Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KASUS OBSGYN

STATUS PASIEN

Identitas pasien :

 No rekam medik: 10200363

 Nama : Ny. Me

 Umur: 24 tahun

 Jenis kelamin : perempuan

 Pekerjaan : IRT

 Alamat : Jl. Botong II

 Agama : Islam

 Status perkawinan : kawin

Anamnesis : autoanamnesis

Keluhan Utama : Keputihan berulang

RPS :

Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan Keputihan yang dialami sejak 4 bulan
terakhir dan memberat minggu ini, pasien mengatakan cairan putih yang keluar semakin
banyak, berbau dan berwarna putih seperti susu, kental. Tidak disertai darah, ada nyeri
perut bagian bawah, pasien juga mengeluhkan nyeri ketika berhubungan, tidak ada
demam, kadang nyeri ketika BAK, tidak ada masalah pada menstruasi, menstruasi
teratur setiap bulan. Riwaya konsmsi obaobaan ada, riw keuihan sebelmnya ada seak
SMA

Riwayat persalinan : -
Riwayat perkawinan : menikah

Riwayat kontrasepsi : -

RPD: sudah pernah sakit seperti ini sebelumnya minum obat sembuh tapi kambuh lagi

RPK : -

RSE : tidak pernah minum alcohol dan merokok.

Pemeriksaan Fisik :

 Status Generalis

Keadan umum : baik

Kesadaran : Composmentis

Vital sign : BB: - TB: - TD: 120/80 mmHg R: - N: - T: 360C

Kepala :

Mata : konjungtiva : anemis ( - )

sclera : ikterik ( - )

Hidung : DBN

Telinga : DBN

Mulut : DBN

Tenggorokan : DBN

Leher : DBN

Thorax:

 Paru-Paru :
 I: simetris
 Pa: Vokal fremitus kanan=kiri
 Pr: Sonor
 Au: vesikuler

 Jantung :
 I: iktus kordis tidak terlihat
 Pa: iktus kordis teraba
 Pr: Batas atas jantung pada SIC 3 linea parasternalis sinistra
 Batas kanan jantung pada SIC 5 linea sternalis
 Batas kiri jantung pada SIC 5 linea midklavikula
 Au: BJ 1 dan 2 regular, murmur (-)

 Abdomen: DBN

o Ekstremitas atas : DBN

o Ekstremitas Bawah : DBN

Pemeriksaan penunjang : Pap smear & darah rtin

Diagnosa kerja : Servicitis

Diagnosa Banding :

1. Trigonitis

2. Bakterial vaginosis

3. Endometritis

Penatalaksanaan:

- Medikamentosa:

 Ceftriaxone 250 mg (IM) single dose

 Doxycyclyn 100 mg/24 am/ oral

 Asam mefenamat 500mg


Edukasi:

a) jaga hygine dari depan ke belakang setelah bang air untuk menghindari ISK

b) Kosongkan kandng kemih segera seelah berhubungan

c) Hindari prodkprodk yang beroensi mengeriasi area genial

Prognosis : Dubia at Bonam

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Cervisitis adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis servikalis. karena epitel selaput
lendir kanalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris sehingga lebih mudah
terinfeksi disbanding selaput lendir vagina.Juga merupakan : Infeksi non spesifik dari serviks
Erosi ringan (permukaan licin), erosi kapiler (permukaan kasar), erosi folikuler (kistik)
Biasanya terjadi pada serviks bagian posterior.1

2. Etiologi
Cervisitis disebabkan oleh kuman-kuman spt : trikomonas vaginalis, kandida dan
mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob. endogen vagina seperti streptococcus,
enterococus, e.coli, dan stapilococus . kuman-kuman ini menyebabkan deskuamasi pada epitel
gepeng dan perubahan inflamasi kromik dalam jaringan serviks yang mengalami trauma. Dapat
juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat
kontrasepsi, tindakan intrauterine seprti dilatasi, dan lain-lain.1,2
3. Patofisiologi

Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan dengan luka-luka
kecil atau besra pada cerviks karena partus atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman
kedalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa
gambaran patologis dapat ditemukan: 3

a. Cerviks kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi


endokopik dalam stroma endocerviks. Cervicitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali
pengeluaran sekret yang agak putih kekuningan.
b. Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan
yang tidak terpisah secara jelas dan epitel portio disekitarnya, sekret dikeluarkan terdiri
atas mukus bercampur nanah.

c. Sobekan pada cerviks uteri disini lebih luas dan mucosa endocerviks lebih kelihatan dari
luar (eksotropion). Mukosa dalam keadaan demikian itu mudah kena infeksi dari vagina,
karena radang menahun, cerviks bisa menjadi hipertropis dan mengeras : sekret
bertambah banyak.3

4. Klasifikasi
1. Cervicitis Akut.
Cervicities akut dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang diawali di endocerviks dan
ditemukan pada gonorrhoe, dan pada infeksi post-abortum atau post-partum yang disebabkan
oleh Streptoccocus, Stafilococcus, dan lain-lain. Dalam hal ini, serviks memerah dan
bengkak dengan mengeluarkan cairan mukopurulent. Akan tetapi, gejala-gejala pada serviks
biasanya tidak seberapa tampak di tengah gejala-gejala lain dari infeksi yang
bersangkutan.
Pengobatan dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakitnya dapat sembuh
tanpa bekas atau menjadi cervicitis kronis. Cervicitis akut sering terjadi dan dicirikan dengan
eritema, pembengkakan, sebukan neutrofil, dan ulserasi epitel fokal. Endocerviks lebih sering
terserang dibandingkan ektocerviks. Cervicitis akut biasanya merupakan infeksi yang
ditularkan secara seksual, umumnya oleh Gonoccocus, Chlamydia trachomatis, Candida
albicans, Trichomonas vaginalis, dan Herpes simpleks. Agen yang ditularkan secara non-
seksual, seperti E. Coli dan Stafilococcus dapat pula diisolasi dari cerviks yang meradang
akut, tetapi perannya tidak jelas. Cervicitis akut juga terjadi setelah melahirkan dan
pembedahan.
Secara klinis, terdapat secret vagina purulen dan rasa nyeri. Beratnya gejala tidak terkait erat
dengan derajat peradangan.3

2. Cervicitis Kronis.
Penyakit ini dijumpai pada wanita yang pernah melahirkan. Luka-luka kecil atau besar pada
serviks karena partus abortus memudahkan masuknya kuman-kuman ke dalam endocerviks dan
kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa gambaran patologis dapat
ditemukan :
a. Serviks kelihatan normal; hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi
leukosit dalam stroma endoserviks. Cervicitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali
pengeluaran secret yang agak putih-kuning.
b. Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan
yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel portio disekitarnya, secret yang ditularkan
terdiri atas mucus bercampur nanah.
c. Sobekan pada serviks uteri disini lebih luas dan mukosa endosekviks lebih kelihatan dari
luar. Mukosa dalam keadaan demikian mudah kena infeksi dari vagina. Karena radang
menahun, serviks bisa menjadi hipertrofis dan mengeras ; secret mukopurulen
bertambah pendek.
Pada proses penyembuhan, epitel tatah dari bagian vaginal portio uteri dengan tanda-tanda
metaplasia mendesak epitel torak, tumbuh kedalam stroma dibawah epitel dan menutup saluran
kelenjar-kelenjar, sehingga terjadi kista kecil berisi cairan yang kadang-kadang keruh. Limfosit,
sel plasma, dan histiosit terdapat dalam jumlah sedang didalam serviks semua wanita. Oleh
karena itu, cervisitis kronis sulit ditentukan secara patologis keberadaan kelainan serviks yang
dapat dideteksi seperti granularitas dan penebalan seiring dengan meningkatnya jumlah sel
radang kronis didalam specimen biopsy dianggap penting untuk memastikan diagnosis cervisitis
kronis.
Cervisitis kronis paling sering terlihat pada ostium eksternal dan canalis endoserviks. Hal
tersebut dapat terkait dengan stenosis fibrosa saluran kelenjar, yang menyebabkan kista retensi
(nabothian). Bila terdapat folikel limfoid pada pemeriksaan mikroskopik, istilah cervisitis
folikular terkadang digunakan. Secara klinis, cervisitis kronis sering kali merupakan temuan
kebetulan. Namun, cervisitis tersebut dapat menimbulkan secret vaginal, dan beberapa kasus
fibrosis yang terdapat pada canalis endoserviks dapat menyebabkan stenosis, yang
menimbulkan inferilitas.2

5. Gejala Klinis
1. Keputihan hebat, biasanya kental dan biasanya berbau, sering menimbulkan erosi pada
portio yang tampak seperti daerah merah menyala. Pada pemeriksaan inspekulo kadang-
kadang dapat dilihat keputihan yang kental keluar dari kanalis servikalis. Kalau portio
normal tidak ada ectropion (mukosa kanalis servikalis tampak dari luar), maka harus
diingat kemungkinan gonorroe
2. Gejala-gejala non spesifik seperti nyeri punggung, dan gangguan kemih, perdarahan saat
melakukan hubungan seks.3
6. Faktor Resiko
Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:
1. Usia muda
2. Jumlah perkawinan
3. Hygiene dan sirkumsisi
4. Status sosial ekonomi rendah
5. berganti-ganti pasangan
6. Terpajan virus terutama virus HIV
7. Merokok dan alkohol1

7. Tanda dan Gejala


1. Perdarahan
2. Keputihan yang berbau dan tidak gatal
3. Cepat lelah
4. Kehilangan berat badan
5. Anemia3

8. Manifestasi Klinis
Dari anamnesis didapatkan keluhan metroragi, keputihan warna putih atau puralen yang
berbau dan tidak gatal, perdarahan pascakoitus, perdarahan spontan, dan bau busuk yang khas.
Dapat juga ditemukan keluhan cepat lelah, kehilangan berat badan, dan anemia. Pada
pemeriksaan fisik serviks dapat teraba membesar, ireguler, terraba lunak. Bila tumor tumbuh
eksofitik maka terlihat lesi pada porsio atau sudah sampai vagina. Diagnosis harus dipastikan
dengan pemeriksaan histologi dan jaringan yang diperoleh dari biopsi.3

9. Pemeriksaan Penunjang

Sitologi, dengan cara tes pap smear
Tes Pap smear : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan
prakanker serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia keras
(karsinoma in situ) dan 76% pada dysplasia ringan / sedang. Didapatkan hasil negatif
palsu 5-50% sebagian besar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak adekuat.
Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%.

Kolposkopi

Servikografi

Pemeriksaan visual langsung

Gineskopi

Papnet (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)1

10. Pencegahan
Pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan program skrinning dan
pemberian vaksinasi. Di negara maju, kasus kanker jenis ini sudah mulai menurun berkat
adanya program deteksi dini melalui pap smear. Vaksin HPV akan diberikan pada perempuan
usia 10 hingga 55 tahun melalui suntikan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, satu, dan
enam. Dari penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa respon imun bekerja dua kali lebih tinggi
pada remaja putri berusia 10 hingga 14 tahun dibanding yang berusia 15 hingga 25 tahun.3
11. Diagnosis banding

Karsinoma servik uteri

PID

SIK

Endometritis2

12. Pengobatan
Antibiotika terutama kalau dapat ditemukan gonococcus dalam secret Kalau cervicitis tidak
spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam AgNO3 10 % dan irigasi. Cervicis yang tak mau
sembuh ditolong operatif dengan melakukan konisasi, kalau sebabnya ekstropion dapat
dilakukan lastik atau amputasi. Erosion dapat disembuhkan dengan obat keras seperti, AgNO3
10 % atau Albothyl yang menyebabkan nekrose epitel silindris dengan harapan bahwa
kemudian diganti dengan epitel gepeng berlapis banyak Servisitis kronika pengobatannya lebih
baik dilakukan dengan jalan kauterisasi-radial dengan termokauter atau dengan krioterapi.3
REFERENSI

1. Padjajaran, Universitas.2003. Obsetri Patologi Edisi 2. Jakarta: EGC


2. Sarwono, 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo
3. Wikajosastro, H. 2006. Ilmu kandungan. Jakarta : Yayasan bina Pustaka sarwono
Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai