dini
2. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku siswi
tentang prosedur deteksi dini kanker payudara SADARI di SMK PGRI
PAMIJAHAN Kabupaten Bogor pada tahun 2019 sebelum dan sesudah
penyuluhan meliputi :
- Pengertian
- Tujuan
- Waktu
- Cara
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dibidang


kesehatan, khususnya dalam ilmu kedokteran mengenai tingkat pengetahuan, sikap
dan perilaku pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada remaja putri.

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Bagi Siswi SMAN 1 Pamijahan Bogor Jawa Barat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi siswi mengenai
tingkat pengetahuan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Hal ini

5
dapat mendukung siswi untuk mencari informasi tentang SADARI yang nantinya
akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku siswi dalam menerapkan SADARI.

2. Bagi Mahasiswa Fakultas Kedokteran FK UKRIDA

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan


bagi mahasiswa serta pembaca khususnya mengenai tingkat pengetahuan, sikap
dan perilaku remaja putri tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

3. Bagi peneliti

Penulis dapat mengaplikasikan ilmu kedokteran yang diperoleh selama


perkuliahan, terutama tentang kesehatan reproduksi serta pengalaman nyata dalam
melaksanakan penelitian mengenai tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku remaja
putri tentang SADARI.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Meningkatkan pengetahuan dan sebagai masukan untuk melakukan penelitian


selanjutnya agar dapat meningkatkan penelitian tentang pengetahuan, sikap dan
perilaku pemeriksaan payudara sendiri yang lebih baik lagi.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker payudara


2.1.1 Perbedaan kanker dan tumor
Penyakit kanker adalah penyakit yang timbul akibat pertumbuhan tidak
normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker (ganas), sedangkan
neoplasma atau biasa kita sebut tumor adalah kondisi dimana pertumbuhan sel tidak
normal dan tidak terkoordinasi (neoplasia) sehingga membentuk suatu lesi atau
dalam banyak kasus, benjolan di tubuh. Tumor terbagi menjadi dua, yaitu tumor
jinak dan tumor ganas. Tumor jinak memiliki ciri-ciri, yaitu tidak menyerang
jaringan disekitar dan tidak bermetastase serta tumbuh terbatas, tidak menyebar dan
bila dioperasi, dapat dikeluarkan secara utuh sehingga dapat sembuh sempurna,
sedangkan tumor ganas memiliki ciri-ciri, yaitu dapat berpotensi menyerang
jaringan disekitarnya dan menyebabkan metastase dan tentunya lebih berbahaya
dan fatal sehingga persentase kematian lebih besar dibanding tumor jinak dan sel
kanker dapat ditemukan pada pertumbuhan tumor tersebut. Dalam arti khusus,
kanker dapat didefinisikan sebagai tumor ganas.5
2.1.2 Pengertian kanker payudara
Penamaan kanker itu sendiri sesuai dengan jaringan yang tempat kanker itu
tumbuh, seperti hal-nya kanker payudara yang merupakan salah satu penyakit
tidak menular yang ditandai dengan sebuah keganasan pada jaringan payudara
dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker payudara ini terjadi
hampir seluruhnya pada wanita, tetapi dapat juga di pria.6
Kanker payudara biasaya berupa benjolan. Benjolan pada payudara biasa
dibilang nodul, merupakan salah satu neoplasma yang perlu dipastikan sifatnya
(ganas/jinak), karena payudara terletak superficial, keberadaan nodul di payudara
akan cepat di sadari penderitanya. Pada survai yang telah dilakukan diluar negeri,
ternyata dari sejumlah kasus penderita dengan nodul payudara hanya 10% yang
bersifat ganas, 7 % bersifat tumor jinak/fibroadenoma, 13% merupakan lesi jinak
tidak khas, 40% dengan lesi kelainan penyakit fibrokistik, dan 30% sisanya tidak
ditemukan kelainan patologik.7

7
Neoplasma pada jaringan payudara dapat berasal dari parenkimal,
mesenkimal atau campuran. Dari neoplasma jinak paling sering ditemukan di usia
muda sekitar 20 tahunan adalah fibroadenoma (7% lesi tonjolan payudara),
karsinoma duktal invasif merupakan 70%-80% keganasan payudara.7
2.1.3 Anatomi payudara
Saat kehidupan mudigah mencapai usia enam minggu timbul penebalan
epidermis di bagian ventral,yang menghubungkan kuncup (anlage) ekstremitas
superior dan inferior yang disebut garis susu (milk line). Pada manusia dalam
keadaan normal akan terjadi atrofi garis susu, dan hanya akan tinggal sepasang
fokus penebalan epidermal di bagian dada, yang pada perkembangan lebih lanjut
membentuk penonjolan puting susu dengan areola. Sedangkan invaginasi ke dalam
membentuk lumen dan berkembang membentuk sistem duktus payudara fetal, baik
pada wanita maupun pria. Payudara pada pria rudimenter, tidak mengalami
pertumbuhan lobuluspada masa pubertas sehingga hanya mempunyai puting susu
temat bermuara sistem fetal dan areola.perkembangan lebih lanjut dapat ditemukan
di keadaan patologik.7
2.1.3.1 Morfologi
Kelenjar mammae atau kelenjar payudara wanita dewasa yang belum
pernah melahirkan berupa benjolan berbentuk kerucut, wanita yang sudah
melahirkan kelenjar mammae cenderung berbentuk menurun dan mendatar. Pada
wanita usia lanjut mengalami atrofi secara bertahap. Kelenjar mammae wanita
sebagian besar terletak di anterior otot pektoralis mayor, sebagian kecil dari bagian
latero-inferiornya terletak di depan otot serratus anterior. Batas superior, inferior
terletak di antara sela iga ke 2-6 atau 3-7, batas medial yaitu linea parasternal,
batas lateral yaitu linea aksilaris anterior. Beberapa kelenjar mammae mempunyai
kutub latero-superior berekstensi hingga fosa aksila, membentuk kauda aksilar
yang juga disebut ‘eminensia aksilaris’.8
2.1.3.2 Vaskularisasi
Payudara normal hanya sepasang, berkembang menonjol tegak dari
subclavikula sampai iga kelima dan sela iga kelima dan keenam.7 Sentrum dari
kelenjar mammae yaitu papila mammae yang di sekelilingnya terdapat areola
mammae yang memiliki banyak kelenjar areolar. Kelenjar mammae mempunyai

8
15-20 lobuli, tiap lobuli merupakan satu sistem tubuli laktiferi yang berawal dari
papila mammae. Facia superficial subkutis dan glandula mammae dihubungkan
dengan jaringan serabut pengikat yaitu ligamentum cooper mammae. Jika
ligamentum ini terinvasi tumor hingga menyusut, di kulit akan timbul cekungan
atau ‘tanda lesung’. Bagian posterior glandula mammae terdapat lapisan profunda
facia superficial subkutis, di anterior facia m. Pectoralis mayor terdapat struktur
yang longgar, jika tumor menginvasi facia m. Pectoralis mayor mobilitas akan
berkurang atau terfiksasi pada tempatnya. Vaskularisasi kelenjar mammae berasal
dari cabang arteri aksilaris, ramus perforata interkostales 1-4 dari arteri mammaria
interna dan ramus perforata arteri interkostales 3-7. Cabang arteri dari medial ke
lateral yaitu A. Torakalis superior, A. Torakalis akromial, A. Torakalis lateralis.8
Pembuluh balik vena sesuai posisi ketiga feeding arteries yaitu A.mammaria
interna, A. Torakalis lateralis dan A. Interkostalis posterior, yang relatif cepat dalam
pengembalian sirkulasi darah, akan masuk dalam aliran darah vena kava inferior.
Sistem limfatik terdiri atas: 1. Pleksus subareola atau superior yang mencakup
bagian tengah payudara, kulit, areola dan puting yang akan mengalir ke arah
kelenjar getah bening pektoralis anterior dan kelenjar getah bening aksila (sebagian
besar), yang dengan mudah dapat terba saat di palpasi; 2. Pleksus profunda atau
facial (deep plexus), yang mencakup daerah muskulus pektoralis menuju kelenjar
getah bening Rotter, kemudia ke kelenjar getah bening subclavikula (route of
Groszman), dan yang lain-lain akan menuju kelenjar getah bening mammaria
interna (25%), sebagian lagi ada yang menuju kelenjar getah bening mediastinum,
atau yang ke kelenjar getah bening subdiafragma atau hati yang ditemuka oleh
gerota (paramammary route of gerota), cross mammary pathway. Serta yang
menuju kelenjar getah bening mediastinum anterior di depan aorta. Persarafan
sensorik payudara berasal dari percabangan saraf interkostalis kedua sampai
keenam, dan dari percabangan pleksus sevikalis. Oleh karena itu penyebaran rasa
nyeri daerah payudara dapat mencapai dada, punggung,skapula, lengan bagian
tengah dan leher.7 Berikut gambar ilustrasi dari anatomi payudara dibawah ini,
sebagai berikut:

9
Gambar 1. Anatomi Jaringan Payudara.9

2.1.3.3 Fungsi fisiologis


Fungsi faal yang mendasari kelenjar mammae yaitu mensekresi susu dan
menyusui bayi. Fungsi lainnya sebagai ciri seks sekunder yang utama bagi wanita.
Secara fisiologik unit fungsional terkecil jaringan payudara adalah asinus. Sel epitel
asinus memproduksi air susu yang berkomposisi unsur protein yang disekresi
apparatus golgi bersama faktor imun berbentuk IgA dan IgG, sedangkan unsur lipid
dalam bentuk droplet yang diiliputi sitoplasma sel. Kelenjar mammae merupakan
terget berbagai hormon, perkembangan, sekresi susu dan fungsi lainnya. Hanya
dipengaruhi sistem endokrin dan korteks serebri secara tidak langsung.
Perkembangan dan hiperplasi kelenjar mammae dipengaruhi hormon gonadotropin
dan estrogen, sedangkan lobuli glandula mammae bergnatung pada efek yang
bersamaa dari progesteron dan estrogen dengan proporsi yang sesuai. Dalam
perkembangannya kelenjar payudara dipengaruhi cukup banyak hormon hipofisis
seperti somatotropin (STH), prolaktin,oksitosin, dan berpengaruh atas hormonal
siklik FSh dan LH. Hormon adrenal seperti kortikoid, hormon ovarium yaitu
estrogen dan progesteron, hormon silus haid, hormon dari plasenta yaitu
gonadotropin korionik. Pengaruh hormon siklus haid yang begitu terasa dan paling
sering karena payudara akan terasa tegang, membesar , kadang dsertai nyeri. 7,8

2.1.4 Etiologi
Penyebab kanker payudara belum dapat dijelaskan secara mendetail. Akan
tetapi, banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang

10
berhubungan dengan peningkatan berbagai faktor resiko atau kemungkinan untuk
terjadinya kanker payudara. Mengenai faktor genetik telah dikenal bahwa sekita
5-10% kasusu kanker payudara berhubungan dengan specific inherited mutations,
yaitu pada penderita kanker payudara: premenopause, bilateral disertai kanker
organ lain, riwayat keluarga yang menderita kanker payudara pramenopause.
Dalam hal ini ada setengah populasi kasusu menunjukkan mutasi gen BRCA1 pada
kromosom 17q21.3 dan sepertiga kasus dengan mutasi gen BRCA2 pada kromosom
13q12-13. Kedua gen ini ternyata berperan dalam repair DNA, sebgai gen supresor
karena inaktif atau adanya edek keduanya (germ-line mutation dan somatic
mutation), yang ternyata snagat kompleks dan variatif untuk maisng-masing kasus
penelitian. Hampir semua carrier gene mutations ternyata menderita kanker
payudara pada usia 70 tahun, sedangkan non carrier hanya 7%.7
2.1.5 Tumor Jinak Payudara
2.1.5.1 Fibroadenoma Mammae (FAM)
Fibroadenoma merupakan tumor jinak yang paling sering ditemui pada
wanita usia 20 - 30 tahun, berasal dari proliferase kedua unsur lobulus, yaitu asinus
dan jaringan fibrobalstik. Tumbuh pada lobulus sebagai akibat dari peningkatan
sensitiftas terhadap estrogen . Umumnya fibroadenoma karena bersifat jinak dan
tidak progresif, maka pertumbuhannya juga perlahan, bersimpai, pada perabaan
kenyal hingga keras seperti bola karet, batas tegas, permukaan rata, dapat
digerakkan , ukuran saat ditemukan rata-rata 2-4cm. Giant fibrinoadenoma
mammae bisa di dapat ukuran 10-15cm, ukuran terlalu besar dapa di sebabkan oleh
hasil konglomerasi beberapa faktor pertumbuhan fibroadenoma yang saling
berdekatan, dengan dilakukan pengangkatan maka tidak timbul residif.
Fibroadenoma bersifat multifokal bahkan bilateral. Lokasi paling sering ditemukan
mirip dengan karsinoma duktus invasif yaitu pada kuadran lateral atas payudara kiri
pada penderita yang right handed, namun lokasi lain juga sangat memungkinkan
tumbuhnya tumor ini.7,10
Tumor ini sedikit beresiko untuk menjadi kanker payudara terutama bagi
penderita yang memiliki gambaran histologi yang kompleks. Pada penelitian
biologi molekuler mendapatkan bahwa kebanyakan fibroadenoma tidak

11
meningkatkan resiko keganasan tapi perubaan genetik terlihat pada tumor degan
ukuran yang besar dan tumor phyllodes. 10
Variasi/tipe FAM :
 Hamartoma
 Tubular adenoma
 Lactating adenoma
 Juvenile fibroadenoma
 Giant fibroadenoma
 Complex FAM (kista sklerosing adenosis, kalsifikasi epiteleal)
2.1.5.2 Tumor Phyllodes
Tumor phyllodes merupakan neoplasama fibroepithelial yang mempunyai
potensi untuk berulang. Pertumbuhan tumor phyllodes diluar saluran dan lobulus,
yaitu stroma yang meliputi jaringan lemak dan ligamen yang mengelilingi saluran,
lobulus, dan darah dan pembuluh getah bening di payudara. Selain sel stroma,
tumor phyllodes dapat juga mengandung sel-sel dari duktus dan lobulus.11 Tumor
phyllodes digunakan untuk tumor yang jinak, pada yang ganas disebut phyllodes
sarcoma. Untuk mendiagnosis tumor phyllodes, harus ada elemen epitel dan stroma
dengan stroma yang selularitas menonjol, irregular, hiperkromatin dan mitosis yang
signifikan. Ini berbeda dengan giant fibroadenoma yang juga memiliki elemen
epitel namun stroma-nya hiposelular (hypocellular stroma).10
Insiden tumor phyllodes jarang dan merupakan 0,3-1% dari tumor payudara
wanita. Usia pasien adalah 10-90 tahun namun yang terbanyak adalah pada
kelompok usia 35- 55 tahun. Bilateral phyllodes sangat jarang. Distribusi pada usia
dibawah 20 tahun juga jarang, jika ada tampilan klinis dan histopatologinya adalah
jinak. Untuk usia yang lebih tua terdapat kecenderungan histopatologinya ganas.
Pada pria kejadiannya juga sangat jarang walaupun pernah ada dilaporkan yang
bersamaan dengan ginekomastia.10
Pemeriksaan Klinis serig ditemukan masa tumor dengan pertumbuhan yang
cepat, umumnya ukuran sudah besar saat datang, dapat digerakan dari jaringan
sekitar, konsistensi padat dan kistik, permukaan tidak rata, batas tegas, nyeri tekan
tidak dijumpai.Terkadang terbentuk ulkus karena penekanan masa tumor ke
jaringan payudara dan kulit. Tumor phyllodes sangat cenderung untuk mengalami

12
kekambuhan di daerah operasi (recur locally) jika eksisi yang dilakukan dekat
dengan tumor (closed margin, < 1 cm). Pada eksisi yang tidak adekuat kekambuhan
lokal mencapai 20%. Jika eksisi adekuat, jarang terjadi kekambuhan lokal dan
metastasis jauh. Pada tumor secara histologi terbukti jinak mempunyai prognosis
yang sangat baik khusus pada yang terapi awalnya eksisi yang adekuat. Tumor
phyllodes ganas (Phyllodes sarcoma) memiliki perilaku yang tidak bisa
diprediksi.10,12
2.1.5.3 Fibrocystic change (FCC)
Fibrocystic change (FCC) adalah kondisi payudara yang menyebabkan
adanya rasa nyeri, kistik dan benjolan. FCC memiliki berbagai variasi histologi
yaitu: stromal fibrosis, cysts, adenosis, apocrine metaplasia, dan epithelial
proliferation dalam derajat yang bervariasi. Respon yang berlebihan dari jaringan
payudara terhadap perubahan kadar hormone estrogen dan progesterone setiap
bulannya, diyakini sebagai galaktokel dari FCC. Walaupun kelainan ini adalah jinak
terkadang bisa menyebabkan salah didiagnosis sebagai kanker, atau terkadang
mempersulit deteksi kanker.10
Insidensi FCC menyerang 30-60% wanita dan mayoritas (minimal 50%) pada usia
subur yaitu umumnya 20-40 tahun. Penyebab FCC masih belum jelas, Peneliti
belum menemukan dengan jelas galaktokelnya apakah hormonal atau galaktokel
spesifik lainnya. Tapi terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian
FCC ini. Fakta sehari-hari menunjukan kejadian FCC berhubungan dengan
perubahan hormonal seperti siklus mentruasi, kehamilan, menopause, dan terapi
hormonal.10
2.1.5.4 Papilloma intraduktal
Papilloma intraduktal merupakan tumor jinak akibat dari proliferasi lokal
pada epitel duktus laktiferous mayor. Dikategorikan atas 2 yaitu papilloma soliter
(central) dan multipel (peripheral). Karakteristik papilloma soliter adalah usia
umumnya 30-50 tahun, diameter lesi <1cm umumnya 3-4mm namun terkadang
besar mencapai 4-5cm, nipple discharge unilateral yang serosanguineous atau
bloody (mengandung darah). Karakteristik papilloma multiple adalah usia
umumnya lebih muda, jarang terdapat nipple discharge, sering bilateral, lokasi di
perifer, lebih rentan untuk bertransformasi maligna. 10

13
Penderita biasanya mengeluhkan adanya massa tanpa rasa nyeri, dalam
pemeriksaan fisik massa dengan batas yang tegas, mudah digerakan, dan sering
diduga sebagai fibroadenoma. Pada pemeriksaan klinis ditemukan massa subareola
dan atau spontaneous nipple discharge. Evaluasi: radially compress payudara untuk
menentukan duktus lactiferous mana yang mengeluarkan cairan.10
2.1.5.5 Galaktokel
Galaktokel adalah kista pada payudara yang berisi air susu sebagai akibat
dari obstruksi duktus. Dapat terjadi pada masa laktasi namun lebih sering terjadi
beberapa bulan setelah masa laktasi. Pernah dilaporkan terjadi 13 tahun setelah
laktasi. Penyebab masih belum jelas, tapi laktasi adalah point yang penting dalam
penegakan diagnosis. Diyakini terdapat 3 faktor yang melatarbelakangi terjadinya
10
galaktokel yaitu sekresi epitel duktus, stimulus prolaktin dan obstruksi duktus.
Penderita umumnya usia muda. Tampilan klinis terdapat massa padat tanpa nyeri
saat laktasi atau setelah beberapa minggu/ bulan, massa smooth, mobile, konsistensi
padat, batas tegas, berlokasi di saluran duktus, sering diduga sebagai tumor solid,
dapat hilang sendiri atau setelah aspirasi satu kali atau terkadang sampai 3 kali;
Aspirasi : cairan air susu. Lokasi tersering sub areola.10
2.1.5.6 Ginekomastia
Ginekomastia adalah pertumbuhan payudara pria menyerupai jaringan
payudara wanita oleh karena pembesaran jaringan duktus dan stroma dan secara
histologi berbeda dengan lemak subkutan. Ginekomastia merupakan kelainan yang
paling sering pada payudara pria. Insidensi ginekomastia menurut Nydick et al,
umumnya adalah usia 10-16 tahun (38%) dan tertinggi adalah usia 14 tahun (65%).
Prevalensi ginekomastia pada pria secara umum adalah 24-65% dan mayoritas
adalah bilateral. Risiko keganasan 1%. 10
Ginekomastia dikelompokan menjadi primer (fisiologis) dan sekunder
(patologis). Ginekomastia primer umumnya ditemukan pada neonatal, pubertas dan
dewasa muda walaupun terkadang ditemukan pada usia lebih tua. Umumnya
bilateral walaupun ada yang unilateral. Penderita dewasa muda merupakan insiden
tersering, mayoritas sembuh dalam 6 bulan, 25% unilateral bila bilateral munculnya
tidak bersamaan dan grading kanan dan kiri berbeda. Ginekomastia sekunder,

14
penyebabnya adalah kadar androgen berkurang, estrogen meningkat dan obat-
obatan.10
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya masa padat di retroareolar, yang
mudah digerakan, batas jelas walau tidak tajam, jaringan payudara sering sedikit
lebih padat dibanding jaringan lemak disekitarnya. Ini harus dibedakan dengan
kanker payudara pria, pseudogynecomastia dan retroareolar fat deposition. Tanda
khas ginekomastia adalah pembesaran jaringan konsentris (concentricity),
membesar mulai dari nipple areola. Jika lesinya eccentric, keras dan unilateral,
diagnosis lain (malignansi) perlu disingkirkan dengan pemeriksaan mamografi,
FNAB, core atau open biopsy. Nipple discharge, pernah ditemukan tapi jarang.10
2.1.6 Karsinoma mammae
Kanker mammae umumnya berupa karsinoma campuran, sering kali terdapat
berbagai morfologi sekaligus. Berikut jenis patologik dari karsinoma mammae
menurut National Breast Cancer.
2.1.6.1 Kanker Payudara Non-Invasif
2.1.6.1.1 Duktal Carsinoma In situ
Duktal Carsinoma In situ atau DCIS adalah kanker non invasif dimana sel- sel
abnormal telah ditemukan pada lapisan duktus ASI. Sel kanker pada DCIS belum
menyebar sehingga masih sangat awal dan sangat bisa diobati jika dapat terdeteksi
secara dini.13
2.1.6.2 Kanker payudara Invasif
2.1.6.2.1 Carsinoma ductal invasif
Carsinoma ductal invasif atau IDC adalah sel abnormal yang mulai terbentuk
di saluran duktus ASI dan telah menyebar ke bagian lain dari duktus disebut juga
karsinoma duktus infiltrat. IDC merupakan jenis kanker yang tersering dan paling
umum, hampir 70-80% dari semua diagnosis kanker payudara. 14

15
Gambar 2. Perbedaan IDC dan DCIS.14
2.1.6.2.2 Triple negative breast cancer
Triple negative breast cancer (TNBC) merupakan salah satu subtipe kanker
payudara, yang mencapai 15-20 % kasus kanker payudara secara keseluruhan.
Kanker jenis ini sangat agresif dan tidak memiliki beberapa reseptor molekul
(reseptor estrogen, reseptor progesteron, dan reseptor HER2). Tidak adanya
reseptor mengarah pada ketidakpekaan tumor untuk terapi hormonal,
mengakibatkan pilihan terapi terbatas dibandingkan dengan jenis kanker payudara
lainnya. Menggunakan kemoterapi masih merupakan pilihan efektif. Faktor resiko
dari kanker yaitu mutasi gen BRCA dan lebih mungkin pada orang usia muda dan
ras Amerika-Afrika.15
2.1.6.2.3 Inflamatory breast cancer
Inflamatory breast cancer (IBC) merupakan penyakit kanker yang langka dan
bersifat sangat agresif, dimana sel-sel kanker memblokir pembuluh darah limfa di
jaringan payudara. Jenis kanker payudara ini disebut ‘inflamatory’ karena gejala
klinis yang khas dimana payudara terlihat bengkak, merah dan meradang disertai
peau d’orange. IBC jarang terjadi dan cederung didiagnosis pada usia yang lebih
muda dan gemuk sedangka pria pada usia tua, terhitung 1-5% kanker payudara yang
terdiagnosis di Amerika Serikat. Kebanyakan dari IBC merupakan perkembangan
dari IDC yang berarti sel kanker menyebar dan berkembang dari sel-sel yang
melapisi milk duct atau lapisan duktus ASI dan kemudian menyebar ke bagian luar
dari milk duct. IBC bersifat progresif dan berkembang pesat dalam hitungan
minggu atau bulan. Saat diagnosis IBC sudah tahap stasidm III atau IV tergnatung
apakah sel kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening terdekat atau jaringan
lain juga. IBC seringkali merupakan reseptor hormon negatif , yang berarti tidak
dapat diobati dengan terapi hormon, seperti tamoxifen, yang mengganggu
pertumbuhan sel kanker yang dipicu oleh estrogen.16

16
2.1.6.2.4 Metastatic breast cancer
Metastatic breast cancer (MBC) adalah nama lain dari Kanker payudara metastatik
yang juga diklasifikasikan sebagai kanker payudara stadium IV dimana jaringan
kanker telah menyebar ke bagian lain dari tubuh, biasanya paru-paru, hati, tulang
atau otak. Penyebaran ini terjadi akibat dari sel-sel kanker yang menyerang jaringan
sehat disekitarnya dan menembus sirkulasi darah maupun kelenjar getah bening
yang ada di sekitarnya yang akhirnya sel kanker bermigrasi melalui sirkulasi
tersebut ke bagian tubuh lainnya karena menempel di kapiler dan bermigrasi ke
jaringan sekitar sehingga menimbulkan tumor kecil yang baru tumbuh. Kanker
payudara metastatik menimbulkan gejala yang bervariasi tergantung tempat
dimana mereka bermetastase.17
2.1.6.2.5 Pregnancy-associated breast cancer
Pregnancy-associated breast cancer (PABC) merupakan keganasan umum
kedua yang mempengaruhi kehamilan. PABC didefinisikan sebagai kanker
payudara yang terdiagnosis selama masa kehamilan atau pada tahun postpartum
pertama. Kanker payudara mempengaruhi sekitar 1 dari 3000 wanita hamil dengan
usia rata-rata wanita dengan PABC adalah 32-38 tahun. Hanya 6,5% dari semua
kasus kanker payudara yang menyerang wanita usia < 40 tahun. Karena semakin
banyak wanita yang menunda kehamilan dan diiringi dengan peristiwa kanker
payudara yang terus meningkat, PABC patut kita waspadai.18

2.1.7 Faktor Risiko


Faktor risiko adalah hal-hal yang mempengaruhi kemungkinan seseorang
untuk menderita penyakit. Beberapa faktor risiko tidak dapat diubah , misalnya
seperti usia dan ras. Namun terdapat faktor risiko lain yang dapat diubah seperti
yang berkaitan dengan gaya hidup.19
2.1.7.1 Faktor risiko terjadinya kanker payudara yang tidak dapat diubah
antara lain :
- Jenis kelamin ; Kanker payudara lebih sering terjadi pada wanita, sekitar
100 kalo lebih sering dibandingkan dengan pria. Hal ini mungkin karena
pria kurang memiliki jaringan payudara dan hormon estrogen dan hormon
progesteron yang dapat memicu pertumbuhan sel kanker payudara.19

17
- Usia ; Resiko meningkat sesuai dengan usia. Sekitar 1 dari 8 IDC dapat
dijumpai pada wanita usia < 45 tahun, sedangkan sekitar 2 dari IDC
dijumpai pada wanita usia >55 tahun. Sekitar 1 dari 3000 wanita hamil
dengan usia rata-rata 32-38 tahun dapat terdiagnosis PABC.19
- Genetik ; Sekitar 5-10% kasus kanker payudara diperkirakan herediter dan
penyebab yang paling sering adalah mutasi gen BRCA1 dan BRCA2, yang
normalnya menjaga sel-sel dari pertumbuhan tidak terkontrol. 19
- Mutasi Gen ; Mutasi gen yaitu perubahan gen-gen lain yang diwariskan
lebih jarang dijumpai dan sering tidak meningkatkan risiko kanker
payudara. Contoh gen-gen lain seperti ATM, TP53, PTEN, dan lain-lain.19
- Riwayat Kanker Payudara dalam Keluarga ; hal ini tidak bisa dipungkiri
maupun dihindari ketika memiliki ibi, saudara, atau anak dengan kanker
payudara meningkatkan risiko terkena kanker payudara 2 kali lipat.19
- Riwayat Kanker Payudara ; risiko kanker payudara kasus baru pada
payudara yang sama atau bagian payudara yang lainnya. Meningkat pada
wanita dengan satu kanker payudara. Rsiko ini lebih tinggi pada wanita usia
muda.19
- Ras dan Etnis ; secara keseluruhan, wanita kulit putih lebih beresiko
dibandingkan wanita afrika-amerika.19
- Jaringan payudara padat ; jaringan payudara padat membuat mammogram
kurang akurat. Risiko kanker payudara 1,2-2 kali dibandingkan jaringan
payudara rata-rata.19
- Lobular carcinoma in situ (LCIS) ; sel-sel kanker tumbuh dalam lobul-lobul
yang menghasilkan air susu , tetapi tidak tumbuh melalui dinding lobul.
Risiko mengalami IDC 7-11 kali lipat.19
- Menstruasi : wanita dengan mentruasi pertama kurang dari 12 tahun dan
atau menopause setelah usia 55 tahun sedikit lebih beresiko mengalami
kanker payudara, hal ini mungkin disebabkan oleh pajanan hormon estrogen
dan progesteron yanb lebih lama.19
- Riwayat Radiasi Dada : risiko kanker payudara meningkat wanita (anak
atau dewasa muda) dengan terapi radiasi dada untuk terapi kanker lain dan
beresiko tinggi bila radiasi diberikan diwaktu remaja sekitar usia 10-30

18
tahun. Terapi radiasi di usia lebih dari 40 tahun tampaknya idak
meningkatkan resiko kanker payudara.19
- Pajanan diethylstilbestrol (DES) ; wnaita yang ibunya mendapatkan DES
selama kehamilan juga memiliki resiko kanker payudara sedikit lebih
tinggi.19
2.1.7.2 Faktor risiko terjadinya kanker payudara yang dapat diubah antara lain:
- Memiliki anak ; wanita yang tidak memiliki anak atau memiliki anak pada
usia diatas 30 tahun lebih beresiko mengalami kanker payudara secara
keseluruhan.19
- Obat kontrasepsi ; wanita pengguna obat kontrasepsi oral sedikit lebih
beresiko mengalami kanker payudara. Wanita yang berhenti menggunakan
kontrasepsi oral selama lebi dari 10 tahun resiko kanker payudara tidak
meningkat. Resiko kanker payudara wanita pengguni
depomedroxyprogesterone acetate (DMPA) relatif meningkat.19
- Terapi hormon kombinasi setelah menopause ; terapi hormon kombinasi
setelah menopause meningkatkan resiko kanker payudara.19
- Menyusui ; menyusui sedikit menurunkan resiko kanker payudara ,
terutama jika dilanjutkan selama 1,5-2 tahun.19
- Konsumsi alkohol ; wanita yang minum alkohol ; 2-5x perhari
meningkatkan resiko kanker payudara sekitar 1,5 kali.19
- Obesitas ; memiliki jaringan lemak lebih banyak dapat meningkatkan
kemungkinan mengalami kanker payudara dengan meningkatkan kadar
estrogen.19
- Aktivitas fisik ; jalan cepat 1,25-2,5 jam per minggu menurunkan resiko
sebesar 18 %.19
Pada wanita dengan faktor resiko tinggi, skrining dengan MRI dan mammografi
dimulai diusia 30 tahun dan dilanjutkan selama dalam keadaan sehat. Namun,
karena terbatasnya bukti klinis mengenai usia saat memulai skrining, keputusan
sebaiknya didasarkan pada kesepakatan antara pasien dan dokter terkait preferensi
dan keadaan pasien.20 Pemeriksaan ini, khususnya dinegara berkembang, masih
mengalami kendala, seperti ; keterbatasan fasilitas/alat MRI khusus payudara di
rumah sakit/klinik dan biaya yang mahal.sedangkan mammografi dianggap sebagai

19
alat paling efektif untuk deteksi dini kanker payudara, sebab dapat mendeteksi
hampir 80-90% dari semua kanker payudara, sebab dapat membedakan kepadatan
suatu tumor dengan jaringannya sehingga kanker payudara ukuran kecil dapat
terdeteksi.1
2.1.8 Manifestasi Klinis
Kanker payudara umumnya tidak menunjukkan gejala jika ukurannya kecil.
Jika kanker payudara teraba, pasien sering hanya mengeluhkan benjolan tidak
nyeri, massa tumor ini sering ditemukan secara tidak sengaja. Kebanyakan
dikuadran lateral atas, umumnya lesi soliter, konsistensi agak keras, batas tidak
tegas, permukaan tidak licin,mobilitas kurang (pada stadium lanjut dapat terfiksasi
ke dinding toraks). Massa cenderung membesar secara bertahap, dalam beberapa
bulan tambah besar secara jelas. Gejala lain yang dijumpai, yaitu terjadi perubahan
kulit seperti ‘tanda lesung’ ketika tumor mengenai ligamen glandula mammae,
ligamen itu memendek hingga kulit setempat mencekung, Limfangitis karsinoma
menyebabkan obstruksi vasa linfe subkutis dan jaringan subkutan mengalami
retraksi sehingga terjadi hambatan drainase limfe menyebabkan edema kulit,
folikel rambut tenggelam ke bawah, menyebabkan gambaran peau d’orange (kulit
jeruk). limfangitis karsinoma tampak sebagai inflamasi infeksius (nyeri, bengkak,
merah, demam, malaise). Nodul satelit kulit yang terjadi ketika sel kanker di dalam
vasa limfatik subkutis masing masing membentuk nodul metastasis, di sekitar lesi
primer dapat muncul nodul tersebar membentul lesi satelit. Iritasi kulit (dimpling),
ulserasi, invasi yang terjadi ketika tumor menginvasi kulit, tampak perubahan
warna merah-merah gelap. Bila tumor terus betambah besar, lokasi itu dapat
menjadi iskemik, ulserasi membentuk bunga sehingga disebut juga ‘tanda kembang
kol’. Pembengkakan di seluruh atau sebagian payudara, nyeri lokal payudara atau
puting, perubahan papila mammae seperti puting memerah, mengelupas, menebal,
keluarnya sekret pada payudara (selain air susu), Kanker payudara juga bisa
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak dan menimbulkan benjolan serta edema,
bahkan sebelum ukuran kanker payudara primer cukup besar untuk diraba.
Pembesaran kelenjar linfe regional dan letak tersering yaitu kelenjar linfe aksilar
ipsilateral dapat soliter atau multipel, pada awalnya bersifat mobile kemudian dapat
saling berkoalesensi atau adhesi dengan jarigan sekitarnya. Dengan perkembangan

20
penyakit, kelenjar limfe supraklavikular juga dapat menyusul membesar. Yang
perlu diperhatikan adalah ada sebagian kecil pasien kanker payudara hanya tampil
dengan linfadenopati aksilar tapi tak teraba massa tumor di payudara, peristiwa ini
disebut sebagai karsinoma mammae tersembunyi.8,20-1.
2.1.9 Klasifikasi Stadium
Klasifikasi Stadium kanker payudara, antara lain ; berdasarkan (1) letak
topografinya beserta ekstensi dan metastase organ, (2) sistem TNM, (3) staging
menurut AJCC ( american joint committee on cancer ) dan, (4) berdasarkan
kesepakatan para ahli (konvensi). Stadium kanker payudara dapat ditentukan
dengan pertahapan dari tumor padat, meliputi penentuan letak topografi tumor
primer, ekstensinya ke organ sekitar, dan ada tidaknya metastasenya ke organ lain.
Mengetahui stadium dari tumor atau kanker itu sangat pentng artinya untuk
menentukna tindakan terapi apa yang akan diberikan dan juga prognosis penyakit.
Beberapa cara menentukan stadium dari tumor padat.5
(1). Stadium tumor padat berdasarkan letak topografi, ekstensi dan metastase
organ.
a. Stadium lokal ; dimana pertumbuhannya masih terbts pada organ
semula tempatnya tumbuh. Karsinoma in situ ; pertumbuhan masih
terbatas intraepitelial , intraduktal, intra lobular. Infiltrasi lokal atau
invasif ; tumor padat telah tumbuh melewati jaringan epitel, duktus,
atau lobulus, tetapi masih dalam organ yang bersangkutan atau telah
menginfiltrasi jaringan sekitarnya.5
b. Stadium metastase regional ; tumor padat telah metastase ke
kelenjar limfe yang berdekatan (kelenjar limfe regional).5
c. Stadium metastase jauh ; tumor padat telah metastase pada organ
yang eltaknya jauh dari tumor primer.5
(2). Sistem TNM
Sistem ini telah dipakai semenjak tahun 1958 dan dipergunakan secara luas
di berbagai belahan dunia. Sistem TNM ini berdasarkan 3 kategori yaitu T (tumor
primer), N (nodul regional, metastase ke kelenjar limfe regional), M (metastase
jauh). Maisng masing kategori tersebut di bagi lagi lagi menjadi subkategori untuk

21
melukiskan keadaan maisng-masing kategori tersebut dengan cara memberikan
indeks angka dan huruf dibelakang T,N,M yaitu : 5
T= tumor primer.
Indeks angka :
Tx = syarat minimal menentukan indeks T tidak terpenuhi.
Tis = tumor in situ. Mencakup karsinoma insitu duktal atau karsinoma
insitu lobular.
T0 = tidak ditemukan adaya tumor primer.
T1= tumor dengan ukuran maksimal < 2 cm.
T2= tumor dengan ukuran maksimal 2-5 cm.
T3= tumor dengan ukuran maksimal > 5 cm.
T4 = tumor invasi ke bagian luar organ.
Indeks huruf : T1a , T1b, T1c, T2a, T2b,T3b, dan seterusnya.
N = nodul regional, metastase ke kelenjar limfe regional.
Indeks angka :
N0 = nodul regional negatif.
N1= nodul regional positif, mobile (belum ada perlekatan).
N2 = nodul regional postif, sudah ada perlekatan.
N3 = nodus juxtaregional atau bilateral.
Indeks huruf : N1a,N1b, N2a, N2b, N3b, dan seterusnya.
M = metastase jauh.
Indeks angka :
M0 = tidak ada metastase organ jauh.
M1 = ada metastase organ jauh.
Indeks huruf :
Mx = syarat minimal menentukan indeks M tidak terpenuhi. Metastase jauh
tidak dapat dinilai.
Tiap indeks angka dan huruf mempunyai arti klinis itu sendiri untuk setiap
jenis atau tipe tumor padat. Jadi arti indeks untuk karsinoma payudara tidak sama
dengan karsinoma nasofaring, dsb. Pada umumnya arti sistem TNM tersebut adalah
sebagai berikut.5
(3). Staging menurut AJCC ( American joint committee on cancer )

22
Setelah sistem TNM diperkenalkan dan dipakai secara luas, staging menurut
AJCC ini pertama harus menentukan T,N,M dari tumor padat tersebut sesuai
ketentuan yang ada, selanjutanya di kelompokkan dalam stadium tertentu yang
dinyatakan dalam angka romawi (I-IV) dan angka arab khusus stasium 0. Lebih
mudahnya, sebagai contoh dapat dilihat pada tabel staging kanker payudara
menurut AJCC dibawah.5

Tabel 1. Staging karsinoma payudara menurut AJCC.12

Tumor
Varian Keterangan
Primer (T)
Tx Tumor primer tidak dapat dinilai
To Tidak ada bukti tumor primer
Tis Karsinoma in situ
Tis
Karsinoma duktal in situ
(DCIS)
Tis
Karsinoma lobular in situ
(LCIS)

Tis Penyakit paget pada puting payudara tanpa

(Paget) tumor
T1 Diameter terbesar tumor <2 cm
T1 mic Diameter terbesar mikroinvasi <0,1 cm

Diameter terbesar tumor > 0,1 cm tetapi < 0,5


T1a
cm

Diameter terbesar tumor >0,5 cm tetapi < 1


T1b
cm

23
T1c Diameter terbesar tumor > 1 cm tetapi < 2cm
T2 Diameter terbesar tumor >2cm tetapi <5 cm
T3 Diameter terbesar tumor > 5cm
Tumor berukuran apapun dengan ekstensi
T4
langsung ke (a) dinding dada atau (b) kulit :

Ekstensi ke dinding dada, tidak termasuk


T4a
m.pektoralis

Edema (termasuk peau d’orange) atau


ulserasi kulit payudara, atau nodul satelit di
T4b
kulit payudara yang sama
T4c Gabungan T4a dan T4b

T4d Karsinoma inflamatorik

KGB
Regional
Varian Metastasis ke KGB
(N)
Nx KGB regional tidak dapat dinilai
Tidak ada metastasis ke KGB
N0
regional
KGB aksila ipsilateral dapat
N1
digerakkan
pN1mi Mikrometastasis >0,2mm ≤2mm
pN1a 1-3 KGB aksila

Mikrometastasis ke KGB mamaria


pN1b
interna

Mikrometastasis ke 1 sampai 3 KGB


pN1c
aksila dan KGB mamaria interna

24
KGB aksila ipsilateral terfiksasi atau
KGB mammaria interna yang
terdeteksi secara klinis* dan tidak
N2 terdapat metastasis KGB aksila secara
klinis
N2a KGB aksila ipsilateral yang terfiksasi

satu sama lain atau terfiksasi ke

struktur lain
pN2a 4-9 KGB
KGB mammaria interna yang hanya
terdeteksi secara klinis dan tidak
N2b
terdapat metastasis ke KGB aksila
KGB mammaria interna yang
terdeteksi secara klinis dan tidak
pN2b
terdapat metastasis ke KGB aksila
KGB infraklafikula ipsilateral dengan
atau tanpa keterlibatan KGB aksila;
atau KGB mamaria interna yang
terdeteksi secara klinis* dan terdapat
metastasis KGB aksila secara klinis;

N3 atau KGB supraklavikula ipsilateral


dengan atau tanpa keterlibatan KGB
aksila atau mamaria interna
N3a KGB infraklavikula ipsilateral
pN3a >10 KGB aksila atau infraklavikula
KGB mammaria interna ipsilateral
N3b dan KGB aksila

25
KGB mammaria interna terlihat secara
klinis, dengan KGB aksila, atau
mikrometastasis ke <3 KGB aksila dan
mamaria interna (melalui sentinel
pN3b
node biopsy, karena tidak
terlihat secara klinis)
N3c KGB supraklavikula ipsilateral
pN3c KGB supraklavikula
*terdeteksi melalui pencitraan atau pada pemeriksaan fisik atau terlihat

jelas pada pemeriksaan patologi

Metastasis (M)
Mx Metastasis tidak dapat dinilai
M0 Tidak terdapat metastasis

M1 Metastasis
Sumber : Sjamsuhidajat, 2010.12

Stadium TNM Persentase harapan

hidup 5 tahun**
0 Tis N0 M0 100%

I T1*N0 M0 100%

IIA T0N1M0, T1*N1M0, T2N0M0 92%


IIB T2N1M0, T3N0M0 81%

IIIA T0N2M0, T1*N2M0, T2N2M0, 67%

T3N1M0, T3N2M0
IIIB T4N0M0, T4N1M0, T4N2M0 54%
IIIC T apapun, N3 M0 ?**
IV T apapun, N apapun, M1 20%

26
*
Termasuk T1 mic
**
angka harapan hidup lima tahun untuk stadium IIIc belum didapatkan
karena stadium ini baru didefinisikan akhir-akhir ini
Sumber : Sjamsuhidajat, 2010.12

 Stadium 0 : DCIS, termasuk penyakit Paget pada


puting payudara dan LCIS. 12,22
 Stadium I : Karsinoma invasif dengan ukuran ≤ 2 cm
tanpa adanya keterlibatan kelenjar getah bening
(KGB). 12,22
 Stadium IIA : Karsinoma invasif dengan ukuran ≤ 2
cm, disertai keterlibatan KGB atau karsinoma invasif
> 2 cm dan kurang dari 5 cm tanpa disertai keterlibatan
KGB. 12,22
 Stadium IIB : Karsinoma invasif dengan diameter > 2
cm dan <5 cm dengan keterlibatan KGB atau
karsinoma invasif dengan ukuran >5 cm tanpa disertai
keterlibatan KGB. 12,22

27
 Stadium IIIA : Karsinoma invasif ukuran berapapun,
dengan fiksasi KGB (menginvasi ke dalam struktur
lain) atau karsinoma berdiameter >5 cm dengan
metastasis KGB nonfiksasi. 12,22
 Stadium IIIB : Karsinoma inflamasi, karsinoma yang
telah invasi ke dinding dada, karsinoma yang telah
invasi ke kulit, karsinoma dengan nodul kulit satelit,
atau karsinoma dengan metastasis ke KGB mammaria
internal ipsilateral. 12,22
 Stadium IIIC : Karsinoma dengan ukuran berapapun,
dengan keterlibatan KGB yaitu KGB infraklavikula
ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila;
atau KGB mamaria interna dan terdapat metastasis
KGB aksila secara klinis; atau KGB supraklavikula
ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila
atau mamaria interna, 12,22
 Stadium IV : Metastasis jauh.12,22

(4). Staging berdasarkan kesepakatan para ahli (konvensi)


Beberapa jenis tumor padat stagingnya didasarkan pada kesepakatan para
ahli dibidangnya masing-masing. Contohnya antara lain stadium dukes untuk
karsinoma kolorektal dan stadium FIGO untuk karsinoma serviks dan tumor
ginekologi.5
Menurut komite penanggulangan kanker nasiona, Penetapan stadium harus
dikerjakan sebelum dilakukan pengobatan, penetapan stadium kanker berdasarkan
AJCC dan UICC, penetapan stadium berguna sebagai penetapan diagnosa,
penetapan strategi terapi, perkiraan prognosa, penetapan tindak lanjut setelah terapi
( follow up ), pengumpulan data epidemiologis dalam registrasi kanker
(standarisasi) dan penilaian beban dan mutu layanan suatu institusi kesehatan.22

28
2.1.10 Terapi
Terapi bedah, radioterapi, kemoterapi, terapi hormon, dll. Menempati posisi
sangat penting dalam tatalaksana kanker mammae, dan selalu harus digunakan
secara kombinasi. Terhadap setiap kasus kanker mammae harus ditentukan strategi
terapi menyeluruh, strategi menyeluruh akan langsung berpengaruh pada hasil
terapi. 8
2.1.10.1 Terapi bedah
Pola operasi yang sering dipakai pada kanker mammae stadium 0,I,II yaitu
mastektomi radikal, mastektomi radikal modifikasi dengan mempertahankan otot
pectoralis mayor dan mempertahakan atau mereseksi otot pektoralis minor. Pola
operasi ini memiliki kelebihan yaitu memacu pemulihan fungsi pasca operasi
walaupun sulit untuk membersihkan kelenjar limfe aksilar. Mastektomi total
dilakukan terutama untuk karsinoma in situ atau pasien lanjut usia. Mastektomi
segmental plus diseksi kelenjar limfe aksilar atau biasa disebut operasi konservasi
mammae (BCT), mastektomi segmental plus biopsi kelenjar limfe sentinel ;
kelenjar limfe sentinel yaitu termial pertama metastase limfogen dari karsinoma
mammae.8
Untuk terapi kanker mammae terdapat banyak pilihan pola operasi, yang mana
yang terbaik masih kontroversial. Secara umum dikatakan harus berdasarkan
stadium penyakit dengan syarat dapat mereseksi tumor secara tuntas, kemudian
baru memikirkan sedapat ungkin konservasi fungsi dan kontur mammae. 8
2.1.10.2 Radioterapi
Tujuan dari radioterapi ada tiga yaitu radioterapi murni kuratif, dimana
hasilnya kurang ideal digunakan terutama bilamana pasien menolak operasi atau
pasien dnegan kontraindikasi. Radioterapi adjuvan, menurut waktu nya dibagi
menjadi radioterapi pra-operasi terutama untuk pasien stadium lanjut lokalisasi dan
radioterapi pasca-operasi adalah radioterapi seluruh mammae pasca operasi
konsevasi mammae dan terapi adjuvan pasca masektomi. Radioterapi paliatif
terutama untuk stadium lanjut dengan rekurensi, metastasis dan sangat begruna
untuk mengurangi nyeri.8

29
2.1.10.3 Kemoterapi
Kemoterapi sebagai tatalaksana dari kanker mammae mempunyai banyak
metode dengan indikasi yang berbeda, kemoterapi pra-operasi, kemoterapi adjuvan
pasca operasi, kemoterapi terhadap kanker mammae stadium lanjut atau rekuren
dan metastatik. Untuk kemoterapi kanker mammae stadium lanjut, rekuren,
metastatik umumnya harus berdasarkan obat yang digunakan sebelumnya dan
ditangani secra individual. Bagi yang belum pernah memakai golongan antrasiklin
dan taksan, pertimbangan pertama adalah golongan obat antrasiklin dan taksan,
obat lini kedua yang sering dipakai adalah novelbin, vinsblastin, gemsitabin,
cisplatin, xeloda, dll.8
2.1.10.4 Terapi hormonal
Sebagian besar kejadiaan dan perkembangan kanker mammae memiliki kaitan
tertentu dengan hormon, dewasa ini terutama melalui pemeriksaan reseptor
estrogen (ER) dan progesteron (PR) dari tumor untuk menentukan efek terapi
hormonal. Terapi hormonal bedah terutama adalah oofrektomi (disebut juga
kastrasi) terhadap wanita pramenopause. Sedangkan adrenalektomi dan
hipofisektomi sudah praktis ditinggalkan. Terapi hormonal dalam 20 tahun terkahir
mengalami perkembangan besar, pada dasarnya sudah menggantikan operasi
kelenjar endokrin. Berikut terpi hormonal medika mentosa yaitu (1) obat
antriestrogen. Tamoksifen merupakan penyekat reseptor estrogen , mekanisme
utamanya adalah berikatan dengan ER secara kompetitif, menyekat transmisi
informasi ke dalam sel tumor sehingga berefek terapi. Merupakan obat hormonal
yang dipakai secara luas. Tapi tamoksifen memiliki efeks mirip dengan estrogen,
berefek samping trombosis vena dalam, karsinoma endometrium, dll. Sehingga
perlu diperhatikan dan diperiksa secara berkala. (2) inhibitor aromatase. Pada
wanita pasca menopause estrogen terutama berasal dari kolesterol yang disekresi
lapisan retikular kelenjar adrenal dan androstendion yang terdapat di jaringan
lemak, hati, otot, dll. Kedua zat itu melalui efek enzim aromatase diubah menjadi
estradiol dan estrogen. Obat inhibior aromatase menghambat kerja enzim
aromatase, sehingga menghambat atau mengurangi perubahan androgen menjadi
estrogen. Aminoglutetemid adalah inhibitor aromatase generasi pertama, karena
menghambat sintesis hormon adrenokortikal maka kurang selektif, sehingga

30
sewaktu memakainya harus menambahkan hormon adrenokoritikal. Efek samping
obat ini yaitu vartigo, ataksia, dll. Obat ini pada dasarnya sudha tak dipakai.
Aromatase yang digunakan di klinis dewasa adalah generasi ketiga, meliputi
golongan nonsteroid anastrozol, letrozol, dan golongan steroid eksemestan.
Inhibitor aromatase hanya digunakan untuk pasien pasca menopause dengan
rseptor hormon positif. Uji klinis membuktikan bahwa efeknya lebih baik
dibanding tamoksifen. Obat golongan ini berefek samping osteolisis, dll. Sehingga
harus dilakukan pemantauan sesuai. (3) obat sejenis LH-RH ( luteinizing hormone-
releasing hormone). Obat golongan ini adalah goserelin, efeknya menghambat
sekresi gonadotropin, menghambat fungsi ovarium secara keseluruhan, sehingga
kadar estradiol serum turun. Jadi, obat jenis ini dapat mencapai efek ooforektomi
medikamentosa secara selektif, hingga menghambat pertumbuhan tumor. (4) obat
sejenis progesteron. Conohnya yaitu medroksiprogesteron asetat (MPA) dan
amgesterol asetat (MA). Digunakan terutama pasien pasca menopause dan pasca
ooforektomi. Mekanisme utamanya yaitu melalui umpan balik hormon progestin
menyebabkan inhibisi aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal, androgen menurun,
hingga menguarangi sumber perubahan menjadi estrgen danmenurunkan kadar
estrogen dan efek ibat ini adalah menambah nafsu makan dan memperbaiki kondisi
umum pasien. 8
2.1.11 Pencegahan
Pencegahan adalah usaha agar tidak terkena kanker payudara. Pencegahan
primer berupa mengurangi atau meniadakan faktor-faktor risiko yang diduga sangat
erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker payudara. Pencegahan primer
secara sederhana adalah mengetahui faktor -faktor risiko kanker payudara, seperti
yang telah disebutkan di atas, dan berusaha menghindarinya. Pencegahan sekunder
adalah melakukan skrining kanker payudara. Skrining kanker payudara adalah
pemeriksaan atau usaha untuk menemukan abnormalitas yang mengarah pada
kanker payudara pada seseorang atau kelompok orang yang tidak mempunyai
keluhan.22
Tujuan dari skrining adalah untuk menurunkan angka morbiditas akibat
kanker payudara dan angka kematian. Pencegahan sekunder merupakan primadona
dalam penanganan kanker secara keseluruhan. Skrining untuk kanker payudara

31
adalah mendapatkan orang atau kelompok orang yang terdeteksi mempunyai
kelainan/abnormalitas yang mungkin kanker payudara dan selanjutnya memerlukan
diagnosa konfirmasi. Skrining ditujukan untuk mendapatkan kanker payudara dini
sehingga hasil pengobatan menjadi efektif; dengan demikian akan menurunkan
kemungkinan kekambuhan, menurunkan mortalitas dan memperbaiki kualitas
hidup.
Di Indonesia, lebih dari 80 % kasus kanker payudara di diagnosis pada
stadium lanjut. Deteksi dini dan beberapa tindakan untuk skrining bertujuan untuk
mendiagnosis kanker payudara lebih awal, sehingga menurunkan morbiditas dan
mortalitas. beberapa tindakan untuk skrining payudara meliputi periksa payudara
sendiri (SADARI), periksa payudara klinis (SADANIS) dan mammografi skrining.
Panduan nasional penanganan kanker payudara versi 1.0 2015 menyatakan
pentingnya upaya pencegahan dan skrining kanker payudara. Hingga saat ini
mammografi masih menjadi salah satu modalitas skrining paling efektif yang
diakui oleh berbagai kalangan medis ahli di sunia, dan bahwa manfaat skrining
dengan mammografi berbanding lurus dengan meningkatnya usia, namun
kontroversi efektivitas , biaya skrining, dan radiasi juga menjadi pertimbanan,
komunikasi dan keterbukaan informasi antara dokter dan pasien sangat penting
dalam penentuan kapan perlu dimulai skrining. 19
ACS (American cancer society ) tidak memasukkan pemeriksaan klinis
payudara dan payudara sendiri dalam rekomendasinya, tetapi USPSTF ( US
preventive sevices task force ) masih memasukkan pemeriksaan payudara klinis
sebagai bagian dari skrining dengan catatan bahwa dalam praktik belum ada teknik
standar pemeriksaan tersebut.19
Dalam panduan nasional penanganan kanker payudara versi 1.0 2015,
pemeriksaan payudara berkala masih menjadi bagian dari deteksi dini. Pemeriksaan
klinis masih dapat mendeteksi sejumlah kasus kanker payudara dengan limitasi
antara lain hasil positif palsu yang menyebabkan dilakukannya pemeriksaan
imaging dan biopsi. Semua panduan tetap menganjurkan agar semua wanita
familiar dengan payudaranya sendiri dan segera melaporkan jika terdapat
perubahan pada payudaranya.19

32
2.1.11.1 Pemeriksaan Payudara Sendiri dan Pemeriksaan Payudara Klinis.
Menurut Panduan Nasional Penanganan Kanker Payudara versi 1.0 2015,
tindakan skrining yang dapat dilakukan adalah :
 Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
SADARI adalah pengembangan kepedulian seorang perempuan terhadap kondisi
payudaranya sendiri. Tindakan ini dilengkapi dengan langkah-langkah khusus
untuk mendeteksi secara awal penyakit kanker payudara untuk mengetahu
perubahan yang terjadi pada payudaranya. SADARI dilakukan pada waktu 7-10
hari pertama setelah menstruasi pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya dilakukan
pada wanita usia 20-40 tahun minimal setiap bulan.1
Langkah-langkah melakukan SADARI, yaitu :
1. Awali dengan memandang kedua payudara di depan cermin dengan posisi
lengan terjuntai ke bawah, kemudian tangan berkacak pinggang. Lihat dan
bandingkan kedua bentuk,ukuran, dan warna kulit payudara.perhatikan
apakah ada dimpling, perubahan warna kulit ( keriput,kemerahan, bengkak).
Masih di depan cermin, angkat kedua lengan dan lihat kelainan seperti poin
pertama. Masih di depan cermin, lihat dan perhatikan tanda-tanda
pengeluaran cairan dari puting payudara. 23
2. Berikutnya dengan posisi berbaring, raba payudara kiri dengan tangan
kanan, tangan kiri diletakkan di belakang kepala untuk melakukan palpasi.
Demikian sebaliknya untuk payudara kanan. Gunakan ujung jari ke 2-4 dan
raba payudara dengan cara melingkar dari luar ke dalam.23

Gambar 3. Teknik melakukan inspeksi payudara dan daerah sekitarnya dengan lengan
disamping, diatas kepala, dan bertolak pinggang.23
 Pemeriksaan Payudara klinis (SADARNIS)

33
SADARNIS dilakukan oleh petugas kesehatan terlatih. Pemeriksaan ini
dilakukan sekurang-sekurangnya 3 tahun sekali atau apabila ditemukan adanya
abnormalitas saat melakukan SADARI. Perubahan yang terjadi dapat dilihat
sebagai kelainan yang perlu mendapat perhatian adalah Perubahan bentuk dan
ukuran payudara,teraba benjolan, nyeri, penebalan kulit, terdapat cekungan seperti
lesung pipi, pengerutan kulit payudara, keluar cairan dari puting susu kecuali asi,
penarikan puting susu kedalam, luka pada payudara yang tidak sembuh-sembuh.1
Cara melakukan pemeriksaan payudara klinis (SADARNIS) sama seperti
melakukan SADARI, bedanya SADARNIS dilakukan oleh orang lain terutama
petugas kesehatan. Ada sedikit perbedaan ketika melakukan palpasi di SADARI
dan SADARNIS karena akan lebih mendetail.23
Palpasi payudara SADARNIS dilakukan pada pasien dalam posisi terlentang
(supine), lengan ipsilateral di atas kepala dan punggung diganjal bantal, kedua
payudara dipalpasi secara sistematis, dan menyeluruh baik secara sirkular ataupun
radial. Palpasi aksila dilakukan dilakukan dalam posisi pasien duduk dengan lengan
pemeriksa menopang lengan pasien. Palpasi juga dilakukan pada infra dan
supraklavikula.23

Gambar 4. Teknik Melakukan Palpasi Parenkim Payudara untuk Identifikasi Tumor Primer dan
Palpasi Aksila, Infraklavikula, dan Supraklavikula untuk Identifikasi Pembesaran Getah Bening
Regional.23

2.1.11.2 Pemeriksaan Pencitraan


 Mammografi

34
Mammografi bermanfaat untuk mendeteksi perubahan pada payudara sebelum
tanda dan gejala muncul. Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada
jaringan payudara yang dikompresi. Mamogram adalah gambar hasil mamografi.
Pada pemeriksaan ini, dibutuhkan dua posisi mamogram dengan proyeksi berbeda
45 derajat (kraniokaudal dan mediolateralobligue). Mamografi dapat bertujuan
skrining kanker payudara, diagnosis kanker payudara, dan follow up / kontrol dalam
pengobatan.19,23
Menurut panduan nasioal penanganan kanker payudara versi 1.0 2015 ,
mammografi berperan penting terutama jika ukuran tumor kecil atau tidak teraba.
Sensitivitas pemeriksaan ini bervariasi 70-80% dengan spesifitas 80-90%.
Namun, dalam panduan ini, belum terdapat acuan interval skrining dengan
mammografi. USPSTF setuju bahwa skrining berkala (setipa 1-2 tahun) efektif
meurunkan mortalias akibat kanker payudara pada wanita usia 4-74 tahun, dan
lebih bermanfaat pada wanita usia 50-74 tahun. Rentang sia 40-49 tahun menjadi
area ‘abu-au’ bagi berbagai kalangan, mengenai kapan perlu dimulainya skrining
mammografi. USPSTF tidak memberikan ketegasan tentang usia yang tepat untuk
memulai skrining mammografi. Namun, mammografi tahunan akan dimulai pada
usia 40 tahun (juga anjuran kebanyakan asosiasi medis ; ACS menganjurkan
dimulai pada usia 30 tahun jika risiko tinggi) jika wanita memiliki risiko rata-rata
kanker payudara, sedangkan mammografi setiap 2 tahun simulai saat usia 50 tahun.
Walaupun mammografi dapat menurunkan risiko kematian, pemeriksaan ini
memiliki keterbatasan seperti kemungkinan kanker tak terdeteksi, hasil positif
palsu, overdiagnosis yang mengakibatkan terapi yang tidak perlu, pajanan radiasi.19
Pemeriksaan Mamografi sebaiknya dikerjakan pada hari ke 7-10 dihitung dari
hari pertama masa menstruasi; pada masa ini akan mengurangi rasa tidak nyaman
pada wanita pada waktu di kompresi dan akan memberi hasil yang optimal. Untuk
standarisasi penilaian dan pelaporan hasil mamografi digunakan BIRADS yang
dikembangkan oleh American College of Radiology.23
Tanda primer berupa:
1.Densitas yang meninggi pada tumor 2. Batas tumor yang tidak teratur
oleh karena adanya proses infiltrasi ke jaringan sekitarnya atau batas yang tidak
jelas (komet sign). 3. Gambaran translusen disekitar tumor 4. Gambaran stelata.

35
5. Adanya mikrokalsifikasi sesuai kriteria Egan 6. Ukuran klinis tumor lebih besar
dari radiologis. 23
Tanda sekunder berupa:
1.Retraksi kulit atau penebalan kuli 2. Bertambahnya vaskularisasi 3.
Perubahan posisi putting 4. Kelenjar getah bening aksila (+) 5. Keadaan daerah
tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur 6. Kepadatan jaringan sub areolar
yang berbentuk utas.23
Jika hasil pemeriksaan mammografi menunjukkan bagian abnormal yang
dicurigai kanker, diperlukan biopsi untuk memastikan diagnosis. Jika hasil
pemeriksaan mammografi tidak menunjukkan tumor, tetapi pasien atau dokter
merasakan adanya benjolan, biasanya dilakukan biopsi untuk memastikan bahwa
benjola tersebut bukan kanker. Beberapa studi menunjukkan bahwa resiko
kematian karena kanker payudara turun hingga 10-25% pada wanita yang
melakukn mammografi berkala dibandingkan pada wanita yang tidak.19
 USG Payudara
USG bisa menjadi salah sau upaya pemeriksaan payudara ketika buah dada
belum berkembang atau jika pasien mengeluh adanya benjolan tetapi mammografi
negatif. Salah satu kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa kistik.
Gambaran USG pada benjolan yang harus dicurigai ganas di antaranya: 1.
Permukaan tidak rata 2. Taller than wider 3. Tepi hiperekoik4. Echo interna
heterogen 5. Vaskularisasi meningkat, tidak beraturan dan masuk ke dalam tumor
membentuk sudut 90 derajat.23
Penggunaan USG untuk tambahan mamografi meningkatkan akurasinya
sampai 7,4 %. Namun USG tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai modalitas
skrining oleh karena didasarkan penelitian ternyata USG gagal menunjukan
efikasinya. Sama hal nya seperti MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT-
SCAN. Walaupun dalam beberapa hal MRI lebih baik daripada mamografi, namun
secara umum tidak digunakan sebagai pemeriksaan skrining karena biaya mahal
dan memerlukan waktu pemeriksaan yang lama. Akan tetapi MRI dapat
dipertimbangkan pada wanita muda dengan payudara yang padat atau pada
payudara dengan implant, dipertimbangkan pasien dengan risiko tinggi untuk
menderita kanker payudara.23

36
2.2 Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah saya uraikan maka kerangka teori pada
penelitian ini adalah :

-Tumor Jinak
payudara Kanker payudara
- Karsinoma mammae

Etiologi

Faktor Risiko : Manifestasi Klinis


-Bisa dimodifikasi
-Tidak bisa dimodifikasi

Klasifikasi Tatalaksana
Stadium

Pencegahan
“Skrining Payudara”
1. SADARI Terapi :
2. SADARNIS 1. Terapi bedah
3. USG 2. Radioterapi
4. Mammografi 3. Kemoterapi
4. Terapi hormonal

37
2.3 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan maa kerangka konsep pada
penelitian ini adalah :

Pengetahuan Sikap Perilaku

Penyuluhan
kesehatan

SADARI

Skrining Payudara

Pencegahan Kanker Payudara

Keterangan :

Variabel bebas

Variabel terikat

38
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan penelitian


eksperimen semu (quasi experiment) dengan desain penelitian yaitu dekskriptif
menggunakan one grup Pretest Postest, yaitu desain penelitian yang terdapat
pretest sebelum diberi perlakuan dan postest setelah diberi perlakuan berupa
kuisioner. Dengan demikian, dapat diketahui lebih akurat karena dapat
membandingkan dengan sebelum dan sesudah diberi perlakuan.

3.2 Tempat dan Waktu


3.2.1 Tempat

Lokasi penelitian dilakukan di SMAK PGRI PAMIJAHAN yang berlokasi di Jl.


Gunung Salak Endah, Pamijahan, Gunung Sari, Gn. Picung, Pamijahan, Bogor
Jawa Barat. Sekolah ini merupakan salah satu SMAK favorit yang berada di daerah
tersebut.

3.2.2 Waktu

Waktu Penelitian: Februari 2019

3.3 Subjek Penelitian

Seluruh siswi tingkat X,XI,XII SMAK PGRI PAMIJAHAN

Jumlah populasi bersifat heterogen, dimana seluruh siswi SMAK PGRI


PAMIJAHAN yaitu 194 siswi, dengan rincian sebagai berikut.

a. Jumlah siswi kelas X SMAK PGRI PAMIJAHAN yaitu 91 siswi.

b. Jumlah siswi kelas XI SMAK PGRI PAMIJAHAN yaitu 55 siswi.

c. Jumlah siswi kelas XII SMAK PGRI PAMIJAHAN yaitu 48 siswi.

39
Populasi target yaitu remaja putri, pelajar.

Populasi terjangkau yaitu siswi SMAK PGRI PAMIJAHAN pada februari


tahun 2019.

3.4 Sampling

Dalam pemilihan sampel, peneliti membuat kriteria bagi sampel yang akan diambil.
Adapun kriteria inklusinya adalah :

a. Berjenis kelamin perempuan

b. Murid SMAK PGRI PAMIJAHAN

c. Tidak terdapat batasan umur.

d. Siswi aktif bersekolah

e. Mengikuti penyuluhan dan bersikap kooperatif.

f. Bersedia menjadi responden.

Kriteria eksklusinya adalah :

a. Berjenis kelamin laki-laki

b. Bukan murid SMAK PGRI PAMIJAHAN

c. Tidak mengikuti penyuluhan

d. Hanya mengisi kuisioner pretest

e. Hanya mengisi kuisioner postest

f. Siswi tidak kooperatif mengikuti tahap penelitian hingga selesai.

Cara pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Total sampling


merupakan teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan
jumlah populasi.

40
Jumlah sampel yaitu seluruh siswi SMAK PGRI PAMIJAHAN sebanyak 194 siswi
yang akan dijadikan sebagai responden dengan rincian sebagai berikut.

a. Jumlah siswi kelas X SMAK PGRI PAMIJAHAN yaitu 91 siswi.

b. Jumlah siswi kelas XI SMAK PGRI PAMIJAHAN yaitu 55 siswi.

c. Jumlah siswi kelas XII SMAK PGRI PAMIJAHAN yaitu 48 siswi.

Sampel yang bersedia menjadi responden nanti akan digolongkan berdasarkan


umur untuk mengetahui tingkatan Pengetahuan,sikap dan perilaku mengenai
deteksi dini kanker payudara.

3.5 Bahan, alat dan cara pengambilan data


3.5.1 Bahan Penelitian
 Pertanyaan dalam bentuk angket/kuisioner yang dibuat oleh peneliti dengan
mengacu pada landasan teori.
 Powerpoint berisikan materi yang akan di edukasi tentang “Upaya Deteksi
Dini Kanker Payudara” yang.
3.5.2 Alat Penelitian

 Laptop

 Meja

 Pointer

 Layar proyektor

3.6 Cara

a) Setelah proposal mendapat persetujuan dari pembimbing skripsi dilanjutkan


dengan membuat surat permohohan yang ditujukan kepada kepala sekolah
SMAK PGRI PAMIJAHAN Bogor.

b) Setelah itu peneliti mengumpulkan seluruh siswi berdasarkan tingkatan


kelas agar mudah dikarenakan menggunakan teknik total random sampling.

41
c) Peneliti menjelaskan ke responden tentang pengisian kuisioner pretest.

d) Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuisioner dan


memberikan kesempatan kepada resonden untuk betanya jika masih ada
yang belum jelas

e) Setelah seluruh pertanyaan terjawab, kemudian peneliti mengumpulkan


kuisioner.

f) Peneliti memberikan edukasi berupa penyuluhan kepada seluruh siswi


SMAK PGRI PAMIJAHAN dan memberi kesempatan jika ada yang ingin
bertanya.

g) Peneliti memberikan kembali kuisioner postest untuk diisi kembali oleh


responden setelah diberikan penyuluhan.

3.7 Parameter yang diperiksa

Umur, tingkat kelas,pendidikan terakhir orang tua, sumber informasi, Riwayat


penyakit keluarga , pengetahuan, sikap dan perilaku SADARI siswi SMAK PGRI
PAMIJAHAN Bogor terhadap pencegahan kanker payudara sesudah dan sebelum
penyuluhan.

3.8 Variabel penelitian


 Variabel terikat:Penyuluhan SADARI sebagai deteksi dini kanker
payudara.
 Variabel bebas: pengetahuan, sikap dan perilaku SADARI
3.9 Dana Penelitian

Perkiraan dana penelitian sebesar 1.000.000,.

3.10 Pengolahan Data dan Analisis Data


3.10.1 Tahapan Pengolahan data antara lain :
1) Editing yaitu melihat apakah data sudah terisi lengkap atau tidak lengkap.

42
2) Coding yaitu mengklarifikasi jawaban dari responden jawaban dari
responden menurut macamnya dengan memberikan kode [ada masing-
maisng jawaban sesuai dengan item pada kuisioner.
3) Tabulasi data yaitu mengelompokkan data kedalam suatu tabel tertentu
menurut sifat-sifat yang dimilikinya.
4) Entry data merupakan proses memasukkan data kedalam program
komputer untuk dapat dianalisis.
5) Cleaning , mengecek kembali kemungkinan adanya kesalahan kod,
ketidaklengkapan , dll. Lalu , dilakukan pembetulan dan koreksi.
3.10.2 Analisis Data

Analisis statistik untuk mengolah data yang diperoleh menggunakan program


komputer dimana hasil jawaban atas pertanyaan kuisoner diskoring kemudian
dilakukan perbandingan sampel yang berkala nominal. Sampel berpasangan yang
dimaksud adalah adanya pretes dan postest dari satu kelompok yang mengisi
kuisioner pretest dan postest sera mengikuti penyuluhan.

Dua (2) macam analisis data yaitu :

1. Analisa univariat

Mendeksripsikan karakteristik dari variabe independen dan dependen.


Keseluruhan data yanga ada dalam kuisioner diolah dan disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi.

2. Analisa bivariat

Mengetahuihubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan


menggunkan uji statistik. Uji normalitas dilakukan terlebih dahulu untuk
melihat distribusi suatu data apakah normal atau tidak. Distribusi normal adalah
data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk p dan diasumsikan normal
dengan nilai p >0,05.

43
Kerangka operasional kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Populasi terjangkau siswi SMAK PGRI PAMIJAHAN yang bersekolah


dan mengikuti penyuluhan dan mengisi kuisioner prestest-postest.

Total sampling

Sampel penelitian berjumlah 194 siswi.

Pre intervensi:
Kuisioner pretest pengetahuan, sikap
dan perilaku SADARI teradap
pencegahan kanker payudara

Kelompok perlakuan 194 siswi


dengan pemberian enyuluhan

Post intervensi
Kuisioner postest pengetahuan, sikap Tabulasi Data
dan perilaku SADARI teradap
pencegahan kanker payudara
Analisis
k Statistik

Hasil

3.11 Definisi Operasional


1. Usia merupakan masa hidup responden yang dihitung sejak lahir sampai dengan
ulang tahun terakhir. Hasil pengukuran berupa tahun. Variabel usia diukur
menggunakan skala rasio.
2. Pendidikan terakhir orang tua responden. Hasil pengukuran berupa skala Ordinal
(SMP,SMA,D3,SI,S2) yang bervariasi pada setiap responden.
3. Pengetahuan mendasar mengenai istilah “SADARI’ dan maksud dari kata
“SADARI” yang merupakan teknik pemeriksaan payudara sendiri. hasil
pengukuran berupa skala ordinal.

44
4. Sumber informasi responden yang bersifat kategorik. Bila responden pernah
mendapat informasi mengenai SADARI maka dijelaskan media apa saja yang
menjadi sumber bagi setiap responden yang tentunya sangat bervariasi. Variabel
sumber informasi diukur menggunakan skala ordinal.
5. Riwayat keluarga responden yang terkena kanker juga berpengaruh karena faktor
genetik merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kanker payudara. Variabel
Riwayat penyakit keluarga diukur menggunakan skala ordinal.
6. Pengetahuan mengenai SADARI yang diteliti adalah wawasan yang dimiliki
siswi kelas X,XI,XII mengenai SADARI dalam rangka deteksi dini terhadap
kanker payudara. Penilaian dilakukan sebelum dan sesudah penyuluhan (pretest-
postest) menggunakan kuisioner tertutup yang bersumber dari tinjauan pustaka
yang dibuat oleh peneliti dan Kertas Skill Lab Blok 22 FK UKRIDA 2018 yang
dibuat oleh pakar dibidangnya sebanyak 26 pertanyaan. Total pertanyaan yaitu 26
butir dengan jenis pertanyaan positif berjumlah 12 butir dan pertanyaan negatif
berjumlah 12 butir. Pilihan jawaban ada dua yaitu benar dan salah.Skoring sesuai
dengan skala gutman yaitu pertanyaan positif benar=1 , salah=0 dan Skoring
pertanyaan negatif benar =0 ,salah=1.Penentuan penilaian dari skoringnya yaitu
dibagi menjadi dua kategori pengetahuan baik dan kurang. Skor tertinggi yaitu
24 dan terendah yaitu 0.
Interval = 24:2=12
Range = 12-0=10
Kategori = 2 (Baik dan Kurang)
Kriteria penilaian
Pengetahuan baik=24-12=>12(12-24)
Pengetahuan kurang=<12 (0-11)
Variabel Pengetahuan mengenai SADARI sebagai deteksi dini kankr payudara
diukur menggunakan skala ordinal.
7. Perilaku mengenai SADARI yang berupa tanggapan responden mengenai
wawasan yang responden ketahui juga untuk mengetahui apa siswi
mengimplementasikan wawasannya tentang SADARI di kehidupan sehari-hari.
Penilaian dilakukan sebelum dan sesudah penyuluhan (pretest-postest)
menggunakan kuisioner tertutup yang bersumber dari tinjauan pustaka yang

45
sudah dibuat oleh peneliti sebanyak 25 pertanyaan. Pilihan jawaban terdiri dari 4
yaitu SL = Selalu, SR = Sering ,KD = Kadang-Kadang, TP = Tidak pernah.
skoring sesuai dengan skala likert. Pertanyaan positif diberi skor SL = 4, SR = 3
KD = 2,TP = 1. Untuk pertanyaan negatif SL = 1, SR = 2 KD = 3,TP = 4.
Penentuan penilaian dari skoringnya yaitu dibagi menjadi tiga kategori
baik,cukup dan kurang. Skor tertinggi yaitu 25x4=100 dan terendah yaitu
25x1=25.
Interval = 100-25=75
Perilaku baik = (80%x75)+10=70-100
Perilaku cukup= (60%x75)+10=55-74
Perilaku kurang = 25-54.
Variabel Perilaku mengenai SADARI sebagai deteksi dini kankr payudara diukur
menggunakan skala ordinal.
8. Sikap merupakan tanggapan yang bersifat positif dan negatif mengenai
SADARI, yaitu keyakinan atau kepercayaan responden terhadap SADARI.
Pengukuran variabel dengan skala Guttman. Total pertanyaan yaitu 10 butir. jenis
pertanyaan positif berjumlah 6 butir dan pertanyaan negatif berjumlah 2 butir.
Skoring pertanyaan positif setuju=1 tidak setuju=0 dan Skoring pertanyaan
negatif setuju=0 tidak setuju=1. Penentuan penilaian dari skoringnya yaitu dibagi
menjadi dua kategori sikap positif dan negatif. Skor tertinggi yaitu 8 dan terendah
yaitu 0.
Interval = 8:2=4
Range = 8-0=8
Kategori = 2 (setuju dan tidak setuju)
Kriteria penilaian
Sikap positif =8-4=>4(4-8)
Sikap negatif=<4 (3-0)
Variabel Sikap mengenai SADARI sebagai deteksi dini kankr payudara diukur
menggunakan skala ordinal.

9. Penyuluhan mengenai SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara adalah


proses edukasi yang dilakukan oleh peneliti untuk menambah wawasan siswi
tentang SADARI dan kanker payudara. Penyuluhan akan dilakukan denan media

46
Power Point. Power Point adalah salah satu program aplikasi dalam microsoft
office yang digunakan oleh peneliti sebagai media untuk menyampaikan materi
penyuluahan yang berisi materi dengan tulisan dan gambar mengenai cara
melakukan SADARI, definisi kanker payudara dan ciri – ciri kanker payudara.

Tabel 4. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Skala


Penelitian Data

Veriabel Bebas

Usia Hasil pengukuran berupa tahun. Kuisioner Remaja awal: 12-16 skala
Dihitung dari ula tahun terakhir tahun rasio.

Remaja akhir: 17-25


tahun

Pendidikan Urutan pendidikan formal Kuisioner SD, SMP, SMA, S1,S2 Skala
terakhir orang mulai dari pendidikan dasar ordinal
S3
tua sampai dengan pendidikan
tinggi

Istilah Pengetahuan mendasar Kuisioner Ya (mengerti/tidak Skal


SADARI mengenai istilah “SADARI’ mengerti apa yang Ordinal
dan maksud dari kata dimaksud dengan
“SADARI” yang merupakan SADARI)
teknik pemeriksaan payudara
Tidak
sendiri.

47
Sumber dijelaskan media apa saja yang Kuisioner TV, Radio, Majalah, Skala
informasi menjadi sumber informasi Koran , Internet, media ordinal
sosial, Poster/Leaflet.

Riwayat Berhubungan dengan faktor Kuisioner Ada Skala


Penyakit resiko terjadinya kanker (ayah,ibu,kakek,nenek) ordinal
Keluarga payudara yaitu faktor genetik
Tidak ada

Skoring dengan skala


Pengetahuan Pengetahuan merupakan Kuisioner skala
gutman. pertanyaan
SADARI wawasan/informasi yang ordinal.
26 pertanyaan positif benar=1 , salah
diketahui dan disadari
= 0 dan Skoring
(pertanyaan pertanyaan negatif
positif =12 benar =0, salah=1.
butir, Kriteria penilaian
pertanyaan Pengetahuan baik= 12-
negatif = 12 24
butir. Pengetahuan kurang=
0-11

Perilaku Tindakan atau aktivitas dari diri Kuisioner Pertanyaan positif Skala
SADARI sendiri yang mengenai SL=4, SR=3, KD=2, ordinal
25 pertanyann
wawasan yang responden TP=1
ketahui.
Pertanyaan negatif

SL=1, SR=2, KD=3,


TP=4

Kriteria Penilaian
Perilaku baik = 70-100

48
Perilaku cukup= 55-74
Perilaku kurang = 25-
54.

Sikap Tanggapan yang bersifat Kuisioner Pilihan jawaban benar Skala


SADARI positif dan negatif mengenai =1, salah=0 ordinal
8 pertanyaan
SADARI, yaitu keyakinan,
Kriteria penilaian
kepercayaan , perasaan dan
Sikap positif = 4-8
kecenderungan untuk bertindak
Sikap negatif=0-3
sesuai dengan pengetahuan
responden terhadap SADARI.

Variabel Terikat

Penyuluhan Penyuluhan adalah proses Aktivitas


SADARI aktif yang memerlukan penyuluhan
interaksi antara penyuluh dan menggunakan
yang disuluh agar terbangun Powerpoint
proses perubahan “perilaku” yang dibuat
yang merupakan perwujudan oleh peneliti
dari pengetahuan, sikap, dan berdasarkan
keterampilan seseorang tinjauan
pustaka.

3.12 Validitas dan Reabilitas

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner


pretes dan postest yang mempunyai isi yang sama akan diuji validitas dan
reliabilitasnya terlebih dahulu dengan menggunakan uji korelasi pearson dan uji
reliabilitas (alpha Cronbach) dengan menggunakan program Statistic Package
for Social Science (SPSS) 16.0. Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan

49
dengan melibatkan 10% sampel dari total responden 194 sampel yaitu sebanyak
20 sampel yang akan diuji coba dan memiliki karakteristik yang hampir sama
dengan sampel penelitian.

50
Daftar Pustaka

1. Japp AG, Robertson C. Macleod diagnosis klinis. Edisi I. Singapura:


Elsevier Ltd; 2013.H.42-5.
2. InfoDATIN. Bulan peduli kanker payudara. 31 oktober 2016; H.1-12
diunduh pada 28 november 2018 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/InfoD
atin%20Bulan%20Peduli%20Kanker%20Payudara_2016.pdf
3. Dinas Kesehatan Jawa Barat. Profil kesehatan. 2016: H. 209-36
diunduh pada 11 desember 2018 dari
http://diskes.jabarprov.go.id/dmdocuments/9738b8d46840cc981f23c7
71c4187b6d.pdf
4. Ozgul K. Awareness of breast cancer risk factors and practic of breast
self examination among high scholl students in turkey. 2008. BMC
Public Health, Edisi 8: H. 359.
5. Mchsoos BD, Hermanto DH, Wardhani SO. Pendekatan diagostik
tumor padat. Edisi 6. Jakarta: Internal Publishing; 2014. H. 2870-6.
6. American cancer societ. Breast cancer. 22 Februari 2016. Diunduh
pada 5 desember 2018 dari
htpp://www.cancer.org/acs/groups/cid/document/webcontent/003090-
pdf.pdf
7. Nasar IM, Himawan s, Marwoto W. Buku ajar patologi II (khusus).
Payudara. Edisi 1. Jakarta: CV. Sagung Seto; 2010. H. 373-400.
8. Mintian Y, Yi W. Buku ajar Onkologi klinis. Karsinoma mammae.
edisi 2. Jakarta: Balai penerbit FK UI; 2011.H. 366-82.
9. The anatomy body. Anatomy of mammary gland. 10 july 2018.
diunduh pada 20 desember 2018 dari
https://theanatomybody.com/mammary-gland-anatomy/mammary-
gland-anatomy-anatomy-of-mammary-gland-mammary-glands-and-
anatomy-of-the-breast/

10. Suyatno. Peran pembedahan pada tumor payudara.

11. Mishra SP, Tiwary SK, Mishra M, Khanna AK. Phylloides

51
tumor of breast: a review article. Hindawi Publishing
Corporation 2013;1: 1-11.
12. Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH,
Rudiman R. Payudara. Payudara. In: Haryono SJ, Chaula S,
editor. Buku ajar ilmu bedah sjamsuhidayat-de jong. Ed 3.
Jakarta: EGC; 2010. h.176-77,471-97.
13. National Breast cancer foundation.ductal carsinoma in situ (DCIS).
2016. Diunduh pada 6 desember 2018 dari
https://www.nationalbreastcancer.org/dcis
14. National Breast cancer foundation. Invasive ductal carsinoma. 2016.
Diunduh pada 6 desember 2018 dari
https://www.nationalbreastcancer.org/invasive-ductal-carcinoma
15. Sutiyuno DR, Shalannandia WA. TNBC biomarker. Jakarta:
internasional institue for life sciences.
16. National cancer institute. Inflamatory breast cancer. 06 januari 2016.
Diunduh pada 7 desember 2018 dari
https://www.cancer.gov/types/breast/ibc-fact-sheet
17. National Breast cancer foundation. Metastatic breast cancer. 2016.
Diunduh pada 7 desember 2018 dari
https://www.nationalbreastcancer.org/metastatic-breast-cancer
18. Pregnancy-associated breast cancer. Diunduh pada 7 desember 2018
dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3410508/
19. Yuliana. Resiko dan deteksi dini kanker payudara. No 2. 2018;vol 45.
20. American Cancer Society. Breast cancer prevention and early
detection . 2015. Diunduh pada 17 desember 2018 dari
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/document/webcontent/003090-
pdf.pdf \
21. Briani F, Gaol HL. Kapita selekta. Kanker payudara. Edisi 4. Media
aesculapius; 2014. H.230-6.
22. Kumar V, Abbas KA, Fausto N, Aster JC. The female breast. In:
Schmitt W, editor. Robbins and cotran pathologic basis of disease. 7th
ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2005. p.270-80, 1120-140.

52
23. KEMENKES RI. Panduan penatalaksanaan kanker payudara. diunduh
pada 10 januari 2019 dari
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKPayudara.pdf

53

Anda mungkin juga menyukai