Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini masalah "life skills" melalui pendidikan formal menjadi aktual
untuk dibahas karena berbagai alasan yang sangat rasional seperti
meningkatnya lulusan pendidikan dasar yang tidak melanjutkan ke jenjang
sekolah menengah, lulusan sekolah menengah yang tidak melanjutkan ke
perguruan tinggi, meningkatnya jumlah pengangguran terbuka yang pada
tahun 2007 diperkirakan sekitar 12,6 juta jiwa dan jumlah penduduk miskin
diperkirakan mencapai 45,7 juta jiwa (Badan Pusat Statistik 2007). Dengan
mengasumsikan pertumbuhan ekonomi mencapai skenario optimum 6,5%
dengan tingkat serapan tenaga kerja hanya 218.518 orang untuk setiap
pertambahan ekonomi sebesar satu persen maka lapangan kerja yang tersedia
hanya 1,4 juta orang. Mereka yang tak terserap terpaksa menganggur dan
menambah angka pengangguran.
Problem minimnya pengetahuan akan kebutuhan dunia kerja
menyebabkan tingkat keterserapan lulusan pendidikan formal dan non formal
masih rendah. Keberhasilan sistem pendidikan dapat dilihat dari kemampuan
lulusannya menggunakan hasil pendidikan untuk hidup. Oleh karena itu
sistem pendidikan yang baik harus mampu memberikan bekal bagi
lulusannya untuk memberikan life skill pada peserta didik. Untuk hal tersebut
Depdiknas harus lebih menyempurnakan kurikulum agar dapat memberikan
life skill pada siswa salah satunya dengan pola pelaksanaan melalui
community college.
Pendidikan life skills mengorientasikan siswa untuk memiliki
kemampuan dan modal dasar agar dapat hidup mandiri dan survive di
lingkungannya. Pendidikan life skills diperlukan dan mendesak untuk
diterapkan di Indonesia karena muatan kurikulum di Indonesia cenderung
memperkuat kemampuan teoritis-akademik (academic skills). Pelbagai
2

kebutuhan dan persoalan empirik lingkungan tempat siswa tumbuh kurang


diperhatikan. Hal ini menyebabkan siswa kurang mampu mengaplikasikan
kemampuan belajarnya dengan kebutuhan dunia kerja dan persoalan yang
terjadi dalam masyarakatnya.
Konsep life skills dalam pendidikan sebenarnya bukan hal yang baru.
Sebelumnya sudah ada konsep broad based curriculum yang diartikan sebagai
kurikulum berbasis kompetensi secara luas. Tujuannya, peserta didik dapat
memiliki keahlian yang diperlukan oleh masyarakat. Untuk mengadopsi life
skill ke dalam kurikulum pendidikan haruslah disesuaikan dengan kondisi
daerah dimana pendidikan itu dilaksanakan, misalnya siswa yang hidup di di
daerah perkotaan/metropolitan tentu akan berbeda dengan life skill yang
dibutuhkan oleh siswa yang berdiam di daerah pedesaan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas kita dapat merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud konsep dasar kecakapan hidup?
2. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar community college?
3. Bagaimana pola pelaksanaan pendidikan life skill melalui PBL dan
community college?

1.1 Tujuan Penyusunan


Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yg akan dicapai yaitu:
1. Mengetahui dan memahami konsep dasar kecakapan hidup.
2. Mengetahui dan memahami konsep dasar community college.
3. Memahami dan menganalisis pola pelaksanaan pendidikan life skill
melalui PBL dan community college.
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Kecakapan Hidup


Kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani
menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa
tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan
solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya (Indra Djati Sidi, 2002:11).
Pengertian kecakapan hidup, lebih luas dari keterampilan untuk bekerja
atau tenaga kerja terampil. Orang yang tidak bekerja, misalnya ibu rumah
tangga atau orang yang sudah pensiun, tetap memerlukan kecakapan hidup
(life skill). Seperti halnya orang yang bekerja, mereka juga menghadapi
berbagai masalah yang harus dipecahkan. Orang yang sedang menempuh
pendidikan kejuruan memerlukan kecakapan hidup dalam arti yang luas.
Kecakapan hidup dapat dipilah menjadi empat jenis, yaitu:
a. Kecakapan personal (personal skill) yang mencakup kecakapan mengenal
diri (self awareness) dan kecakapan berpikir rasional (thinking skil);
 Kecakapan kesadaran diri pada dasarnya merupakan penghayatan
sebagai makhluk Tuhan, anggota masyarakat, dan warga negara,
serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam
meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi diri
sendiri dan lingkungannya.
 Kecakapan berpikir rasional mencakup: (1) kecakapan menggali dan
menemukan informasi, (2) kecakapan mengolah informasi dan
mengambil keputusan, serta (3) kecakapan memecahkan masalah
secara kreatif.
b. Kecakapan sosial (social skill), kecakapan sosial atau kecakapan
antarpersonal mencakaup antara lain kecakapan komunikasi dengan
empati, dan kecakapan bekerja sama.
4

Dua kecakapan hidup yang di atas disebut sebagai kecakapan hidup


(life skill) yang bersifat umum atau generic. Kecakapan hidup (life skill)
tersebut diperlukan oleh siapapun, baik mereka yang bekerja, yang tidak
bekerja, dan yang sedang menempuh pendidikan. Kecakapan hidup yang
bersifat spesifik diperlukan seseorang untuk menghadapi problema
bidang khusus tertentu. Untuk mengatasi problema “mobil yang mogok”
diperlukan kecakapan khusus tentang mesin mobil. Untuk memecahkan
masalah dagangan yang tidak laku, tentu diperlukan kecakapan
pemasaran. Untuk mampu melakukan pengembangan biologi molekuler
tentu diperlukan keahlian di bidang bio-teknologi.
Kecakapan hidup (life skill) yang bersifat khusus biasanya disebut
juga sebagai kompetensi teknis yang terkait dengan materi pelajaran atau
mata-diklat tertentu dan pendekatan pembelajarannya. Kecakapan hidup
(life skill) khusus ini mencakup kecakapan pengembangan akademik dan
kecakapan vokasional yang terkait dengan pekerjaan tertentu.
c. Kecakapan akademik (academic skill), kecakapan akademik yang
seringkali juga disebut kemampuan berpikir ilmiah pada dasarnya
merupakan pengembangan dari kecakapan berfikir rasional pada
kecakapan hidup (life skill) yang bersifat umum. Jika kecakapan berpikir
rasional masih bersifat umum, kecakapan akademik sudah mengarah
kepada kegiatan yang bersifat akademik/ keilmuan. Kecakapan akademik
mencakup antara lain: kecakapan melakukan identifikasi variable dan
menjelaskan hubungannya apda suatu fenomena tertentu, merumuskan
hipotesis terhadap suatu rangkaian kejadian, serta merancang dan
melaksanakan penelitian untuk membuktikan suatu gagasan atau
keingintahuan.
d. Kecakapan vokasional (vocasional skill), kecakapan vokasional atau
kecakapan kejuruan, artinya kecakapan yang dikaitkan dengan bidang
pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat.

Perlu disadari, antara general life skill dan specific life skill yaitu antara
kecakapan mengenal diri, kecakapan berpikir rasional, kecakapan sosial, dan
kecakapan akademik serta kecakapan vokasional tidak berfungsi secara
5

terpisah-pisah atau tidak terpisah secara ekslusif. Hal yang terjadi adalah
peleburan kecakapan-kecakapan tersebut, sehingga menyatu menjadi sebuah
tindakan individu yang melibatkan aspek fisik, mental, emosional, dan
intelektual. Derajat kualitas tindakan individu dalam banyak hal dipengaruhi
oleh kualitas kematangan berbagai aspek pendukung tersebut di atas (Indra
Djati Sidi, 2002:15).

2.2 Konsep Dasar Community Collage


2.2.1 Pengertian Community College
Community College merupakan tempat atau wahana dimana para
peserta didik dapat mengikuti diklat kompetensi dalam jangka waktu
tertentu sesuai dengan tuntutan pasar kerja, Dengan kata lain
Community College dapat disebut sebagai Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Kejuruan mengandung maksud bahwa semua lemdiklat
kejuruan yang selama ini menyelenggarakan diklat kompetensi seperti
SMK, BLK, lembaga kursus dan lembaga diklat lain yang ada di
Kabupaten/Kota harus sinergi dan terintegrasi dalarn suatu sistem baik
dari sisi program maupun sertifikasinya, bahkan laboratorium
SMA/MA yang memiliki sarana prasarana dan tenaga ahli cukup baik
dan juga industri dapat bergabung membentuk Community College
(Indra Djati Sidi, 2002:25).
Sejak tahun 2000 sejumlah SMK yang dipandang siap dan mampu
mengembangkan dirinya telah didorong dan ditingkatkan perannya
sebagai Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan yang selain
menyelenggarakan diklat reguler juga mampu menyelenggarakan :
a) Diklat kompetensi jangka pendek (short course)
b) Pelayanan jasa dan produksi
c) Diklat lanjutan terutarna bagi tamatan SLTA

Sekolah Menengah Kejuruan sebagai Pusat Pendidikan dan


Pelatihan Kejuruan harus memiliki inisiatif melakukan kerjasama
kelembagaan dengan SMK lain, lemdiklat kejuruan dan lembaga lain
yang terkait sehingga membentuk suatu Community College yang
6

terkoordinir dalam satu sistem dan manajemen untuk menghasilkan


tamatan yang kompeten sesuai tuntutan pasar kerja dan kebutuhan
masyarakat sekitar.
Tempat diklat Community College dapat diselenggarakan di
beberapa kampus sesuai dengan potensi unggulan yang dimiliki oleh
masing-masing lemdiklat (SMA, SMK, Universitas, Politeknik),
misalnya keahlian budidaya anggrek di industri kecil anggrek, keahlian
komputer di SMA, keahlian sekiretaris di SMK, keahlian otomotif
di BLK, keahlian dakwah di MA, dan lain sebagainya. Dengan
demikian Lemdiklat yang telah melakukan rintisan menjadl Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan, merupakan lembaga potensial
untuk menjadi leading sector dari Community College, dan merupakan
aset yang dapat berfungsi sebagai mitra pemda dalam mempersiapkan
calon tenaga kerja terampil yang memiliki kecakapan hidup (Indra Djati
Sidi, 2002:25).
Penggabungan beberapa lembaga diklat (SMK, SMA, MA, BLK,
lembaga kursus, industri kecil, Universitas/Politeknik) dalam
membentuk Community College perlu dilandasi semangat bersinergi
demi memberi layanan kepada masyarakat dalam menurunkan
semangat "ingin punya sendiri" yang saat ini terlalu besar. Walaupun
sulit, harus berani memulai karena pola itu akan jauh lebih efisien.
Pemilihan leading sector perlu dilakukan sedemokratis mungkin, saling
percaya, disertai "aturan main" yang jelas demi kebaikan bersama
(Depdiknas, 2003:8).

