Anda di halaman 1dari 34

STRUMA DAN BENJOLAN DI

LEHER

LULU NURAINI RAHMAT


DR. GATOT SUGIHARTO, SP.B

KEPANITRAAN KLINIK STASE BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2016
Anatomi Leher
Kelenjar limfe daerah leher

Menurut Sloan Kattering Memorial Cancer Center


Classification, kelenjar getah bening leher dibagi atas
5 daerah penyebaran.
PENYEBAB

KONGENITAL
- Higroma
- Kista duktus thyroglossus
DIDAPAT
- Akut

- Kronik
- Progresif cepat (doubling time dalam 3 bulan)
-Neoplasma susp Maligna
- Progresif Lambat
Higroma

Higroma kistik berasal dari sistem limfe sehingga


secara patologi anatomi lebih tepat disebut
limfangioma kistik
Benjolan tanpa nyeri, berbenjol-benkol dan lunak.
Tanda khas : pemeriksaan transluminasi (+)
Penatalaksanaan Eksisi Total
Kista Ductus Tiroglosus
kista yang terbentuk dari duktus tiroglosus yang
menetap sepanjang alur penurunan kelenjar tiroid,
yaitu dari foramen sekum sampai kelenjar tiroid bagian
superior di depan trakea.
Benjolan di garis tengah leher, dapat di atas atau di
bawah tulang hioid. Konsistensi massa teraba kistik,
berbatas tegas, bulat, mudah digerakkan, tidak nyeri,
warna sama dengan kulit sekitarnya dan bergerak saat
menelan atau menjulurkan lidah. Bila terinfeksi,
benjolan akan terasa nyeri. Pasien mengeluh nyeri saat
menelan dan kulit di atasnya berwarna merah.
Penatalaksanaan kista duktus tiroglosus bervariasi dan
banyak macamnya, antara lain insisi dan drainase,
aspirasi perkutan, eksisi sederhana, reseksi dan injeksi
dengan bahan sklerotik.
INFEKSI

Limfadenitis TBC
Tiroiditis
Tiroiditis Hashimoto
Limfadenitis TBC

Limfadenitis tuberkulosis, suatu peradangan pada satu


atau lebih kelenjar getah bening.Penyakit ini masuk
dalam kategori tuberkulosis luar.
pembesaran kelenjar getah bening, padat / keras
multiple, terjadi perkejuan seluruh kelenjar, dapat
terjadi abses hingga fistula. Limfadenitis tuberculosa
pada kelenjar getah bening dapat terjadi sedemikian
rupa, besar dan konglomerasi sehingga leher penderita
itu disebut seperti bull neck.
Pengobatan dilakukan dengan tuberkulostatik. Bila
terjadi abses, perlu dilakukan aspirasi, dan bila tidak
berhasil, sebaiknya dilakukan insisi serta pengangkatan
dinding abses dan kelenjar getah bening yang
bersangkutan.
Tiroiditis

Tiroiditis adalah peradangan kelenjar tiroid


Gejala paling awal adalah kelenjar tiroid yang terlalu
aktif (hipertiroidisme). Gejala biasanya ringan, gejala
tersebut antara lain:
* Kelelahan
* Sering buang air besar
* Selera meningkat
* Keringat bertambah
* Periode menstruasi tidak teratur
* Iritabilitas
* Kram otot
* Gugup dan gelisah
* Berat badan menurun
Tiroiditis Hashimoto

Pada tiroiditis Hashimoto didapatkan infiltrasi


limfosit ke seluruh kelenjar tiroid yang
menyebabkan destruksi progresif folikel kelenjar
Pada awalnya penderita eutiroidisme, kemudian
berubah secara bertahap menjadi hipotiroidisme
yang memerlukan terapi substitusi dengan sediaan
hormon tiroid. Struma Hashimoto sering asimetrik.
Diagnosis banding adalah karsinoma karena itu
sering kali diperlukan tindakan biopsi guna
konfirmasi diagnosis. Pengobatannya terutama
bersifat tindak bedah paliatif dan simptomatik
Neoplasma

Karsinoma Nasofaring
Karsinoma Tiroid
Karsinoma Laring
Limfoma Maligna
Limfoma Non-Hodgkin
Limfoma Hodgkin
Karsinoma Nasofaring

Asal tumor adalah dari epitel sel squamos pada


daerah nasofaring dan tempat predileksinya pada
fossa Rossen Mulleri
Virus Epstein-Barr adalah sangat berkaitan dengan
karsinoma nasopharynx
Stadium lanjut, karsinomanya mengalami metastasis
ke kelenjar getah bening bermanifestasi sebagai
benjolan yang teraba keras umumnya pada rantai
kelenjar limfe jugularis profunda superior
Karsinoma Tiroid

Pada keadaan awal dimana sel sel tiroid dalam


keadaan normal. Namun setelah ada paparan
dengan bahan bahan karsinogenik seperti radiasi
maka sel normal tersebut dapat berubah menjadi sel
kanker. Melalui 3 tahap ; inisiasi, promosi,progresi.
Penatalaksaan tergantung tipe, sebagian besar
tiroidektomi total.
Karsinoma Laring

merupakan keganasan pada pita suara, kotak suara


(laring) atau daerah lainnya di tenggorokan.
Gejala klinis suara serak dimulai dengan gejala
hilang timbul yang berjalan progresif dan akhirnya
menetap.
Penatalaksaan : laringektomi, diseksi leher radikal,
radioterapi, kemoterapi.
Limfoma Maligna

Limfoma merupakan golongan gangguan


limfoproliferatif. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi
dikaitkan dengan virus, khususnya Epstein-Barr
virus yang ditemukan pada limfoma Burkitt.
Awal pembentukan tumor pada gangguan ini adalah
pada jaringan limfatik sekunder (seperti kelenjar
limfe dan limpa) dan selanjutnya dapat timbul
penyebaran ke sumsum tulang dan jaringan lain.
Limfoma non hodgkin Limfoma hodgkin

Limfoma  Limfoma hodgkin adalah suatu


non hodgkin
penyakit keganasan yang
merupakan salah satu
melibatkan kelenjar getah
jenis limfoma maligna bening yang ditandai dengan
atau keganasan sel adanya sel Reed Stenberg.
limfoid. Keganasan ini  Gejala Klinis pembesaran KGB
dapat berasal dari sel yang tidak nyeri, paling sering
di leher,tapi kadang-kadang
limfosit B, Limfosit T
penyebarannya sistemik.
atau berasal dari sel symptom B yaitu demam,
Natural Killer keringat malam, dan
penurunan berat badan.
 Penatalaksaan Radioterapi dan
Kemoterapi
ANATOMI TIROID
FISIOLOGI
KELENJAR TIROID
DEFINISI

STRUMA

Struma adalah tumor (pembesaran)


pada kelenjar tiroid. Biasanya dianggap
membesar bila kelenjar tiroid lebih dari 2x
ukuran normal. Pembesaran kelenjar tiroid
sangat bervariasi dari tidak terlihat
sampai besar sekali dan dapat
menyebabkan penekanan pada trakea.
KLASIFIKASI
BERDASARKAN KLINIS

Grade 0 : tidak teraba struma, atau bila teraba


besarnya normal.
Grade IA : teraba struma, tapi tak terlihat.
Grade IB : teraba struma, tapi baru dapat dilihat
apabila posisi kepala menengadah.
Grade II : struma dapat dilihat dalam posisi
biasa.
Grade III : struma dapat dilihat dalam posisi
biasa dalam jarak
6 meter.
Grade IV : struma yang amat besar.
KLASIFIKASI
BERDASARKAN FISIOLOGI,KLINIS DAN PERUBAHAN
BENTUK
STRUMA
DIFUSA TOKSIK
 Struma difusa toksik dapat kita
temukan pada Grave’s Disease.
Penyakit ini juga biasa disebut
Basedow. Trias Basedow meliputi
pembesaran kelenjar tiroid difus,
hipertiroid, dan eksoftalmus.
 Gejala klinis : penurunan BB yang

signifikan, takikardi, palpitasi, diare,


sulit tidur, tremor, emosi tidak stabil,
amenorea sekunder, eksoftalmus,
strabismus.
TATALAKSANA

Terapi penyakit Graves ditujukan


pada pengendalian keadaan
tirotoksisitas/hipertiroidisme
dengan pemberian antitiroid,
seperti propil-tiourasil ( PTU ) atau
karbimazol.
STRUMA
NODOSA TOKSIK

 Struma nodosa toksik adalah pembesaran kelenjar tiroid

pada salah satu lobus yang disertai dengan tanda-tanda


hipertiroid disebut juga Plummer’s disease.
 Gejala klinis sama dengan grave‘s disease, Yang
membedakan adalah saat pemeriksaan fisik di mana pada
saat palpasi kita dapat merasakan pembesaran yang hanya
terjadi pada salah satu lobus.
 Tatalaksana sama dengan grave’s disease yaitu propil-

tiourasil (PTU) atau karbimazol.


STRUMA STRUMA
DIFUSA NONTOKSIK NODUSA NONTOKSIK

Bentuk goiter yang Pembesaran kelenjar tiroid


yang secara klinik teraba nodul satu
membentuk satu buah
atau lebih tanpa disertai tanda-tanda
pembesaran yang tampak hypertiroidisme, tanda-tanda toksisitas

tanpa membentuk nodul. pada tubuh. Dan disebut juga goiter


sporadis
Benttuk ini biasa ditemukan
Gejala klinis : adanya
dengan sifat non-toksik (fungsi
pembesaran kelenjar pada salah satu
tiroid normal), oleh karena itu lobus, terasa berat saat menelan karena

bentuk ini disebut juga goiter trakea naik untuk menutup laring dan
epiglotis terfiksasi pada trakea.
simpel.
TATALAKSANA

Lobektomi
Isthmolobektomi,
tiroidektomi total
Tiroidektomi subtotal
bilateral
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK
Pasien mengeluhkan  Bentuk
adanya benjolan di leher  Ukuran : dalam
=> pembesarannya sentimeter, diameter panjang
progresif/lambat, disertai  Jumlah nodul : satu (uninodosa)
gangguan menelan/tidak, atau lebih dari satu (multinodosa)
gangguan  Konsistensi : kistik, lunak,
pernafasan/tidak, ada kenyal, keras
perubahan suara/tidak,  Lokasi : lobus
ada/tidaknya gejala kanan, lobus kiri, ismus
hipo/hiperfungsi kelenjar,  Mobile ada atau tidak perlekatan
terdapat benjolan didaerah terhadap trakea, nyeri: ada nyeri
lain/tidak. atau tidak pada saat dilakukan
palpasi
 Pembesaran kelenjar getah bening
di sekitar tiroid: ada atau tidak
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

 Pemeriksaan laboratorium untuk mengukur fungsi

tiroid : Hormon tiroid dan TSH

 Pemeriksaan laboratorium untuk menunjukkan

penyebab gangguan tiroid: antibodi tiroglobulin ,

antibodi mikrosomal, antibodi antigen koloid ke dua

(CA2 antibodies), antibodi permukaan sel (cell surface

antibody) , thyroid stimulating hormone antibody (TSA)

 Pemeriksaan USG

 Pemeriksaan histopatologi
PEMERIKSAAN
RADIOLOGI

Foto Thorax AP Foto Cervical AP-Lateral: Trakea

posisi terdorong ke arah kiri


PENATALAKSANAAN

Terapi supresi dengan hormon


levotirosin
Pembedahan
Iodium radioaktif
Terapi supresi
dengan hormon levotirosin

Pengunaan Levothyroxine (LT4) harus dihindari


pada penderita:
Dengan nodule yang besar (large nodule),

Pada kasus long-standing goiter,

Jika level TSH <1 µIU/mL,

Wanita post-menopause,

Penderita usia lebih dari 60 tahun,

Penderita dengan osteoporosis,

Penderita dengan penyakit kardiovaskuler,

Penderita dengan systemic illness.


INDIKASI OPERASI

Struma difus toksik yang gagal dengan terapi


medikamentosa
Struma uni atau multinodosa dengan kemungkinan
keganasan
Struma dengan gangguan tekanan
Kosmetik.
PEMBEDAHAN

 Lobektomi subtotal;

 Lobektomi total

 Tiroidektomi subtotal

 Tiroidektomi near totalTiroidektomi

totalOperasi yang sifatnya


”extended”:
 Tiroidektomi total + laringektomi total
 Tiroidektomi total + reseksi trakea
 Tiroidektomi total + sternotomi
 Tiroidektomi total + FND atau RND

Anda mungkin juga menyukai