2.2.2 Landasan Filosofis, Historis, dan Yuridis


Pendidikan berjalan setiap saat dan di segala tempat. Setiap orang,
baik anak-anak maupun orang dewasa mengalami proses pendidikan
melalui apa yang dijumpai atau yang dikerjakan walaupun tidak sengaja
diberikan, secara alamiah setiap orang akan terus belajar dari
lingkungannya.
7

Pendidikan sebagal suatu sistem, pada dasamya merupakan


sistematika dari proses perolehan pengalaman tersebut di atas. Oleh
karena itu secara filosofis pendidikan diartikan sebagal proses
perolehan pengalaman belajar yang berguna bagi peserta diklat.
Pengalaman belajar tersebut diharapkan mampu mengembangkan
potensi yang dimiliki peserta diklat, sehingga siap digunakan untuk
memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.
Secara historis, pendidikan sudah ada sejak manusia pertama
diciptakan. Dari ketika kehidupan masih sederhana seperti belajar
bercocok tanam, berburu dan berbagai kehidupan keseharian sehingga
ketika kehidupan makin maju dan kompleks, masalah kehidupan dan
fenomena alam kemudian diupayakan dapat dijelaskan secara keilmuan.
Pendidikan mulai menjadi formal dan bidang keilmuan diterjemahkan
menjadi mata pelajaran (mata kuliah) di sekolah. Walaupun demikian
sebenarnya tujuan pendidikan tetap sama, yaitu agar peserta didik
mampu memecahkan dan mengatasi permasalahan kehidupan yang
dihadapi, dengan cara lebih baik dan lebih cepat, karena sudah
dijelaskan secara keilmuan. Mata kuliah berfungsi untuk menjelaskan
fenomena alam kehidupan sehingga lebih mudah difahami dan lebih
mudah dipecahkan problemanya. Dengan kata lain, mata kuliah adalah
alat membantu memecahkan dan mengatasi permasalahan hidup dan
kehidupan.
Landasan yuridis penyelenggaraan Community College yang
merupakan pendidikan berbasis luas (BBE) dan berorientasi kecakapan
hidup mengacu kepada :
a. UU tentang tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada pasal 1 ayat
(1) dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalul kegiatan bimbingan, pengajaran
dan/atau pelatihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
b. GBHN 1999. Dalam GBHN 1999, ditegaskan bahwa pembangunan
pendidikan harus dapat diwujudkan melalui sistem dan iklim
pendidikan yang demokratis melatui perluasan dan pemerataan
8

kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi


seluruh rakyat Indonesia ( Laporan Komisi Nasional Pendidikan,
2000).

Jadi pada akhimya tujuan pendidikan adalah membantu peserta


didik agar nantinya mampu meningkatkan dan mengembangkan dirinya
sebagal pribadi yang mandiri, sebagai anggota masyarakat dan sebagai
warga negara. Dengan demikian mata kuliah/mata diklat harus difahami
sebagai alat dan bukan sebagai tujuan, artinya sebagai alat untuk
mengembangkan potensi peserta didik, agar pada saatnya siap
digunakan untuk bekal hidup dan kehidupan, bekerja untuk mencari
nafkah dan bermasyarakat (Depdiknas, 2003:10).

2.2.3 Hubungan dengan Dunia Kerja /Masyarakat/ Kehidupan Nyata


Hubungan antara Community College dengan dunia kerja,
masyarakat, maupun kehidupan nyata yaitu pada tahap awal, dilakukan
identifikasi kompetensi (kecakapan hidup) yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan dunia kerja baik di lembaga ekonomi produktif
maupun sebagai wirausahawan, kebutuhan kemasyarakatan yang
merupakan kompetensi yang diperlukan untuk menghadapi kehidupan
nyata di masyarakat.
Kompetensi (kecakapan hidup) yang telah diidentifikasi, kemudian
diidentifikasi aspek pengetahuannya, keterampilan, dan sikap yang
mendukung pembentukan /pencapaian kompetensi tersebut. Tahap
selanjutnya diklasifikasikan dalam bentuk tema-tema /pokok
bahasan/topik yang dikemas dalam bentuk mata kuliah/mata diklat.
Dari sisi pemberian bekal/kompetensi bagi peserta dikiat
ditunjukkan dengan anak panah bergaris tegas, yaitu apa yang dipelajari
pada setiap mata kuliah/mata diklat diharapkan dapat membentuk
kecakapan hidup (pencapaian kompetensi) pada Community
College yang nantinya diperlukan pada saat yang bersangkutan
memasuki kehidupan nyata/dunia kerja/ masyarakat. Kompetensi yang
dicapai pada mata kuliah/ mata diklat hanyalah kompetensi antara untuk
9

mewujudkan kemampuan nyata yang dibutuhkan yaitu kecakapan hidup


untuk memasuki dunia kerja/ memenuhi tuntutan persyaratan profesi
yang ada. Sebagai contoh, di daerah pertanian seyogyanya ditawarkan
program diklat kompetensi di bidang pertanian. Dalam pembelajaran
untuk mata kuliah bahasa inggris yang diajarkan, bukan hanya sekerjar
faham bahasanya tetapi mampu menggunakannya dalam berkomunikasi
sehari-hari (Depdiknas, 2003:11).

2.3 Pola Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill)


2.3.1 Pendidikan Berbasis Luas (Broad Based Education)
Di samping kecakapan hidup (life skill) umum, perlu
dikembangkan pula kemampua ‘belajar bagaimana cara belajar’
(learning hor to learn) dengan harapan dapat digunakan untuk belajar
sendiri, jika seseorang ingin mengembangkan diri di kemudian hari.
Perkembanganiptek yang cepat membuat pengetahuan yang saat ini
dianggap mutakhir, seringkali sudah mejadi usang setelah peserta didik
lulus. Dengan modal learning how to learn dan general lie skill yang
dimiliki mereka dapat mempelajari pengetahuan baru.
Pemahaman itulah yang mendasari konsep pendidikan berbasis
luas, yaitu bahwa pendidikan mengoptimalkan potensi yang dimiliki
siswa sebagai bentuk syukur terhadap anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
Di samping itu pendidikan harus mendasarkan pada kebutuhan
masyarakat secara luas dengan menekankan pada penguasaan
kecakapan hidup (life skill) generic sebagai pondasi pengembangan diri
lebih lanjut. Dengan demikian konsep pendidikan berbasi luas berlaku
di seluruh jenjang pendidikan, khususnya di jalur pendidikan
persekolahan.

2.3.2 Community College


Secara umum dijelaskan oleh Vincent E Costa, dkk (2000:97)
sekolah masyarakat merupakan konsep bentuk pendidikan yang
memberikan kesempatan belajar kepada warga masyarakat dan
10

mendukung berbagai kegiatan pengembangan masyarakat yang tidak


hanya untuk pembangunan selanjutnya, tetapi juga membuat sekolah
menjadi bagian dari masyarakat. Sekolah masyarakat inilah yang
kemudian lebih dikenal dengan Community College.
Community College merupakan tempat atau wadah dimana para
peserta didik dapat mengikuti diklat kompetensi dalam jangka waktu
tertentu sesuai dengan tuntutan pasar kerja. Dengan kata
lain Community College dapat disebut sebagai Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Kejuruan Terpadu (PPKT). Terpadu mengandung makna
bahwa semua lembaga pendidikan & pelatihan (lemdiklat) kejuruan
yang selama ini menyelenggarakan diklat kompetensi
seperti SMK, BLK, lembaga kursus dan lembaga Diklat lain yang ada
di kabupaten/kota harus sinergi dan terintegrasi dalam satu system baik
dari sisi program maupun sertifikasinya. Bahkan
laboratorium SMU/MA yang memiliki sarana dan tenaga ahli cukup
baik dan juga industri dapat bergabung membentuk Community
College (Indra Djati Sidi, 2002:25).
Akademi komunitas (AK) sendiri merupakan bentuk
pengembangan dari program yang telah ada sebelumnya yaitu
community collage (CC) yang pada tahun 2000-2010 terdapat di 105
SMK, Universitas dan Poltek. CC kemudian mengalami transformasi
program menjadi Pendidikan Vokasi Berkelanjutan (PVB) pada tahun
2010-2012 yang berada di 42 Perguruan Tinggi dengan 300 sub kampus
(SMK dan Industri) berpola PJJ. Di tahun 2012, barulah nama AK
dimunculkan dengan model penyelenggaraannya yang dilaksanakan di
daerah (kabupaten/kota) dengan maksud agar biaya pendidikan tinggi
dapat ditekan karena peserta didik tidak harus pergi terlalu jauh.
Posisi AK menjadi sangat strategis karena berdasarkan amanat UU
No. 12 Tahun 2012, AK merupakan pendidikan vokasi yang
diperuntukkan bagi lulusan pendidikan menengah atau sederajat untuk
mengembangkan keterampilan dan penalaran dalam penerapan Ilmu
Pengetahuan dan/atau Teknologi. AK merupakan bagian proses
11

peningkatan pertmubuhan ekonomi bangsa melalui peningkatan tenaga


terampil yang mampu menggerakkan roda perekonomian wilayah.
Adapun indikator kinerja AK diantaranya: jumlah tenaga terampil yang
disediakan dan terserap di industri dan mandiri, jumlah penghasil
produk barang dan jasa, dan jumlah kerjasama dengan para pengguna
dan industri.
Pada tahun 2012 berdasarkan Kepmendikbud No. 161/P/2012 telah
ditetapkan 20 AK dalam bentuk PDD (Prodi Di luar Domisili) dari 12
Perguruan Tinggi (PT) penyelenggara. Sebagai sebuah program
pendidikan yang baru, AK seharusnya memperhatikan tuntutan pasar
(market driven) dimana segala bentuk pendidikan harus berorientasi
pada keterbutuhan keterampilan di lapangan. Hal ini bersentuhan
langsung dengan pengelolaan pembelajaran di AK. Proses
pembelajaran menjadi konsen utama karena sesuai dengan jalurnya, AK
harus mampu memberikan sajian pembelajaran dengan porsentase 60%-
70% teori dan 30%-40% praktek.

2.3.3 Strategi pelaksanaan pendidikan vang berorientasi pada life skills


Dalam penerapan 'Broad Based Education' ada empat strategi
pendekatan yang direncakan untuk menjadi model pelaksanaan, yaitu
model di SLTP dan SMU, di SMK, model penyediaan dana bantuan
'block-grant' bagi Pemerintah Daerah.
 Di SLTP dan SMU
1) Melakukan 'self assessment' mengenai keterkaitan program
pembelajaran dengan kecakapan untuk hidup (Life Skills)
2) Menetapkan visi, misi dan strategi sekolah yang dikaitkan dengan
'Broad Based Education' dan tingkat kompetensi tamatan.
3) Menambah muatan kecakapan untuk hidup (Life Skills), bukan
sekadar vokasioanal.
4) Menyediakan sejumlah dana bantuan 'block grant' bagi SLTP dan
SMU untuk mendukung program pembelajaran kecakapan untuk
12

hidup (Life Skills). Dana tersebut antara lain dapat digunakan


sebagai:
a. peningkatan mutu proses pembelajaran life skills
b. pembiayaan nara sumber atau instruktur life skills' dari luar
sekolah atau masyarakat
c. pelaksanaan program keluar sekolah bagi siswa dan guru ke
tempattempat pembelajaran life skills pengadaan sarana dan
prasarana pembelajaran life skills
 Di SMK
Untuk SMK yang dirancang sebagai Community College
a. SMK dan D-l yang relevan dengan kondisi masyarakat,
instrukturnya dapat dimanfaatkan oleh Kursus-kursus yang ada
di masyarakat. Jika di Kabupaten / Kota yang bersangkutan
terdapat Politeknik, maka Politeknik tersebut dapat
mendukung dalam perencanaan, penyelenggaraan dan
penilaian Community College
b. Jika memungkinkan di setiap Kabupaten/kota terdapat satu
Community College.
c. Jika di masyarakat sudah ada Kursus, SMK sebagai
Community College cukup mendukung program pembelajaran
life skills pada kursus-kursus tersebut.
Community College biasanya hanya digunakan untuk jenjang
pendidikan di SMK, untuk SMK yang dirancang sebagai Community
College harus berorientasi pada keterbutuhan keterampilan di lapangan.
Hal ini bersentuhan langsung dengan pengelolaan pembelajaran di
Community College. Proses pembelajaran menjadi konsen utama
karena sesuai dengan jalurnya, Community college harus mampu
memberikan sajian pembelajaran dengan porsentase 60%-70% teori dan
30%-40% praktek.
13

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengertian kecakapan hidup, lebih luas dari keterampilan untuk bekerja
atau tenaga kerja terampil. Orang yang tidak bekerja, misalnya ibu rumah
tangga atau orang yang sudah pensiun, tetap memerlukan kecakapan hidup
(life skill). Seperti halnya orang yang bekerja, mereka juga menghadapi
berbagai masalah yang harus dipecahkan. Orang yang sedang menempuh
pendidikan kejuruan memerlukan kecakapan hidup dalam arti yang luas.
Community College dapat disebut sebagai Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Kejuruan mengandung maksud bahwa semua lemdiklat kejuruan
yang selama ini menyelenggarakan diklat kompetensi seperti SMK, BLK,
lembaga kursus dan lembaga diklat lain yang ada di Kabupaten/Kota harus
sinergi dan terintegrasi dalarn suatu sistem baik dari sisi program maupun
sertifikasinya, bahkan laboratorium SMA/MA yang memiliki sarana
prasarana dan tenaga ahli cukup baik dan juga industri dapat bergabung
membentuk Community College.
Pola pelaksanaan pembelajaran life skill menjadi konsen utama karena
sesuai dengan jalurnya, AK (community college) harus mampu memberikan
sajian pembelajaran dengan porsentase 60%-70% teori dan 30%-40%
praktek.

3.2 Saran
Kami menyusun makalah ini agar dapat dijadikan referensi dan sumber
ilmu bagi para pembaca, sehingga pembaca dapat mengetahui juga
memahami pola pelaksanaan pembelajaran life skill sehingga pembelajaran di
sekolah dasar (SD) dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
14

DAFTAR PUSTAKA

Daud, A. (2010, November 28). Konsep Dasar Community College. Retrieved


April 10, 2019, from abudaud2010.blogspot:
http://abudaud2010.blogspot.com/2010/11/konsep-dasar-community-
college_28.html

Daud, A. (2010, November 28). Konsep Dasar Kecakapan Hidup (Life Skill).
Retrieved April 10, 2019, from abudaud2010.blogspot:
http://abudaud2010.blogspot.com/2010/11/konsep-dasar-kecakapan-hidup-
life-skill.html

Daud, A. (2010, November 28). Pola Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup


(Life Skill). Retrieved April 10, 2019, from abudaud2010.blogspot:
http://abudaud2010.blogspot.com/2010/11/pola-pelaksanaan-pendidikan-
kecakapan.html

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Pola Pelaksanaan Pendidikan


Berorientasi Kecakapan Hidup melalui BBE untuk PMU, Tim Broad
Based Education (BBE) Ditjen Dikdasmen, Jakarta.

Handayani, S. (2009). Muatan Life Skill Dalam Pembelajaran Di Sekolah; Upaya


Menciptakan Sumber Daya Manusia Yang Bermutu. Bandung: UPI.

Sidi, Indra D. (2002). Konsep Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (life


skill) Melalui Pendekatan pendidikan Berbasis Luas (Broad based
Education). Makalah Seminar Nasional tanggal 11 April 2002 :
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai